Formulasi M odel

C. Formulasi M odel

1) Fungsi Tujuan Tujuan dari mo del ini adalah meminimalkan to tal biaya sehingga dengan rumusan sebagai berikut:

 t ij Y ij   f i Z i   c ij X ij ..................... (2.1)

Minimasi

 i , j  L

2) Batasan persamaan arus (flow equation) Sistem yang berlaku dalam model ini adalah customer-to-server dimana demand (dalam hal ini konsumen) bergerak menuju fasilitas untuk dilayani oleh karena itu diperlukan suatu persamaan yang mengatur arus (flow) konsumen (demand) ke dan dari minimarket. Inbound flow = Outbound flow , dimana inbound flow (arus ke fasilitas) merupakan total inbound demand ditambah demand di node sedangkan outbound flow (arus dari fasilitas) merupakan outbound demand ditambah demand yang terlayani di node, sehingga diperoleh persamaan:

 Y ij  d i   Y ij  W i , i  N .............................

3) Batasan satu titik demand hanya dilayani di satu fasilitas saja Single-Assignment Property menjadi acuan dalam masalah pelayanan. Maksudnya adalah bahwa setiap satu titik demand akan 3) Batasan satu titik demand hanya dilayani di satu fasilitas saja Single-Assignment Property menjadi acuan dalam masalah pelayanan. Maksudnya adalah bahwa setiap satu titik demand akan

W i ≤K i Z i , i  N ................................................

4) Batasan yang menyatakan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang terkonstruksi

Y ij ≥ MX ij

(i,j)  L ..................................................(2.4)

5) Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif

Y ij ≥ 0, X ij   0 , 1 , (i,j)  L ...................................... (2.5)

6) Batasan to tal demand tidak bernilai negatif

W i ≥ 0, X ij   0 , 1 , i  N .......................................... (2.6)

2.6 GIS (Geographical Information Sy stem) GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG (Sistem Info rmasi Geografis) merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasi tentang peta tersebut (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, menganalisa, memperagakan

dan menampilkan data spatial untuk menyelesaikan perencanaan, mengo lah dan meneliti permasalahan (Mufidah, 2006).

2.6.1 Komponen GIS Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 ko mpo nen, yaitu:

hardware , software, data, manusia dan metode (Husein:2006).

1) Hardware SIG membutuhkan hardware atau perangkat komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software-software SIG, seperti 1) Hardware SIG membutuhkan hardware atau perangkat komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software-software SIG, seperti

2) Software Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah:

a) Tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis

b) Sistem manajemen basis data

c) Tool yang mendukung query geo grafis, analisis dan visualisasi

d) Graphical User Interface (GUI), memudahkan akses pada tool geografi

3) Data Hal yang merupakan ko mponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental SIG bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model data vekto r dan mo del data raster.

a) Model data vekto r Informasi posisi point, garis dan polygon disimpan dalam bentuk x,y koordinat. Suatu lokasi point dideskripsikan melalui sepasang koordinat x,y.

Gambar 2.9 Data Vektor

Sumber : rahmad, 2006

b) Model data raster terdiri dari sekumpulan grid/ sel seperti peta hasil scanning maupun gambar/ image. Masing-masing grid/ sel atau pixel memiliki nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan. Sebagai co ntoh, pada sebuah image hasil penginderaan jarak jauh dari sebuah satelit.

Gambar 2.10 Data Raster

Sumber : Rahmad, 2006

4) Manusia Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai ko ndisi dunia nyata.

5) Meto de SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan.

2.6.2 Proses Sistem Informasi Geografis Sebelum data geo grafi digunakan dalam SIG, data tersebut harus

diko nversi kedalam format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Untuk mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau keypad dengan software tertentu seperti ARC/ INFO A utocad, MapInfo atau software lain yang dapat diko nversi kedalam format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Untuk mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau keypad dengan software tertentu seperti ARC/ INFO A utocad, MapInfo atau software lain yang dapat

Gambar 2.11 Pro ses Sistem Informasi Geografis

Sumber: Utama, 2004

Tahapan selanjutnya adalah editing merupakan tahap ko reksi atas hasil digitasi. Koreksi tersebut dapat berupa penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc yang berlebih (overshoot) atau menambahkan arc yang kurang (undershoot). Editing juga dilakukan untuk menambahkan arc secara manual seperti membuat polygon , line maupun point. Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke pengelo laan data – data deskrptif , dalam hal ini meliputi anno tasi (pemberian tulisan pada coverage), labelling (pemberian informasi pada peta bersangkutan) , dan attributing yaitu tahap dimana setiap Label ID hasil proses labelling diberi tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi tentang poligo n atau arc yang diwakilinya (Utama, 2004).

