KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah da Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) FITRI NURIA RIVAH NIM: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

ABSTRAK

Nama : Fitri Nuria Rivah Nim

: 206011000042 Jurusan

: Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak dalam Keluarga Muslim

Pendidikan agama yang diberikan pada anak sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga bertujuan untuk membimbing anak agar bertaqwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam Pendidikan agama yang diberikan pada anak sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga bertujuan untuk membimbing anak agar bertaqwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelktual pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim ” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim ” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.

. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

. Drs. Sapiudin Shiddiq, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.

. Prof. Dr. Armai Arief selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda (Naanih) dan Ayahanda (Muhammad Nasir Tanjung) tercinta, adik-adik ku dan Kakak yang tercinta, keponakanku yang lucu-lucu beserta keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya

watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. 1 Selain itu keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan

dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dia lah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang

saling menyayangi dengan suaminya. 2 Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan

keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari

1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Cet. Ke-5, h. 57 2 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-2, h. 47.

pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.

Dalam pendidikan yang modern saat ini, kedua orang tua harus sering berjumpa dan berdialog dengan anak-anaknya. Pergaulan dalam keluarga harus terjalin secara mesra dan harmonis. Kekurangan kerabaan kedua orang tua dengan anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiwaan yang dapat menjerumus kepada kerenggangan secara jasmaniah misalnya akan kurang betah dirumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan teman- temannya. Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberi pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan kepribadiannya, karena

kedua orang tuanya jarang memberi pengarahan dan nasehat. 3 Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Dari Abu Hurairah R.A sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda, tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi ”. (HR.Muslim)

Hadits ini menjelaskan tentang peran, tugas dan kewajiban orang tua dalam membimbing aqidah seorang anak. Disamping itu juga menjelaskan bahwa perkembangan mental dan kepribadian anak dipengaruhi oleh suasana kehidupan (segala yang mereka dengar dan mereka perhatikan) dirumah tempat tinggal. Dengan demikian dirumah yang tidak henti-hentinya

3 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan…, h. 66 3 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan…, h. 66

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10.

5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai

budaya, nilai moral dan keterampilan. 4 Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta

keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga.

Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak- anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Quran surat At Tahrim (66) ayat :

4 Abudin Nata , Kapita Selekta Pendidikan Islam. ( Bandung: Angkasa Bandung, 2003). Cet. Ke-1, h. 66

$pκöŽn=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡à Ρr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩∉∪ tβρâ÷s ÷σム$tΒ tβθè=yèø tƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ āω ׊#y‰Ï© ÔâŸξÏî îπs3Í×‾≈n=tΒ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (QS. Al-Tahrim: 6) 5

Dengan demikan pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan watak serta kepribadian anak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan membahas tentang hal yang berkaitan dengan “KONSEP PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Belum Efektifnya Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim?

2. Kurangnya Perhatian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skiripsi ini penulis merasa perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan biaya, maka penulis batasi pada:

1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : 1990), h. 951

2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan Aqidah, Ibadah dan pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al- Luqman 12-19

3. Anak yang dimaksud disini adalah anak pada usia Sekolah Dasar

Perumusan masalah Maka penulis merumuskan masalah ini, yaitu:

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam untuk anak dalam keluarga muslim?

2. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan pendidikan Agama Islam pada anak?

D. Tujuan Peneliti dan Manfaat . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Agama Islam pada anak dalam keluarga muslim.

b) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga Muslim dalam Pendidikan Agama Islam pada anak.

. Manfaat Penelitian

a) Sebagai pedoman bagi orang tua dalam mendidik anak yang berkonsepkan Islam

b) Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang membutuhkan tentang konsep dan teori Pendidikan Agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim.

c) Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim.

E. Metode Penelitian . Jenis penelitian.

Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatif memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelbagai kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam

menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya. 6 Dengan demikian, pendekatan kualitatif menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis tentang Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research) , yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Sedangkan dipilihnya metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan

apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. 7 Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), ed. 1, h. 29-30

7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234 7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234

b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan

mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan seperti teks book, jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna mendapatkan landasan teoritis.

