Upaya-upaya Keluarga Muslim Dalam Menumbuhkan Pendidikan Agama Islam Pada Anak

C. Upaya-upaya Keluarga Muslim Dalam Menumbuhkan Pendidikan Agama Islam Pada Anak

Sebagaimana dikatakan Hj. Mufidah tentang keluarga yaitu “sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam

suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya”. 85 Jadi keluarga disini berfungsi sebagai wadah pembinaan anak-anak. Karena masa kanak-kanak manusia berlangsung lebih lama di bandingkan makhluk lainnya. Itu karena fase kanak-kanak manusia merupakan tahapan persiapan, pembinaan dan penggemblengan agar mereka sanggup memainkan peran yang di bebankan kepadanya dalam fase berikutnya, karena itu kebutuhan kanak-kanak akan kedekatan kepada orang tuanya adalah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan anak-anak binatang. Keluarga yang mapan, tenang, dan nyaman merupakan sarana pembinaan terbaik. Kaluarga yang demikian telah mampu membesarkan manusia yang sanggup memainkan perannya dalam kehidupan ini.

Pendidikan dan Pembinaan anak dalam keluarga berbeda dengan pendidikan diluar keluarga. Diluar keluarga bisa-bisa si anak malah tersesat pada lingkungan yang tidak kondusif dan tidak patut pembinaan dan penyiapan mereka. Islam membangun system keluarga diatas asas yang kuat, cermat dan berangkat dari realitas kehidupan. Aturan yang ditawarkannya menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang di kandungnya serta keserasiannya yang dalam dengan fitrah manusia. Kita dapat dengan mudah menemukan ayat-ayat Al-Quran yang berisi aturan-aturan dan

85 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender…, h. 37 85 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender…, h. 37

Al-quran membangun sebuah keluarga yang kuat untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang sanggup memelihara aturan-aturan Allah dalam kehidupan seorang muslim harus mempersiapkan pengabdiaanya ditengah masyarakat dalam lingkunagn keluarga. Didalamnya dia dipersiapkan dan di gembleng sedemikan rupa agar sanggup mengurangi kehidupan di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu Islam lebih intens memperhatikan keluarga membinanya diatas asas yang kokoh sejalan dengan tuntunan fitrah dasar, serta menjaganya agar tidak ternoda oleh kekejian dan kecendrungan untuk meremehkan hal-hal yang di larang agama.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan keluarga dalam hal menanamkan pendidikan keagamaan bagi anak, penulis membatasi dalam hal sebagai berikut:

. Menanamkan Nilai-Nilai Aqidah Pada Anak.

Anak yang baik merupakan harapan bagi setiap orang tuanya. Untuk menjadi anak yang baik, Islam memiliki tuntunan tersendiri dengan berdasarkan Al-Quran, Hadits, atau Sunnah Rasulullah SAW, dan kebijakan para ulama:

Diantara tuntunan yang ada penulis hanya memilih beberapa hal yang paling esensi, antara lain:

a. Nilai Tauhid Nilai tauhid merupakan nilai yang sangat utama dalam

pendidikan Islam, nilai ini mutlak di miliki oleh setiap umat Islam dan di jadiakan landasan keimanan untuk mengakui keesaan sang maha pencipta, karena utamanya Allah menurunkan ayat nya dalam surat Al-Ikhlas untuk melihat keberadaan Allah SWT. Rasulullah SAW menganjurkan agar setiap anak yang baru saja dilahirkan, hendaklah di perdengarkan kalimat tauhid dengan suara azan dan

Iqamat. 86 Dengan demikian seorang anak ketika ia di lahirkan akan mendapatkan lantunan kalimat yang menyatakan kebesaran Allah

dan kesaksian Islam. Azan ini memiliki pengaruh yang sangat kuat dan maksud yang sangat agung di hati kedua orang tua anak

tersebut. 87 . hal ini dilakukan agar suara pertama kali yang didengar dan direkam dalam memori anak tidak lain hanyalah kalimah-

kalimah yang indah atau thayyibah, yang memuat pengagungan dan mengesakan Allah, pengakuan kerasulan Muahammad serta ajakan shalat agar anak menjadi orang yang beruntung.