2.6.3 Proyeksi dan Sistem Koordinat Untuk menggambarkan obyek atau features permukaan bumi di atas

layar ko mputer, kita memerlukan suatu sistem penggambaran yang layar ko mputer, kita memerlukan suatu sistem penggambaran yang

1) Pro yeksi Longitude Latitude (Geographic Coordinat Systems) Proyeksi ini umum digunakan untuk menggambarkan keadaan global. Satuan units yang digunakan adalah degree (derajat atau 0 ). Satuan derajat ini dilambangkan dengan satuan decimal degree, DMS (degree minute second) dan DM (Degree minute decimals). Sebagai co ntoh:

a) 15 0 30 1 25 11 berarti 15 derajat (degree) 30 menit dan 25 detik. Pelambangan ini digunakan dalam unit DMS Proyeksi lo nglat didasari dari bentuk bumi sphero id, yang dibagi atas garis tegak yang mengiris bumi dari belahan bumi utara hingga ke kutub selatan yang dinamakan garis meridian dan garis-garis melintang yang membagi bumi dari timur hingga ke barat yang

dinamakan garis paralel. Garis 0 0 meridian melewati kota Greenwich, Inggris, implikasinya adalah adanya pembagian waktu yang berbeda pada daerah-daerah di bumi bagian timur dan barat. Perubahan nilai garis merdian terjadi secara vertikal sepanjang garis horizontal yang kita sebut sebagai longitude atau titik X. Sedangkan garis paralel berubah secara horizontal sepanjang garis vertikal dan kita sebut sebagai latitude atau titik Y.

Proyeksi ini akan dibaca sebagai proyeksi bumi spheroid oleh koo rdinat cartesian, yang memiliki 4 zone utama yaitu zo ne timur utara (North East) dengan koo rdinat (x,y) berupa nilai (+,+), zone timur selatan (South East) sebagai (+,-), zone barat selatan (South W estern) dengan (-,-) dan zone barat utara (North W estern) (-,+). Berikut adalah Proyeksi ini akan dibaca sebagai proyeksi bumi spheroid oleh koo rdinat cartesian, yang memiliki 4 zone utama yaitu zo ne timur utara (North East) dengan koo rdinat (x,y) berupa nilai (+,+), zone timur selatan (South East) sebagai (+,-), zone barat selatan (South W estern) dengan (-,-) dan zone barat utara (North W estern) (-,+). Berikut adalah

Gambar 2.12 Proyeksi Longitude Latitude

Sumber: Utama, 2004

Proyeksi tersebut walaupun berlaku global tetapi karena bentuk bumi yang cenderung elips menyebabkan adanya perbedaan jarak antar garis meridian dan paralel di setiap belahan bumi. Indonesia menggunakan sistem yang disebut W orld Geodetic System tahun 1984 (WGS 1984). Untuk menyatakan batas-batas ko ordinat Indonesia adalah sebagai berikut: Pro yeksi Longitude Latitude dalam sistem WGS

1984 adalah: 6 0 Northern (LU) - (-11) 0 Southern (LS) dan 95 0 Eastern (BT) – 141 0 Eastern (BT).

2) Pro yeksi Universal Transverse M ercator (projected coordinat systems)

Untuk menyatakan pro yeksi yang lebih detail dan bersifat lokal kita gunakan, salah satunya yaitu proyeksi Universal Transverse Mercator . Satuan units yang digunakan adalah meter, proyeksi ini didasarkan pada asumsi bahwa jarak datar di permukaan bumi akan homogen setiap lebar 60 antar garis meridian dan 80 antar garis paralell. Dengan demikian apabila perhitungan dimulai dari titik -

180 0 W hingga 180 0 E terdapat 60 zone, tiap zone dinamakan zone 1, zone 2, dan seterusnya hingga zone 60.