. Teknik analisis data.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis dekriptif yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek penelitian dengan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. 8 Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis dan diformulasikan sedemikian rupa hingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.

. Sumber data penulisan.

Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer. Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti.

2. Sumber Data Sekunder Yang dimaksud data sekunder adalah data-data yang mendukung data primer, yaitu buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, h. 234

BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum menguraikan tentang pengertian pendidikan agama Islam, perlu kiranya penulis mengemukakan terlebih dahulu tentang pendidikan dan agama Islam. Pendidikan pengertiannya dapat ditinjau dari segi bahasa dan dari segi istilah. Dari segi bahasa “Pendidikan merupakan bentuk kata turunan yang bentuk kata dasarnya didik dengan awalan pe dan akhiran an yang

mengandung arti cara-cara mendidik, memelihara, dan memberi latihan”. 9

Sedangkan kata pendidikan yang umum di gunakan sekarang dalam bahasa arab adalah “tarbiyah” (

) dengan kata kerjanya Rabba ( ر) yang berarti mendidik, mengasuh”. 10 Dalam bentuk kata benda masdar, kata Rabba digunakan pula untuk pengertian Tuhan, karena Tuhan yang bersifat memelihara, mengasuh bahkan mencipta. Hal ini dapat dilihat dalam Quran yang berbunyi :

∩⊄⊆∪ #ZŽÉó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$# Éb>§‘

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".( 11 QS. Al-Isra, 17:24)

9 Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Cet. Ke-1, h. 204

10 Ahmad Zuhri Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarya : Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996). Cet. Ke-1, h. 952

11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 428

Prof H. M. Arifin Mengatakan bahwasannya “Pendidikan itu adalah sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, dan menumbuhkan

personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.” 12 Sedangkan menurut D. Marimba pada kata pendidilkan adalah

“Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama”. 13 Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah ”Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”. 14

Dari berbagai definisi di atas, pada dasarnya menunjukan bahwa pendidikan adalah usaha mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta terbentuknya kepribadian yang utama memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai bidangnya. Dan usaha tersebut dilakukan secara sadar dan sengaja ini membawa konsekuensi bahwa usaha itu harus dilaksanakan secara teratur dan sistematis.

Kata Agama dikenal pula kata lainnya seperti Ad-din dari bahasa Arab dan religi dari bahasa Inggris. Pengertian Din seperti yang dikemukakan oleh Moenawar Chalil yang dikutip oleh Prof. Dr. Abudin Nata mengungkapkan kata Din dalam masdar dari kata kerja “Dana Yadinu” yang antara lain seperti

12 M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-3, h.10 13 Ahmad D. marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung : PT. Al-

Ma’rifat, 1989), Cet. Ke-8, h. 19 14 Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004,

(Jakarta: CV. Taminta Utama, 2004), h. 4

“cara” atau “adap”, kebiasaan, peraturan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, dan Agama. 15 Pengertian-pengertian tersebut seluruhnya memperlihatkan

muatan, sifat, fungsi, dan kedudukan agama yang secara umum dapat dimengerti dan dipahami dari misi dan perhatian itu sendiri.

Dapat kita lihat bahwa perkataan religi menurut Harun Nasution berasal dari bahasa latin yang asal katanya adalah relage yang berarti “Mengumpulkan, membaca” kemudian diinterprestasikan dari sudut muatan yang terkandung didalam agama, yaitu agama merupakan kumpulan cara mengabdi Tuhan yang terdapat didalam kitab suci. Adapula yang berpendapat lain bahwa religi berasal dari sifat ajaran agama yang berarti mengikat para

pengikutnya. 16 Fakta menunjukan bahwa dalam ajaran agama terdapat aspek yang amat dominan berupa ikatan antara roh dan manusia dengan Tuhan.

Dari definisi di atas kata agama mempunyai pengertian yaitu suatu peraturan atau norma-norma yang di tetapkan Allah melalui para Nabi yang harus diyakini kebenarannya dan diamalkan perintahnya untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan mengatur segala aspek kehidupan serta membimbing manusia agar tunduk dan patuh terhadap peraturan Allah guna mencapai kehidupan di dunia dan akhirat baik lahir dan batin.

