Perumusan Strategi Pemasaran Anyaman Tikar di Kabupaten Wonogiri

B. Perumusan Strategi Pemasaran Anyaman Tikar di Kabupaten Wonogiri

1. Penentuan Tujuan Usaha

Setiap usaha berjalan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai salah satu industri kecil yang masih menerapkan manajemen sederhana, industri anyaman tikar ini belum menentukan visi, misi, serta tujuan usaha secara jelas dan tertulis. Namun, pengrajin anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri menjalankan usaha anyaman tikar bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Oleh karena itu pengrajin anyaman tikar berusaha untuk meningkatkan laba usaha dengan menjaga kontinyuitas serta meningkatkan kualitas produk mereka. Dengan memanfaatkan waktu luang, para pengrajin menganyam mendong menjadi tikar mendong. Hal ini didukung oleh kemampuan dan ketrampilan dalam menganyam serta kemauan mereka memanfaatkan potensi mendong yang ada di daerah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi sehingga mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi bagi pengusaha.

2. Analisis Faktor-Faktor Strategis

Strategi pemasaran anyaman tikar merupakan usaha untuk meningkatkan pemasaran anyaman tikar baik di wilayah pemasaran Kabupaten Wonogiri maupun wilayah pemasaran di luar Kabupaten Wonogiri. Dengan menerapkan strategi pemasaran yang efektif diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pengrajin anyaman tikar. Perumusan strategi pemasaran anyaman tikar diawali dengan menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang Strategi pemasaran anyaman tikar merupakan usaha untuk meningkatkan pemasaran anyaman tikar baik di wilayah pemasaran Kabupaten Wonogiri maupun wilayah pemasaran di luar Kabupaten Wonogiri. Dengan menerapkan strategi pemasaran yang efektif diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pengrajin anyaman tikar. Perumusan strategi pemasaran anyaman tikar diawali dengan menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang

a. Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilaksanakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran anyaman tikar selama ini sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan alternatif strategi pemasaran. Adapun faktor internal dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri yaitu:

1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pemasaran. Kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung dalam usaha anyaman tikar akan berpengaruh pada keputusan maupun kebijakan-kebijakan yang diambil pengrajin dalam memasarkan produknya. Rata-rata sumber daya manusia yang berkecimpung dalam usaha anyaman tikar mempunyai tingkat pendidikan formal yang cukup rendah yaitu setingkat Sekolah Dasar (SD). Kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan pengrajin dalam mengelola usaha anyaman tikar terutama pola pikir serta wawasan dan pengetahuan para pengrajin. Namun, dengan pengalaman usaha yang mereka miliki, para pengrajin mampu mengelola dan mempertahankan usaha mereka hingga sekarang. Selain itu, dengan ketlatenan serta semangat kerja yang kuat para pengrajin mampu menghasilkan karya kerajinan anyaman tikar dari bahan baku mendong yang dapat diterima pasar.

2) Pemasaran Pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel atau inti dari sistem pemasaran. Empat variabel tersebut menunjukkan bagian yang berpengaruh pada pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Adapun empat variabel tersebut adalah:

a) Produk

Produk yang ditawarkan merupakan hasil anyaman dari bahan baku berupa tanaman mendong menjadi anyaman tikar. Kegunaan produk ini secara umum di masyarakat sebagai alas pada saat pertemuan maupun alas tidur. Kualitas produk anyaman sering dilihat berdasarkan kerapian dan kerapatan anyaman, kombinasi serta kecerahan warna tikar, dan kelenturan anyaman. Selain itu, dengan seleksi terhadap bahan baku yang digunakan dengan baik berpengaruh pada kualitas anyaman yang dihasilkan Ukuran anyaman tikar yang diproduksi adalah 2x3 m dan 1,5x2 m.

b) Harga Harga merupakan variabel pemasaran yang berpengaruh langsung terhadap laba yang diperoleh pengusaha. Pengrajin menentukan patokan harga anyaman tikar berdasarkan ukuran dengan pertimbangan biaya produksi serta laba yang diinginkan. Pengaruh persaingan yang menuntut harga produk harus dapat bersaing dengan produk yang lain menyebabkan pengrajin tidak sembarangan dalam menetapkan harga. Namun demikian, harga yang berlaku di pasar merupakan harga yang masih terjangkau oleh konsumen. Harga di tingkat pengrajin berkisar Rp 40.000,- untuk 1 anyaman tikar ukuran 1,5x2 m. Sedangkan harga untuk 1 anyaman tikar ukuran 2x3 m seharga Rp 60.000,-. Dengan harga tersebut pengrajin mendapatkan laba sebesar Rp 20.000,00

c) Distribusi Distribusi atau penyaluran produk anyaman tikar dari pengrajin sebagai produsen kepada konsumen. Lancarnya arus pendistribusian barang akan memperlancar penyampaian barang tersebut ke tangan konsumen. Dalam pemasaran anyaman tikar ada

2 tipe saluran pemasaran yang digunakan yaitu : Ø Saluran 1 ( Produsen Konsumen) Dalam saluran pemasaran ini pengrajin tidak melakukan pemasaran dari rumah ke rumah dengan tenaga penjual, 2 tipe saluran pemasaran yang digunakan yaitu : Ø Saluran 1 ( Produsen Konsumen) Dalam saluran pemasaran ini pengrajin tidak melakukan pemasaran dari rumah ke rumah dengan tenaga penjual,

Ø Saluran 2 (Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen ) Pada saluran pemasaran kedua ini pengrajin anyaman tikar

mendistribusikan tikar mereka ke pedagang tikar di pasar Puhpelem dan Pasar Bulukerto. Selanjutnya para pedagang menjualnya kepada konsumen baik di pasar tersebut maupun pasar di daerah lain yaitu Ponorogo dan Sampung Jawa Timur. Para pedagang memasarkan di stan-stan yang mereka miliki di berbagai pasar sesuai hari pasaran.

d) Promosi Promosi yang digunakan dalam pemasaran anyaman tikar di kabupaten Wonogiri selama ini hanya mengandalkan media komunikasi dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, dalam hal promosi pengrajin terbantu oleh pedagang serta konsumen. Selama ini belum ada inovasi sistem promosi yang dilakukan pengrajin dalam mengenalkan produk anyaman tikar ini ke masyarakat yang lebih luas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang ada.

