DEPARTEMEN OSEANOGRAFI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila merupakan kata yang sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Pancasila merupakan ideologi atau dasar negara indonesia. Dasar negara kita terkenal akan kesakralannya, yang terkenal dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Dimana simbolnya merupakan lambang keagungan yang terpancar dalam

bentuk burung garuda. Simbol di dadanya merupakan lambang pancasila negara kita.

Di dalam pancasila terkandung banyak nilai dan makna. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari nilai pancasila. Sejak zaman pancasila hingga sekarang, nilai-nilai pancasila selalu dijunjung tinggi. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, bangsa, budaya dan agama. Keanekaragaman tersebut merupakan satu kesatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya Bhineka Tunggal Ika.

Pancasila merupakan pemersatu bangsa di dalam keragaman budayanya. Di dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam mengenai “Pancasila sebagai Budaya Bangsa”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila?

2. Apa pengertian Pancasila sebagai budaya bangsa?

3. Bagaimana peran Pancasila sebagai budaya bangsa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pancasila

2. Untuk mengetahui pengertian budaya bangsa

3. Untuk mengetahui peran pancasila sebagai budaya bangsa

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui pengertian pancasila

2. Dapat mengetahui pengertian budaya bangsa

3. Dapat mengetahui peran pancasila sebagai budaya bangsa

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya

Kata budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sanskerta) yang berarti ‘akal’ (Koentjaraningrat, 1974). Definisi yang paling tua

yang dikemukakan oleh E.B. Tylor di dalam bukunya Primitive Culture (1871). Menurut Tylor, kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaankebiasaan lain (Nyoman Kutha Ratna, 2005). Definisi yang mutakhir dikemukakan oleh Marvin Harris (1999) yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku. Kecuali itu juga ada definisi yang dikemukakan oleh Parsudi Suparlan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan (1982).

Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan ada tiga macam:

1. Kebudayaan sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan.

2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat.

3. Benda-benda sebagai karya manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), disebutkan bahwa: “ budaya“ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan

dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi.Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.

Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah inimeliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, danjuga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat ataukelompok penduduk tertentu. Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep kebudayaan Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah inimeliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, danjuga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat ataukelompok penduduk tertentu. Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep kebudayaan

Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan,nilai- nilai dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari dan yang dimilikibersama oleh para warga dari suatu kelompok masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya (Siregar, 2002).

Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara. Budaya pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, diantaranya adalah Pengertian Budaya Lokal dan Nasional.

1. Budaya Lokal Budaya Lokal adalah budaya yang yang berkembang di daerah-daerah dan merupakan milik suku-suku bangsa di wilayah nusantara Indonesia. Budaya local hidup dan berkembang di masing-masing daerah/suku bangsa yang ada di seluruh Indonesia. Contoh :

• Budaya Selamatan dalam lingkaran Hidup Manusia di Suku Bangsa Jawa (Mitoni/Tingkep, Brokohan, Puputan, Sunatan, Perkawinan, Selamatan orang yang sudah meninggal, dll).

• Budaya Garebeg Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. • Budaya Ngaben untuk masyarakat Suku Bangsa Bali, dan lain-lain.

2. Budaya Nasional Budaya Nasional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan budaya local yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sertah hasil serapan dari budaya asing atau budaya global, dengan ikatan yang menjadi cirri khas seluruh budaya di Indonesia yaitu nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan nasional berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu nation sebagai kontinuitas sejak kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau sampai kebudayaan nasional masa kini. Pasal 32

UUD 1945 menyatakan: “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya”. Perwujudan Budaya

Nasional yaitu secara abstrak budaya nasional terwujud dalam system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia. Sedangkan perwujudan konkret dari budaya nasional berupa cara berbahasa, cara berperilaku, cara berpakaian, dan peralatan hidup.

Bangsa adalah sekelompok manusia yang di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan dalam suatu negara, secara umum Bangsa dapat diartikan sebagai “Kesatuan orang-orang yang sama asal keturunan, adat, agama, dan historisnya”. Bangsaadalah sekelompok besar manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukun yang terikat menjadi satu karena keinginan dan pengalaman sejarah di masa lalu serta mendiami wilayah suatu Negara. Menurut Otto bauer (German) bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai yang timbul karena persamaan nasib. Sedangkan menurut Ernest Renant (filsuf Perancis), bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Budaya Bangsa adalah seluruh sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan hasil karya bangsa; dalam hal ini bangsa Indonesiadi seluruh wilayah nusantara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman).