Selanjutnya yang akan penulis uraikan adalah kata Islam. Islam berasal dari bahasa Arab yaitu Aslama ( ا ) yang berarti selamat. Jadi seluruh manusia yang dalam kehidupannya memeluk agama Islam berarti manusia

yang selamat atau yang terbaik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ali Imran ayat 110.

15 Abudin Nata Al-quran dan Hadist, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke- 7, h.2

16 Harun Nasution , Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI Pers, 1979),Cet. Ke-I, h. 10

̍x6Ζßϑø9$# Çtã šχöθyγ÷Ψs?uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tβρâ÷ß ù's? Ĩ$¨Ψ=Ï9 ôMy_̍÷zé& >π¨Βé& uŽöyz öΝçGΖä. ãΝßγ÷ΖÏiΒ 4 Νßγ©9 #ZŽöyz tβ%s3s9 É=≈tGÅ6ø9$# ã≅÷δr& š∅tΒ#u öθs9uρ 3 «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè?uρ ∩⊇⊇⊃∪ tβθà)Å¡≈x ø9$# ãΝèδçŽsYò2r&uρ šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$#

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110) 17

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi Islam, di bawah ini akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya pendapat Drs. Salahudin Sanusi yang dikutip oleh H. Endang Syaifudin mengatakan “Islam adalah bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin selain itu Islam berarti perdamaian dan keamanan serta menyerahkan diri, tunduk, dan

taat.” 18 Sementara itu Mahmud Syaltut yang masih dikutip oleh H. Endang Syaifuddin mengemukakan “Islam adalah agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok serta peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluk agama

Islam”. 19 Dari pendapat-pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah yang diturunkan oleh umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang damai, tentram, dan aman di dunia, dan mendapatkan kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.

Menggabungkan ketiga pengertian di atas yakni “Pendidikan Agama Islam itu adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94 18 Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam ( Jakarta : CV Rajawali Pers, 1989), h.73 19 Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam, h. 74 17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94 18 Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam ( Jakarta : CV Rajawali Pers, 1989), h.73 19 Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam, h. 74

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup dan pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan baik dan mendorong mereka untuk memperkuat pekerjaan yang mulia

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-mencintai, tolong-

menolong dan nasehat-menasehati. 20 Oleh sebab itu pendidikan agama

harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

B. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setelah penulis membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya penulis bahas adalah dasar pendidikan agama Islam itu sendiri. Menurut Ahmad D. Marimba dasar-dasar

20 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta :PT Hidakarya Agung, 1992). Cet. Ke-17, h. 8 20 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta :PT Hidakarya Agung, 1992). Cet. Ke-17, h. 8

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam adalah “ Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al- Quran dan Hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan pendidikan Agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan

Ibadah kepadanya”. 22 Al-quran dan Sunnah merupakan sumber hukum dan ajaran Islam

yang menjadi pedoman hidup. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada orang yang beriman untuk mengikuti petunjuk Al-quran dan Sunnah. Sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 59.

… ç tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& (#þθãΨtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(nya)…” (QS.An-Nisa 59) 23

Hal ini cukup beralasan karena Al-quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT. Diantara sifat orang mukmin adalah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah SWT yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan.

Demikian pula sunnah Rasulullah yang mengandung ajaran-ajaran dan perilaku Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung didalam Al-Quran. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia. Semua kehidupan Rasul semata-mata untuk menjadi teladan bagi umatnya. Ia adalah seorang guru dan pendidik utama.

Al-Quran maupun sunnah rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global, keduanya selalu membuka kemungkinan penafsiran yang berkembang. Untuk itu diperlukan ijtihad sebagai lapangan untuk menggali

21 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 41 22 Zuhairini, Metodik Khusus Islam, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983). Cet. Ke-8, h. 23 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 128 21 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 41 22 Zuhairini, Metodik Khusus Islam, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983). Cet. Ke-8, h. 23 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 128

Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari pendidikan agama Islam ialah Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang sudah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaannya.

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Apakah kegiatan tersebut dalam proyek besar maupun kecil. Tujuan harus dirancangkan agar sebuah rencana atau kegiatan dapat berjalan secara terarah dan menghasilkan sesuatu.