3) Kondisi Keuangan Keuangan merupakan salah satu indikator kondisi dan keberjalanan suatu usaha. Sebagai bagian dari keuangan modal merupakan komponen yang cukup pokok dalam setiap usaha termasuk pada usaha anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Keseluruhan pengrajin anyaman tikar menjalankan usaha ini dengan mengandalkan modal pribadi yang jumlahnya terbatas. Untuk mempersiapkan besarnya uang yang akan digunakan dalam usaha 3) Kondisi Keuangan Keuangan merupakan salah satu indikator kondisi dan keberjalanan suatu usaha. Sebagai bagian dari keuangan modal merupakan komponen yang cukup pokok dalam setiap usaha termasuk pada usaha anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Keseluruhan pengrajin anyaman tikar menjalankan usaha ini dengan mengandalkan modal pribadi yang jumlahnya terbatas. Untuk mempersiapkan besarnya uang yang akan digunakan dalam usaha

Dalam hal manajemen keuangan pengrajin anyaman tikar juga masih menerapkan sistem manajemen yang sederhana. Pengrajin hanya memperhitungkan aliran keuangan usaha mereka tanpa mencatat atau membukukannya secara rapi dan terstruktur. Oleh karena itu, pengrajin tidak dapat mengkalkulasi secara tepat keuangan usaha anyaman tikarnya.

4) Produksi/Operasional Produksi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk merubah input menjadi output. Dalam proses produksi pembuatan anyaman tikar membutuhkan waktu produksi yang cukup lama karena prosesnya yang lama dalam beberapa tahapan proses serta kegiatan menganyam merupakan pekerjaan yang cukup rumit dan butuh ketelatenan dalam kegiatannya. Sebelum melakukan penganyaman pengrajin terlebih dahulu melakukan seleksi bahan dengan memisahkan mendong yang utuh serta mempunyai panjang yang sama untuk mendapatkan kualitas bahan baku yang baik. kemudian melakukan pewarnaan selanjutnya mendong dikeringkan terlebih dahulu baru kemudian dilakukan penganyaman. Kurang fokusnya pengarajin dalam mengelola usaha anyaman tikar karena hanya menjadikannya sebagai usaha sampingan manyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menganyam 1 anyaman tikar dibutuhkan waktu 8-

10 hari. Adapun alur pembuatan anyaman tikar dapat dilihat pada gambar berikut:

Bahan Baku Tanaman Mendong

Seleksi Bahan Baku Pewarnaaan Mendong

Gambar 4. Pembuatan Anyaman Tikar

b. Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor kunci di luar pengrajin yang menjadi peluang dan ancaman dalam pemasaran anyaman tikar. Adapun hasil analisis faktor eksternal adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah Pemerintah merupakan salah satu elemen kelembagaan pendukung dalam kegiatan UMKM. Peran pemerintah cukup strategis dan berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang yang berkaitan dengan perkembangan UMKM. Pemerintah melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi diharapakan dapat berperan besar terhadap kemajuan UMKM di Kabupaten Wonogiri termasuk pada usaha anyaman tikar ini. Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendukung perkembangan UMKM di Kabupaten Wonogiri adalah dengan melakukan bimbingan-bimbingan terhadap proses produksi supaya produk terlihat lebih menarik, memberi bantuan sarana produksi, pembuatan brosur/leaflet profil tentang industri potensial, mengadakan pameran dan promosi ke daerah lain serta mengadakan showroom untuk memajang produk-produk dari UMKM binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Wonogiri.

2) Konsumen Konsumen membeli suatu barang dan jasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga konsumen anyaman tikar 2) Konsumen Konsumen membeli suatu barang dan jasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga konsumen anyaman tikar

3) Pemasok Pemasok merupakan orang yang berperan sebagai penyedia bahan baku mendong untuk proses produksi anyaman tikar. Pasokan berasal dari daerah sekitar Kecamatan Puhpelem. Para pengrajin anyaman tikar mendapatkan bahan baku mendong dari petani yang membudidayakan mendong kemudian memasoknya ke Pasar Puhpelem. Harga mendong di pasar adalah Rp 7.000,-per ikat. Kebutuhan bahan baku untuk anyaman tikar berukuran 2x3 m sebanyak 4 ikat, sedangkan untuk anyaman tikar ukuran 1,5x2 m membutuhkan bahan baku sebanyak 2 ikat mendong.

4) Pesaing Pesaing pengrajin anyaman tikar berasal dari pengrajin sejenis dari luar wilayah Kecamatan Puhpelem yaitu pengrajin dari Kecamatan Bulukerto dan Purwantoro. Selain itu, persaingan juga berasal dari adanya produk subtitusi berupa tikar berbahan plastik dan karpet yang semakin luas pemasarannya serta dengan promosi yang lebih intensif dan inovatif. Selain itu, produk subtitusi tersebut juga menawarkan keunggulan produk mereka. Adanya persaingan dalam pemasaran anyaman tikar menuntut pengrajin untuk dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar sehingga usaha anyaman tikar mendong ini dapat terjaga kelangsungan hidupnya.

5) Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri terdiri dari pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul berperan mengumpulkan atau membeli produk dari para pengrajin anyaman tikar kemudian menjualnya kepada konsumen. Para pengrajin anyaman tikar mendistribusikan anyaman tikar mereka ke Pasar Puhpelem pada hari wage atau ke Pasar Bulukerto pada hari pahing. Para pedagang pengumpul mempunyai stan-stan di beberapa pasar dan memasarkan anyaman tikar sesuai hari ramai di pasar yang bersangkutan. Dalam pemasaran anyaman tikar menggunakan saluran pemasaran yang cukup pendek sehingga harga di tingkat konsumen masih terjangkau oleh konsumen serta margin yang didapatkan juga lebih tinggi.

3. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal pada usaha anyaman tikar, maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Adapun hasil identifikasi tersebut seperti pada Tabel

24 berikut. Tabel 24.Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam

Pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri

Faktor Internal

Kekuatan

Kelemahan

Sumber Daya Manusia - Pengalaman usaha -Kurang inovasi

- Ketrampilan menganyam

-Usia tua

-Ketlatenan

Pemasaran

-Kualitas anyaman

- Promosi terbatas

-Saluran distribusi pendek - Harga yang terjangkau

konsumen

Keuangan - Permodalan terbatas - Pengelolaan

keuangan/pembukuan belum tersusun secara rapi

Produksi

-Kontinyuitas produksi

-Waktu produksi lama -Variasi desain produk

kurang

Faktor Eksternal

-Alokasi anggaran

-Bantuan

modal

dengan terbatas

subsidi bunga - Event pameran -Showroom Produk kabupaten

Pemasok -Ketersediaan bahan baku - Kualitas bahan baku

memadai

di musim kemarau

-Hubungan baik

dengan menurun

pemasok

- fluktuasi harga bahan baku

Pesaing - Meningkatnya produk tikar plastik dan karpet

- Persaingan dari pengrajin sejenis

Lembaga pemasaran

-Adanya langganan

Konsumen -Turunnya minat konsumen

pada anyaman

tikar mendong

Sumber : Analisis Data Primer Sumber : Analisis Data Primer

1) Kualitas Anyaman Pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk adalah salah satunya dengan melihat kualitas produk yang akan digunakan. Produk anyaman tikar yang ada di Kecamatan Puhpelem ini menunjukkan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini diwujudkan dengan keberlangsungan usaha anyaman tikar hingga sekarang dan permintaan yang cukup stabil. Dalam pelaksanaan penganyaman dilakukan seleksi bahan baku sehingga berpengaruh pada kualitas anyaman yang dihasilkan. Penilaian kualitas pada produk anyaman tikar lebih ditekankan pada kerapatan dan kerapian anyamansehingga terlihat kuat, kecerahan dan kombinasi warna yang bagus sehingga terlihat tidak kusam dan menarik, serta kelenturan tikar yang dipengaruhi kualitas bahan bakunya serta pewarnaan yang dilakukan sehingga dengan kelenturan tikar tidak mudah rusak sekaligus mudah dalam melipatnya. Anyaman tikar mendong yang dihasilkan pengrajin ini mempunyai kualitas yang cukup bagus didukung adanya seleksi bahan baku yang digunakan serta dilihat dari lenturnya anyaman tikar yang dihasilkan dan rapatnya anyaman tikar mendong. Selain itu, kombinasi warna yang menjadikan anyaman tikar terlihat menarik dan cerah.

2) Pengalaman Produksi Pengalaman produksi dalam menganyam sangat diperlukan untuk menunjang anyaman tikar yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Semakin lama mereka mengusahakan anyaman tikar semakin membuat mereka terlatih dan terampil dalam menganyam tikar mendong.

Menganyam mendong merupakan pekerjaan yang cukup rumit dan membutuhkan ketlatenan dari para penganyam agar Menganyam mendong merupakan pekerjaan yang cukup rumit dan membutuhkan ketlatenan dari para penganyam agar

3) Kontinyuitas Produksi Selama ini, para pengrajin senantiasa menjaga kontinyuitas produksinya. Didukung dengan pasokan bahan baku yang terjamin serta pengrajin senantiasa menganyam di waktu-waktu luangnya menjadikan ketersediaan anyaman tikar ini akan senantiasa ada. Selain itu, permintaan konsumen yang cukup stabil juga mempengaruhi pengrajin untuk menjaga kontinyuitas produksi anyaman tikarnya.

4) Saluran Distribusi Pendek Distribusi merupakan proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Adanya ketersediaan alat pengangkutan dan pedagang pengumpul maupun tenaga penjual lainnya membuat produk sampai ke tangan konsumen sehingga dapat membantu dalam penyaluran produk anyaman dari produsen kepada konsumen.

Saluran distribusi yang digunakan oleh pengrajin anyaman tikar dalam menjual produknya adalah pedagang pengumpul. Pengrajin menyalurkan anyaman tikar mereka kepada pedagang pengumpul yang berada di pasar-pasar lokal sekitar Kecamatan Puhpelem. Selanjutnya pedagang pengumpul yang memasarkan anyaman tikar kepada konsumen melalui stan-stan yang mereka miliki di beberapa pasar. Pendeknya saluran distribusi yang ada pada pemasaran anyaman tikar ini berpengaruh pada harga satuan tikar di tangan konsumen. Harga satuan anyaman tikar pada tingkat konsumen masih terjangkau serta menunjukkan kesesuaian dengan Saluran distribusi yang digunakan oleh pengrajin anyaman tikar dalam menjual produknya adalah pedagang pengumpul. Pengrajin menyalurkan anyaman tikar mereka kepada pedagang pengumpul yang berada di pasar-pasar lokal sekitar Kecamatan Puhpelem. Selanjutnya pedagang pengumpul yang memasarkan anyaman tikar kepada konsumen melalui stan-stan yang mereka miliki di beberapa pasar. Pendeknya saluran distribusi yang ada pada pemasaran anyaman tikar ini berpengaruh pada harga satuan tikar di tangan konsumen. Harga satuan anyaman tikar pada tingkat konsumen masih terjangkau serta menunjukkan kesesuaian dengan

5) Potensi Daerah Anyaman tikar merupakan salah satu usaha potensial di Kabupaten Wonogiri. Hal ini didukung kemampuan sumber daya manusia untuk menganyam serta dengan adanya pembudidayaan mendong oleh petani sebagai bahan pokok anyaman tikar. Dengan adanya petani yang membudidayakan mendong, maka akan menjamin pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi anyaman tikar. Oleh karena itu sampai saat ini masih banyak pengrajin yang mengusahakan anyaman tikar. Sebagai salah satu potensi daerah, maka usaha anyaman tikar mempunyai hak mendapat perhatian pemerintah dalam pengembanganan usaha anyaman tikar. Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan pemerintah menunjang kemampuan teknis pengusaha serta kemampuan manajemen mereka. Selama ini pemerintah telah melakukan pelatihan kepada pelaku usaha dalam rangka meningkatkan manajemen usaha serta memberikan bantuan alat yang dibutuhkan. Sehingga Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh pengarajin anyaman tikar untuk peningkatan dan pengembangan usaha mereka.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

1) Kurang Inovasi Produk Inovasi yang ada pada produk ini tergolong rendah, sehingga produk tikar yang dihasilkan terkesan monoton. Selain karena keterbatasan kreativitas pengrajin karena usia mereka yang mayoritas sudah tua juga karena kekurangberanian pengrajin dalam mencoba hal-hal baru yang memungkinkan membuat produk lebih dapat bersaing di pasar. Produk yang dihasilkan sekedar yang 1) Kurang Inovasi Produk Inovasi yang ada pada produk ini tergolong rendah, sehingga produk tikar yang dihasilkan terkesan monoton. Selain karena keterbatasan kreativitas pengrajin karena usia mereka yang mayoritas sudah tua juga karena kekurangberanian pengrajin dalam mencoba hal-hal baru yang memungkinkan membuat produk lebih dapat bersaing di pasar. Produk yang dihasilkan sekedar yang

2) Promosi Terbatas Promosi anyaman tikar selama ini yang dilakukan oleh pengrajin adalah dengan media mulut ke mulut. Para pengrajin belum memanfaatkan kemajuan teknologi yang berkembang dalam mempromosikan produk mereka. Selain karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam mengakses teknologi tersebut, faktor keengganan dalam memanfaatkan teknologi baru mempengaruhi pengrajin untuk tetap mempertahankan metode promosi mereka.

