Perbedaan Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

C. Perbedaan Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

Produk minyak goreng yang ditawarkan di pasar tradisional saat ini sangat beragam. Setiap produsen berusaha menonjolkan keunggulan atribut pada minyak goreng seperti jenis, kemasan, warna, harga, ukuran volume, kandungan gizi dan merek. Hal tersebut memicu timbulnya beda antar merek minyak goreng yang selanjutnya akan direspon oleh konsumen dalam bentuk persepsi. Persepsi adalah proses dimana individu memilih, memutuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai suatu produk (Simamora, 2003). Penelitian ini menggunakan delapan atribut minyak goreng sebagai informasi yang dievaluasi oleh konsumen minyak goreng. Atribut-atribut minyak goreng tersebut yaitu jenis minyak goreng, kemasan, warna, kejernihan, volume, harga, kandungan gizi dan promosi.

Terdapat berbagai merek minyak goreng yang ada di pasar tradisional baik untuk kemasan maupun curah. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat sembilan merek minyak goreng yang dipilih oleh responden yaitu sania, bimoli, frais well, tropical, hemart, filma, kunci mas dalam kemasan dan sawit curah serta barco curah. Atribut-atribut dari beberapa minyak goreng tersebut dievaluasi oleh konsumen yang kemudian diberikan bobot yang berbeda pada setiap atribut sehingga membentuk persepsi terhadap merek minyak goreng tersebut. Perhitungan persepsi kualitas merek-merek minyak goreng menurut konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perhitungan Persepsi Kualitas Merek-merek Minyak Goreng

Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali No.

Merek Minyak Goreng

Jumlah Responden yang

Total skor Penilaian

Atribut Minyak goreng 1. Sania

Membeli

4 112 2. Bimoli

32 849 3. Frais Well

4 96 4. Tropical

5 138 5. Hemart

20 499 6. Filma

7. Kunci mas 3 75 8. Barco curah

7 169 9 Sawit curah

22 476 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2 dan 3

Hasil dari perhitungan persepsi kualitas merek-merek minyak goreng pada Tabel 20 tersebut menjadi dasar untuk menganalisis beda antar merek minyak goreng yang ada di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Beda antar merek minyak goreng dianalisis dengan uji Anova satu arah (one way analysis of varian ) menggunakan software SPSS (statistical product and service solution ). Hasil analisis uji Anova satu arah dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perhitungan Beda Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen

di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

Sum of

Mean

F Sig. Between Groups

Squares

df Square

8 53,737 23,730 ,000 Within Groups

99 Sumber : Lampiran 7 Tabel 21 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 23,730 dengan

Total

signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Hasil tersebut berarti tolak Ho yang artinya terdapat beda antar merek minyak goreng yang nyata (significant) menurut konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali menyadari perbedaan yang jelas antar berbagai merek minyak goreng yang ada di pasaran.

Perbedaan yang nyata bagi konsumen dalam menilai merek minyak goreng terjadi karena adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap minyak goreng. Persepsi tersebut mencerminkan perasaan konsumen yang merasa sesuai dengan keinginan ketika membeli minyak goreng. Konsumen akan membandingkan apa yang diinginkan dengan apa yang didapatkannya setelah mengkonsumsi suatu merek minyak goreng. Perbedaan tersebut terletak pada kelebihan yang dimiliki oleh setiap merek minyak goreng di pasaran. Kelebihan itu dicapai dalam bentuk pelayanan kepada konsumen yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan antar merek minyak goreng Perbedaan yang nyata bagi konsumen dalam menilai merek minyak goreng terjadi karena adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap minyak goreng. Persepsi tersebut mencerminkan perasaan konsumen yang merasa sesuai dengan keinginan ketika membeli minyak goreng. Konsumen akan membandingkan apa yang diinginkan dengan apa yang didapatkannya setelah mengkonsumsi suatu merek minyak goreng. Perbedaan tersebut terletak pada kelebihan yang dimiliki oleh setiap merek minyak goreng di pasaran. Kelebihan itu dicapai dalam bentuk pelayanan kepada konsumen yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan antar merek minyak goreng

Minyak goreng terdiri dari berbagai jenis menurut asal bahan pembuatnya, diantaranya adalah minyak jagung, minyak kedelai, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang sudah dikenal oleh masyarakat. Minyak goreng kelapa dan kelapa sawit adalah minyak goreng yang sebagian besar beredar dan dikonsumsi oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Minyak kedelai dan jagung tidak beredar di pasar tradisional Kabupaten Boyolali karena tidak ada permintaan jenis minyak tersebut oleh konsumen. Seiring dengan ditemukannya minyak goreng sawit, perlahan masyarakat memanfaatkan minyak sawit sebagai pengganti minyak goreng kelapa (Irianto, 2007). Perbandingan konsumsi jenis minyak goreng oleh konsumen di pasar tradisonal Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 22. Perbandingan Konsumsi Minyak Goreng Jenis Kelapa dan Kelapa Sawit Oleh Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