“Pendidikan agama merupakan pendidikan yang bertujuan untuk merealisasi idealitas Islami yaitu mengandung nilai prilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber

kekuasaan mutlak yang harus ditaati”. 24

Selain itu tujuan pendidikan agama Islam dikemukakan oleh M. Arifin beliau mengatakan “Esensi tujuan pendidikan agama Islam yang sejalan dengan tuntutan Al-Quran adalah sikap penyerahan diri secara total kepada

Allah”. 25 Dan tujuan pendidikan Agama Islam lebih lanjut menurut Prof. Dr. Abudin Nata adalah “Membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT yakni melaksanakan segala perintahnya dan

menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan”. 26 Tujuan ini tampaknya di dasarkan pada salah satu sifat dasar yang cenderung menjadi orang yang baik, yakni kecenderungan untuk

24 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT Bina Aksara, 1987) Cet. Ke-1, h. 119

25 M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta : Golden Terayon, tth), h. 80

26 Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, (Jakarta : UIN Pres Jakarta, 2005). Cet. Ke-1, h. 166 26 Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, (Jakarta : UIN Pres Jakarta, 2005). Cet. Ke-1, h. 166

Jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup seseorang muslim, yaitu manusia yang selalu beribadah setiap gerak hidupnya. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam adalah menghasilkan manusia muslim yang mempunyai kepribadian sempurna dengan pola taqwa yang berarti bahwa pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat, serta senang dan gemar mengamalkan ajaran agama Islam dalam hubungan dengan pencipta, manusia sesamanya dengan lingkungan dan dengan dirinya sendiri agar tercapai kebahagiaan dan keselamatan hidup didunia dan di akhirat.

D. Metode Pengajaran Agama Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani ”metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. sehingga dapat dipahami metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan

bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. 27 Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan

Islam, dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek dan sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain inti metode dapat pula berarti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan tersebut.

27 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40

Penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:

1) Metode pembiasaan Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan

anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. 28

2) Metode Keteladanan Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” yang

berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberi keteladanan dalam mendidik para sahabat.

3) Metode Pemberian Ganjaran Yaitu penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas

prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.

4) Metode Pemberian Hukuman Hukuman dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan “siksa” dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-

undang. Dalam istilah bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan “iqab”. Perinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.

28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 110

5) Metode Ceramah Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khlayak ramai. Sejak zaman Rasulullah metode

ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah Saw dalam menyampaikan wahyu kepada umat.

6) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara

guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam sejarah perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode ini sering dipakai oleh Nabi Saw dan Rasul Allah.

Firman Allah Swt:

̍ø.Ïe%!$# Ÿ≅÷δr& (#þθè=t↔ó¡sù 4 öΝÍκöŽs9Î) ûÇrθœΡ Zω%y`Í‘ āωÎ) y7Î=ö6s% ∅ÏΒ $uΖù=y™ö‘r& !$tΒuρ ∩⊆⊂∪ tβθçΗs>÷ès? Ÿω óΟçGΨä. βÎ)

“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada

orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui .”

(QS. al-Nahl 12: 43) 29

7) Metode Diskusi Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk

memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam proses belajar mengajar akan dapat merangsang murid untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk memecahkan sebuah masalah.

8) Metode Sorogan Metode sorogan adalah metode individual dimana murid

mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan guru

29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h 408 29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h 408

9) Metode Bandongan Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran

dalam pendidikan islam, dimana siswa/santri tidak menghadap guru/kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan, menterjemahkan menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan- catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren-pesantren tradisional.

10) Metode Mudzakarah Metode mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PMB) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah

agama saja. Metode ini banyak digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang disebut pesantren. Diantara tujuan dari metode ini adalah untuk melatih santri agar terlatih dalam memecahkan masalah- masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada.

11) Metode Kisah Metode kisah adalah suatu penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik

benar atau berbentuk fiktif belaka saja.

12) Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam

penyajian bahan pelajaran kepada siswa. Guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mempertangung jawabkannya.

13) Metode karya Wisata Metode karya wisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya

dengan bahan pelajaran.

14) Metode Eksprimen Metode eksperimen adalah suatu metode dimana murid

melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.