Dengan hanya mengandalkan media promosi mulut ke mulut maka jangkauan promosi anyaman tikar juga terbatas serta membutuhkan jangka waktu lama. Meskipun metode ini mempunyai keuntungan karena pengrajin terbantu oleh pedagang dan konsumen dalam mempromosikan anyaman tikar. Namun demikian, perlu upaya yang lebih baik dalam meningkatkan jangkauan promosi sehingga anyaman tikar ini dapat dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.

3) Permodalan Terbatas Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam setiap usaha adalah masalah permodalan. Pada usaha anyaman tikar permodalan didapatkan dari kekayaan pengrajin sendiri. Adanya peluang bantuan modal dari pemerintah seringkali para pengrajin sulit mendapatkan karena prosedur yang masih cukup rumit bagi kalangan pengrajin kecil. Oleh karena itu, pengrajin menjalankan usaha ini dengan modal mandiri yang seadanya. Dengan adanya keterbatasan modal, maka pengrajin kesulitan dalam mengembangkan usaha serta termasuk dalam melakukan inovasi pemasaran anyaman tikar.

4) Pengelolaan Keuangan/Pembukuan Belum Tersusun Rapi Seperti halnya dengan usaha kecil yang lain, salah satu kelemahan yang sering ditemui adalah terkait pembukuan keuangan usaha yang belum tersusun secara rapi. Pengrajin hanya mengadministrasikan keuangan dalam usaha mereka secara abstrak tanpa dituliskan dalam pembukuan usaha secara rapi. Hal ini menyebabkan informasi-informasi yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya tidak terinventaris secara sempurna. Oleh karena itu, pengrajin tidak dapat mengkalkulasi keuangan usaha secara tepat dan akurat.

5) Pengrajin Kurang Fokus dalam Usaha Rumitnya proses penganyaman mendong serta kurang fokusnya pengrajin dalam mengelola usaha menyebabkan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan anyaman tikar cukup lama. Selain itu, karena pengrajin menjadikan pekerjaan menganyam sebagai pekerjaan sampingan sehingga alokasi waktu yang dicurahkan untuk menganyam adalah antara 2-3 jam setiap hari. Hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi

1 anyaman tikar berukuran 2x 3 m dapat mencapai 10 hari.

c. Identifikasi Faktor Peluang

1) Pelatihan dan Pembinaan Perhatian Pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM yang ada di Kabupeten Wonogiri adalah dengan menggiatkan pelatihan dan pembinaan kepada pengrajin sehingga kemampuan teknis ataupun kreativitas pengrajin juga meningkat. Selain itu, pembinaan yang dilakukan juga bertujuan untuk perbaikan manajemen UMKM. Sebagai salah satu industri kecil yang mendapat perhatian pemerintah untuk memperoleh pelatihan dan 1) Pelatihan dan Pembinaan Perhatian Pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM yang ada di Kabupeten Wonogiri adalah dengan menggiatkan pelatihan dan pembinaan kepada pengrajin sehingga kemampuan teknis ataupun kreativitas pengrajin juga meningkat. Selain itu, pembinaan yang dilakukan juga bertujuan untuk perbaikan manajemen UMKM. Sebagai salah satu industri kecil yang mendapat perhatian pemerintah untuk memperoleh pelatihan dan

2) Bantuan Modal dengan Subsidi Bunga Langkah Pemerintah dalam membantu masyarakat golongan ekonomi lemah dalam mempertahankan usaha mereka adalah melalui program bantuan modal dengan subsidi bunga. Hal ini merupakan wujud perhatian Pemerintah dalam pemberdayaan UMKM yang ada di Kabupaten Wonogiri. Program ini dilaksanakan agar pengrajin mendapatkan tambahan modal dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada lembaga keuangan lainnya seperti bank. Untuk lebih memudahkan para pengrajin dalam mengakses program ini, maka pemerintah senantiasa melakukan perbaikan sistem dan aturan peminjaman sehingga program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pelaku UMKM yang membutuhkan tambahan modal.

3) Event Pameran dan Showroom Produk Kabupaten Salah satu langkah promosi yang dapat dimanfatkan dalam memperkenalkan produk-produk kabupaten adalah dengan adanya showroom produk kabupaten yang dikelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Wonogiri. Hal ini dilakukan untuk memajang produk-produk UMKM binaan Pemerintah Kabupaten Wonogiri sehingga lebih mudah dalam menawarkan produk kepada calon pembeli mupun kepada para investor serta wisatawan yang datang ke Wonogiri.

Selain itu, usaha pemerintah dalam memasarkan atau memperkenalkan produk dari Kabupaten adalah melakukan pameran ataupun dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan di kota lain. Dalam rangkaian promosi tersebut, Pemerintah juga membuat leaflet mengenai produk-produk UMKM binaan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Wonogiri. Dengan pengoptimalan langkah ini diharapkan mampu meningkatkan Selain itu, usaha pemerintah dalam memasarkan atau memperkenalkan produk dari Kabupaten adalah melakukan pameran ataupun dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan di kota lain. Dalam rangkaian promosi tersebut, Pemerintah juga membuat leaflet mengenai produk-produk UMKM binaan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Wonogiri. Dengan pengoptimalan langkah ini diharapkan mampu meningkatkan

4) Perkembangan Obyek Wisata Wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai beberapa obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan guna menarik wisatawan datang ke Wonogiri. Pengembangan di bidang pariwisata merupakan salah satu strategi yang dapat dimanfaatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri untuk meningkatkan pendapatan daerah. Adanya perkembangan obyek wisata merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pengrajin kerajinan termasuk kerajinan anyaman tikar untuk meningkatkan pemasaran produk mereka sebagai salah satu souvenir para wisatawan dari tempat wisata.