Bagi anak usia sekolah penanaman nilai tauhid merupakan landasan keimanan agar kelak dapat terhindar dari penyimpangan aqidah Islam, misalnya sirik. Dan upaya agar nilai tersebut dapat mengena dihati anak, baik sekali jika penanaman nilai tauhid ini dikaitan dengan bentuk realita. Misalnya dengan menunjukan ke- Esaan Allah SWT, membiasakan anak meminta atau berdoa hanya kepada-nya. Hal ini diarahkan agar anak menyadari akan hakikat kehidupan di dunia.

Menanamkan kalimat Tauhid kepada anak sangat penting sebab kalimat tauhid merupakan fondasi pertama dalam ajaran Islam, sehingga siapa saja yang mengucapkan kalimat tauhid dengan penuh keikhlasan (bebas dari berbagai kepentingan ataupun rekayasa spiritual), maka akan dipastikan ia akan masuk surga. Sebab kalimat tersebut mampu melenyapkan, membebaskan dan membersihkan pikiran kita dari berbagai kebimbangan dan keragu-keraguan yang tidak beralasan. Pada saat yang bersamaan akan membantu akal untuk merenungkan sang khalik melalui ayat-ayat seluruh ciptaannya yang bertebaran dijagat raya ini.

86 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2207). Cet. Ke-9, h. 137

87 Syekh Muhammad Jamaludin Mahfuzh, psikologi anak dan remaja muslim. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2001). Cet-ke 1, h. 125

Para keluarga muslim, di berbagai kesempatan (bersama anak-anak) harus terus mengupayakan membaca dan menanamkan kalimat tauhid kepada anak-anaknya, disamping berupaya untuk menciptakan semacam keterikatan antara mereka dengan penciptanya. Dengan semangat dan upaya tersebut pelan-pelan namun pasti, mereka akan melebur dengan kalimat tersebut sehingga mereka mudah mengamalkan lainnya.

b. Membina rasa cinta kepada Allah Setiap anak mempunyai permasalahan sendiri-sendiri baik yang berkaitan dengan masalah psikologi, sosial, ekonomi, maupun

masalah pendidikan. Yaitu seperti masalah dalam perkembangan jiwa anak atau mental, masalah dalam lingkungan bermain yang terkadang anak sulit untuk membuka diri untuk bersosialisasi, masalah dalam ekonomi keluarga yang kurang ketika ia ingin memperoleh sesuatu anak sulit untuk mendapatnya karna faktor keluarga yang kurang akan ekonomi. Dan terakhir masalah dalam pendidikan berkaitan dengan masalah ekonomi yang kurang banyak anak yang ingin bersekolah tapi karena faktor ekonomi membuat anak putus dalam pendidikannya Permasalahan-permasalahan tersebut berbeda antara anak dengan yang satu dengan yang lainnya. Seorang anak terkadang ada yang dapat mengungkapkan permasalahan-permasalahannya dengan penuh perasaan, namun sebagian yang lain tidak demikian.

Oleh karena itu orang tua harus mempunyai cara untuk meringankan beban deritanya. Dengan cara orang tua menanamkan kecintaan kepada Allah, memohon pertolongan dari-Nya, selalu merasa diawasi, dan beriman kepada Allah. Jika seseorang anak telah memahami hal tersebut dengan baik maka ia akan dapat menyelesaikan permasalahn-permasalahan dalam kehidupannya.

Sebagai hamba yang selalu mengingat Allah, Luqman berwasiat kepada putranya agar menyadari keberadaan Allah. Allah berfirman dalam surat Al-Luqman ayat 16 yaitu :

’Îû ÷ρr& >οt÷‚|¹ ’Îû ä3tFsù 5ΑyŠöyz ôÏiΒ 7π¬6ym tΑ$s)÷WÏΒ à7s? βÎ) !$pκ¨ΞÎ) ¢o_ç6≈tƒ ∩⊇∉∪ ׎Î7yz ì#‹ÏÜs9 ©!$# ¨βÎ) 4 ª!$# $pκÍ5 ÏNù'tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû ÷ρr& ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$#

“Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus.” (QS.

