BERFIKIR KRITIS SEBAGAI SALAH SATU TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Bab IV BERFIKIR KRITIS SEBAGAI SALAH SATU TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
M gerak pemikiran dalam mengikuti pemikiran tertentu yang
enurut Somantri (1981), berpikir adalah suatu proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan berupa pengetahuan. Selain itu dalam proses tersebuut terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan sistem unsure yang ada dalam pikiran.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Presseisen (1985:45) yang mengemukakan bahwa berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif yaitu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Aktivitas mental ini terjadi karena adanya suatu rangsangan dari luar yang membentuk suatu pemikiran, penalaran dan keputusan serta kegiatan memperluas aturan yang diketahui untuk memecahkan masalah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wijaya dalam Gilhooyly (1982), bahwa berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model simbolik internal, model- model itu dapat berbentuk tiga macam, yaitu 1) wujud ciptaan yang mewakili suatu kenyataan, seperti dalam hal ilmu pengetahuan, semua dinyatakan berupa ekspresi hasil pengamatan fakta. Model-model yang diciptakannya bersifat mewakili eksistensi benda yang terdapat dalam Pendapat lain dikemukakan oleh Wijaya dalam Gilhooyly (1982), bahwa berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model simbolik internal, model- model itu dapat berbentuk tiga macam, yaitu 1) wujud ciptaan yang mewakili suatu kenyataan, seperti dalam hal ilmu pengetahuan, semua dinyatakan berupa ekspresi hasil pengamatan fakta. Model-model yang diciptakannya bersifat mewakili eksistensi benda yang terdapat dalam
Gambar 4.1. Patung The Thingker karya Auguste Rodin menjelaskan kan proses berfikir
merupakan keistimewaan manusia (Sumber: Wikipedia)
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berpik rpikir mengenai pengetahuan yang diterima dari guru saja, tetapi perlu dilatih s tih supaya siswa memiliki keterampilan berpikir sebagai sarana yang dapat me menghantarkan siswa kepada pencapaian tujuan pendidikan lainnya, teru terutama dalam meraih pengetahuan dan sikap yang berguna bagi gi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu, keterampi mpilan berpikir diarahkan untuk memecahkan masalah. Terdapat dua jenis k nis keterampilan berpikir, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif (creative tive and critical thinking) (Bruner, 1957).
Robert Ennis (1991) dalam Hassoubah (2004:87) memberikan definisi berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, lebih lanjut Ennis mengatakan bahwa “untuk dapat menguasai proses berpikir kritis ada baiknya terlebih dahulu mengenal kecenderungan dan kemampuan untuk menentukan apa yang mesti dipercayai atau dillakukan”. Menurut R.H Ennis (Hassoubah, 2004:91) bentuk kecenderungan ini terdiri atas tiga belas komponen yaitu: (1) mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, (2) mencari atau menganalisis argumen, (3) berusaha mengetahui informasi dengan baik, (4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya, (5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan yang berkaian dengan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) berusaha tetap relevan dengan ide utama, (7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, (8) mencari alternatif, (9) bersikap dan berpikir terbuka, (10) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, (11) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, (12) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalaha, (13) peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain. Sedangkan aspek kemampuan menurut Ennis (Hassoubah, 2004:92) adalah keterampilan untuk: (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikais bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Johnson (2000), mengemukakan keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2002). Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah.
