kraton dan sebagainya. Akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat; cara berpakaiannya,
cara berbicaranya, kegiatannya dan sebagainya, serta semua tingkah laku dan hasil karya act and artefact suatu masyarakat. Tidak hanya kebudayaan yang masih
hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah.
2.3.3 Atraksi Manusia
Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan bukan merupakan hal yang luar biasa, meskipun gagasannya terkadang
membuat orang tersentak. Karena sudah tentu manusia sebagai atraksi wisata kedudukannya tidak dapat sebagai manusia pula. Tidak boleh manusia yang satu
sekedar menjadi obyek kesenangan atau pemuas nafsu bagi manusia yang lain, penderita cacat tubuh bukan tontonan seperti satwa di kebun binatang.
2.4 Permintaan Demand Atraksi Wisata 2.4.1 Karakteristik Permintaan Wisatawan
Menurut Gunn 1988 dan Mill Morrison 1985, sistem wisata adalah hubungan antara penawaran supply dan permintaan demand. Penduduk yang
berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata lain wisatawan, sebagai permintaan, dan dari segi penawaran adalah berbagai
jenis moda transportasi, atraksi wisata, fasilitas dan pelayanan jasa bagi wisata dan juga penyediaan informasi dan promosi wisata.
Permintaan sebagai aspek yang penting dalam pengembangan obyek wisata dikuatkan oleh pendapat Seymor Gold 1980 yang menyatakan bahwa
salah satu unsur terpenting dan harus dimengerti dalam perencanaan rekreasi adalah konsep permintaan, karena berkembangnya sikap skeptis terhadap
ketentuan-ketentuan teknik kuantitatif permintaan sama dengan refleksi berarti dari ketertarikan atau partisipasi dalam rekreasi.
Interpretasi awal dari permintaan adalah apa yang orang akan atau dapat lakukan bila diberi pilihan. Dalam mendapatkan nilai objektif dari perilaku untuk
berekreasi, perencana mengambil 2 pendekatan dalam memperkirakan permintaan rekreasi. Yang pertama berorientasi pada pemikiran perencana tentang apa yang
sebaiknya orang lakukan dan yang kedua untuk memberitahu apa yang orang inginkan. Perbedaan antara usaha untuk memperkirakan apa yang orang inginkan
atau sebaiknya dilakukan adalah suatu perbedaan penekanan yang sejajar dalam permintaan.
Permintaan akan rekreasi ini memiliki 3 tingkatan, yaitu: 1.
Berorientasi pada Kebijakan Nasional Rekreasi adalah sebuah aktivitas sosial. Kebijaksanaan yang mengatur tentang
rekreasi harus dipandang dari dampak atau pengaruh pada aspek sosial ekonomi yang lain. Kebijaksanaan rekreasi tidak hanya melihat pengaruh dari
sumber fasilitas dan program yang diberikan untuk mengisi waktu luang, tetapi juga berhubungan erat dengan jangkauan yang lebih luas sebagai isu
nasional yang penting seperti perkembangan penduduk, pembangunan ekonomi, konservasi energi dan perubahan budaya. Meski perencana rekreasi