Luqman: 16) 88

Di dalam tafsir Ibn Katsir, beliau mengatakan bahwa sesungguhnya walaupun ia seberat biji sawi. Maksudnya jika kezaliman atau kesalahan itu seberat biji sawi, niscaya Allah akan menampilkannya pada hari kiamat lalu membalasnya. Jika yang seberat biji sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa keburukan maka dibalas dengan keburukan pula.

Sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui. 89

Dengan menyadari bahwa Allah adalah zat yang maha halus dan maha mengetahui segala sesuatu, manusia akan menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Kecerdasan seperti ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak sehingga ia memiliki etika otonom, yaitu etika yang berangkat dari kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah.

c. Mengajarkan sesuatu yang Halal dan yang Haram Orang tua diwajibkan mengajarkan yang halal dan haram kepada anak. Seperti halnya memakan makanan yang halal yang dibolehkan untuk dimakan oleh anak dalam syariat Islam. Dan cara

memberikan makanan yang halal juga berdampak dari bagaimana keluarga memberikan makanan yang halal dari hasil uang yang halal

88 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya., h 655 89 Muhammad Nasib Ar-rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir…, h. 792 88 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya., h 655 89 Muhammad Nasib Ar-rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir…, h. 792

Maka keluarga wajib untuk mengajarkan kepada anak hal yang halal dan haram yang baik untuk anak yang bisa membawa mereka kedalam hidup yang baik. Disinilah keluarga berperan penting di dalam menentukan nilai Tauhid yang ditanamkan dalam keluarga.

. Pembinaan Ibadah Pada Anak

a. Membiasakan Shalat Sejak dini seorang anak sudah harus dilatih ibadah, diperintah

melakukannya, dan diajarkan hal-hal yang haram serta yang halal. Dengan membiasakan shalat sejak anak balita, kelak besar ia akan rajin. Cahaya shalatpun akan lekat di hatinya, sehingga shalat selain menjadi kewajiban juga menjadi kebutuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT demi memperoleh kebahagiaan diakhirat.

Islam menekankan kepada kaum muslimin untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan shalat ketika mereka

telah berusia tujuh tahun. 90 Dalam kehidupan di duniapun insya Allah ia akan terhindar dari perbuatan-perbuatan munkar, karena

fungsi shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Demikian sebuah jaminan Allah bagi orang-orang yang selalu mengerjakan shalat.

90 Syekh Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim…, h.128

Di sinilah perlunya peran orang tua dalam pembinaan ibadah (khususnya shalat) pada anak. Sebagai ayah-pendidik, luqman selalu mengarahkan dan menasehati putranya tentang ibadah shalat dan kebaikan, sebagaimana firmannya, “Hai anakkku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar...”(QS-Luqman: 17)

Cara sederhana untuk membiasakan anak melakukan shalat dapat di lakukan dengan mengajaknya shalat berjamaah, baik dirumah maupun dimasjid. Sebelum shalat akan lebih baik jika dia di ajari dan di biasakan berwudhu. Karena fungsi wudhu sebagai penentu sahnya shalat juga perlu di tanamkan dalam hatinya walaupun ia masih belum di wajibkan untuk melakukannya.