5) Ketersediaan Bahan Baku Memadai Bahan baku anyaman tikar adalah tanaman mendong. Selama ini masih banyak petani yang membudidayakan mendong, sehingga ketersediaan mendong sebagai bahan baku utama anyaman ini cukup terjamin. Ketika pasokan dari dalam daerah kurang memenuhi, maka kebutuhan bahan baku didapatkan dari pasokan luar daerah yaitu dari wilayah sampung kabupaten Magetan Jawa Timur. Namun, perlu upaya pengrajin untuk dapat mengkombinasikan mendong dengan bahan lain sehingga tidak hanya menggantungkan pada mendong sekaligus juga sebagai bentuk inovasi produk anyaman tikar.

6) Hubungan Baik dengan Pemasok Adanya hubungan yang baik dengan pemasok menimbulkan keuntungan bagi pengusaha. Salah satu bentuk keuntungan yang diperoleh adalah ketika pengrajin membutuhkan bahan baku maka pemasok akan segera memasok bahan baku mendong yang dibutuhkan pengusaha. Selain itu, karena adanya rasa kepercayaan yang sudah terjalin antara pemasok dengan pengrajin maka 6) Hubungan Baik dengan Pemasok Adanya hubungan yang baik dengan pemasok menimbulkan keuntungan bagi pengusaha. Salah satu bentuk keuntungan yang diperoleh adalah ketika pengrajin membutuhkan bahan baku maka pemasok akan segera memasok bahan baku mendong yang dibutuhkan pengusaha. Selain itu, karena adanya rasa kepercayaan yang sudah terjalin antara pemasok dengan pengrajin maka

7) Adanya Langganan Pedagang Dalam hal pemasaran produk, pengrajin mempunyai langganan pedagang pengumpul. Oleh karena itu, jika tidak ada pembeli yang datang langsung ke tempat pengrajin maka pengrajin dapat menjualnya ke pedagang pengumpul langganan mereka di pasar Puhpelem. Dengan adanya langganan pedagang yang ada di pasar Puhpelem pengrajin lebih mudah dalam menjual produknya serta adanya keterjaminan produk mereka terjual.

8) Perkembangan Teknologi Informasi Kemajuan jaman yang semakin tinggi mendorong perkembangan peradaban manusia yang ke arah modern. Hal ini berdampak pada perkembangan teknologi yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu bentuk kemajuan terlihat pada teknologi informasi yang semakin canggih. Dengan kecanggihan teknologi informasi dapat memfasilitasi manusia untuk semakin cepat berkomunikasi dalam ruang lingkup yang lebih luas dalam waktu yang singkat.

Adanya perkembangan teknologi informasi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan para pengrajin dalam maningkatkan pemasaran produk mereka. Salah satu pemanfaatannya untuk melaksanakan fungsi pemasaran produk baik untuk promosi maupun transaksi. Selain itu juga mempermudah pengrajin mengakses informasi mengenai usaha mereka sehingga dapat dijadikan sumber inspirasi dalam mengelola usaha. Oleh karena itu dalam penerapannya para pengrajin harus menentukan segmen pasar yang akan dituju sehingga jelas sasaran promosi yang akan dilakukan.

d. Identifikasi Faktor Ancaman

1) Alokasi Anggaran Pemerintah dalam Pengembangan UMKM Terbatas

Banyaknya industri potensial di Kabupaten Wonogiri yang mengharapkan perhatian pemerintah dalam keberjalanan usahanya menuntut alokasi anggaran pemerintah yang cukup tinggi pula. Dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah harus membagi prioritas anggaran sehingga tidak semua industri yang ada di Kabupaten Wonogiri mendapat bantuan dari pemerintah secara bersamaan. Misalnya dalam hal pelatihan, pemerintah harus memilih industri yang prioritas untuk mendapat pelatihan lebih dahulu.

2) Kualitas Bahan Baku di Musim Kemarau Menurun Mendong sebagai bahan baku anyaman tikar merupakan sejenis rumput-rumputan. Pada musim kemarau kualitas mendong menurun karena terlalu kering dan mudah putus sehingga lebih sulit dalam menganyamnya. Dalam mengatasi permasalahan kualitas bahan baku memerlukan perlakuan yang lebih banyak agar mendong lebih kuat sehingga mudah dianyam. Oleh karena itu, waktu produksi yang dibutuhkan lebih lama lagi sehingga produksi anyaman tikar pada musim kemarau mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitasnya.

3) Fluktuasi Harga Bahan Baku Mendong mempunyai masa panen yang hampir bersamaan sehingga menyebabkan fluktuasi harga antara musim panen dan musim paceklik. Seperti halnya padi atau produk pertanian pada umumnya, ketika panen raya maka harga akan mengalami penurunan dan sebaliknya pada saat bukan musim panen harga kembali naik. Hal ini cukup mempengaruhi keberjalanan usaha 3) Fluktuasi Harga Bahan Baku Mendong mempunyai masa panen yang hampir bersamaan sehingga menyebabkan fluktuasi harga antara musim panen dan musim paceklik. Seperti halnya padi atau produk pertanian pada umumnya, ketika panen raya maka harga akan mengalami penurunan dan sebaliknya pada saat bukan musim panen harga kembali naik. Hal ini cukup mempengaruhi keberjalanan usaha

4) Meningkatnya Produk Tikar Plastik dan Karpet Kemajuan teknologi yang cukup pesat dalam peridustrian menjadikan manusia terus berinovasi dalam menghasilkan produk- produk yang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Demikian halnya dalam produk tikar atau dalam hal ini produk yang berfungsi sebagai alas. Oleh karena itu, pada masa sekarang marak bermunculan berbagai jenis produk tikar dari plastik serta karpet yang dalam hal ini sebagi subtitusi dari tikar mendong.

Perkembangan jaman yang semakin maju mempengaruhi sikap konsumen dalam menggunakan produk baik barang maupun jasa. Selain itu, kecenderungan manusia untuk mencoba hal-hal baru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam menggunakan suatu produk. Salah satu tantangan yang terasa pada pemasaran anyaman tikar adalah turunnya minat konsumen dalam membeli tikar mendong. Hal ini dipengaruhi adanya beragam produk pengganti anyaman tikar mendong yang mempunyai fungsi sama dengan berbagai mode dan bahan yang bervariasi.

