ASPEK-ASPEK KEPUASAN KERJA
1. ASPEK-ASPEK KEPUASAN KERJA
Kepuasan kerja karyawan Perusahaan Batik Merak Manis dapat dinilai melalui pekerjaan, gaji, promosi, rekan kerja, dan atasan.
a. Pekerjaan
Kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan dapat dilihat dari bagaimana proses penempatan karyawan, kondisi atau sifat pekerjaan itu sendiri, uraian job desk sehari-hari, kondisi sarana dan prasarana kerja, serta kondisi tempat kerja.
Proses penempatan karyawan Perusahaan Batik Merak Manis dilakukan berdasarkan masa training atau percobaan. Masa training dilakukan selama 3 bulan dimana calon karyawan sebisa mungkin di- rolling ke setiap bagian selama jangka waktu tersebut. Harapannya agar calon karyawan dapat mengetahui bagaimana pekerjaan di setiap bagian. Selama 3 bulan tersebut, foreman sebagai pihak yang bertanggung jawab
Selain foreman, Pak Badrus selaku manajer juga turut memberikan penilaian terhadap pekerjaan calon karyawan yang bersangkutan. Setelah 3 bulan mengikuti masa training, diputuskan apakah calon karyawan tersebut layak diterima bekerja atau tidak. Jika pekerjaannya bagus, maka ia langsung diterima bekerja. Sebaliknya, jika pekerjaannya kurang bagus, maka ia tidak dipekerjakan lagi. Untuk penempatan di setiap bagian, terlebih dahulu dilihat selama masa training tersebut. Jika calon karyawan dapat maksimal bekerja di bagian toko misalnya, maka ia langsung ditempatkan di bagian tersebut. Sebaliknya, jika ia kurang maksimal di bagian toko, maka dimungkinkan ia di-rolling ke bagian yang paling cocok untuknya. Seperti penjelasan Pak Badrus saat wawancara pada tanggal 7 Mei 2010 sebagai berikut :
“Dalam masa training, ada rolling ke setiap bagian agar bisa merasakan dan dari situ dapat dilihat calon karyawan cocok
ditempatkan di bagian mana”.
Hal istimewa dari Perusahaan Batik Merak Manis adalah calon karyawan yang sedang dalam masa training mendapat gaji layaknya karyawan yang lain. Akan tetapi, konsekuensinya tidak boleh izin selama jangka waktu 3 bulan tersebut. Dengan adanya masa training untuk calon karyawan, proses penempatan cenderung tepat karena selama jangka waktu tersebut dapat menilai sejauh mana kemampuan calon karyawan untuk ditempatkan di bagian tertentu. Ada kalanya penempatan calon karyawan juga belum Hal istimewa dari Perusahaan Batik Merak Manis adalah calon karyawan yang sedang dalam masa training mendapat gaji layaknya karyawan yang lain. Akan tetapi, konsekuensinya tidak boleh izin selama jangka waktu 3 bulan tersebut. Dengan adanya masa training untuk calon karyawan, proses penempatan cenderung tepat karena selama jangka waktu tersebut dapat menilai sejauh mana kemampuan calon karyawan untuk ditempatkan di bagian tertentu. Ada kalanya penempatan calon karyawan juga belum
Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses penempatan karyawan didasarkan atas masa training. Masa training tersebut berlaku sejak manajemen Pak Bambang hingga saat ini. Lama masa training maksimal 3 bulan, tetapi jika kurang dari 3 bulan calon karyawan dinilai sudah mampu bekerja, maka masa training akan diakhiri dan calon karyawan yang bersangkutan langsung bekerja menjadi karyawan Batik Merak Manis. Konsekuensi selama masa training, calon karyawan tidak boleh absen atau dengan kata lain harus masuk setiap harinya. Walaupun harus masuk setiap hari, tetapi calon karyawan yang mengikuti training mendapatkan gaji layaknya karyawan Perusahaan Batik Merak Manis lainnya. Upah yang diterima tentunya upah awal dengan standar karyawan baru.