No. Merek Minyak

Jumlah Responden Persentase Goreng

Jenis Minyak

jumlah (%) 1. Sania

Goreng

yang Membeli

4 4 2. Bimoli

Sawit

32 32 3. Frais Well

3 3 7. Kunci mas

Sawit

3 3 8. Sawit curah

Sawit

22 22 9 Barco curah

100 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2 Berdasarkan hasil penelitian, 93 % konsumen minyak goreng di pasar

tradisional Kabupaten Boyolali memilih minyak goreng kelapa sawit karena tradisional Kabupaten Boyolali memilih minyak goreng kelapa sawit karena

Perbedaan harga antar merek minyak goreng cukup memberikan pengaruh yang besar bagi konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Konsumen dari berbagai tingkat pendapatan memiliki selera terhadap harga minyak goreng yang berbeda pula. Berdasarkan hasil observasi dalam penelitian terdapat tiga tingkatan harga minyak goreng yang beredar di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Konsumen mengatakan minyak goreng yang mahal dengan harga > Rp 10.000,00/liter seperti sania, bimoli, tropical, filma, dan kunci mas. Sedangkan konsumen mengatakan cukup murah pada minyak goreng dengan harga antara Rp 9.000,00 – Rp 10.000,00/liter seperti hemart dan frais well serta murah pada minyak goreng dengan harga < Rp 9.000,00/liter seperti sawit curah dan barco curah.

Perbedaan ukuran volume pada tiap merek minyak goreng yang ada di pasar tradisional Kabupaten Boyolali memberikan pengaruh pada persepsi konsumen terhadap suatu merek minyak goreng. Hampir semua merek minyak goreng memiliki variasi ukuran volume yang sama seperti 0,5 liter, 1 liter, 2 liter dan 5 liter. Ukuran volume tersebut pada umumnya terdapat pada minyak goreng kemasan. Ukuran 0,250, 0,485 dan 0,620 liter hanya terdapat pada bimoli, sehingga dapat dikatakan ukuran volume minyak goreng kemasan yang paling variatif adalah bimoli. Hal tersebut mendukung pernyataan bahwa bimoli lebih banyak diminati oleh konsumen dibandingkan dengan minyak goreng merek lain seperti yang disajikan pada tabel 22. Perbedaan ukuran volume minyak goreng yang lebih variatif dalam penelitian ini adalah adanya ukuran volume pada minyak goreng sawit curah dan barco curah. Ukuran volume pembelian minyak goreng tersebut lebih fleksibel artinya dapat menyesuaikan dengan keinginan dan daya beli konsumen. Minyak goreng sawit curah dan barco diukur dengan satuan kilogram dimana 1 kilogram sama dengan 1,25 liter minyak goreng. Hal ini cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumen dimana konsumen dengan pendapatan yang tidak menentu Perbedaan ukuran volume pada tiap merek minyak goreng yang ada di pasar tradisional Kabupaten Boyolali memberikan pengaruh pada persepsi konsumen terhadap suatu merek minyak goreng. Hampir semua merek minyak goreng memiliki variasi ukuran volume yang sama seperti 0,5 liter, 1 liter, 2 liter dan 5 liter. Ukuran volume tersebut pada umumnya terdapat pada minyak goreng kemasan. Ukuran 0,250, 0,485 dan 0,620 liter hanya terdapat pada bimoli, sehingga dapat dikatakan ukuran volume minyak goreng kemasan yang paling variatif adalah bimoli. Hal tersebut mendukung pernyataan bahwa bimoli lebih banyak diminati oleh konsumen dibandingkan dengan minyak goreng merek lain seperti yang disajikan pada tabel 22. Perbedaan ukuran volume minyak goreng yang lebih variatif dalam penelitian ini adalah adanya ukuran volume pada minyak goreng sawit curah dan barco curah. Ukuran volume pembelian minyak goreng tersebut lebih fleksibel artinya dapat menyesuaikan dengan keinginan dan daya beli konsumen. Minyak goreng sawit curah dan barco diukur dengan satuan kilogram dimana 1 kilogram sama dengan 1,25 liter minyak goreng. Hal ini cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumen dimana konsumen dengan pendapatan yang tidak menentu

Kejernihan minyak goreng merupakan atribut yang terlihat jelas sehingga dapat dibedakan mana yang baik untuk dikonsumsi. Kejernihan minyak goreng dalam penelitian ini dibedakan menjadi minyak goreng sangat kurang jernih, kurang jernih, cukup jernih, jernih dan sangat jernih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen mempersepsikan minyak goreng dalam dua tingkat kejernihan. Dua tingkat kejernihan tersebut yaitu kurang jernih seperti minyak goreng sawit curah, hemart dan frais well, sedangkan minyak yang dikatakan jernih oleh konsumen seperti bimoli, sania, filma, kunci mas, tropical dan barco. Konsumen cenderung memilih minyak goreng yang jernih. Kejernihan menunjukkan kualitas dan kehigienisan minyak goreng dalam proses produksi. Mereka beranggapan minyak goreng yang jernih dapat mencegah ketengikan serta lekak pada saat dikonsumsi. Selain itu kejernihan terkait dengan banyaknya penyaringan dalam penggunaan minyak goreng. Minyak goreng yang lebih jernih dapat mengalami penyaringan yang lebih banyak, sehingga dapat menghemat penggunaan minyak goreng dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kejernihan sering dikaitkan dengan warna minyak goreng. Berbagai merek minyak goreng yang ada di pasaran memiliki warna yang berbeda-beda pula. Zat warna dalam minyak terdiri dari dua golongan yaitu zat warna alamiah dan zat warna hasil degradasi zat warna alamiah. Zat warna yang