Sedangkan berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli atau orisinal, konstruktif, dan menekankan pada aspek intuitif dan rasional (Johnson, 2000). Pemahaman umum mengenai berpikir kritis, sebenarnya adalah pencerminan dari apa yang digagas oleh John Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan suatu cara untuk membangun pengetahuan. Dressel & Mayhew (1954) dalam Ahmad (2007) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas: (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan. Indikator Berpikir Kritis Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi: (1) kegiatan merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji data-data, (4) menganalisis berbagai pendapat, (5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari penyederhanaan berlebihan, (7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir krit kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Think hinking, yaitu: a) Watak (dispositions): Seseorang yang mempunyai keteramp rampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, mengha ghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, resp respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan gan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pe pendapat yang dianggapnya baik; b) Kriteria: Dalam berpikir kritis harus rus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Gambar 4.2. Pemikiran kritis harus dibiasakan agar siswa tidak mera erasa malu atau
takut mengemukakan pendapatnya (Sumber: Nani Nur’aeni)
Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan se n sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat pat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai k i kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi ma maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, b a, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang ng keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang; c) Argumen men (argument) adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh oleh data -data Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenala nalan, penilaian, Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan se n sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat pat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai k i kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi ma maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, b a, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang ng keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang; c) Argumen men (argument) adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh oleh data -data Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenala nalan, penilaian,
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data; e) Sudut pandang (point of view) adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda; f) Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur ini sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Orlich (1998) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi: (1) mengobservasi; (2) mengidentifikasi pola, hubungan, hubungan sebab-akibat, asumsi- kesalahan alasan, kesalahan logika dan bias; (3) membangun kriteria dan mengklasisfikasi;
dan membedakan; (5) menginterpretasikan; (6) meringkas; (7) menganalisis, mensintesis dan menggeneralisasi; mengemukakan hipotesis; (8) membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan. Sehubungan dengan itu, Zeidler (1992) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah: (a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, (b) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan
membandingkan membandingkan
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang (Galbreath,1999; Liliasari, 2002; Depdiknas, 2003; Trilling & Hood, 1999; Kubow, 2000) dan merupakan bagian yang fundamental dari kematangan manusia (Penner 1995 dalam Liliasari, 2000). Oleh karena itu, pengembangan Ketrampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan. Keterampilan berpikir kritis menggunakan dasar berpikir menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, kemampuan memahami asumsi, memformulasi masalah, melakukan deduksi dan induksi serta mengambil keputusan yang tepat. Ketrampilan berpikir kritis adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena sesungguhnya kegiatan berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri (self organization) yang ada pada setiap mahluk di alam termasuk manusia sendiri (Liliasari, 2001; Johnson, 2000).
Marzano (1992) memberikan kerangka tentang pentingnya pembelajaran
berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi
berpikir
yaitu:
Guru perlu membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan metode pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Inkuiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif merupakan salah satu cara untuk itu. Dengan kegiatan inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk merumuskan masalah, melakukan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Perpaduan kegiatan inkuiri dengan strategi kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sebayanya.
Dalam makalahnya Andrew P. Jhonson (The Educational Resources Information Center (ERIC), 2002) memberikan contoh 10 keterampilan berpikir kritis dan 8 keterampilan berpikir kreatif beserta kerangka berpikirnya. Yang dimaksud dengan kerangka berpikir adalah suatu representasi dari proses kognitif tertentu yang dipecah ke dalam langkah- langkah spesifik dan digunakan untuk mendukung proses berpikir. Kerangka berpikir tersebut digunakan sebagai petunjuk berpikir bagi siswa ketika mereka mempelajari suatu keterampilan berpikir. Dalam praktiknya, kerangka berpikir tersebut dapat dibuat dalam bentuk poster yang Dalam makalahnya Andrew P. Jhonson (The Educational Resources Information Center (ERIC), 2002) memberikan contoh 10 keterampilan berpikir kritis dan 8 keterampilan berpikir kreatif beserta kerangka berpikirnya. Yang dimaksud dengan kerangka berpikir adalah suatu representasi dari proses kognitif tertentu yang dipecah ke dalam langkah- langkah spesifik dan digunakan untuk mendukung proses berpikir. Kerangka berpikir tersebut digunakan sebagai petunjuk berpikir bagi siswa ketika mereka mempelajari suatu keterampilan berpikir. Dalam praktiknya, kerangka berpikir tersebut dapat dibuat dalam bentuk poster yang
Menurut Somantri (1981), berpikir adalah suatu proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan berupa pengetahuan. Selain itu dalam proses tersebut terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan sistem unsur yang ada dalam pikiran. Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif yaitu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Aktivitas mental ini terjadi karena adanya suatu rangsangan dari luar yang membentuk suatu pemikiran, penalaran dan keputusan serta kegiatan memperluas aturan yang diketahui untuk memecahkan masalah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wijaya (1982), bahwa berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model simbolik internal, model-model itu dapat berbentuk tiga macam, yaitu 1) wujud ciptaan yang mewakili suatu kenyataan, seperti dalam hal ilmu pengetahuan, semua dinyatakan berupa ekspresi hasil pengamatan fakta. Model-model yang diciptakannya bersifat mewakili eksistensi benda yang terdapat dalam lingkungan; 2) model kenyataan hasil membayangkan sesuatu peristiwa tertentu, seperti dalam hal cerita fiksi, dimana si pengarang menulis cerita dalam sebuah adegan tertentu dalam suatu kenyataan; 3) model abstrak yang dilukiskan dalam pikiran dan perasaan seperti dalam hal pelajaran matematika dan musik. Jadi, dalam berpikir orang menggunakan simbol-simbol tertentu dan berposes dalam otak secara internal.