Selama jangka waktu 3 bulan tersebut, Pak Badrus selaku manajer akan mengusahakan untuk me-rolling calon karyawan agar mereka mengetahui pekerjaan di setiap bagian. Dengan menggunakan masa training , penempatan calon karyawan cenderung tepat sasaran. Jika belum tepat pun, calon karyawan yang bersangkutan akan dimutasi ke bagian yang paling dikuasainya berdasarkan usulan foreman dan pengamatan manajer.
karyawan berpendapat bahwa mereka sudah merasa nyaman, enak, dan santai dalam bekerja. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010, Astrid, karyawati bagian toko yang baru bekerja selama ± 5 bulan mengatakan bahwa :
“Kerja di sini santai mbak, kecuali pas ada order”.
Hal senada juga diungkapkan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun. Beliau mengatakan bahwa :
“Ya wajar mbak, saya dalam memandang pekerjaan saya ini”.
Jenis pekerjaan di Batik Merak Manis beragam, mulai dari potong kain hingga proses akhir (packaging). Sifat pekerjaannya dapat dikatakan monoton karena setiap harinya para karyawan mengerjakan pekerjaan yang sama. Sebagai contoh karyawan toko, pekerjaan mereka sehari-hari adalah melayani konsumen dan hal tersebut berulang setiap harinya. Walaupun begitu, para karyawan tidak merasa bosan dan merasa nyaman dalam bekerja.
Sejak menggunakan manajemen baru di tahun 2010 ini, Pak Badrus selaku manajer berusaha mengubah atau mereformasi apa yang menjadi kekurangan di manajemen sebelumnya, seperti adanya pembagian kerja atau job desk. Salah satu contoh kasusnya adalah ketika manajemen dipegang sepenuhnya oleh pemilik, dalam hal ini Pak Bambang, pernah terjadi kasus kehilangan barang dimana barang tersebut menjadi tanggung
pertanggungjawaban karena barang tersebut menjadi tanggung jawab beliau. Akan tetapi, setelah ditelusuri ternyata Pak X mendapat pekerjaan yang overload. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi lagi, maka Pak Badrus mulai menyusun job desk untuk seluruh karyawan, termasuk supervisor, foreman, wakil foreman, dan staf lainnya sehingga kerja mereka menjadi semakin jelas. Dengan adanya uraian job desk tersebut, diharapkan akses pemilik atau anggota keluarga yang lain untuk memberikan tugas di luar pekerjaan dapat diminimalisir. Ke depannya, diharapkan tidak ada lagi karyawan yang bekerja secara “serabutan”.
Walaupun tidak menutup kemungkinan jika tugas pokok karyawan selesai, mereka tetap ikut membantu bagian lain yang masih membutuhkan tenaga. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Mul, begitu beliau akrab disapa, seorang supervisor yang sudah bekerja selama ± 25 tahun, dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 beliau mengatakan bahwa :
“Pembagian kerja tidak ada mbak, jika mampu ya tambah terus. Jadi, pekerjaan saya serabutan ”.
Berbeda dengan perusahaan formal, di perusahaan formal seluruh karyawan bekerja berdasarkan job desk yang ada sesuai dengan struktur organisasi perusahaan tersebut. Oleh karena Perusahaan Batik Merak Manis masih berbentuk home industry dan memiliki struktur organisasi yang baru di tahun 2010, maka struktur tersebut belum baku sifatnya sehingga para karyawan belum sepenuhnya bekerja berdasarkan job desk Berbeda dengan perusahaan formal, di perusahaan formal seluruh karyawan bekerja berdasarkan job desk yang ada sesuai dengan struktur organisasi perusahaan tersebut. Oleh karena Perusahaan Batik Merak Manis masih berbentuk home industry dan memiliki struktur organisasi yang baru di tahun 2010, maka struktur tersebut belum baku sifatnya sehingga para karyawan belum sepenuhnya bekerja berdasarkan job desk
Walaupun telah ada upaya perbaikan manajemen dengan pemberian job desk untuk para karyawan, tetapi culture yang sudah tersistem kurang lebih 30 tahun masih sulit untuk diubah karena para karyawan telah terbiasa dengan culture tersebut.
Secara umum, kondisi sarana dan prasarana kerja di Batik Merak Manis sudah cukup atau bahkan cenderung bagus karena jumlahnya selalu melebihi dari yang dibutuhkan. Sebagai contoh, Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem yang baru bekerja selama ± 8 bulan, mengatakan bahwa :
“Penyediaan mesin jahit merk Juki sudah bagus karena jarang rusak mbak. Seandainya rusak pun, jika bisa diservice ya diservice. Tetapi,
misal sudah ga bisa dibenerin ya beli yang baru”.