2.2. Kebudayaan Sebagai Pola

Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlahpola- pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebutdiakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma,Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlahpola- pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebutdiakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma,Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak

Pembatasan kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh para pendukung suatu kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu mengikuti cara-cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh kebudayaan itu. Pembatasan-pembatasan kebudayaanbaru terasa kekuatannya ketika dia ditentang atau dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi kedalam dua jenis yaitu pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak langsung. Pembatasan langsung terjadi ketika kita mencoba melakukan suatu hal yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim atau bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan atau yang ada. Akan ada sindiran atau ejekan yang kepada si pelanggar kalau hal yang dilakukannya masih dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada, akan tetapi apabila hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata tertib yang berlaku dalam masyarakat, maka mungkin akan dihukum dengan aturan- aturan yang berlaku dalam masyarakatnya. Dalam pembatasan-pembatasan tidak langsung, aktivitas yang dilakukan oleh orang yang melanggar tidak dihalangi atau dibatasi secara langsung akan tetapi kegiatan tersebut tidak akan mendapat respons atau tanggapandari anggota kebudayaan yang lain karena tindakan tersebut tidak dipahami atau dimengerti oleh mereka (Siregar, 2002).

Pembatasan-pembatasan kebudayaan ini tidak berarti menghilangkan kepribadian seseorang dalam kebudayaannya. Memang kadang – kadang pembatasan kebudayaaan tersebut menjadi tekanan-tekanan sosial yangmengatur tata-kehidupan yang berjalan dalam suatu kebudayaan, tetapi bukan berarti tekanan-tekanan sosial tersebut menghalangi individu-individu yang mempunyai pendirian bebas. Mereka yang mempunyai pendirian seperti ini akan tetap mempertahankan pendapat-pendapat mereka, sekalipun mereka mendapat tentangan dari pendapat yang mayoritas (Siregar, 2002).

Kenyataan bahwa banyak kebudayaan dapat bertahan dan berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan - kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat Kenyataan bahwa banyak kebudayaan dapat bertahan dan berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan - kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat

2.3 Pengertian Pancasila

Pancasila ialah sebagai dasar negara yang sering disebut dasar falsafah negara (philosophiche grondslag atau dasar filsafat negara) ideologi negara (staatsidee), dari negara. Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dasar NegaraRepublik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit padaabad XIV, yaitu terdapat dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila disamping mempunyai arti berbatu sendi yang kelima (dari bahasa Sansekerta, juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama).

Pancasila secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Panca dan Syila. Panca artinya lima dan Syila artinya alas ataudasar. Jadi Pancasila artinya lima dasar (aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan. Didalam agama Budha juga terdapat istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima larangan atau lima

pantangan yaitu tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwa dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mabuk minuman keras atau obat-obatan terlarang.

Pengertian Pancasila secara terminologis, istilah Pancasila dipergunakanoleh Ir.Soekarno yang dicetuskan dalam pidatonya didepan sidang BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan identitas Negara Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara lain. Pengertian Pancasila secara historis, proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.Radjiman Wedyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir.Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila”

yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaituseorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.Pada tanggal 17 Agustus1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinyatanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasukPembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip ataulima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi

historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

2.4 Peran Pancasila sebagai Budaya Bangsa

Pengertian budaya dalam pengertian umum berasal dari bahasa sansekerta, budhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedangkan pendapat lain menyatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi berkaitan dengan unsur rohani dan daya berkaitan dengan unsur jasmani manusia. Dengan demikian budaya merupakan hasil budi dan daya manusia.

Sedangkan kebudayaan merupakan kata sifat dari kata “budaya”.Secara terperinci Gazalba mendefinisikan kebudayaan sebagai cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Cara berpikir dan cara merasa merupakan kebudayaan batiniah sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup. Dalam pemaknaan itu budaya adalah hal yang tidak dapat terlepas dari sisi batiniah manusia. Sisi batiniah manusia pun tidak dapat terlepas dari filsafat atau rangkaian ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Dan filosofi seseorang biasanya berangkat dari keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Sebagaimana yang diurai oleh Prof.DR. Mukti Ali

mengenai definisi kebudayaan dalam bukunya yaitu “Kebudayaan adalah budi dan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari semua itu adalah ucapan hatinya. Dan ucapan batin itu merupakan keyakinan dan penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecilnya adalah agama. Dan agama sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil pemikiran filsafat.