Mengingat shalat adalah penyangga tegaknya agama, maka setidaknya anak-anak terlatih dan terbiasa mengerjakan shalat. Yaitu menyuruh mengerjakan shalat. Langkah ini bisa dengan mengajak mereka agar ikut berdiri di samping ayah dan ibunya, ketika keduanya sedang shalat dirumah. Tahap ini dimulai pada usia sekitar dua tahun yaitu saat mereka sudah mulai mengenal arah kiri dan kanan atau pada saat mereka sudah mulai mengenal sesuatu yang ada di sekeliling mereka. Hal ini tergantung kepada potendi intelektual masing-masing

b. Mengajari Membaca Al-Quran Islam menaruh perhatian khusus dan istimewa terhadap

pendidikan Al-Quran untuk anak-anak, melalui membaca hingga menghafalkannya. Dengan Al-Quran lidah mereka akan menjadi lincah, jiwa-jiwa mereka akan berkembang dengan subur, hati mereka akan memiliki daya konsentrasi (khusuk) yang tinggi dan pada akhirnya kualitas keimanan yang tinggi akan benar-benar mengakar dalam jiwa mereka sejak mereka masih dalam jiwa kanak- kanak. Selain membaca sangat penting anak di ajari menghafal surat- surat pendek seperti surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-falaq, An-Nas, pendidikan Al-Quran untuk anak-anak, melalui membaca hingga menghafalkannya. Dengan Al-Quran lidah mereka akan menjadi lincah, jiwa-jiwa mereka akan berkembang dengan subur, hati mereka akan memiliki daya konsentrasi (khusuk) yang tinggi dan pada akhirnya kualitas keimanan yang tinggi akan benar-benar mengakar dalam jiwa mereka sejak mereka masih dalam jiwa kanak- kanak. Selain membaca sangat penting anak di ajari menghafal surat- surat pendek seperti surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-falaq, An-Nas,

Dengan demikian keikhlasan mengajari anak membaca Al- Quran, buahnya akan dapat dirasakan di hari kemudian, karena ilmu yang di berikan akan memberi manfaat bagi yang di ajarinya.

c. Melatih berpuasa Puasa termaksud rangkaian ibadah wajib. Melatih anak-anak

berpuasa berarti mengajak mereka melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah, sehingga ketika mereka sampai pada usia taklif, mereka sanggup mengerjakan ibadah puasa. Sebaliknya apabila mereka tidak dilatih dan dibiasakan mengerjakan ibadah puasa maka ketika mereka memasuki usia taklif akan merasakan kesulitan untuk melaksanakannya

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah:

šÏ%©!$# ’n?tã |=ÏGä. $yϑx. ãΠ$u‹Å_Á9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ ∩⊇∇⊂∪ tβθà)−Gs? öΝä3ª=yès9 öΝà6Î=ö7s% ÏΒ

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum

kamu agar kamu bertakwa.” (QS.Al-Baqarah: 183) 91

Jadi, dalam sebuah rumah tangga orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dengan mengkondisikan mereka dalam suasana beribadah, dan akan menimbulkan dampak psikologis yang sangat besar di dalam diri anak

91 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya., h44

. Menanamkan Nilai Moral Pada Anak

Istilah moral berasal dari bahasa latin ‘mos’ yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Nilai-nilai moral itu seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertipan dan keamanan larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan

nilai yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. 92 Selanjutnya istilah moral lebih sering digunakan untuk menunjukan kode tingkah laku dari individu atau kelompok, seperti apabila seseorang membicarakan tentang moral orang lain. Di sini moral sama artinya dengan kata dalam bahasa Yunani ethos dan kata latin mores (Runes: 1977:202). Moral adalah hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Moral dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya

atau baik tidaknya tindakan manusia. 93

Jadi penulis dapat simpulkan bahwa tingkah laku yang bermoral artinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara atau adat yang ada dalam suatu kelompok. Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang sudah ada, tetapi hendaklah ini harus ditanamkan sejak dini , dengan cara anak harus diajarkan bertingkah laku yang sesuai dengan apa yang menjadi norma-norma yang berlaku. Sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat bahwa: “pembinaan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua yang mulai dengan pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang ditirunya oleh orang tua dan mendapat

latihan-latihan untuk itu”. 94

92 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja…. h. 132 93 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2008). Cet. Ke-

2. h. 27 94 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta; Bulan Bintang, 1996). Cet. Ke-13, h. 83

Segala sesuatu yang dilakukan keluarga atau orang tua kepada anak merupakan pembinaan kebiasaan pada anak yang akan tumbuh menjadi tindakan moral di kemudian hari (Moral Behavior). Dengan kata lain, setiap pengalaman anak baik yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, atau perlakuan terhadap anak pada waktu kecil akan merupakan pembinaan kebiasaan yang tumbuh menjadi tindakan moral di kemudian hari.