Turunnya minat konsumen dalam menggunakan tikar mendong ini dapat dilihat dengan menurunnya jumlah pengguna tikar mendong. Pada jaman dahulu di wilayah sekitar penelitian hampir setiap rumah atau keluarga mempunyai tikar mendong, namun pada masa sekarang kondisi tersebut tidak ditemui lagi.

5) Persaingan dari Pengrajin Sejenis Persaingan dalam pemasaran suatu produk antar pengrajin merupakan hal yang tak terhindarkan lagi. Begitu pula dalam 5) Persaingan dari Pengrajin Sejenis Persaingan dalam pemasaran suatu produk antar pengrajin merupakan hal yang tak terhindarkan lagi. Begitu pula dalam

pengrajin dengan mempertahankan kualitas anyaman tikar serta menjaga hubungan baik dengan pemasok serta pedagang. Persaingan antar pengrajin sejenis berasal dari pengrajin anyaman tikar yang dari Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro.

4. Alternatif Strategi

Alternatif strategi pemasaran anyaman tikar yang dapat diterapkan dirumuskan dengan menggunakan analisis Matriks SWOT. Sebagai suatu rangkaian dari tahap sebelumnya dalam matriks SWOT menggambarkan secara jelas kekuatan dan kelemahan internal yang ada pada pemasaran anyaman tikar dipadukan dengan peluang dan ancaman eksternal sehingga dapat dihasilkan rumusan alternatif strategi pemasaran. Pada matriks SWOT ini terdapat empat sel kemungkinan alternatif strategi yang merupakan kombinasi dari faktor internal dan eksternal, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T.

Melalui identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal maka diperoleh kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Perumusan alternatif strategi pemasaran dipertimbangkan berdasarkan hasil dari identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut. Dengan mengkombinasikan faktor internal dan eksternal maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri, sebagaimana yang tertulis dalam matriks SWOT.

Tabel 25 Matriks SWOT Pemasaran Anyaman Tikar di Kabupaten Wonogiri

Kekuatan-S

Kelemahan-W

1) Kualitas anyaman

1) Kurang inovasi

2) Pengalaman produksi

2) Promosi terbatas

3) Kontinyuitas produksi

3) Permodalan terbatas

4) Saluran distribusi pendek

4) Pengelolaan

5) Potensi daerah

keuangan/pembukuan belum tersusun rapi

5) Pengrajin Kurang fokus dalam usaha Peluang-O

Strategi S-O

Strategi W-O

kualitas 1. Optimalisasi penggunaan Pelatihan

1) Pembinaan

dan 1. Meningkatkan

berbagai media dalam 2) Bantuan modal dengan

meningkatkan promosi subsidi bunga

rangka meningkatkan daya

(W2, O3,O4,O8) 3) Event

jejaring 2. Pemanfaatan fasilitas

pemerintah untuk kabupaten

Showroom produk

permodalan, promosi, dan

meningkatkan inovasi, 4) Perkembangan

pelanggan.

permodalan, dan wisata

obyek

(S1,S2,S5,O1,O2,O3,O4,

pemasaran. 5) Ketersediaan

O7,O8)

bahan

baku memadai

(W1,W2,W3,O1,O2,O4) 6) Hubungan baik dengan

2. Menjaga hubungan baik

dengan pemasok untuk

7) Adanya langganan

bahan baku.

pedagang

(S1,S3,O5,O6,O7)

8) Perkembangan

teknologi informasi

Ancaman-T

Strategi S-T

Strategi W-T

efisiensi 1. Meningkatkan inovasi Pemerintah

1) Alokasi

anggaran 1. Meningkatkan

dan promosi produk Pengembangan UMKM

dalam

produk dan margin dengan

dengan melihat terbatas

menggunakan

saluran

perkembangan pasar 2) Kualitas bahan baku di

distribusi yang pendek

serta meningkatkan musim

(S1,S3,S4,T2,T3)

alokasi waktu menurun

kemarau 2. Menjaga

kepercayaan

pengusaha. 3) Fluktuasi harga bahan

konsumen dengan kualitas

(W1,W5,T4,T5) baku

dan kontinyuitas produk

manajemen 2. Melakukan pencatatan 4) Meningkatnya produk

melalui

tikar plastik dan karpet

data produksi dan 5) Persaingan

produksi yang lebih baik.

penguatan dana pengrajin sejenis

dari

(S1,S2,S3,T2,T3,T4,T5)

mandiri. (W3,W4,T1,T2,T3)

Sumber : Analisis Data Primer

Pada Tabel 25 dapat ditunjukkan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri antara lain :

a. Strategi S-O Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam rangka meningkatkan daya saing produk serta memperkuat jejaring permodalan, promosi, dan pelanggan.

Pelaksanaan strategi ini didukung dengan adanya kekuatan berupa pengalaman usaha yang menjadikan pengrajin mempunyai wawasan dan pengetahuan mengenai usaha yang dijalankan. Selain itu juga, dengan kualitas anyaman yang didukung oleh potensi daerah dalam menyediakan bahan baku serta tenaga kerja yang terampil. Adanya peluang perhatian dari Pemerintah Kabupaten Wonogiri terhadap UMKM yang diwujudkan melalui pembinaan dan pelatihan serta adanya fasilitas penunjang pemberdayaan UMKM yang ada di Kabupaten Wonogiri. Kekuatan yang dimiliki tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam meningkatkan pemasaran produk anyaman tikar. 2) Menjaga hubungan baik dengan pemasok untuk menjamin kontinyuitas bahan baku.

Salah satu relasi yang perlu diperhatikan oleh pengrajin dalam menjalankan usahanya adalah pemasok bahan baku. Hubungan yang baik antara pengrajin dengan pemasok bahan baku akan berpengaruh pada ketersediaan dan kualitas bahan baku untuk produksi anyaman tikar. Oleh karena itu, upaya pengrajin untuk menjaga hubungan baik dengan pemasok akan mempengaruhi kualitas anyaman tikar serta kontinyuitas produksi sehingga akan menjaga loyalitas para pelanggan dalam menerima produk mereka.

b. Strategi W-O Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan- peluang merupakan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan adalah :

1) Optimalisasi penggunaan berbagai media dalam meningkatkan promosi. Salah satu kelemahan pengrajin dalam dalam pemasaran anyaman tikar adalah keterbatasan promosi yang dilakukan. Adanya berbagai peluang yang ada terkait promosi produk yang diantaranya adalah event pameran dan perkembangan teknologi informasi diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang promosi produk. Oleh karena itu, keterbatasan dalam hal promosi dapat dikendalikan dengan penggunaan media-media promosi yang saat ini berkembang. 2) Pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk meningkatkan inovasi, permodalan, dan pemasaran.