Dari uraian diatas jelas bahwa kebudayaan bersumber dari filsafat atau dalam bahasa sansekertanya adalah falsafah. Jika ditarik kepada falsafah bangsa kita yaitu Pancasila, maka timbul lagi suatu pertanyaan mengapa kehidupan kita seperti saat ini, Sehingga tuntutannya adalah untuk mengganti falsafah kita itu dengan falsafah lainnya. Mereka yang memiliki anggapan itu dikarenakan ketidakpahamannya terhadap Pancasila itu sendiri. Pandangannya cenderung melihat kemegahan dan keagungan filsafat luar dengan para filsufnya. Filsafat-filsafat itupun kemudian menjadi landasan teoritis dalam perbuatan dan tingkah lakunya. Dan kemudian bantahan dari hipotesa itu ialah apakah Pancasila sudah pernah digunakan di bangsa ini? Adapun golongan orang yang sepakat dengan Pancasila akan tetapi terjadi missing link ketika ditransfer ke dalam nilai budaya. Sehingga golongan ini hanya memaknakan budaya pada suatu hal yang berwujud seperti tari-tarian, senjata khas daerah, pakaian adat, rumah adat dll. Padahal jika kita tinjau dari pengertian budaya diatas, hal-hal yang bersifat jasmaniah itu hanyalah bagian terluar dari pengertian budaya itu sendiri. Jadi dua hal yang menjadi pembahasan utama ialah mengenai Pancasila sebagai falsafah bangsa dan budaya yang distandarkan olehnya. Sampai Dari uraian diatas jelas bahwa kebudayaan bersumber dari filsafat atau dalam bahasa sansekertanya adalah falsafah. Jika ditarik kepada falsafah bangsa kita yaitu Pancasila, maka timbul lagi suatu pertanyaan mengapa kehidupan kita seperti saat ini, Sehingga tuntutannya adalah untuk mengganti falsafah kita itu dengan falsafah lainnya. Mereka yang memiliki anggapan itu dikarenakan ketidakpahamannya terhadap Pancasila itu sendiri. Pandangannya cenderung melihat kemegahan dan keagungan filsafat luar dengan para filsufnya. Filsafat-filsafat itupun kemudian menjadi landasan teoritis dalam perbuatan dan tingkah lakunya. Dan kemudian bantahan dari hipotesa itu ialah apakah Pancasila sudah pernah digunakan di bangsa ini? Adapun golongan orang yang sepakat dengan Pancasila akan tetapi terjadi missing link ketika ditransfer ke dalam nilai budaya. Sehingga golongan ini hanya memaknakan budaya pada suatu hal yang berwujud seperti tari-tarian, senjata khas daerah, pakaian adat, rumah adat dll. Padahal jika kita tinjau dari pengertian budaya diatas, hal-hal yang bersifat jasmaniah itu hanyalah bagian terluar dari pengertian budaya itu sendiri. Jadi dua hal yang menjadi pembahasan utama ialah mengenai Pancasila sebagai falsafah bangsa dan budaya yang distandarkan olehnya. Sampai

Jadi permasalahan yang krusial terjadi di bangsa kita adalah bagaimana membangun jembatan dari Pancasila kepada nilai budaya atau disebut juga dengan proses pengejawantahan dari Pancasila kepada budaya. Sehingga budaya yang terbangun di bangsa kita telah distandarkan oleh Pancasila. Dan seperti itulah layaknya kebudayaan nasional kita yang standar dan akan menstandarkan nilai-nilai lainnya dalam kehidupan manusia. Bukan bermaksud untuk menyeragamkan kebudayaan yang beraneka ragam melainkan lebih kepada mengkonvergenitaskan kebudayaan yang beraneka ragam menjadi satu kebudayaan nasional yang standar. Solusi yang tepat digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut ialah dengan mencari kembali peranan Pancasila agar dapat difungsikan menjadi objek yang menstandarkan nilai budaya. Sehingga pembangunan masyarakat Pancasilais akan menjadi kenyataan dan membawa bangsa ini pada terangkatnya harkat dan martabat hidupnya. Pencarian dan penemuan kembali itu yang kemudian menjadi tujuan utama dari studi kepustakaan ini untuk dijadikan teori dalam pembangunan manusia Indonesia serta menjadi kurikulum pendidikan baik formal maupun informal. Pancasila merupakan cerminan dari kebudayaan yang kita miliki. Kebudayaan-kebudayaan kita selalu beralaskan pada butir-butir Pancasila.

Sehingga kebudayaan dapat juga sebagai jati diri bangsa yang dapat mewakili kepribadian bangsa Indonesia.

Wujud kebudayaan dapat menjadi daya pembeda antara kepribadian bangsa satu dengan bangsa lainnya. Banyak kebudayaan –kebudayaan bangsa lain yang masuk ke masyarakat Indonesia. Tetapi menerima begitu saja tanpa memilah-milah atau menyaring mana yang positif dan negatif, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan karakter dan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia yang beralaskan Pancasila. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, agar dapat menghayati dan mengamalkan dengan tepat mengenai nilai luhur Pancasila dalam kebudayaan Bangsa. Indikator Pancasila dijadikan sebagai roh kebudayaan Bangsa Indonesia adalah :

• Setiap kebudayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia selalu beralaskan Pancasila • Pancasila sebagai penyaring kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