Tingkah laku anak tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana sikap orang-orang yang berada di dalam rumah, melainkan juga bagaimana sikap orang-orang yang berada di luar rumah atau masyarakat dalam mengadakan atau melakukan hubungan social antar sesamanya. Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan penting untuk mengetahui apa yang dibutuhkan anak dalam rangka perkembangan nilai-nilai moral serta bagaimana orang tua dapat mempengaruhi hal tersebut.

Sebagai orang tua untuk dapat mengarahkan nilai-nilai moral pada anak dengan baik, maka tidak terlepas dari pada peranan agama dalam pembinaan nilai moral itu. Sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat bahwa “agama mempunyai peranan penting karena nilai-nilai moral yang datang dari agama tetap tidak berubah oleh waktu

dan tempat”. 95 Karena itu agama mempunyai peranan penting dalam

mengendalikan moral seseorang, sehingga ia dapat melakukan sesuatu atau bertingkah laku dan berbudi pekerti yang baik yang sesuai dengan lingkungan masyarakat setempat, dengan kata lain sesuai dengan kelompok social yang ada di sekeliling mereka.

. Membina Kepribadian Anak

Kepribadian itu adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil, dan juga

95 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,…, h. 83 95 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,…, h. 83

Dalam hal menanamkan kepribadian yang baik kepada anak, keluarga merupakan salah satu wadah untuk anak dapat memiliki kepribadian yang baik tersebut. Di mana suasana dan iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.

Lebih lanjut D. Marimba menjelaskan proses-proses pembentukan kepribadian terdiri atas tiga taraf, yaitu:

1) Pembiasaan; pembiasaan-pembiasaan ini bertujuan membentuk aspek kejasmanian dan kepribadian. Caranya dengan mengontrol

dan mempergunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan kejiwaan. Misalnya, dengan jalan mengontol gerakan-gerakan anak-anak dalam gerakan shalat, dengan membiasakan ucapan do’a dalam shalat.

2) Pembentukan pengertian, sikap, dan minat; dengan adanya pengertian akan terbentuklah pendirian sikap dan pandangan- pandangan mengenai hal-hal tersebut misalnya, menjauhi dengki, menepati janji dan sebagainya.

3) Pembentukan kerohanian yang luhur; pembentukan ini menanamkan kepercayaan yang terdiri atas:

a) Iman akan Allah a) Iman akan Allah

c) Iman akan Kitab-kitabNya.

d) Iman akan Rasul-rasulNya.

e) Iman akan Qadha dan Qadhar.

f) Iman akan hari akhir. 96

Pembentukan atau pembina kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu apabila berjalan dengan baik. Maka, akan menghasilkan suatu kepribadian yang matang dan harmonis.

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, baik sejak masih dalam kandungan ibunya maupun dalam masa kanak-kanak. Anak mulai mengenal Agama melalui orang tua dan lingkungannya. Kata-kata, sikap, tindakan serta perhatian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan keagamaan dan kepribadian anak. Dalam hal ini pembinaan kepribadian itu tidak terlepas dari pendidikan agama, karena Agama adalah sebagai landasan untuk membentuk kepribadian.

Setiap orang tua tentunya ingin anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semuanya itu dapat diusahakan melalui pendidikan baik formal maupun informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak baik melalui pengliatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan kepribadiannya.

Orang tua terutama ibu adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian, sikap, dan cara hidup orang tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan dapat menentukan dalam pribadi anak yang sedang berkembang tersebut.

96 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 76-80

. Menanamkan Intelektual pada anak

Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berfikir,

atau kecakapan yang tinggi untuk berfikir. 97

Islam adalah sebuah agama, mengatur kehidupan manusia untuk mencapai di dunia dan di akhirat. Untuk mencapai kesejahteraan itu, manusia selain dibekali dengan akal pikiran (intellect) juga diberikan wahyu yang berfungsi untuk membimbing perjalan hidupnya. Islam memberikan penghargaan yang tertinggi terhadap akal. Tidak sedikit ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menganjurkan dan mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya dan banyak berpikir guna

mengembangkan intelektualnya. 98

Antara lain ayat yang berbunyi :

ÉL©9$# Å7ù=à ø9$#uρ Í‘$yγ¨Ψ9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏG÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû ¨βÎ) &!$¨Β ÏΒ Ï!$yϑ¡¡9$# zÏΒ ª!$# tΑt“Ρr& !$tΒuρ }¨$¨Ζ9$# ßìx Ζtƒ $yϑÎ/ ̍óst7ø9$# ’Îû “̍øgrB Ëx≈tƒÌh9$# É#ƒÎŽóÇs?uρ 7π−/!#yŠ Èe≅à2 ÏΒ $pκŽÏù £]t/uρ $pκÌEöθtΒ y‰÷èt/ uÚö‘F{$# Ï=Î/ $uŠômr'sù

∩⊇∉⊆∪ tβθè=É)÷ètƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ ÇÚö‘F{$#uρ Ï!$yϑ¡¡9$# t÷t/ ̍¤‚|¡ßϑø9$# É>$ys¡¡9$#uρ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi

kaum yang memikirkan” 99 (QS. Al-Baqarah:164)

97 Enung Fatimah, Psikologi perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 60 98 Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1998) cet, ke. 1, h. 37 99 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya., h 39

Ayat diatas berbicara tentang ciptaan Tuhan yang ada dalam alam ini. Ia berbicara tentang bulan hari pertama, tentang matahari dan bulan, tentang siang dan malam, tentang bumi dan apa yang dihasilkan bumi. Al-quran juga berbicara tentang langit dan bintang-bintang yang menghiasinya, tentang samudra dengan kapal yang dipergunakan untuk berlayar agar manusia dapat menikmati karunia Tuhan, tentang binatang untuk ternak dan membawa barang-barang, tentang ilmu dan semua cabang-cabangnya yang terdapat dalam alam ini. Al-quran berbicara tentang semua itu dan menyuruh manusia merenungkan dan mempelajarinya, supaya manusia menikmati segala nikmatnya sebagai tanda bersyukur kepada Allah.

Kehidupan anak-anak tidak hanya sekedar bermain, tetapi juga menampakkan pola kehidupan yang baru, di mana pendayagunaan kemampuan akalnya mulai kelihatan, seperti anak-anak mampu membaca, menulis, berhitung, dan beradaptasi dengan lingkungan.

Upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam mengambangkan daya pikir anak, yaitu:

a. Mengembangkan kecerdasan Linguistik-Verbal. 100 Kecerdasan linguistic-verbal mengacu pada kemampuan

untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis. Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern sekarang, karena orang cendrung untuk menilai orang lain dari cara mereka berbicara dan menulis.

Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat seseorang

100 May Lwin, Cara mengembangkan berbagai kompenen kecerdasan, (Jakarta: PT. indeks, 2008). Cet. Ke-2, h. 22

Upaya-upaya yang di lakukan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan Lingustik-Verbal meliputi:

1. Memberikan kesempatan untuk bercakap-cakap.

2. Mengajarkan pada anak sukacitanya membaca.

3. Memperdengarkan musik kepada anak-anak.

4. Bermain permainan kata-kata.

b. Mengembangankan kecerdasan Matematis 101 Kecerdasan matematis adalah kemampuan untuk menangani

bilangan dan perhitungan. Anak-anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Selain itu anak-anak yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu. Anak- anak yang cerdas secara matematis senang melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat mengingat bilangan dalam pikiran mereka untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Ciri-ciri anak kecerdasan matematis adalah, menunjukan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu, menikmati permainan computer, dan menempatkan benda-benda dengan mudah menurut kelompoknya.

Upaya-upaya yang di lakukan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan matematis adalah:

1. Memperaktikkan dan mengerjakan soal-soal matematika pada anak.

2. Melakukan percobaan dan mengembangkan pengertian mengenai sains.

3. Mengajarkan anak menggunakan komputer.

4. Bermain logika dan permainan strategi.

c. Mengembangkan kecerdasan interpersonal

101 May Lwin, Cara mengembangkan berbagai kompenen kecerdasan,… h. 43 101 May Lwin, Cara mengembangkan berbagai kompenen kecerdasan,… h. 43

Mengembangkan

kecerdasan

Ciri-ciri anak yang interpersonal adalah: anak berteman dan berkenalan dengan sangat mudah, suka berada di sekitar oang lain, ingin tahu terhadap orang lain dan ramah terhadap orang asing, mengalah kepada anak-anak lain, dan mengetahui bagaimana menunggu giliran selama bermain.

Upaya-upaya yang di lakukan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak adalah:

1. Memahami perasaan orang lain.

2. berteman dengan baik.

3. Bekerja sama dengan teman-teman

4. Belajar untuk mempercayai orang lain

5. Mengungkapkan kasih sayang pada sesama.

6. Belajar menyelesaikan masalah/perselisihan kemasyarakatan (penyelesaian konflik)

d. Membangun kecerdasan intrapersonal Membangun kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan

mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Ciri-ciri anak kecerdasan intrapersonal adalah: selalu memanfaatkan waktu berfikir dan merefleksikan apa yang dia lakukan, memiliki kendali diri yang baik misalnya menghindarkan Ciri-ciri anak kecerdasan intrapersonal adalah: selalu memanfaatkan waktu berfikir dan merefleksikan apa yang dia lakukan, memiliki kendali diri yang baik misalnya menghindarkan

Upaya-upaya yang di lakukan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak adalah:

1. Mangajarkan pada anak mengenai keunikan dirinya.

2. Menjalin hubungan dan merenung.

3. Membangun harga diri.

4. Memahami dan mengarahkan emosi.

5. menetapkan dan mencapai tujuan.

e. Membangun imajinasi dan cita-cita pada anak, Yaitu upaya mengembangkan imajinasi kepada anak dapat dilakuan dengan mengisahkan biografi atau kisah-kisah kehidupan

yang mengandung unsur-unsur tersebut. Ambillah misalnya kisah tentang ibn Sina, al-Ghazali dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka ini adalah pada tokoh yang memiliki cita-cita besar, yang sangat baik diceritakan. Kita harus menjelaskan secara logis, bagaimana orang- orang tersebut bekerja dan menyelesaikan problemnya. Sebaliknya, usahakan untuk tidak bercerita tentang mitos-mitos, takhayul atau kisah-kisah sejenisnya.

Dari berbagai macam kecerdasan diatas bahwasannya kecerdasan itu hanya alat untuk mengukur perpaduan kemampuan seorang anak dalam mengembangkan intelektualnya. Dalam menilai anak peran orang tua sangat penting untuk mengingat bahwasannya semua anak mengembangkan kemampuannya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Setiap anak adalah seorang individu yang unik dengan ciri-ciri yang tidak sama, tetapi setiap anak memiliki potensi yang tidak terbatas untuk belajar.

Oleh karena itu proses penyatuan iptek dan imtaq harus dilakukan secara terus menerus dan sedini mungkin. Proses pembudidayaan iptek dan imtaq dapat di asosiasikan lebih efektif. Apabila ada orang yang memiliki imtaq dan memiliki moralitas yang Oleh karena itu proses penyatuan iptek dan imtaq harus dilakukan secara terus menerus dan sedini mungkin. Proses pembudidayaan iptek dan imtaq dapat di asosiasikan lebih efektif. Apabila ada orang yang memiliki imtaq dan memiliki moralitas yang

Jadi peran orang tua dalam mengembangkan Intelektual anak harus dalam bimbingan kedua orang tua agar tidak ada kesesatan dalam melakukan suatu gagasan yang baru bagi anak.