15) Metode Drill/Latihan Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai

anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

16) Metode Sosiodrama Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk metode belajar- mengajar dengan jalan mendramakan atau memerankan sejumlah aksi. Metode ini bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang

lain, mengambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah serta melukiskan bagaimana seharusnya seseorang bertindak atau bertingkah laku dalam situasi social tertentu.

17) Metode Simulasi Metode simulasi adalah salah satu dari sekian banyak cara penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan berpura-

pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu. Metode ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi yang dicapai.

18) Metode Kerja Lapangan Metode kerja lapangan adalah suatu metode penyampaian

pelajaran dengan jalan mengajak anak didik ke lapangan sambil pelajaran dengan jalan mengajak anak didik ke lapangan sambil

19) Metode Demonstrasi Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan

menggunkan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bahan memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.

20) Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran

kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok

besar. 30

E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Nur Uhbiyati mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam adalah mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah

ilmu pengetahuan kependidikan. 31 Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegitan

kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:

1. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.

30 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 195 31 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-2,

h. 16

3. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.

4. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah SWT.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.

6. lapangan hidup seni budaya, agar menjadi hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.

7. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman. 32

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan di sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, agama, bangsa dan negara.

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.

32 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h 19-20

BAB III ANAK DAN KELUARGA MUSLIM

F. Pengertian anak

Anak dalam bahasa Inggris disebut child. Dalam kamus lengkap psikologi karangan J.P. Chaplin, child (anak; kanak-kanak) adalah seorang anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan bergantung pada sifat referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan masa puberitas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa

pertumbuhan, masa kecil dan masa puberitas) 33 Anak adalah keturunan yang kedua manusia, orang yang lahir dari

rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau khuntsa, sebagai hasil dari

persetubuhan antara dua lawan jenis. 34

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan. 35 Sebagai manusia kecil yang belum dewasa, ia membutuhkan bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan pendidiknya dalam

perkembangannya menuju kedewasaan. Muhammad Sa’id Mursi menjelaskan bahwa, anak-anak memiliki karakteristik; banyak bergerak dan tidak mau diam, sangat sering meniru, suka menentang, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah,

33 J.P. Chaplin Kamus lengkap Psikologi, terj dari Dictionary of psychology, oleh Kartini Kartono, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004). Cet. Ke-9, h. 83

34 Tim Penyusun Ensiklopedia Hukum Islam, Ensklopedi Hukum Islam , (Jakarta : PT Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet. 1, h. 112

35 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 32 35 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 32

suka membuka dan menyusun kembali, berperasaan tajam. 36 Beberapa ahli psikologi membagai tentang anak menjadi dua kelompok yaitu anak awal dan anak akhir. Masa awal anak-anak adalah masa secara umum kronologis ketika seseorang berumur antara 2-6 tahun. Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak, yakni antara usia 6-12 tahun, di mana masa ini sering disebut sebagai masa

sekolah. 37 Berikut pengertian anak yang peneliti batasi pada fase usia 6 sampai 12

tahun atau fase anak sekolah dasar. Elizabeth B. Hurlock menyebutkan “ akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat

mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. 38

G. Pengertian Perkembangan Anak

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif” ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemauan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak sturktur dari fungsi

yang kompleks. 39

36 Muhammad Said Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, terj. Dari Fan Tarbiyah al- Aulad fi al-Islam Oleh Ali Yahya, (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 16

37 Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sedolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.2, h. 6

38 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 146 39 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2

Perkembangan dapat juga diartikan sebagai The Progressive and Continous change in the organism from brith to death (suatu perubahan yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati) Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan

berkesinambungan 40 . Jadi, perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan

perubahan yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi. Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.

Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis.

H. Ciri-ciri perkembangan anak

Perkembangan yang penulis maksud disini adalah pada akhir masa kanak-kanak yaitu masa sekolah :

40 Netty Hartati. Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2004) cet. 1, h. 13-14

1. Masa yang menyulitkan, yaitu suatu masa dimana ia lebih banyak di pengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang tua

2. Usia yang tidak rapih, suatu masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan atau ceroboh dalam penampilan, meskipun peraturan