Adanya perhatian pemerintah terhadap pemberdayaan UMKM merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan pengrajin dalam meningkatkan kualitas usaha mereka. Progam pembinaan dan pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam manajemen usaha serta bantuan permodalan dalam bentuk subsidi bunga. Selain itu, adanya showroom yang digunakan untuk memajang produk UMKM serta pameran dapat menunjang pemasaran produk. Beberapa fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan pengrajin untuk meminimalkan permasalahan dalam hal inovasi produk, permodalan, dan pemasaran.

c. Strategi S-T Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan efisiensi produk dan margin dengan menggunakan saluran distribusi yang pendek. Ancaman dalam usaha anyaman tikar diantarnya adalah fluktuasi harga bahan baku serta menurunnya kualitas bahan baku pada musim kemarau. Hal ini akan mempengaruhi harga anyaman tikar dan biaya produksinya. Untuk meminimalkan ancaman tersebut maka pengrajin berupaya menjaga efisiensi produk dan margin pemasarannya dengan menggunakan saluran distribusi yang pendek.

2) Menjaga kepercayaan konsumen dengan kualitas produk melalui manajemen produksi yang lebih baik. Perkembangan produk subtitusi anyaman tikar mendong yaitu tikar plastik dan karpet perlu diwaspadai oleh pengusaha. Selain itu juga keberadaan para pengrajin anyaman tikar sebagai pesaing mereka. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pengrajin dalam menghadapi persaingan adalah dengan memanfaatkan kekuatan berupa kualitas anyaman yang dimiliki dan kontinyuitas produk serta dengan menerapkan manajemen produksi yang lebih baik diharapkan mampu menjaga loyalitas konsumen dalam menggunakan anyaman tikar mereka. Oleh karena itu, pengrajin harus mampu mengelola usahanya secara baik sehingga menjamin kualitas dan kontinyuitas produksinya.

d. Strategi W-T Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan inovasi dan promosi produk dengan melihat perkembangan pasar serta meningkatkan alokasi waktu pengusaha . Kelemahan dalam usaha anyaman tikar diantaranya adalah keterbatasan dalam promosi serta kurangnya inovasi yang dilakukan pengrajin terhadap produk anyaman tikar. Minimnya alokasi waktu yang 1) Meningkatkan inovasi dan promosi produk dengan melihat perkembangan pasar serta meningkatkan alokasi waktu pengusaha . Kelemahan dalam usaha anyaman tikar diantaranya adalah keterbatasan dalam promosi serta kurangnya inovasi yang dilakukan pengrajin terhadap produk anyaman tikar. Minimnya alokasi waktu yang

2) Melakukan pencatatan data produksi dan penguatan dana mandiri.

Salah satu kelemahan yang terdapat dalam usaha anyaman tikar adalah pengelolaan keuangan atau pembukuan usaha yang belum rapi. Hal ini akan berdampak pada kesulitan pengrajin dalam mengkalkulasi keuangan dalam usahanya. Oleh karena itu, melalui pencatatan dalam pengelolaan keuangan akan membantu pengrajin dalam menentukan keputusan. Selain itu, pengrajin juga dapat mengetahui tingkat pendapatan dari usaha anyaman tikar sehingga mampu mengatur aliran keuangannya.

5. Prioritas Strategi

a. Meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam rangka meningkatkan daya saing produk serta memperkuat jejaring permodalan, promosi, dan pelanggan (5,66).

Kualitas produk merupakan salah satu pertimbangan suatu produk dapat diterima pasar. Agar produk tersebut dapat bersaing di pasar, maka kualitas harus menjadi perhatian setiap pengusaha. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri adalah dengan meningkatkan kualitas SDM yang berkecimpung dalam usaha anyaman tikar. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan pengrajin dalam mengelola usaha mereka. Didukung pengalaman pengrajin yang cukup lama dalam menggeluti usaha anyaman tikar serta adanya program pemerintah untuk meningkatkan skill pengrajin akan mempermudah pengrajin anyaman tikar untuk menerapkan strategi ini. Selanjutnya kualitas SDM yang baik juga akan berpengaruh pada kemampuan pengrajin dalam memperkuat dan menambah jaringan dalam permodalan, promosi dan pelanggan sehingga usaha anyaman tikar akan semakin berkembang.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya pengrajin anyaman tikar dapat dilakukan dengan mengikuti pembinaan dan pelatihan yang diadakan pemerintah serta secara aktif meningkatkan motivasi dan pengetahuan pengrajin dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat pada masa sekarang diharapkan mampu dimanfaatkan oleh para pengrajin untuk meningkatkan pemasaran produk anyaman mereka.

Kualitas SDM yang baik akan berpengaruh pada kemampuan manajemen usaha yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan produk dengan daya saing tinggi. Selanjutnya untuk mendukung hal itu, pengrajin seharusnya berupaya mempererat jejaring permodalan sehingga akan lebih kuat dari sisi permodalan. Meningkatkan relasi dan jaringan promosi serta pelanggan untuk memperluas dan memperkuat pemasaran anyaman tikar.

b. Pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk meningkatkan inovasi, permodalan, dan pemasaran (5,26). Kondisi masyarakat pengrajin anyaman tikar yang secara umum memiliki tingkat pendidikan rendah berpengaruh pada pola pikir mereka dalam mengelola usaha anyaman tikar. Selain itu, latar belakang perekonomian pengrajin anyaman tikar yang kurang memberikan dukungan permodalan menjadikan usaha ini juga kurang berjalan lancar. Sikap pengrajin yang belum berani berinovasi secara mandiri dan masih mengandalkan peran pemerintah dalam menjalankan usahanya.

Ada beberapa program/fasilitas yang diadakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dalam upaya pemberdayaan usaha kerajianan di Wonogiri. Dalam hal permodalan, pemerintah mempunyai program pemberian bantuan modal dengan subsidi bunga, sehingga pengrajin dapat memperoleh tambahan modal dengan bunga yang lebih rendah. Dalam hal manajemen usaha pemerintah mengadakan pelatihan serta pemberian bantuan alat. Oleh karena itu, setelah mengikuti pelatihan tersebut pengrajin diharapkan mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama pelatihan pada usaha mereka. Pada bidang pemasaran produk, pemerintah mengadakan pameran serta mengikuti pameran-pameran di daerah lain Ada beberapa program/fasilitas yang diadakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dalam upaya pemberdayaan usaha kerajianan di Wonogiri. Dalam hal permodalan, pemerintah mempunyai program pemberian bantuan modal dengan subsidi bunga, sehingga pengrajin dapat memperoleh tambahan modal dengan bunga yang lebih rendah. Dalam hal manajemen usaha pemerintah mengadakan pelatihan serta pemberian bantuan alat. Oleh karena itu, setelah mengikuti pelatihan tersebut pengrajin diharapkan mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama pelatihan pada usaha mereka. Pada bidang pemasaran produk, pemerintah mengadakan pameran serta mengikuti pameran-pameran di daerah lain

c. Menjaga kepercayaan konsumen dengan kualitas dan kontinyuitas produk melalui manajemen produksi yang lebih baik (5,34). Adanya fluktuasi harga dan kualitas bahan baku merupakan salah satu ancaman dalam pemasaran anyaman tikar. Dalam upaya mempertahankan usahanya pengrajin harus mampu menjaga kualitas dan kontinyuitas produk anyaman sehingga dapat menjaga loyalitas konsumen. Untuk itu, pengrajin perlu menerapkan manajemen produksi yang lebih baik, misalnya dalam seleksi bahan baku yang akan digunakan. Pada saat kualitas bahan baku menurun pengrajin berusaha mengendalikannya dengan perlakuan agar tetap dapat mempertahankan kualitas anyaman tikar yang dihasilkan.

Pengrajin harus menjaga kualitas anyaman tikar meskipun dalam kondisi apapun. Karena kepercayaan konsumen yang sudah terbentuk dapat hilang ketika konsumen mendapatkan kekecewaan dalam menggunakan anyaman tikar mendong ini. Oleh karena itu, pengrajin dapat menerapkan manajemen produksi yang lebih baik guna mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk anyaman tikar.

Tabel 26. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran Anyaman

tikar di Kabupaten Wonogiri

Alternatif Strategi

1 2 3 Faktor-Faktor Strategis

AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Kunci Internal

BOBOT

4 0,48 4 0,36 1. Kualitas Anyaman

4 0,22 4 0,33 2. Pengalaman produksi

4 0,33 4 0,33 3. Kontinyuitas produksi

3 0,09 3 0,18 4. Saluran distribusi pendek

3 0,14 3 0,14 5. Potensi daerah

2 0,40 1 0,40 6. Kurang inovasi

2 0,44 1 0,22 7. Promosi terbatas

2 0,40 1 0,20 8. Permodalan terbatas

1 0,10 1 0,10 belum tersusun rapi

9. Pengelolaan keuangan/pembukuan

1 0,18 2 0,36 10. Pengrajin kurang fokus dalam usaha

Total Bobot

Faktor Kunci Eksternal

1. Pembinaan dan Pelatihan 0,09 4 0,36 4 0,36 4 0,36 2. Bantuan dan Subsidi bunga

0,06 4 0,24 4 0,24 4 0,24 3. Event Pameran dan showroom

0,08 4 0,32 4 0,32 4 0,32 produk Kabupaten

4. Perkembangan obyek wisata 0,06 3 0,18 4 0,24 4 0,24 5. Ketersediaan bahan baku memadai

0,08 4 0,32 3 0,24 4 0,32 6. Hubungan yang baik dengan

0,08 3 0,24 3 0,24 3 0,24 pemasok

7. Adanya langganan pedagang 0,07 4 0,28 3 0,21 4 0,28 8. Perkembangan teknologi informasi

0,07 4 0,28 4 0,28 4 0,28 9. Alokasi anggaran terbatas

0,08 2 0,16 1 0,08 1 0,16 10. Kualitas bahan baku di musim

0,08 2 0,16 1 0,08 1 0,08 kemarau menurun 11. Fluktuasi harga bahan baku

0,08 1 0,08 1 0,08 1 0,08 12. Meningkatnya produk tikar plastik

0,09 1 0,09 1 0,09 2 0,18 dan karpet

13. Persaingan dari pengrajin sejenis 0,08 1 0,08 1 0,08 2 0,16 Total

Total nilai daya tarik

Sumber :Analisis data primer Berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP strategi pemasaran

terbaik yang dapat diterapkan dalam memasarkan anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri adalah alternatif strategi I yaitu meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam rangka meningkatkan daya saing produk serta memperkuat jejaring permodalan, promosi, dan pelanggan yang akan berpengaruh dalam peningkatan kualitas teknis, kemampuan manajemen dan motivasi pengrajin anyaman tikar dalam mengelola usaha mereka sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk anyaman tikar. Nilai TAS (Total Attractive Score) dari alternatif strategi

I sebesar 5,66 sekaligus nilai TAS tertinggi diantara nilai TAS alternatif strtaegi pemasaran yang lain. Pelaksanaan alternatif strategi pemasaran berdasarkan nilai TAS pada matriks QSP dilaksanakan dari nilai TAS strategi yang tertinggi, kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya sampai nilai TAS strategi yang terkecil.

Melalui penerapan strategi pemasaran yang efektif yang dihasilkan dari analisis matriks QSP diharapkan mampu meningkatkan pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Dengan peningkatan pemasaran anyaman tikar akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan pengrajin serta kemajuan usaha anyaman tikar sebagai salah satu usaha potensial di Kabupaten Wonogiri. Sehingga strategi pemasaran tersebut dapat menunjang ketercapaian tujuan pengrajin yaitu untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam pelaksanaannya perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara pengrajin dengan pemerintah sehingga dapat lebih efektif hasil yang dicapai.

Dengan meningkatkan kualitas SDM pengrajin maka akan bermanfaat bagi pelaksanaan usaha anyaman tikar. Pengrajin dapat menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan yang bermanfaat dan sekaligus meningkatkan pendapatan keluarganya. Peningkatan kualitas SDM juga akan meningkatkan kemampuan manajemen pengrajin serta dalam mengakses segala hal yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan usaha anyaman tikar mendong mereka sehingga tujuan usahanya dapat tercapai yaitu peningkatan pendapatan keluarga.