Gambar 2.13 Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Sumber: Utama, 2004

Untuk Indonesia, kita akan menggunakan UTM WGS 1984. Zo ne pada tiap daerah berbeda sehingga satu unit zo ne sistem yang berlaku di daerah tidak bisa digunakan pada daerah lain. Untuk menyatakan satuan meter atau feet pada peta yang berlaku glo bal kita dapat menggunakan pro yeksi lain seperti mercator, ro binson, dan lain sebagainya tergantung karakteristik posisi merdian dan paralel tiap daerah/ negara.

2.7 SISTEM JARINGAN JA LA N Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan, o rang dan hewan. Berdasarkan lingkup pengaturan, jalan dikelompokan menurut peruntukan, sistem, fungsi, status dan kelas ( www.dardela.com ).

a) Berdasarkan Peruntukan , jalan dikelompokan sebagai :

1) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, termasuk disini adalah jalan bebas hambatan dan jalan tol.

2) Jalan khusus adalah jalan yang tidak diperuntukan untuk lalu lintas umum. Termasuk dalam kelo mpo k ini adalah jalan kehutanan, jalan pertambangan, jalan inspeksi pengairan, minyak dan gas, jalan yang

dimaksud untuk pertahanan & keamanan dan jalan komplek.

b) Berdasarkan Sistem , jaringan jalan dikelompokan sebagai sistem jaringan jalan:

1) Jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud ko ta. Jaringan tersebut menghubungkan dalam satu satuan wilayah pengembangan, yang menghubungkan secara menerus ko ta, yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal, (PKL).

2) Jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan, yang menghubungkan antar dan dalam pusat kegiatan di dalam kawasan perkotaan.

c) Berdasarkan Fungsi , dalam sistem jaringan jalan primer maupun sekunder, tiap ruas mempunyai fungsi masing-masing, yakni :

1) Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi. Berdasarkan tingkat pengendalian jalan masuk, jalan Arteri bisa dibedakan menjadi Jalan Bebas Hambatan (Freeway), Jalan Expressway dan Jalan Raya (Highway). Dalam Jalan Bebas Hambatan, semua jalan akses secara penuh dikendalikan dan tanpa adanya persimpangan sebidang. Jalan Expressway, pengendalian jalan masuk secara parsial dan boleh adanya persimpangan sebidang, secara 1) Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi. Berdasarkan tingkat pengendalian jalan masuk, jalan Arteri bisa dibedakan menjadi Jalan Bebas Hambatan (Freeway), Jalan Expressway dan Jalan Raya (Highway). Dalam Jalan Bebas Hambatan, semua jalan akses secara penuh dikendalikan dan tanpa adanya persimpangan sebidang. Jalan Expressway, pengendalian jalan masuk secara parsial dan boleh adanya persimpangan sebidang, secara

2) Jalan kolekto r adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan / pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata- rata sedang dan jalan masuk dibatasi.

3) Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan lo kal dengan ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan jumlah jalan masuk, tidak dibatasi.

4) Jalan lingkungan, jalan yang melayani angkutan lingkungan, dengan ciri perjalanan jarak dekat dan dengan kecepatan rendah.

d) Pengelompokan Jalan berdasarkan Status , terdiri dari :

1) Jalan nasional adalah jalan umum yang menghubungkan antar

ibukota Pro pinsi, negara atau jalan yang bersifat strategis nasional. Sebagai

pembinaan dan pengawasan jalan ini adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab yang berkaitan dengan pembangunan.

2) Jalan propinsi, adalah jalan umum yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/ Ko ta, atau antar kota, atau antar Ko ta atau antar Ibukota Kabupaten, atau antar Ibukota Kabupaten dengan Ko ta atau jalan yang bersifat strategis regional. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Pemerintah Propinsi.