Keterampilan berpikir kritis menurut Wijaya (1999) adalah “kegiatan menganalisis idea atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna”. Selanjutnya Wijaya (1999:73-74) mengemukakan cirri-ciri berpikir kritis, sebagai berikut:
1) mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan;
2) pandai mendeteksi;
3) mampu membedakan ide yang relevan;
4) mampu membedakan fakta dengan pendapat;
5) mampu mengidentifikasi perbedaan atau kesenjangan- kesenjangan informasi;
6) dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis;
7) mampu mengembangkan criteria atau standard penelitian data;
8) suka mengumpulkan data untuk pembuktian factual;
9) dapat membedakan antara kritik membangun dan merusak;
10) mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda berkaitan dengan data;
11) mampu mengetes asumsi dengan cermat;
12) mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkkungan;
13) mampu mengidentifikasikan atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti sifat, bentuk dan wujud dan lain-lain;
14) Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau
alternative pemecahan terhadap masalah, ide dan situasi;
15) Mampu membuat hubungan antara masalah satu dengan masalah lainnya;
16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan;
17) Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedi;
18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia;
19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya;
20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi;
21) Mampu membuat interpretasi pengertian, definisi, reasoning dan isu yang controversial;
22) Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif;
23) Mampu mengklasifikasikan informasi dan ide;
24) Mampu menginterpretasi dan menjabarkan informasi ke dalam pola atau bagan-bagan tertentu;
25) Mampu menginterpretasikan dan membuat flow charts;
26) Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola, hubungan, prinsip, promosi, dan bias.
27) Sanggup membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan analog;
28) Mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras;
29) Sanggup mendeteksi bias atau penyimpangan-penyimpangan;
30) Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dipercaya;
31) Mampu menginterpretasikan gambar dan kartun;
32) Mampu menentukan hubungan sebab akibat
33) Mampu membuat konklusi yang valid. Kemampuan berpikir kritis tidak bisa didapat begitu saja, tetapi
ketajaman berpikir kritis akan diperoleh melalui banyak latihan dan praktek. Menurut Anita Harnadek dalam Hasoubah (2003:90) menyatakan bahwa “critical thingking is a skill which must be practiced in order to develop effectively”. Maksudnya bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa salah satu cara yang efektif yaitu melalui praktek dan latihan. Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.(Gerhard 1971, dalam Redhana 2003: 14)
Berpikir kritis menurut R. Swartz dan D. N. Perkins (1990, dalam Hassoubah 2004: 86-87) berarti bertujuan untuk mencapai penilaian yang Berpikir kritis menurut R. Swartz dan D. N. Perkins (1990, dalam Hassoubah 2004: 86-87) berarti bertujuan untuk mencapai penilaian yang
Tyler (1949, dalam Redhana 2003: 13-14) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas evaluatif untuk menghasilkan suatu simpulan (Cabrera 1992, dalam Redhana 2003: 14).
Pertukaran gagasan yang aktif didalam kelompok kecil tidak hanya menarik perhatian siswa tetapi juga dapat mempromosikan pemikiran kritis (Gokhale 2002: http://scholar.lib.vt.Edu/enjournals/JTE). Kerjasama dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi, bertanggung jawab terhadap pelajaran sehingga dengan begitu mereka menjadi pemikir yang kritis (Totten, Ambang, Digby, & Russ 1991, dalam Gokhale 2002: http://scholar.lib.vt.Edu/enjournals/ JTE). Materi tentang pemikiran kritis yaitu materi yang melibatkan analisa, sintesis, dan evaluasi konsep (Gokhale 2002: http://scholar.lib.vt.Edu/ enjournals/JTE).