Pola perilaku yang nampak dalam kebudayaan-kebudayaan Indonesia dapat mewakili kepribadian bangsa. Selain itu, ada pula hubungan pancasila dan pluralitas budaya. Pluralitasme adalah suatu gagasan yang mendorong setiap orang untuk menyadari keberagaman dalam kehidupan, seperti agama, budaya, etnik, ras, social, tradisi dan sebagainya. Dalam Pancasila, pluralitas dipertegas dalam sila ketiga yaitu “Persatuan Indonesia”. Dalam sila tersebut bermakna, meski Bangsa

Indonesia adalah bansa yang majemuk, namun disatukan dalam satu Negara yaitu Indonesia. Juga dalam semboyan Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang

menegaskan meski berbeda-beda tetap satu jua. Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme. Keduanya memang mempunyai makna yang mirip. Tetapi multikulturalisme adalah suatu paham yang menganjurkan masyarakat untuk mengganggap keberagaman budaya adalah hal yang memang ada dalah suatu wilayah. Sedangkan pluralitas budaya merupakan suatu gagasan yang mengakui adanya keberagaman budaya.

Pluralitas budaya mempunyai beberapa dampak bagi kehidupan bangsa, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif antara lain bahasa-bahasa daerah yang dapat memberi istilah-istilah baru bagi Bangsa Indonesia. Budaya-budaya Pluralitas budaya mempunyai beberapa dampak bagi kehidupan bangsa, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif antara lain bahasa-bahasa daerah yang dapat memberi istilah-istilah baru bagi Bangsa Indonesia. Budaya-budaya

2.5 Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia

Dalam artinya yang lengkap kebudayaan adalah keseluruhan pikiran, karya dan hasil karya manusia sebagai anggota masyarakatnya yang tidak berakar pada nalurinya dan hanya dapat dikuasai atau dihasilkannya dalam suatu proses belajar. Dalam arti ini kebudayaan adalah ungkapan kehidupan manusia dan masyarakatnya yang mengolah alam lingkungannya untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dan mencakup segala perbuatan manusia. Dengan demikian kebudayaan bukanlah semata-mata sekumpulan barang dan karya kesenian, buku, bangunan dan lain sebagainya, melainkan juga dan pertama-tama kegiatan manusian membuat alat-alat dan benda-benda tersebut, adat-istiadat, tata cara, cara mengasuh anak, sistem-sistem sosial, pranata-pranata sosial dan lain sebagainya. Termasuk pula kegiatan manusia mengadakan pembaruan-pembaruan di segala bidang guna meningkatkan mutu hidupnya.Ciri khasnya ialah kemampuan manusia untuk belajar dan menemukan sesuatu baru demi perbaikan hidupnya.Oleh sebab itu kebudayaan dapat dibatasi sebagai keseluruhan penemuan manusia demi perbaikan hidup manusiawi.Kebudayan harus selalu mempunyai nilai hidup, artinya harus selalu mengabdi kepada kehidupan manusiawi.Dalam rangka meningkatkan mutu hidup itu, manusia menciptakan teknik-teknik dan organisasi- organisasi termasuk negara untuk meningkatkan efisiensi kerja guna mencapai hasil sebanyak mungkin dengan tenaga yang tersedia.Manusia selalu berusaha memperbaiki keduanya itu dalam pembaruan-pembaruan dan penemuan-penemuan baru.

Setiap kebudayaan terdiri atas banyak unsur yang biasa dibagi dalam tujuh kelompok yang disebut universalia budaya (cultural universals) karena bersifat universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau teknologi, mata pencarian dan sistem-sistem ekonomi,sistem-sistem sosial, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi termasuk moralnya. Berkat semuanya itu manusia dapat Setiap kebudayaan terdiri atas banyak unsur yang biasa dibagi dalam tujuh kelompok yang disebut universalia budaya (cultural universals) karena bersifat universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau teknologi, mata pencarian dan sistem-sistem ekonomi,sistem-sistem sosial, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi termasuk moralnya. Berkat semuanya itu manusia dapat

Dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 ditandaskan bahwa “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia

seluruhnya.” Dengan perkataan lain, subyek kebudayaan nasional Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia, bukan suku bangsa ini atau suku bangsa itu. Secara

tersirat itu berarta bahwa kebudayaan nasional Indonesia baru muncul dengan terbentuknya bangsa Indonesia.Sebelumnya yang ada ialah kebudayaan- kebudayaan daerah.Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia masih muda dan sedang pada tahap penyusunan dan pengembangan, biarpun unsur-unsurnya sudah tua.“Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa,” demikian penjelasan pasal 32 UUD 1945 tersebut lebih lanjut.Artinya, kebudayaan nasional Indonesia terdiri atas unsur-unsur kebudayaan daerah yang dapat dinilai sebagai puncak-puncaknya.Unsur-unsur yang baik diambil alih dan dikembangkan, sedangkan unsur-unsur yang kurang baik secara berangsur-angsur disingkirkan. Dalam GBHN 1978 ditetapkan sehubungan dengan Wawasan Nusantara : “ Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan

corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya.” Dengan

demikian kebudayaan nasional Indonesia adalah bhineka tunggal ika, satu tetapi beraneka ragam.

Nilai-nilai moral yang tekandung dalam Pancasila adalah bagian inti kebudayan nasional Indonesia itu.Moral Pancasila bukanlah semata-mata satu bagian di samping bagian-bagian lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan jiwanya. Moral Pancasila mengarahkan kebudayaan kita pada tujuannya dan memberikan dimensi manusiawi kepadanya.“Bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan Pribadi Manusia Indonesia harus benar-benar menunjukkan nilai hidup dan makna kesusilaan yang dijiwai Pancasila,” demikian ditetapkan dalam

GBHN 1978 tersebut. Berkat peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia akan dapat memegang peranan yang diharapkan, yaitu sebagai panglima kehidupan bangsa Indonesia. Dalam arti ini kebudayaan nasional dapat berfungsi sebagai GBHN 1978 tersebut. Berkat peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia akan dapat memegang peranan yang diharapkan, yaitu sebagai panglima kehidupan bangsa Indonesia. Dalam arti ini kebudayaan nasional dapat berfungsi sebagai

2.6 Pancasila Dasar Pengembangan Kebudayaan

Oleh sebab itu Moral Pancasila adalah juga dasar atau landasan ideal pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Sesuai dengan itu dalam GBHN 1978 “Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma - norma Pancasila dan

diarahkan pada penerapan nilai - nilai yang tetap mencerminkan kepribadian bangsa dan meningkatkan nilai - nilai luhur”.

Pertama hal itu berarti bahwa Moral Pancasila merupakan pedoman evaluasi dan seleksi atau penyaringan unsur- unsur budaya yang digunakan untuk menyusun dan mengembangkan kebudayaan kita. Unsur - unsur dari kebudayaan daerah yng bertentangan dengan Pancasila harus ditolak dan disingkirkan secara perlahan, sedangkan unsur – unsurnya yang sesuai dengan sila – silanya dipelihara dan dikembangkan.Oleh sebab itu ditandaskan dalam GBHN bahwa “perlu ditiadakan dan dicegah nilai – nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit”. Hal itu juga berlaku bagi unsur - unsur kebudayaan - kebudayaan asing.

Dalam pembentukan kebudayaan nasional Indonesia kita harus terbuka. Dalam penjelasan pasa 32 UUD1945 ditandaskan bahwa usaha kebudayaan kita “tidak

menolak bahan - bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indo nesia”. Dengan perkataan lain, kita harus menolak yang bertentangan dengan Pancasila tetapi bersedia menyerap unsur - unsur positif yang sesuai dengan sila - silanya. Sehubungan dengan itu dalam GBHN 1978 ditandaskan “Dengan tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkeribadian dan berkesadaran maka sekaligus dapat ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, sedang di lain pihak ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai dari luar yang positif dan yang memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.

Semuanya itu berarti bahwa kita harus terbuka untuk akulturasi. Dari sejarah kita tahu bahwa kebudayaan yang menutup dirinya dan menolak pertukaran dengan kebudayaan – kebudayaan lain biasanya macet dan ketinggalan jaman. Akulturasi adalah perlu bagi setiap kebudayaan, tidak hany untuk berkembang tetapi juga

untuk bertahan. Pancasila adalah hasil akulturasi serupa itu seperti ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun ke-24 Parkindo di Surabaya tanggal 15 Nopember 1969: “Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan Bangsa kita sendiri, melihat pengalaman bangsa – bangsa lain, diilhami oleh ide – ide besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian Bangsa kita sendiri dan ide besar Bangsa kita sendiri”. Dengan perkataan lain, Pancasila adalah pusaka lama yang tumbuh dari jiwa dan kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi telah berkembang di bawah ilham ide – ide besar dunia sehingga dapat menjadi dasar falsafat negara modern, lagi pula berfungsi sebagai pangkal pembaruan lebih lanjut untuk membangun masadepan bangsa yang lebih baik. Pancasila menolak pendirian sempit yang enggan mengambil unsur – unsur asing, tetapi juga menolak pendirian ekstrem lainnya, yang terlalu bersemangat untuk meniru segala sesuatu yang dating dari dunia Barat dan mengacaukan modernisasi dengan westernisasi. Hal ini ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-

25 Univesitas Gajah Mada tanggal 19 Desember 1974 sebagai berikut: “Dan jika dikatakan bahwa pembangunan memerlukan pembaharuan, maka pembaharuan”.

2.7 Nilai-Nilai Kebudayaan yang Terkandung Dalam Sila-Sila Pancasila

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai – nilai Pancasila itu memenuhi kriteria puncak – puncak kebudayaan dengan segala fungsinya. Selain sebagai dasar Negara, kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai budaya bangsa.Pancasila sebagai budaya bangsa karena sebelum disahkan menjadi dasar Negara, nilai-nilai telah ada dalam kehidupan bangsa Indonesia.Nilai-nilai itu berupa nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai agama.Kemudian para pendiri Negara mengangkat nilai-nilai tersebut dan merumuskannya secara musyawarah berdasarkan moral yang luhur malalui siding BPUPKI, Panitia Sembilan, dan siding PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Pancasila merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat berniali. Sesuatu dikatakan bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral), dan nilai religius (nilai agama).Kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun Pancasila merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat berniali. Sesuatu dikatakan bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral), dan nilai religius (nilai agama).Kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun

Dalam menghadapi alam sekitarnya manusia membuat sesuatu dengan budi pekertinya.Sesuatu yang diciptakan manusia disebut kebudayaan. Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terdapat nilai rohani yang mengatur hubungan Negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai hak asasi manusia. Nilai pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa jelas sangat luas persebarannya di kalangan masyarakat Indonesia yang majemuk dengan keanekaragaman kebudayaannya.Dapat dikatakan bahwa tidak satupun suku bangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, sopan santun, dan menghormati orang lain. Mengenai sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab juga merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia tanpa Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, sopan santun, dan menghormati orang lain. Mengenai sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab juga merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia tanpa

3. Persatuan Indonesia.

Dalam sila ini terkandung nilai yang menjunjung tinggi tradisi perjuangan dan kerelaan untuk berkorban serta menjaga kehormatan bangsa dan Negara. Sila ketiga, Persatuan Indonesia juga merupakan salah satu puncak kebudayaan yang mencerminkan nilap budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan Nusantara untuk mempersatukan diri mereka sebagai satu bangsa yang berdaulat.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan menceminkan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat majemuk Indonesia yang menghargai tinggi kedaulatan rakyat untuk melakukan kesepakatan dalam mencari kebijaksanaan lewat musyawarah.Nilai-nilai budaya yang menghargai kepentingan kolektif lebih tinggi daripada kepentingan individu itu merupakan gejala yang universal dan relevan sebagai kendali dalam menghadapi perkembangan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan. Dalam sila ini terkandung nilai agar manusia Indonesia menjunjung tinggi tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.selain itu juga tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menegakkan kebenaran, keadilan, kehidupan yang bebas, adil, dan sejahtera.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik jasmani maupun rohani.Nilai-nilai dalam sila ini meliputi keselarasan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta nilai kedermawanan terhadap sesama. Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak perlu dijelaskan lagi, betapa sesungguhnya nilai- nilai keadilan itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik jasmani maupun rohani.Nilai-nilai dalam sila ini meliputi keselarasan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta nilai kedermawanan terhadap sesama. Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak perlu dijelaskan lagi, betapa sesungguhnya nilai- nilai keadilan itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat

Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.Nilai-nilai tersebut menjadi sumber moral dan menciptakan kebudayaan daerah. Pancasila sebagai sumber dari kebudayaan bangsa meliputi se3ni, adat istiadat, pemikiran, tata cara bergaul, ekonomi, sikap, dan sifat manusia Indonesia. Dengan landasan Pancasila maka kebudayaan yang tumbuh merupakan kebudayaan yang baik.Pancasila sebagai landasan untuk menyaring kebudayaan asing yang tidak baik.

Banyak filosofi bangsa ini yang tercermin dalam lima sila pada pancasila. Tiap butir Sila mengandung banyak nilai kehidupan luhur perjalanan bangsa ini, perjuangan para pahlawan bangsa maupun cita-cita utama didirikanya sebuah negara yang bernama Indonesia. Tetapi, pancasila sudah mulai sepi dari pembicaraan publik padahal Pancasila sebagai dasar negara merupakan puncak kesepakatan nasional. Nilai-nilai Pancasila sudah mulai dilupakan dan hanya menjadi kalimat-kaimat yang hampa karena tidak direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat dan pemimpin Negara ini. Inilah sebuah fakta di negeri yang katanya kaya akan segalanya tetapi miskin akan penerapan norma luhur bangsa sendiri, sebuah fakta sosial yang tidak bisa terelakan. Akar penyebabnya karena putra-putri Ibu Pertiwi cenderung melupakan jati diri bangsa tersebut. Para pedagang asing begitu leluasa menjajakan ideologi impor dari berbagai penjuru dunia. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol semata. Para pejabat hanya mementingkan dirinya maupun golongannya untuk mencari keuntungan. Mereka seakan tidak ingat tugas dan amanah yang diberikan kepada dirinya. Penyelewengan terhadap Pancasila-pun sedang terjadi akhir-akhir ini, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, dalam sila ini terkandung isi bahwa negara kita mengakui tentang rasa tenggangrasa antar umat beragama, negara kita juga mengatur tentang agama yang dipelihara oleh Pemerintah yaitu Islam, kristen, katholik, Hindu, Budha, Dan Khonghucu. Jadi apabila seorang atau kelompok ingin merubah sila pertama menjadi sebuah idiologi menurut kepercayaan tertentu baik Banyak filosofi bangsa ini yang tercermin dalam lima sila pada pancasila. Tiap butir Sila mengandung banyak nilai kehidupan luhur perjalanan bangsa ini, perjuangan para pahlawan bangsa maupun cita-cita utama didirikanya sebuah negara yang bernama Indonesia. Tetapi, pancasila sudah mulai sepi dari pembicaraan publik padahal Pancasila sebagai dasar negara merupakan puncak kesepakatan nasional. Nilai-nilai Pancasila sudah mulai dilupakan dan hanya menjadi kalimat-kaimat yang hampa karena tidak direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat dan pemimpin Negara ini. Inilah sebuah fakta di negeri yang katanya kaya akan segalanya tetapi miskin akan penerapan norma luhur bangsa sendiri, sebuah fakta sosial yang tidak bisa terelakan. Akar penyebabnya karena putra-putri Ibu Pertiwi cenderung melupakan jati diri bangsa tersebut. Para pedagang asing begitu leluasa menjajakan ideologi impor dari berbagai penjuru dunia. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol semata. Para pejabat hanya mementingkan dirinya maupun golongannya untuk mencari keuntungan. Mereka seakan tidak ingat tugas dan amanah yang diberikan kepada dirinya. Penyelewengan terhadap Pancasila-pun sedang terjadi akhir-akhir ini, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, dalam sila ini terkandung isi bahwa negara kita mengakui tentang rasa tenggangrasa antar umat beragama, negara kita juga mengatur tentang agama yang dipelihara oleh Pemerintah yaitu Islam, kristen, katholik, Hindu, Budha, Dan Khonghucu. Jadi apabila seorang atau kelompok ingin merubah sila pertama menjadi sebuah idiologi menurut kepercayaan tertentu baik

Fakta Selanjutnya yaitu tentang sila kedua. Dalam sila ini diakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda- bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Tetapi hal ini seakan tidak berlaku bagi rakyat Indonesia. Fakta jika Pancasila itu ditinggalkan pun terlihat pada Sila Ketiga dan kelima. Dalam sila ini dituliskan tentang bagaimana rakyat Indonesia dulu saling membantu, saling bergotong royong demi kemajuan dan kepentingan negara. Tetapi saat ini semuanya berubah, globalisasi merubah watak dan karakter warga masyarakat yang dulunya memelihara kebersamaan dan gotong royong sekarang menjadi warga negara yang Individual. Ini bukan karakter dan watak dari Idiologi pancasila tetapi ini adalah sebuah idiologi baru yang entah dari mana asalnya. Dalam sila ketiga dicantumkan pula bagaimana seorang yang beridiologi Pancasila harus Cinta terhadap tanah airnya tetapi kenyataan berkata lain, sekarang banyak warga masyarakat yang tidak mengerti apa saja isi dari Pancasila itu sendiri contoh lain banyak warga masyarakat yang malah sibuk belajar bagaimana berbahasa Inggris yang Baik dan Benar tetapi masyarakat itupun seolah-olah lupa dengan bahasa Indonesia maupun bahasa dari daerahnya itu sendiri. Tetapi, ini Fakta yang memang ada di negeri kita. Nilai demokrasi yang terdapat dalam sila keempat yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, sekarang hilang. Ini terbukti banyak permasalahan yang akhirnya menimbulkan korban jiwa, padahal jelas dalam sila tersebut semua permasalahan harus diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai sebuah kesepakatan yang harus dilaksanakan. Fakta-fakta diatas hanyalah sebagian kecil dari realita sosial tentang hilangnya Idiologi Pancasila. Realita sosial yang ada tetapi mungkin tidak kalian rasakan. Hal ini terjadi di negeri kita, terjadi terhadap idiologi Pancasila. Jika hal ini terus terjadi tanpa ada penangan yang tepat,Negara ini akan menjadi Negara yang aburadul dan tidak terkontrol, bahkan Negara ini akan rubuh dengan sendirinya karena salah satu tiang penyangga Negara ini telah goyah dan terlupakan. Sebagai pemuda Indonesia sudah selayaknya kita kembali sebagai generasi Pancasila, sebuah generasi yang menjunjung Keberagaman, Persamaan

Hak maupun Kewajiban, generasi yang selalu bergandengan tangan untuk menyelesaikan semua permasalahan dengan cara yang baik benar dan sesuai dengan Undang-Undang, sebuah generasi yang cinta dengan bangsa maupun negaranya. Yakinlah bahwa Pancasila sudah menjadi yang terbaik bagi Indonesia tercinta.

Dengan demikian jelaslah bahwa Pancasia itu harus diperlukan bukan sekedar sebagai ideologi politik, melainkan sebagai nilai budaya inti (core value) yang menjiwai kehidupan dan berfungsi sebagai motor serta symbol pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan. Sebagai perangkat nilai inti, Pancasila tidak hanya akan berfungsi sebagai kerangka acuan bagi segenap warga negara dalam menghadapi tantangan, melainkan juga sebagai kendali yang mengikat arah perkembangan kebudayaan agar tidak terlepas dari akarnya. Sementara itu sebagai simbol pengikat persatuan, Pancasila yang terwujud sebagai konfigurasi perangkat nilai budaya inti yang diyakini kebenarannya sebagai acuan bersama, mempunyai kekuatan integratif dalam masyarakat majemuk yang mempunyai aneka ragam latar belakang kebudayaan. Oleh karena itu ia harus diwujudkan secara nyata dalan pengembangan kebudayaan bangsa yang akan berfungsi sebagai acuan bagi masyarakat dalam menyelanggarakan kehidupan sehari-hari maupun dalam menggapai tantangan kemajuan.

Mengingat arti pentingnya Pancasila sebagai kerangka acuan yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, ia haru s “dilestarikan” secara aktif melalui proses pendidikan dalam arti luas. Nilai – nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh (integrated value) harus diutamakan dan dikukuhkan dalam kehidupan masyarakat sehari – hari dan bukannya untuk dihafalkan unsur - unsurnya secara lepas, apabila dipuja – puja sebagai sesuatu yang sakti. Perlakuan nilai - nilai inti Pancasila secara lepas hanya akan memicu fanatisme dan memancing konflik sosial, politik dan kebudayaan yang semakin tajam dikalangan masyarakat majemuk yang cenderung memilih pengutamaan salah satu nila inti sebagai simbol integratif kelompok sosial masing - masing. Sementara itu pemuja Pancasila sebagai rumusan etos budaya bangsa yang sakti atau sacral, hanya akan menambah jauh nilai - nilai budaya inti dari kehidupan nyata para pendukungnya.

Oleh karena itu Pancasila harus diterjemahkan sebagai kerangka acuan bagi perkembangan pranata sosial dan pengembangan sikap serta pola tingkah laku masyarakat dalam menghadapi tantangan hidup yang penuh dinamika.

Pancasila merupakan cerminan dari kebudayaan yang kita miliki. Kebudayaan kita selalu beralaskan pada butir-butir Pancasila sehingga kebudayaan dapat juga sebagai jati diri bangsa yang dapat mewakili kepribadian Bangsa Indonesia. Wujud kebudayaan dapat menjadi daya pembeda antara kepribadian bangsa satu dengan bangsa lainnya. Banyak kebudayaan bangsa lain yang masuk ke masyarakat Indonesia tetapi menerima begitu saja tanpa memilah-milah atau menyaring mana yang positif dan negatif, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan karakter dan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia yang beralaskan Pancasila. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, agar dapat menghayati dan mengamalkan dengan tepat mengenai nilai luhur Pancasila dalam kebudayaan Bangsa. Pancasila menjadi nyawa untuk Bangsa Indonesia , dan menjadi dasar Negara yang memberi kekuatan bangsa untuk mempertahankan dan memperkokoh tiang Negara. Dengan adanya Pancasila sebagai dasar Negara, bangsa Indonesia tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan dan dapat menjadi negara kokoh dan mempunyai arah tujuan yang jelas untuk dicapai. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga Negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalannkan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan Negara Indonesia sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar Negara tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pancasila ialah sebagai dasar negara yang sering disebut dasar falsafah negara (philosophiche grondslag atau dasar filsafat negara) ideologi negara (staatsidee), dari negara.

2. Pengertian budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedangkan pendapat lain menyatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi berkaitan dengan unsur rohani dan daya berkaitan dengan unsur jasmani manusia. Dengan demikian budaya merupakan hasil budi dan daya manusia

3. Pancasila sebagai budaya bangsa, yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Indikator Pancasila dijadikan sebagai roh kebudayaan Bangsa Indonesia adalah setiap kebudayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia selalu beralaskan Pancasila dan Pancasila sebagai penyaring kebudayaan- kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

3.2 Saran

Pancasila merupakan cerminan dari kebudayaan yang kita miliki. Kebudayaan- kebudayaan kita selalu beralaskan pada butir-butir Pancasila. Sehingga kebudayaan dapat juga sebagai jati diri bangsa yang dapat mewakili kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus menjaga kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang beralaskan pada butir-butir Pancasila dan mewakili kepribadian bangsa Indonesia.