3) Jalan kabupaten, adalah jalan umum yang menghubungkan Ibukota

Kabupaten dengan Kecamatan, antar Ibukota Kecamatan, Ibukota Kabupaten dengan Pusat Kegiatan Lokal atau antar Pusat Kegiatan Lokal dan jalan Strategis Lokal di daerah Kabupaten, serta jaringan jalan sekunder di daerah Kabupaten. Penanggung jawab adalah Pemerintah Kabupaten.

4) Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem sekunder yang menghubungkan antar pusat kegiatan lokal dalam ko ta, 4) Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem sekunder yang menghubungkan antar pusat kegiatan lokal dalam ko ta,

dengan persil, menghubungkan antar persil, menghubungkan antar pusat pemikiman. Tanggung jawab penyelenggaraan ada pada Pemerintah Ko ta.

5) Jalan desa, adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan di dalam desa dan antar pemikiman. Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan ada pada Pemerintah Kabupaten dan Desa.

2.8 Sampling Menurut Sekaran (1992) populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelo mpo k orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggo ta yang dipilih dari po pulasi. Dengan kata lain, sejumlah, tetapi tidak semua, elemen po pulasi akan membentuk sampel. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap po pulasi.

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat peneliti dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 1992).

Sampel yang dapat diandalkan dan valid akan memampukan kita untuk menggeneralisasikan temuan dari sampel untuk populasi yang

diteliti. Dengan kata lain, statistik sampel harus menjadi taksiran yang dapat diandalkan dan mencerminkan parameter populasi sedekat mungkin dalam margin kesalahan yang tipis. Jika peneliti mengambil sejumlah besar sampel secara memadai dan memilihnya dengan teliti, maka ia akan memperolah distribusi pengambilan sampel dari rata-rata yang berdistribusi no rmal. Oleh karena itu, peneliti harus berhati-hati diteliti. Dengan kata lain, statistik sampel harus menjadi taksiran yang dapat diandalkan dan mencerminkan parameter populasi sedekat mungkin dalam margin kesalahan yang tipis. Jika peneliti mengambil sejumlah besar sampel secara memadai dan memilihnya dengan teliti, maka ia akan memperolah distribusi pengambilan sampel dari rata-rata yang berdistribusi no rmal. Oleh karena itu, peneliti harus berhati-hati

Ketelitian dan keyakinan adalah isu penting dalam pengambilan sampel karena ketika menggunakan data sampel untuk menarik kesimpulan tentang populasi. Ketelitian (precision) mengacu pada

seberapa dekat taksiran peneliti dengan karakteristik populasi yang sebenarnya. Sedangkan keyakinan (confidence) menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran peneliti benar-benar berlaku bagi po pulasi (Sekaran, 1992).

2.8.1 Ukuran Sampel

Menurut Sekaran (1992) sekurang-kurangnya ada empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel. Keempat hal tersebut yaitu:

1. Seberapa ketelitian yang dibutuhkan dalam menaksir karakteristik populasi yang diteliti

2. Berapa besar keyakinan yang benar-benar diperlukan

3. Tingkat variabilitas populasi yang diteliti

4. A nalisis biaya dan manfaat dari meningkatkan ukuran sampel. Roscoe (1975) dalam Sekaran (1992) memberikan usulan dalam penentuan jumlah sampel yaitu sebagai berikut:

a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

b. Bila sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/ wanita, junior/ senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.

c. Pada penelitian multivariat (termasuk analisis regresi multivariat) ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau

lebih) lebih besar dari jumlah variabel yang akan dianalisis.

d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/ d 20 elemen. Studi kualitatif biasanya menggunakan ukuran sampel kecil karena

sifatnya yang intensif. Bila studi kualitatif dilakukan untuk tujuan eksploratif, teknik pengambilan sampel yang bisanya digunakan adalah pengambilan sampel yang mudah (Sekaran, 1992).

Pada berbagai literatur pengantar statistika disebutkan bahwa angka 30 merupakan pembatas untuk mengkategorikan jumlah sampel. Jika sampel > 30 maka dikategorikan sampel besar, jika ≤ 30 dikategorikan sampel kecil. Hal ini berimplikasi pada rumus statistika yang digunakan jika ingin melakukan pendugaan parameter. Distribusi sampel yang terbentuk mendekati asumsi distribusi normal ketika jumlah sampel mencapai 30, Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal distribusinya (Anonymous, 2007).

2.8.2 Teknik Pengambilan Sampel

a. Probability sampling Menurut Istijanto (2005), metode Probability sampling dalam memilih anggota populasi menggunakan pro ses random, sehingga setiap anggo ta memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Yang termasuk teknik probability sampling yaitu:

1) Simple random sampling Kata “ random” berarti acak, “ simple” berarti sederhana atau tanpa prosedur yang rumit. Dengan metode ini, sampel dipilih secara langsung dari po pulasi dengan peluang setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel sama besar. Teknik ini dilakukan dengan pengambilan langsung secara acak apabila jumlah po pulasi terbatas (puluhan hingga ratusan). Namun, apabila jumlah populasi cukup besar maka digunakan tabel angka 1) Simple random sampling Kata “ random” berarti acak, “ simple” berarti sederhana atau tanpa prosedur yang rumit. Dengan metode ini, sampel dipilih secara langsung dari po pulasi dengan peluang setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel sama besar. Teknik ini dilakukan dengan pengambilan langsung secara acak apabila jumlah po pulasi terbatas (puluhan hingga ratusan). Namun, apabila jumlah populasi cukup besar maka digunakan tabel angka

2) Stratified random sampling Stratified sampling berusaha membagi populasi menjadi tingkatan atau kelompok. Kemudian, sampel ditarik secara random dari setiap kelompok. Metode ini digunakan jika tujuan riset cenderung untuk melihat perbedaan diantara strata po pulasi sehingga masing-masing sampel dapat mewakili kelompok populasi.

3) Cluster sampling Cluster sampling mrnggambarkan bahwa sampel ditarik hanya dari salah satu kelo mpo k. Dengan cara ini populasi terlebih dahulu dibagi menjadi kelo mpo k-kelompok, kemudian sampel ditarik secara rando m dari satu cluster group. Desain pengambilan sampel area merupakan cluster geografis, yaitu jika penelitian berkaitan dengan po pulasi dalam area go grafi yang dapat diidentifikasi, seperti negara, blok ko ta, atau batas tertentu dalam suatu lokasi.

4) Systematic sampling Kata “ systematic” berarti memiliki aturan atau pola tertentu. Dalam metode ini, sampel dipilih dengan mengambil setiap anggo ta populasi yang memiliki interval tertentu diantara para anggo ta atau elemen ke- i. jadi interval merupakan pola yang digunakan dalam pengambilan elemen po pulasi. Pola disini menyerupai deret ukur yang berarti bahwa antar anggo ta yang satu dengan berikutnya terdapat selang tertentu.

b. Nonprobability sampling Menurut Istijanto (2005), pada nonprobability sampling pemilihan elemen populasi tidak maenggunakan proses random, sehingga b. Nonprobability sampling Menurut Istijanto (2005), pada nonprobability sampling pemilihan elemen populasi tidak maenggunakan proses random, sehingga

1) Convenience Sampling Kata “ convenience” berarti nyaman, tidak repot, mudah. Pada metode ini periset menarik anggota populasi berdasarkan kemudahan ditemui atau ketersediaan anggota

populasi. Respo nden dipilih karena keberadaan pada waktu dan tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya peluang terpilih sebagai sampel hanya dimiliki oleh anggota polulasi yang kebetulan berada di sekitar riset, sedangkan anggo ta populasi yang tidak berada disekitar riset tidak memiliki peluang menjadi sampel.

2) Purposive Sampling Pada metode ini, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseo rang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

3) Quota Sampling Dalam metode ini periset menetapkan kuo ta atau jumlah tertentu untuk sampel yang memiliki karakteristik yang diinginkan.

4) Snowball Sampling Dalam metode ini pemilihan sampel menyerupan gerak bola salju yang menggelinding dari atas ke bawah. Dalam prakteknya periset mula-mula memilih beberapa respo nden pertama yang cocok untuk risetnya. Setelah para responden berpartisipasi dalam riset, mereka diminta memberikan daftar referensi anggo ta lain sebagai partisipan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga sampel terkumpul atas dasar referensi sebelumya.