termasuk dalam golongan alamiah anatara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan warna minyak

goreng berwarna kuning muda, kuning, kuning kecoklatan (keorangean), kehijauan dan kemerahan. Pigmen berwarna kuning disebabkan karetinoid yang bersifat larut dalam minyak. Karetinoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, jika minyak dihidrogenasi maka karoten akan ikut terhidrogenasi sehingga intensitas kuning akan berkurang. Karetinoid bersifat tidak stabil pada uap panas, sehingga jika minyak dialiri uap panas maka warna kuning akan hilang dan berubah hingga kecoklatan (Ketaren, 1986).

Menurut konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali minyak goreng dikatakan berwarna kuning muda seperti bimoli, tropical, filma dan barco curah, berwarna kuning seperti kunci mas dan sania, sedangkan kuning keorangean (kecoklatan) seperti hemart, frais well dan sawit curah. Berdasarkan hasil penelitian, konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali pada umumnya lebih menyukai minyak goreng dengan warna kuning muda yang sering diilustrasikan warna kuning pucat karena minyak tersebut akan lebih tahan lama untuk berubah menjadi kecoklatan (jlantah). Selain itu minyak goreng dengan warna kuning muda memberikan hasil gorengan dengan warna yang lebih menarik.

Kandungan gizi yang terdapat pada minyak goreng mempengaruhi warna, bau dan flavour dari minyak goreng tersebut (Ketaren, 1986). Perbedaan komposisi gizi yang terdapat dalam setiap merek minyak goreng menyebabkan adanya perbedaan antar merek minyak goreng. Minyak kelapa, sebagai salah satu jenis minyak goreng, mempunyai komposisi yang didominasi oleh asam lemak jenuh (90-92%) sedangkan minyak kelapa sawit mempunyai kompisisi yang berimbang (Sutanto, 2008). Berdasarkan hasil penelitian, konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali membedakan kandungan gizi seperti kandungan vitamin A, vitamin E, omega

3, omega 6 dan omega 9 yang tidak terdapat pada semua merek minyak goreng terlebih pada minyak goreng sawit curah dan barco curah. Terdapat pula merek minyak goreng yang hanya terdapat informasi kandungan lemak total. Berbagai informasi mengenai kandungan gizi tersebut menimbulkan adanya persepsi konsumen terhadap suatu merek minyak goreng.

Kemasan minyak goreng adalah pengemasan yang membuat suatu merek minyak goreng terlihat lebih menarik sehingga dapat menciptakan suatu kesan konsumen yang dapat mendorong mereka untuk membeli atau tidak membeli suatu merek minyak goreng. Berbagai bentuk kemasan minyak goreng untuk semua merek pada umumnya tidak berbeda jauh yaitu berbentuk derigent, refill dan botol. Perbedaan terdapat pada variasi warna, tulisan, gambar dan informasi sebagai ciri khas suatu merek minyak goreng.

Seperti warna coklat untuk kemasan frais well, warna hijau yang terdapat pada kemasan sania, adanya informasi tidak mengandung kolesterol pada filma dan tropical dan informasi 2x penyaringan pertama di Indonesia pada tropical. Perbedaan kemasan minyak goreng yang lebih terlihat yaitu kemasan pada minyak goreng sawit curah dan barco yang hanya dengan plastik kiloan atau derigent tanpa gambar dan tulisan yang menunjukkan merek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, konsumen minyak goreng lebih menyukai minyak goreng dengan kemasan refill dengan alasan kepraktisan dalam membawa dan menyimpan jika dibandingkan dengan kemasan lain. Selain itu harga juga lebih murah dibandingkan dengan yang botol atau derigent. Bahkan jika dibandingkan dengan kemasan plastik kiloan, refill lebih kuat dan tidak mudah pecah.

Berdasarkan ulasan tersebut dikatakan bahwa pada dasarnya kecocokan terhadap merek yang menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli minyak goreng. Konsumen menilai perbedaan yang jelas tiap merek karena ketika mengganti minyak goreng yang mereka konsumsi dengan merek lain akan terjadi keluhan seperti mudah tengik jika beralih ke minyak yang kurang jernih, tidak sesuai dengan daya beli dan volume yang tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen. Sebagian besar atribut minyak goreng seperti jenis, harga, warna, kejernihan, kandungan gizi dan volume pembelian minyak goreng yang ditawarkan oleh merek minyak goreng sesuai dengan selera konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Kepuasaan yang diperoleh konsumen pada akhirnya akan menyebabkan persepsi kualitas yang diberikan oleh konsumen terhadap suatu merek minyak goreng menjadi tinggi, sehingga beda antar merek minyak goreng menurut konsumen menjadi nyata.