Lebih lanjut Harsanto (2005: 45-62) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi: Lebih lanjut Harsanto (2005: 45-62) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi:
Pada saat kita membaca sebuah koran atau majalah, apakah setiap kalimat yang tertera di dalamnya merupakan suatu fakta yang terjadi atau hanya sebuah pendapat dari si penulis saja. Di sinilah kemampuan siswa akan dilatih bahwa suatu berita yang ada tidak langsung kita yakini kebenarannya tetapi siswa harus jeli dalam membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat seseorang, sehingga jika siswa mampu membedakannya maka siswa dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana sebuah pernyataan itu merupakan fakta atau pendapat.
b. Kemampuan membedakan antara kesimpulan Definitif dan Sementara. Banyak orang langsung mengambil suatu kesimpulan ketika
melihat atau menyaksikan atau membaca berita. Mereka tidak berpikir apakah sesuatu yang dibaca atau disaksikan itu merupakan hal yang dapat diyakini kebenaran dan keakuratan datanya. Dalam membahas suatu masalah, mampu membedakan antara kesimpulan definitive dan kesimpulan sementara adalah hal yang sangat penting, sebab bila salah memberikan kesimpulan, maka akan timbul satu masalah baru bukannya menyelesaikan masalah
c. Kemampuan Menguji Tingkat Kepercayaan Sumber Informasi
Pada saat kita membaca berita di surat kabar, hal pertama yang perlu dipertanyakan atas berita tersebut adalah sejauh mana berita itu dapat dipercaya atau sejauh mana si penulis artikel dapat dipercaya . Pada dasarnya kita membutuhkan bukti atau kejelasan Pada saat kita membaca berita di surat kabar, hal pertama yang perlu dipertanyakan atas berita tersebut adalah sejauh mana berita itu dapat dipercaya atau sejauh mana si penulis artikel dapat dipercaya . Pada dasarnya kita membutuhkan bukti atau kejelasan
d. Kemampuan Membuat Keputusan Membuat keputusan adalah bagaimana menggunakan kriteria
yang relevan untuk memilih berbagai alternatif kemungkinan. Pertama, kita harus jelas tentang apa keputusan tersebut. Kedua, kita harus mengidentifikasi pilihan-pilihan dan memberikan penilaian baik buruknya masing-masing pilihan, mengidentifikasi kriteria yang relevan untuk mengambil keputusan dari pilihan-pilihan yang ada. Yang terakhir memeriksa kembali pilihan-pilihan tersebut jika dibandingkan dengan ukuran yamg ada.
e. Kemampuan Mengidentifikasi Sebab dan Akibat Seorang pemikir kritis mencoba umtuk mengklarifikasi setiap
informasi yang didapatnya. Siswa yang kritis apabila mandapatkan suatu masalah maka ia akan mencari sebab dari masalah yang timbul serta mencari apa akibat dari masalah tersebut. Dan tidak langsung menerima informasi tersebut tanpa diidentifikasi terlebih dahulu.
f. Kemampuan Mempertimbangkan Wawasan Lain Realitas yang ada sebagian orang ketika akan mengambil
keputusan hanya mempertimbangkan alasan yang ia miliki. Jarang sekali mereka mau mandengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain dan mengapa orang lain berpendapat seperti itu. Seorang siswa yang berpikir kritis sangat memberi ruang untuk pertimbangan- pertimbangan di luar dirinya dan selalu terbuka untuk mendengarkan keputusan hanya mempertimbangkan alasan yang ia miliki. Jarang sekali mereka mau mandengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain dan mengapa orang lain berpendapat seperti itu. Seorang siswa yang berpikir kritis sangat memberi ruang untuk pertimbangan- pertimbangan di luar dirinya dan selalu terbuka untuk mendengarkan
g. Kemampuan Memecahkan Masalah Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan kemampuan siswa menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada, siswa dapat menentukan prioritas masalah, siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang akan diselesaikan, siswa cakap mengumpulkan data dan memilahnya, siswa cakap memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan.