Analisa Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar dengan Antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

(1)

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

ISHLAH HAYATI BR SEMBIRING 061000297

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS PERTUMBUHAN ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN ANTROPOMETRI

DI DESA LAU BEKERI KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Selasa, Tanggal 10 Agustus 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr.Ir. Zulhida Lubis, M.Kes) (Dra. Jumirah, Apt, M.Kes) NIP. 196205291989032001 NIP.195803151988115001

Penguji II Penguji III

(Dr. Ir. Evawany Y, Aritonang, M.Si) (Ernawati Nasution, SKM,M.Kes) NIP.1320049788 NIP.197002121995012001

Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, MS) NIP. 196108311989031001


(3)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual seperti cara berpikir, emosional (pergaulan) maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri. Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 561 sampel. Data primer diperoleh dengan cara pengukuran BB dan TB anak dari kelas 1 – 6, serta didukung dengan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 74,4% pada anak laki-laki dan 74,9% anak perempuan, sedangkan menurut TB/U sebagian besar berada pada kategori normal sebanyak 64,7%. Menurut pertumbuhan IMT lebih banyak anak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 85,4%.

Diharapkan untuk sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri untuk lebih memantau pertumbuhan anak didiknya untuk menuju pertumbuhan yang lebih baik lagi, sedangkan untuk orang tua terutama ibu untuk lebih memberkan makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.

.


(4)

ABSTRACT

Children of primary school age includes those who are growing either intellectually, emotionally or physically in which the rate of growth is not same for each aspect that various rates of growth occurs with the three aspects.

The present study intends to know the growth of the children of primary school at Lau Bekeri Village of Kutalimbaru Subregency of Deli Serdang Regency in 2010. The type of the study is a descriptive survey to analyze the growth of any child of primary school using antropometrics. The population of the study included all the children of state and private primary school of 561 samples. The primary data were collected by adirect measurement of primary school children ranging 1 to 6 grades and supported bya the secondary data.

The result of the study showed that according to BW/A, the normal Body Weight was of 74,4%, the less Body Weight was of 21,6% and the significantly less Body Weight was of 4%. Whereas according to the BH/A, the normal Body Heigth was of 64,7%, the shorter BH was of 23,7% and the significantly shorter BH was of 8,9%, the significantly lean was of 2,1%, the fat category was of 3% and the significantly fat was of 0,55%.

It is expexted that the primary schools of Lau bekeri Village to more monitor the growtgh of their children to reach better growth, whereas the p[arents particulary the mother to more provide them with the more adequate nutritional foods.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ishlah Hayati Br Sembiring

Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 26 Oktober 1980

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Pales 3 No 40 Medan Tuntungan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1987 : SD Impres 065012 Medan Tuntungan 2. Tahun1994 : SLTP Negeri 1 Kayu Laut Penyabungan 3. Tahun 1997 : SMU Negeri 1 Pancur Batu

4. Tahun 2004 : Akademi Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan 5. Tahun 2006 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar dengan Antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dna dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Ketua Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Gizi. 4. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan ibunda


(7)

5. Seluruh sahabat, teman dan pihak yang telah banyak membantu penulis baik besar maupun kecil semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang lebih baik..

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Juli 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ……… iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar (SD) ... 7

2.1.1. Karakteristik Anak Usia SD ... 8

2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah Dasar ... 11

2.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar ... 11

2.3. Antropometri ... 18

2.3.1. Pengertian Antropometri ... 18

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Antropometri ... 18

2.4. Indeks Antropometri ... 20

2.4.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 21

2.4.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 22

2.4.3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 23

2.5. Cara Pengukuran Tinggi Badan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2. Waktu Penelitian ... 28


(9)

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1. Data Primer ... 29

3.4.2. Data Sekunder ... 29

3.5. Definisi Operasional ... 30

3.6. Aspek Pengukuran ... 30

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 31

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 31

3.7.2. Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 33

4.2. Gambaran Umum Responden ... 33

4.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri ... 35

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U ... 43

5.2. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U ... 44

5.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/TB ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan BB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan TB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.4. Distribusi Rata-rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak

Perempuan Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.5. Distribusi Rata-rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak

Laki-laki Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri

Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan

IMT di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.7. Distribusi Rata-rata IMT dengan Median Standar WHO 2007

Anak Perempuan Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.8. Distribusi Rata-rata IMT dengan Median Standar WHO 2007

Anak Laki-laki Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Data Nama-nama Siswa SD Negeri dan Swasta di Desa Lau Bekeri

Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 50

Lampiran 2 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara ... 70 Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Hubungan antara Status Gizi dengan Pertumbuhan ... 13 Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian ... 28 Gambar 3 : Grafik Rata-rata TB/U Anak perempuan dibandingkan dengan

Nilai Median ... 38 Gambar 4 : Grafik Rata-rata TB/U Anak Laki-laki dibandingkan dengan Nilai

Median ... 39

Gambar 5 : Grafik Rata-rata IMT/U Anak Perempuan dibandingkan dengan Nilai

Median ... 41 Gambar 6 : Grafik Rata-rata IMT/UAnak Laki-laki dibandingkan dengan Nilai


(13)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual seperti cara berpikir, emosional (pergaulan) maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri. Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 561 sampel. Data primer diperoleh dengan cara pengukuran BB dan TB anak dari kelas 1 – 6, serta didukung dengan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 74,4% pada anak laki-laki dan 74,9% anak perempuan, sedangkan menurut TB/U sebagian besar berada pada kategori normal sebanyak 64,7%. Menurut pertumbuhan IMT lebih banyak anak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 85,4%.

Diharapkan untuk sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri untuk lebih memantau pertumbuhan anak didiknya untuk menuju pertumbuhan yang lebih baik lagi, sedangkan untuk orang tua terutama ibu untuk lebih memberkan makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.

.


(14)

ABSTRACT

Children of primary school age includes those who are growing either intellectually, emotionally or physically in which the rate of growth is not same for each aspect that various rates of growth occurs with the three aspects.

The present study intends to know the growth of the children of primary school at Lau Bekeri Village of Kutalimbaru Subregency of Deli Serdang Regency in 2010. The type of the study is a descriptive survey to analyze the growth of any child of primary school using antropometrics. The population of the study included all the children of state and private primary school of 561 samples. The primary data were collected by adirect measurement of primary school children ranging 1 to 6 grades and supported bya the secondary data.

The result of the study showed that according to BW/A, the normal Body Weight was of 74,4%, the less Body Weight was of 21,6% and the significantly less Body Weight was of 4%. Whereas according to the BH/A, the normal Body Heigth was of 64,7%, the shorter BH was of 23,7% and the significantly shorter BH was of 8,9%, the significantly lean was of 2,1%, the fat category was of 3% and the significantly fat was of 0,55%.

It is expexted that the primary schools of Lau bekeri Village to more monitor the growtgh of their children to reach better growth, whereas the p[arents particulary the mother to more provide them with the more adequate nutritional foods.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Narendra, dkk, 2002).

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan untuk mempertinggi kualitas sumber daya anak sekolah dasar adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi sehari-hari, karena anak pada usia sekolah sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat yang ditandai oleh pertambahan tinggi badan dan berat badan (Depkes RI, 1994).

Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik-herediter-konstitusi dengan faktor lingkungan, baik lingkungan prenatal maupun lingkungan postnatal. Faktor lingkungan ini yang memberikan segala macam kebutuhan yang merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh anak untuk tumbuh dan berkembang (Narendra, dkk, 2002).


(16)

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakter utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan-perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Menurut Hutagalung (2008), pada usia enam sampai pubertas (18 tahun), anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.

Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya dilaksanakan pemantauan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TBABS) di seluruh Indonesia, memberikan gambaran rata-rata tinggi-badan dan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia sekolah. Secara nasional, rata-rata tinggi badan adalah 114,9 cm (91,0% terhadap standar WHO-NCHS) untuk anak laki-laki, sementara untuk anak perempuan 114,0 cm (90,6% terhadap standar WHO-NCHS). Sedangkan prevalensi gangguan pertumbuhan adalah 32% untuk wilayah pedesaan dan 18% untuk wilayah perkotaan. Informasi ini dapat dijadikan sebagai data dasar evaluasi kecenderungan pertumbuhan berikutnya (Depkes, 1999).

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama dalam bentuk program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi. Kemiskinan dan kurang gizi yang saling berkaitan, akan mempengaruhi tumbuh kembang, oleh karena itu pemantauan tumbuh kembang anak,


(17)

disertai perbaikan gizi masyarakat akan memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembang anak dan juga pada peningkatan produktivitas, yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan perkapita (Baliwati dkk, 2002).

Menurut Sihadi (2004), makanan jajanan memegang peranan penting dalam memberikan kontribusi tambahan untuk memenuhi kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Untuk memperoleh tambahan energi yang sudah mulai menurun sejak beberapa jam masuk sekolah, maka semua anak memperolehnya dari makanan jajanan. Jika makanan jajanan yang dijual dilingkungan sekolah cukup baik mutu gizi dan kebersihannya, anak-anak akan mendapat manfaat tambahan zat gizi. Bagi anak sekolah, makanan jajanan juga sebagai pengenalan akan beraneka jenis makanan jajanan yang dapat menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil. Di Indonesia interpretasi status gizi dengan metode antropometri menggunakan standart WHO (2007). Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja lewat pemberian latihan sederhana. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil faktor yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak (Soetjiningsih, 1995).

Berdasarkan data Susenas BPS (1999) secara nasional lebih dari 30% rumah tangga rawan pangan di daerah perkotaan 27% dan pedesaan sekitar 33%. Jumlah persentasi rawan pangan pada tingkat rumah tangga di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Di pedesaan dijumpai 40-50% rumah tangga defisit


(18)

energi dan protein (Handewi, dkk, 2004). Dari keadaan rawan pangan maka timbul masalah gizi, salah satunya status gizi pada anak sekolah dasar. Data di Sumatera Utara masalah gizi anak sekolah dasar ditinjau dari TB/U yaitu sebanyak 39,3% (BPS, 1999).

Desa Lau Bekeri merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kutalimbaru. Desa Lau Bekeri secara geografis merupakan desa yang penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan berdagang. Berdasarkan dari hasil interview terhadap beberapa siswa sekolah dasar di Desa Lau Bekeri rata-rata orang tua bekerja setiap hari dari pagi sampai sore hari, karena kesibukan yang dialami oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka timbul kebiasaan yaitu orang tua di desa tersebut kurang memperhatikan asupan gizi anaknya, misalnya anak-anaknya tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, mereka hanya diberi uang saku untuk membeli makanan di sekolah, sehingga anak membiasakan mengkonsumsi makanan yang dijual di warung, sementara keseimbangan gizi dan kebersihannya kurang diperhatikan. Sedangkan untuk kondisi tubuh anak-anak di desa tersebut lebih banyak yang memiliki tubuh kurus itu disebabkan karena sepulang sekolah anak-anak menghabiskan waktu hanya bermain. Pentingnya gizi bagi siswa, baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan merupakan tugas bagi orang tua. Pertumbuhan dan perkembangan bagi anak sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting untuk menuju perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak dari


(19)

kelas satu sampai dengan kelas enam yang diukur dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pertumbuhan anak sekolah dasar menurut antropometri yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U).

2. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U).


(20)

3. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan indeks massa tubuh (IMT).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi setiap sekolah dan Dinas Pendidikan mengenai pertumbuhan anak di masing-masing sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

2. Bagi orang tua dapat dijadikan pengetahuan atau pengalaman sehingga dapat lebih memahami dan mengerti pentingnya gizi pada anak usia sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan anak


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak Sekolah Dasar (SD)

Menurut Hutagalung, M (2009), anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas tiga, memiliki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) yang dikutip Hutagalung, M (2009), anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan


(22)

negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget (1992), yang dikutip Hutagalung M (2009), mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, tahap operasional usia 2-6 tahun, tahap operasional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.

Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama (Hutagalung, M, 2009).

2.1.1. Karakteristik Anak Usia SD

Karakteristik anak usia sekolah dasar (SD) adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga


(23)

menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.

b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering

kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.

2. Perkembangan Intelektual dan Emosional

a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.


(24)

b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.

d. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.

e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.


(25)

f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat (Sofa, 2008).

2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak), sel-sel organ tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertumbuhan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya serta pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala (Nursalam, 2005)

Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan jaringan diantara sel-sel bertambah banyak. Selama pembiakan sel-sel berkembang menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain (Masudah, 2008).


(26)

2.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Dari penilaian status gizi tersebut dapat memantau kecepatan pertumbuhan anak, pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan dari waktu ke waktu, sehingga diperoleh pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu melalui penilaian status gizi tersebut.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gangguan gizi terjadi baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih (Almatsier, 2004).


(27)

Hubungan antara status gizi dan pertumbuhan dapat dijabarkan dalam skema seperti pada gambar 1.

Gambar 1 : Hubungan antara status gizi dengan pertumbuhan

Status pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan dari waktu ke waktu, untuk memantau pertumbuhan tersebut dilakukan dengan melihat status gizi yang diperoleh melalui keseimbangan asupan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi setiap hari. Status gizi merupakan gambaran tingkat pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu.

Untuk menilai kecepatan pertumbuhan atau pencapaian pertumbuhan seorang anak didasarkan pada ukuran fisik tubuh (Antropometri), sehingga ukuran-ukuran atau indeks antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi anak. Untuk menentukan status gizi dalam suatu survei gizi tidak sesederhana menentukan status

Status Gizi

(Status Keseimbangan Asupan dan Kebutuhan Zat Gizi)

Status Pertumbuhan

Pertumbuhan dari waktu ke

waktu

Pencapaian pertumbuhan

pada saat tertentu


(28)

gizi perorangan. Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu angka acuan standar WHO. Dengan rumusan tertentu dapat dihitung nilai Z skor dari nilai BB/U. Z skor yang bernilai plus-minus 1 sampai 3 SD menentukan jenis status gizi (Supariasa, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Faktor Genetik

b. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal) a. Faktor Heredekonstitusionil (Genetik)

Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. Faktor hereditas atau genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

Faktor yang juga termasuk heredekonstitusionil yaitu sebagai berikut (Masudah, 2008) :

1. Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri.

2. Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih.


(29)

Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.

b. Faktor Lingkungan (pranatal dan pascanatal) 1. Faktor Pranatal

a). Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain)

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi barat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.

b). Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.

c). Toksin/ zat kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.

d). Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia.


(30)

e). Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).

Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.

f). Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.

g). Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus).

Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.


(31)

h). Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.

i). Stres

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).

2. Faktor Pascanatal.

a). Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.

b). Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

c). Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.

d). Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.

e). Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologi dan lain-lain.


(32)

2.3. Antropometri

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi.

2.3.1. Pengertian Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometeri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalan tubuh (Supariasa. 2002).

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Antropometri

Sebelum menguraikan tentang keunggulan antropometri sebaiknya mengenal apa yang mendasari penggunaan antropometri. Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri yaitu :

1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa dan alat pengukur yang bisa dibuat sendiri di rumah.

2. Pengukuran dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan mudah dan objektif. 3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga profesional, juga oleh tenaga lain

setelah dilatih untuk itu

4. Biaya relatif murah, karena alat ini mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lain


(33)

5. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas dan buku rujukan yang sudah pasti

6. Diakui kebenarannya secara ilmiah

Keunggulan antropometri menurut Supariasa (2002), yaitu sebagai berikut : 1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang

besar

2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih

3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama dapat dipesan dan dibuat didaerah setempat.

4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah diambang batas yang jelas

7. Metode antropometeri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya

8. Metode antropometeri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok rawan terhadap gizi.

Ukuran (parameter) yang biasa digunakan dalam antropometri gizi adalah : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), Lingkar Kepala (LK), Lingkar Dada (LD), Lapisan lemak di bawah kulit (LLBK) dan umur.


(34)

Disamping keunggulan tersebut diatas terdapat juga beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut :

1. Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe

2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri

3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi

4. Kesalahan ini terjadi karena : a. Pengukuran

b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan c. Analisis dan asumsi yang keliru

5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan a. Latihan petugas yang tidak cukup

b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera c. Kesulitan pengukuran

2.4. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinsi dari beberapa parameter disebut indeks antropometri. Disamping mudah penggunaannya, biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan cara lain yang menggunakan pemeriksaan laboratorium dan klinis. Ada beberapa indeks


(35)

antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentile baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku Wolanski. Tiga dari indeks antropometri tersebut diatas yang paling sering digunakan karena pengukurannya lebih baik yaitu (Hastoety, 2002) :

2.4.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya (Soetjiningsih, 2001).

Berat badan yaitu satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

1. Kelebihan Indeks BB/U

Indeks berat badan nyai beberapa kelebihan antara lain :

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

c. Berat badan dapat berfluktuasi

d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)


(36)

2. Kelemahan Indeks BB/U

Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain :

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status Gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites

b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditafsir secara tepat

c. Memerlukan data umur yang akurat

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.

Berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) terhadap baku rujukan WHO-NCHS (2007), maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :

1. BB Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2 2. BB Kurang : Z skor≥ - 3 s/d < - 2 3. BB Sangat kurang : Z skor < - 3

2.4.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Berikut kelemahan dan keuntungan dari indeks menurut TB/U yaitu :


(37)

a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa 2. Kelemahan Indeks TB/U

a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya

c. Ketepatan umur sulit didapat

Berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (TB/U) terhadap baku rujukan WHO-NCHS (2007), maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu : 1. TB Normal :Z-skor ≥ - 2 s/d ≤ 3

2. TB Pendek : Z- skor ≥ - 3 s/d - 2 3. TB Sangat pendek : Z skor < - 3

4. TB Lebih dari normal : Z skor > 3

2.4.3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk, 2001).

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan


(38)

secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Kom,posisi tubuh mencakup komponen lamak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT

Berat badan (kg) IMT =

Tinggi bBadan (m) x Tinggi Badan (m)

Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) terhadap baku rujukan WHO-NCHS (2007), indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :

1. Sangat gemuk : Z skor > 3

2. Gemuk : Z skor > 2 s/d ≤ 3 3. Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2 4. Kurus : Z skor ≥ - 3 s/d < 2 5. Sangat kurus : Z skor < - 3

Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepatakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu : persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit.


(39)

a. Persen terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi, dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas.

b. Persentil

Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatsny dan setengahnya berada dibawahnya. National Center of Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. Contoh 100 anak yang diukur tingginya, kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Seorang anak (Ali) berada pada urutan ke 15 berarti persentil 15, hal ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85 anak berada diatasnya (Supariasa, 2002).

c. Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO (2007), menyarankan untuk menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

2.5. Cara Pengukuran Tinggi Badan Anak SD

Pengukuran tinggi badan secara periodik bermanfaat untuk mengevaluasi kecenderungan pertumbuhan fisik anak usia sekolah. Disamping itu, informasi ini juga sangat berguna untuk para penentu kebijakan dalam rangka perencanaan dan


(40)

intervensi upaya peningkatan status gizi pada umumnya serta sebagai indikator pembangunan. (Depkes RI, 1999).

a. Posisi Anak, dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Sewaktu diukur anak tidak boleh memakai alas kaki (sandal, sepatu) dan penutup kepala (topi atau kerudung)

2. Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran berada ditengah bagian kepala

3. Posisi anak tegak bebas, tidak sikap tegak seperti tentara 4. Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke badan 5. Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat

6. Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding 7. Anak menghadap dengan pandangan lurus ke depan

b. Cara Penggunaan Alat Bantu

Untuk menentukan angka tinggi badan anak pada pita meteran, digunakan alat bantu berupa segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku diletakkan di atas kepala :

a) Satu sisi menempel di bagian tengah kepala anak dan satu sisi lainnya menempel ke pita meteran di dinding

b) Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku-siku yang menempel di kepala anak digerakkan.

Sedangkan untuk cara membaca angka tinggi badan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu sebagai berikut :

1. Pembacaan dilakukan setelah anak selesai diukur pada skala yang ditunjuk oleh sudut segitiga siku-siku.


(41)

2. Lihat skala panjang di bawah sudut siku.

a) Baca angka dibawah sisi segitiga siku-siku tersebut, yang menunjukkan angka dalam cm.

b) Jumlah skala kecil diatas skala panjang menunjukkan milimeter (persepuluh cm)

c) Sudut segitiga siku-siku tepat di skala panjang, contoh baca : 109, 3 cm.

BAB III


(42)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri dan Swasta yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari SD Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS Methidist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri. Adapun alasan pengambilan lokasi karena masih banyak anak-anak sekolah dasar yang memiliki tubuh kurus, pendek, pucat dan sering mengalami sakit kepala dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian diperkirakan dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2010.


(43)

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari SD Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS Methodist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 561 anak.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling), yaitu sejumlah 561 anak.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara pengukuran langsung pada anak sekolah dasar dari kelas 1 – 6 yang ada di SDN 1010848, SDN 105315, SDS Methodist I dan SDS Arafah, yaitu data tentang nama anak, umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan timbangan injak dan tinggi badan anak diukur dengan microtoise.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder berupa gambaran umum daerah penelitian yang berupa data demografi dan data anak SD.


(44)

1. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh anak.

2. Anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri adalah anak SD Negeri dan Swasta yang ada di Desa lau Bekeri dari kelas 1-6 yang berumur 6-12 tahun.

3. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

4. BB/U adalah merefleksikan berat badan relatif dengan umur anak, diukur dengan timbangan, ketelitian 0,01 kg

5. TB/U adalah menggambarkan pertumbuhan anak menurut tinggi badan berdasarkan umurnya, diukur dengan pengukur tinggi badan, microtis.

6. IMT adalah menggambarkan pertumbuhan anak menurut indeks massa tubuh.

3.6. Aspek Pengukuran

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak dibandingkan dengan umur kemudian di sesuaikan dengan indeks antropometri standar WHO (2007) dengan menggunakan grafik pertumbuhan dengan kategori :

A. Kategori BB/U

1. BB Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2 2. BB Kurang : Z skor≥ - 3 s/d < - 2 3. BB Sangat kurang : Z skor < - 3

B. Kategori TB/U

1. TB Normal :Z-skor ≥ - 2 s/d ≤ 3 2. TB Pendek : Z- skor ≥ - 3 s/d - 2 3. TB Sangat pendek : Z skor < - 3


(45)

4. TB Lebih dari normal : Z skor > 3

C. Kategori IMT

1. Sangat gemuk : Z skor > 3

2. Gemuk : Z skor > 2 s/d ≤ 3 3. Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2 4. Kurus : Z skor ≥ - 3 s/d < 2 5. Sangat kurus : Z skor < - 3

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software kompur

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.


(46)

3.7.2. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan kemudian hasil Z skor setiap indeks (BB/U, TB/U dan IMT) digambarkan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan dengan grafik pertumbuhan menurut standar WHO Antropometri tahun 2007.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Daerah Penelitian

Desa Lau Bekeri merupakan salah satu Desa dari 14 Desa yang ada di Kecamatan Kutalimbaru, yang merupakan dataran rendah dan sebagian tanahnya berbukit, dengan luas wilayah 730 km². Sedangkan jumlah penduduk di desa Lau Bekeri berjumlah 3.520 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1747 orang dan perempuan sebanyak 1773 orang dengan jumlah kepala rumah tangga ada 874 KK. Desa Lau Bekeri juga merupakan desa yang penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan berdagang, mereka bekerja dari pagi hari sampai sore hari. Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru ada 30 SD yang terdiri dari 27 SD Negeri dan 3 SD Swasta, dari jumlah tersebut sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri yaitu 2 SD Negeri dan 2 SD Swasta yang terdiri dari SD Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS Methodist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri.

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang berada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan ada 561 siswa.


(48)

Adapun untuk melihat karakteristik siswa yang meliputi jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin

1 Laki-laki 278 49,6

2 Perempuan 283 50,4

Jumlah 561 100,0

Umur

1 6 43 7,7

2 7 124 22,1

3 8 37 6,6

4 9 67 11,9

5 10 127 22,6

6 11 65 11,6

7 12 88 15,7

8 13 10 1,8

Jumlah 561 100,0

Pada tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang lebih banyak memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 283 siswa (50,4%). Sedangkan umur anak sekolah dasar baik di negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang lebih banyak memiliki umur 10 tahun yaitu sebanyak 127 siswa (22,6%), sedangkan jumlah yang terkecil pada umur 13 tahun ada 10 siswa (1,8%).


(49)

4.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri

Pertumbuhan anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta dari kelas 1 sampai kelas 6 yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang meliputi : BB/U, TB/U dan IMT, dapat dilihat pada tabel berikut.

a. Pertumbuhan Anak Berdasarkan BB/U

Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang berdasarkan BB/U dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Jenis Kelamin

Pertumbuhan BB/U Total

Normal Kurang Sangat

Kurang

n % n % n % n %

1 Perempuan 146 74,9 42 21,5 7 3,6 195 100,0

2 Laki-laki 151 74,0 44 21,6 9 4,4 204 100,0

Jumlah 297 74,4 86 21,6 16 4,0 399 100,0

Pertumbuhan anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta berdasarkan BB/U terbanyak pada kategori normal sebanyak 74% pada jenis kelamin laki-laki dan 74,9% pada jenis kelamin perempuan, sedangkan uang memiliki berat badan sangat kurang ada 7 anak (3,6%) pada jenis kelamin perempuan dan 9 anak (4,4%) pada jenis kelamin laki-laki. Menurut standar WHO (2007), hasil perhitungan Z-score BB/U hanya dapat dilakukan dari mulai umur 6 – 10 tahun, sementara untuk umur 11-13 tahun tidak dapat dilakukan perhitungan Z-scorenya, sehingga yang dapat di ukur hanya 399 anak.


(50)

b. Pertumbuhan Anak Berdasarkan TB/U

Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri dilihat dari TB/U dari kelas I - VI dapat dilihat pada tebel 4.3. berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Jenis Kelamin

Pertumbuhan TB/U Total

Normal Pendek Sangat

Pendek

n % n % n % n %

1 Perempuan 175 61,9 70 24,7 38 13,4 283 100,0

2 Laki-laki 188 67,6 63 22,7 27 9,7 278 100,0

Jumlah 363 64,7 133 23,7 65 11,6 561 100,0

Pada tabel 4.3. diatas dapat dilihat dari TB/U diperoleh pada kategori normal terdapat pada jenis kelamin laki-laki 67,6% dan jenis kelamin perempuan 61,9% dari 363 siswa. Menurut standar WHO (2007), perhitungan Z-score TB/U dari umur 6 – 13 tahun dapat diukur Z-scorenya, jadi dari jumlah siswa 561 orang dapat diukur semua.

c. Pertumbuhan Anak SD Berdasarkan TB Rata-rata

Tabel 4.4. Distribusi Rata-Rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak Perempuan menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

Anak perempuan

6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn

rata2 Tb (cm) 109 111 115 121,6 128 134,2 139 140,33 Median (cm) 115,1 120,8 126,6 132,5 138,6 145 151,2 156,4

Pada tabel 4.4. rata-rata TB anak perempuan semua kelompok umur berada dibawah nilai median TB menurut standar WHO (2007), pada gambar 1 dapat dilihat


(51)

grafik pertumbuhan anak perempuan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dengan semakin bertambahnya umur anak pertumbuhannya semakin meningkat mengikuti pola pertumbuhan linear tetapi pertumbuhannya dibawah garis pertumbuhan standar.

Gambar 2. Grafik Rata-rata TB/U Anak Perempuan dibandingkan dengan nilai Median

Dari grafik rata-rata TB/U diatas menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah tinggi badannya, meskipun masih dibawah garis median.


(52)

Tabel 4.5. Distribusi Rata-Rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak Laki-laki Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

Anak

Laki-Laki 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn rata2 Tb 112,96 112,6949 116,4286 119,5135 127,8361 134,4333 140,3 142,5 median 116 121,7 127,3 132,6 137,8 143,1 149,1 163,5

Pada tabel 4.5. diatas menunjukkan bahwa rata-rata TB/U anak laki-laki di SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dari usia 6 – 9 tahun mengalami kenaikan tinggi badan tidak begitu tajam, sedangkan dari umur 10-11 tahun lebih banyak menunjukkan peningkatan tinggi badan dan dari umur 12-13 tahun tinggi badan kenaikkannya hanya sedikit.

Gambar 3. Grafik Rata-rata TB/U Anak Laki-laki dibandingkan dengan nilai Median

Dari grafik di atas dilihat bahwa TB/U dari umur 6-7 tahun garis pertumbuhannya mendatar sedangkan untuk garis median mengalami pertumbuhan


(53)

seiring dengan pertumbuhan anak, kemudian pada usia 7-13 tahun mengalami pertumbuhan sedikit demi sedikit.

d. Pertumbuhan Anak Berdasarkan IMT

Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang jika dilihat dari IMT/U dari kelas I - VI dapat dilihat pada tebel 4.4. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan IMT/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No

Jenis Kelamin

Pertumbuhan IMT/U

Total Normal Kurang Sangat

Kurang

Gemuk Sangat Gemuk

n % n % n % n % n % n %

1 Perempuan 245 87,0 24 8,4 5 1,7 8 2,8 1 0,3 283 100,0

2 Laki-laki 234 84,2 26 9,4 7 2,5 9 3,2 2 0,7 278 100,0

Jumlah 479 85,4 50 8,9 12 2,1 17 3,0 3 0,5 561 100,0

Pada tabel 4.6. jika dilihat dari kategori IMT/U diperoleh pada kategori Normal terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 87% dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 84,2% dan yang paling sedikit pada kategori sangat gemuk sebanyak 0,7% terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 0,3% memiliki jenis kelamin perempuan.


(54)

Tabel 4.7. Distribusi Rata-Rata IMT/U dengan Median Standar WHO 2007 Anak Perempuan Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

Anak

perempuan 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn rata2 IMT 15,830 15,980 15,025 14,957 15,850 16,357 17,179 16,283

median 15,3 15,4 15,7 16,1 16,6 17,2 18,0 18,8

Pada tabel 4.7. diatas menunjukkan bahwa rata-rata IMT anak perempuan di SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dari usia 6-7 tahun peningkatan IMT tidak terlihat, bahkan pada umur 8-9 terjadi adanya penurunan yang cepat, kemudian di umur 10-12 tahun IMT terjadi peningkatan yang tajam dan di umur 13 tahun IMT justru mengalami penurunan.

Gambar 4. Grafik Rata-rata IMT/U Anak Perempuan dibandingkan dengan nilai Median

Pada grafik IMT/U untuk pertumbuhan anak perempuan, di atas terlihat bahwa pada umur 6-7 tahun garis pertumbuhannya mendatar sejajar dengan garis


(55)

pertumbuhan median, kemudian pada usia 7-8 tahun sedikit mengalami penurunan tetapi kemudian lambat laun terjadi peningkatan pertumbuhan sampai usia 12 tahun, dan terjadi penurunan kembali pada usia 13 tahun.

Tabel 4.8. Distribusi Rata-Rata IMT/U dengan Median Standar WHO 2007 Anak Laki-laki Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

Anak

Laki-laki 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn

11

thn 12 thn 13 thn

rata2 IMT 15,392 15,80508 15,45 14,51667 16,07377 20,68 18,565 19,5

median 14,1 14,2 14,4 14,6 16,4 16,9 17,5 18,2

Berdasarkan tabel 4.8. diatas menunjukkan bahwa rata-rata IMT anak laki-laki di SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dari usia 6-7 tahun pada tabel IMT mengalami peningkatan tetapi di umur 8 tahun menurun kembali bahkan di umur 9 tahun penurunan relatif cepat. Pada usia 10-11 IMT anak laki-laki terjadi peningkatan secara cepat dan tajam, tetapi pada umur 12 tahun IMT kembali terjadi penurunan kemudian di umur 13 tahun meningkat kembali.


(56)

Gambar 4. Grafik Rata-rata IMT/U Anak Laki-laki dibandingkan dengan nilai Median

Pada grafik IMT anak laki-laki di garis pertumbuhan umur 6-7 tahun peningkatan IMT hanya relatif kecil, tetapi pada usia 7-9 tahun sedikit demi sedikit mengalami penurunan pertumbuhan tetapi kemudian pada usia 9-11 tahun terjadi kenaikan pertumbuhan meskipun terjadi penurunan kembali pada usia 11-12 tahun. .


(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama (Hutagalung, 2009).

Hasil penelitian dan pengukuran tentang pertumbuhan anak sekolah dasar yang dilakukan penulis di SD Negeri dan SD Swasta dari kelas I sampai kelas VI di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang berdasarkan BB/U dilihat terbanyak pada kategori normal sebanyak 74% laki-laki dan perempuan 74,9%, dan dari pantauan penulis jika berangkat sekolah setiap pagi ibu selalu berusaha untuk memberikan sarapan pagi kepada anaknya. Sedangkan yang memiliki berat badan kurang dan sangat kurang, dari wawancara dan pantauan yang dilakukan penulis terhadap ibu mereka ternyata setiap pagi anak tidak mau sarapan pagi mereka hanya minta uang jajan, kalaupun sarapan pagi hanya minum teh dan makan roti.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermina (2000), di dua SD IDT desa Pasir Gaok (Bantar Kambing) Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, pola pertumbuhan murid SD dilihat dari rata-rata persentase berat badan menurut umur (BB/U) menunjukkan adanya kecenderungan menurun pada bulan ke 3 dan 6, ini


(58)

menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan murid SD kurang beragam jika dilihat dari konsumsi makanannya sehari hari terutama konsumsi sayuran dan protein hewani.

Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak (Sofa, 2008).

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya (Soetjiningsih, dkk, 2001).

5.2. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur (Supariasa, dkk, 2002).

Hasil penelitian diperoleh pertumbuhan anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta dilihat dari jenis kelamin jika dilihat dari TB/U diperoleh pada kategori normal terdapat pada jenis kelamin laki-laki 67,6% dan jenis kelamin perempuan 61,9% dari 363 siswa.


(59)

Sedangkan dari grafik rata-rata TB/U anak perempuan di SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dari usia 6 sampai 13 tahun jika dilihat dari TB/U dan dibandingkan dengan median sudah mengalami kenaikan pada garis pertumbuhan tetapi masih dibawah garis median. Untuk grafik TB/U pada anak laki-laki umur 6-7 tahun garis pertumbuhannya mendatar kemudian dari waktu ke waktu garis pertumbuhannya mengalami kenaikkan seiring dengan umur anak tersebut.

Menurut WHO (2007), TB/U menggambarkan pencapaian pertumbuhan dalam tinggi badannya. Anak pendek (TB/U dibawah garis -2 z-score) merupakan akibat dari kekurangan zat gizi dalam waktu lama dan atau infeki yang berulang sehingga tidak mendukung pencapaian pertumbuhan normal.

Keuntungan dari indeks TB/U, antara lain: baik untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, sedangkan kelemahan dari indeks TB/U adalah: tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya, ketepatan umur sulit didapat (Supariasa,dkk, 2002).

5.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan IMT/U

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau kelebihan dan kekurangan berat badan. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang memebedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian kategori IMT SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru


(60)

Kabupaten Deli Serdang diperoleh pada kategori Normal terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 87% dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 84,2% dan yang paling sedikit pada kategori sangat gemuk sebanyak 0,7% terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 0,3% memiliki jenis kelamin perempuan.

Pada grafik IMT, terlihat bahwa umur 6-7 tahun garis pertumbuhannya mendatar bahkan melebihi garis median kemudian IMT menurun secara tajam karena diumur di usia 7-9 tahun anak perempuan mempunyai resiko perkembangan badan yang lebih cepat, dari pada anak laki-laki. Kemudian dari umur 9-12 tahun terjadi peningkatan pertumbuhan meskipun dibawah garis median, tetapi pada usia 13 tahun terjadi penurunan pertumbuhan kembali.

Pemantauan TBABS secara periodik bermanfaat untuk mengevaluasi kecenderungan pertumbuhan fisik anak usia sekolah. Disamping itu, informasi ini juga sangat berguna untuk para penentu kebijakan dalam rangka perencanaan dan intervensi upaya peningkatan status gizi pada umumnya serta sebagai indikator pembangunan. (Depkes RI, 1999).


(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan anak sekolah dasar berdasarkan BB/U sebagian besar pada kategori normal sebanyak 74% laki-laki dan 74,9% perempuan.

2. Pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang umumnya pada kategori normal, berdasarkan BB/U, TB/U dan IMT.

3. Grafik pertumbuhan anak SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa berdasarkan BB/U, TB/U dan IMT mengikuti pola median baku rujukan WHO 2007.

6.2. Saran

1. Diharapkan untuk pihak sekolah terutama para ibu/bapak guru untuk lebih memantau pertumbuhan anak didiknya untuk menuju pertumbuhan yang lebih baik lagi

2. Diharapkan bagi orang tua terutama ibu sebagai pengasuh anak untuk lebih memberikan makanan yang bergizi tinggi setiap hari.


(1)

446 Maria P 16/1/2000 10 26 126 -1,25/C N -1,98/C N -0,12/Hj N 16,4 447 Beni Juniar L 18/3/2000 10 27 126 -0,92/Hj N -1,85/C N 0,31/Hj N 17,0

448 Rafacos L 21/4/1999 11 29 127 - - -2,39/M P 0,51/Hj N 18,0

449 Dio Denovah L 3/12/1999 11 30 127 - - -2,39/M P 0,78/Hj N 18,6

450 Imanuel Daeli L 7/11/1999 11 32 128 - - -2,25/M P 0,91/Hj N 18,9

451 Salmon L 9/11/1999 11 32 128 - - -2,25/M P 1,14/C N 19,5

452 Yelita Kristina P 10/12/1999 11 2 129 - - -2,41/M P 0,08/Hj N 17,4

453 Tiara P 11/3/2000 10 26 129 -1,25/C N -1,51/C N -0,52/Hj N 15,6

454 Nando L 3/12/1999 11 24 129 - - -2,10/M P -1,68/C N 145,4

455 Resni P 2/10/1999 11 28 130 - - -2,26/M P -0,32/Hj N 16,6

456 Amelia P 14/4/2000 10 24 130 -1,79/C N -1,35/C N -1,44/C N 14,2

457 Agustinus L 7/8/2000 10 28 130 -0,68/Hj N -1,22/C N 0,07/Hj N 16,6

458 Yohana P 10/9/1999 11 24 129 - - -2,41/M P -1,60/C N 14,4

459 Karina P 11/5/2000 10 25 129 -1,51/C N -1,51/C N -0,88/Hj N 15,0

460 Efen L 13/7/1999 11 26 131 - - -1,80/C N -1,12/C N 15,2


(2)

No Nama Jk Tgl/lahir U (thn)

BB (kg)

TB

(cm) BB/U ktg TB/U ktg BB/TB ktg BMI

462 Erina P 28/10/1999 11 31 133 - - -1,81/C N 0,12/Hj N 17,5

463 Ando L 25/12/1999 11 35 130 - - -1,95/C N 1,53/C N 20,7

KELAS VI

464 Panda L 9/3/1998 12 29 132 -2,41/M P -0,47/Hj N 16,6

465 Awal L 15/8/1998 12 39 150 0,13/Hj N -0,10/Hj N 17,3

466 Ayu Elfina P 1/3/1998 12 26 133 -2,67/M P -1,78C N 14,7

467 Debora P 10/7/1998 12 32 139 -1,79/C N -0,67/Hj N 16,6

468 Siti Halijah P 13/8/1998 12 29 138 -1,93/C N -1,43/C N 15,2

469 Josua L 9/7/1997 13 36 143 -0,86/Hj N 0,04/Hj N 17,6

470 Sidang Rolanta L 10/11/1997 13 40 138 -1,56/C N 1,34/C N 21,0

471 Khairul Azmi L 7/9/1998 12 30 140 -2,16/M P -1,72/C N 15,3

472 Louis P 28/8/1998 12 31 136 -2,23/M P -0,57/Hj N 16,8

473 Renaldo L 7/7/1998 12 50 153 0,55/Hj N 1,45/C N 21,4

474 Fitri P 28/12/1998 12 35 143 -1,93/C N -0,74/Hj N 17,2

475 Wanda P 9/1/1997 13 30 142 -1,35/C N -1,66/C N 14,9

476 Yanti P 9/12/1998 12 35 140 -1,64/C N -0,06/Hj N 17,9

477 Helman L 6/8/1997 13 42 141 -2,02/M P 1,09/C N 21,1

478 Okta Novianti P 15/7/1998 12 40 152 0,11/Hj N -0,30/Hj N 17,3

479 Diky L 16/3/1998 12 28 130 -2,69/M P -0,52/Hj N 16,6

*480 Ali Akbar L 7/11/1998 12 28 132 -2,41/M P -0,82/Hj N 16,1

481 Anwar Rifai L 13/2/1998 12 27 130 -2,669/M P -0,88/Hj N 16,0

482 Berema Smbring L 16/4/1998 12 37 130 -2,69/M P 1,59/C N 21,9

483 Chintia H P 11/5/1998 12 26 125 -3,84/Ht SP -0,63/Hj N 16,6

484 Clara P 12/6/1998 12 30 132 -2,81/M P -0,35/Hj N 17,2

485 Dewi Andriani P 13/7/1998 12 34 132 -2,81/M P 0,58/Hj N 19,5

486 Rian Alsera L 17/8/1998 12 26 133 -2,27/M P -1,80/C N 14,7

487 Dwi Lestari P 16/9/1998 12 30 131 -2,96/M P -0,23/Hj N 17,5


(3)

489 Della Febriana P 24/2/1998 12 29 140 -1,64/C N -1,72/C N 14,8

No Nama Jk Tgl/lahir

U (thn)

BB (kg)

TB

(cm) BB/U ktg TB/U ktg BB/TB ktg BMI

490 Enneka Dewi P 28/10/1998 12 28 141 -1,50/C N -2,23/M K 14,1

491 Eni Pranata P 30/7/1998 12 30 139 -1,79/C N -1,25/C N 15,5

492 Fitri P 2/4/1997 13 35 138 -2,65/M P -0,17/Hj N 18,4

493 Fitriani P 19/6/1998 12 35 135 -2,37/M P 0,47/Hj N 19,2

494 Jesika Kartika P 11/8/1998 12 39 145 -0,91/Hj N 0,23/Hj N 18,5

495 Josua Steven L 15/8/1997 13 40 148 -1,08/C N 0,01/Hj N 18,3

496 Jerat gikang L 11/2/1998 12 40 143 -0,86/Hj N 0,86/Hj N 19,6

497 Linda Mayasari P 13/9/1998 12 29 143 -1,20/C N -2,15/M K 14,2

498 Mariana P 16/6/1998 12 35 140 -1,50/C N -0,17/Hj N 17,6

499 Mayasari P 5/11/1997 13 32 142 -2,07/M P -1,41/C N 15,9

500 Edisyah putra L 6/12/1998 12 38 146 -0,43/Hj N 0,14/Hj N 17,8

501 Invanto L 1/7/1998 12 38 149 -0,01/Hj N -0,12/Hj N 17,1

502 Novi Rahma P 9/10/1998 12 35 145 -0,91/Hj N -0,63/Hj N 16,6

503 Nuraini P 8/12/1997 13 32 140 -2,36/M P -1,15/C N 16,3

504 Nina P 4/3/1998 12 30 135 -2,37/M P -0,72/Hj N 16,5

505 Nur sahdiah P 3/3/1997 13 33 138 -2,65/M P -0,64/Hj N 17,3

506 Nur Ike P 2/2/1998 12 33 140 -1,64/C N -0,53/Hj N 16,8

507 Faisal L 21/5/1998 12 34 140 -1,28/C N -0,09/Hj N 17,3

508 Seraga L 22/6/1998 12 36 141 -1,14/C N 0,27/Hj N 18,1

509 Suci P 21/7/1998 12 30 142 -1,35/C N -1,66/C N 14,9

510 Sri Wahyuni P 22/8/1998 12 29 140 -1,64/C N -1,72/C N 14,8

511 Sri Ayu P 15/5/1998 12 39 142 -1,35/C N 0,52/Hj N 19,3

512 Supriadi L 20/9/1998 12 38 142 -1,00/C N 0,59/Hj N 18,8

513 Santi indriani P 23/6/1997 13 30 142 -2,07/M P -2,04/M K 14,9

514 Yanekes Sri P 11/9/1998 12 38 140 -1,64/C N 0,54/Hj N 19,4

515 Olalupa Sbrg L 21/6/1998 12 39 140 -1,28/C N 0,98/Hj N 19,9


(4)

*517 Afifah P 8/1/1998 12 24 138 -1,93/C N -3,44/Ht SK 12,6

518 Susanti P 7/2/1998 12 28 130 -3,10/Ht SP -0,67/Hj N 16,6

No Nama Jk Tgl/lahir

U (thn)

BB (kg)

TB

(cm) BB/U ktg TB/U ktg BB/TB ktg BMI

519 Anisa syah P 3/4/1998 12 30 135 -2,37/M P -0,72/Hj N 16,5

520 Aisyah P 10/3/1998 12 30 140 -1,64/C N -1,38/C N 15,3

521 Erwin L 24/5/1998 12 38 150 0,13/Hj N -0,34/Hj N 16,9

522 Fajar Ashari L 26/11/1998 12 33 145 -0,58/Hj N -1,06/C N 15,7

523 Firda P 21/1/1998 12 33 146 -0,76/Hj N -1,28/C N 15,5

524 Inten P 20/5/1998 12 35 140 -1,64/C N -0,06/Hj N 17,1

525 Husni Habibi L 26/6/1998 12 37 147 -0,29/Hj N -0,21/Hj N 17,1

526 Muzaid Han L 21/8/1998 12 40 150 0,13/Hj N 0,12/Hj N 17,8

527 Muliana L 13/5/1998 12 41 150 0,41/Hj N 0,10/Hj N 17,7

528 Nurul putri P 15/2/1998 12 38 148 -0,47/Hj N -0,29/Hj N 17,3

529 Rindi gusti L 17/3/1998 12 35 150 0,13/Hj N -1,16/C N 15,6

530 Shalatia P 22/4/1998 12 37 148 -0,47/Hj N -0,50/Hj N 16,9

531 Teguh Wahyudi L 25/9/1998 12 29 145 -0,58/Hj N -2,60/M K 13,8

*532 Alvin Sebastian L 7/1/1998 12 29 132 -2,41/M P -0,47/Hj N 16,6

533 Aldi dio L 16/2/1998 12 33 135 -1,99/C N 0,27/Hj N 18,1

534 Chika P 4/8/1998 12 40 137 -2,08/M P 1,15/C N 21,3

535 Tessa P 12/2/1998 12 30 138 -1,93/C N -1,11/C N 15,8

536 Andreah L 2/6/1998 12 35 130 -2,69/M P 1,25/C N 20,7

537 Arisandi L 20/9/1998 12 39 139 -1,42/C N 1,08/C N 20,2

538 Bina L 14/4/1998 12 40 140 -1,28/C N 1,16/C N 20,4

539 Edi Jasmana L 15/1/1998 12 50 141 -1,14/C N 2,31/M G 25,1

540 Januar L 11/7/1998 12 40 142 -1,00/C N 0,96/Hj N 19,8

541 Hotman L 9/7/1998 12 45 140 -1,28/C N 1,86/C N 23,0

542 Lolo Alsani L 18/4/1998 12 45 142 -1,00/C N 1,70/C N 22,3

543 Mella P 19/12/1998 12 48 138 -1,93/C N 2,05/M G 25,2


(5)

545 Parasians L 12/8/1998 12 50 144 -0,72/Hj N 2,11/M G 24,1

546 Septia L 8/2/1998 12 40 140 -1,28/C N 1,16/C N 20,4

547 Yuna Kris P 4/10/1998 12 36 135 -2,37/M P 0,67/Hj N 19,8

No Nama Jk Tgl/lahir

U (thn)

BB (kg)

TB

(cm) BB/U ktg TB/U ktg BB/TB ktg BMI

548 Yogi B L 26/2/1998 12 38 141 -1,14/C N 0,69/Hj N 19,1

549 Ema P 2/6/1998 12 40 140 -1,64/C N 0,88/Hj N 20,4

550 Erni P 2/2/1998 12 36 142 -1,35/C N -0,06/Hj N 17,9

551 Erna P 5/10/1998 12 30 145 -0,91/Hj N -2,09/M K 14,3

552 Irna P 11/1/1998 12 28 134 -2,52/M P -1,21/C N 15,6

553 Lina P 21/5/1998 12 31 130 -3,10/Ht SP 0,14/Hj N 18,3

554 Albiner L 7/9/1998 12 33 135 -1,99/C N 0,27/Hj N 18,1

555 Albet L 16/5/1998 12 34 135 -1,99/C N 0,51/Hj N 18,7

556 Elisabeth P 23/3/1998 12 32 135 -2,37/M P -0,19/Hj N 17,6

557 Veronica P 31/7/1998 12 30 142 -1,35/C N -1,66/C N 14,9

558 Jesika P 20/8/1998 12 34 140 -1,64/C N -0,29/Hj N 17,3

559 Arina P 14/8/1998 12 35 140 -1,64/C N -0,06/Hj N 17,9

560 Krisna L 15/1/1998 12 31 135 -1,99/C N -0,27/Hj N 17,0

561 Delon L 19/4/1998 12 43 134 -2,13/M P 2,08/M G 23,9

Keterangan :

1.

Jk = jenis kelamin

6. TB/U =

a.

L = Laki-laki

a. N = Normal

b.

P = Perempuan

b. P = Pendek

2.

U = Umur

c. SP = Sangat pendek

3.

BB = Berat badan

4.

TB = Tinggi badan

7. BB/TB = Berat badan per tinggi badan


(6)

a.

N = Berat badan normal

b. K = Kurus

b.

BBK = Berat badan kurang

c. SK = Sangat kurus

c.

BBSK = Berat badan sangat kurang

d. G = Gemuk