Selain bagian jahit hem, sarana dan prasarana di bagian mbabar, seperti sarung tangan dan masker, jumlahnya bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. Hal tersebut diungkapkan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :
“Sarung tangan dan masker jumlahnya cukup mbak, sok-sok malah ada cadangan”.
Walaupun secara umum sudah mencukupi bahkan cenderung bagus, tetapi
menggunakan tenaga manusia. Sarana dan prasarana kerja berupa alat-alat dan bahan-bahan di Batik Merak Manis cukup memadai, bahkan terkadang melebihi kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari penyediaan mesin jahit di bagian jahit serta sarung tangan, masker, dan obat batik di bagian mbabaran. Walaupun secara umum penyediaan sarana dan prasarana telah memadai, tetapi tetap ada kendala dalam proses pengangkutan bahan mentah (mori) yang masih menggunakan tenaga manusia.
Kondisi lingkungan kerja dan tempat kerja di Perusahaan Batik Merak Manis secara umum baik. Lingkungan kerja aman, sedangkan tempat kerjanya bersih dan cukup sehat. Walaupun dahulu pernah terjadi pencurian, hal tersebut disebabkan karena bangunan pabrik yang masih terbuka sehingga memungkinkan siapa saja masuk dan juga karena manajemen yang kurang baik. Pak Mul selaku supervisor yang sudah bekerja selama ± 25 tahun dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Ketika pabrik masih bangunan terbuka dan manajemen kurang baik, pernah kecurian beberapa kodi dan 2 gelondong kain mori”.
Akan tetapi, kondisi bangunan pabrik yang saat ini sudah tertutup, cenderung aman dari pencurian. Sedangkan untuk tempat kerja yang sehat di Batik Merak Manis, didukung oleh sifat pemilik yang resikan dan kesadaran para karyawan untuk membersihkan tempat kerja seusai mereka Akan tetapi, kondisi bangunan pabrik yang saat ini sudah tertutup, cenderung aman dari pencurian. Sedangkan untuk tempat kerja yang sehat di Batik Merak Manis, didukung oleh sifat pemilik yang resikan dan kesadaran para karyawan untuk membersihkan tempat kerja seusai mereka
“Lingkungan kerja di Merak Manis, terutama di mbabar bersih, setelah selesai bekerja dibersihkan dulu. Jam 15.30 sebelum pulang
sudah bersih-bersih. Coba bandingkan pabrik lain dengan Merak Manis, yang lainnya kotor mbak”.
Kurang layaknya bangunan pabrik yang masih terbuka mendukung terjadinya pencurian. Kondisi ini diperbaiki dengan pembangunan pabrik yang lebih tertutup dan dukungan masyarakat sekitar. Selain dari pihak perusahaan yang menjaga keamanan, masyarakat sekitar juga turut menjaga Perusahaan Batik Merak Manis, terutama saat malam hari. Selain keamanan, kebersihan pabrik juga terjaga. Hal tersebut didukung oleh sifat pemilik yang resikan. Jadi, secara umum kondisi tempat kerja dan lingkungan sekitar nyaman dan aman.
Untuk motivasi dalam bekerja, rata-rata karyawan menjelaskan karena kebutuhan. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak Heri, foreman R.2 (back up toko), yang sudah bekerja selama ± 14 tahun. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010, beliau mengatakan bahwa :
“Ya kita bekerja karena kebutuhan mbak”.
bekerja selama ± 5 bulan. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 ia menjelaskan bahwa :
“Pengen kerja aja mbak, cari pengalaman, mau kuliah ga ada biaya”.
Hal tersebut dikarenakan tak sedikit dari mereka yang lulusan SMA. Sebenarnya mereka ingin melanjutkan kuliah, tetapi karena terbentur biaya mereka langsung bekerja.
Jadi, sebagian besar motivasi karyawan dalam bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ada yang membantu suami mencari nafkah dengan ikut bekerja, ada juga yang membantu meringankan beban orang tua mereka. Umumnya, ibu-ibu yang bekerja di bagian mbatik maupun jahit mengaku bahwa mereka membantu suami bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan karyawan yang masih single dan rata-rata lulusan SMA mengaku bahwa mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan juga untuk membantu meringankan beban orang tua.
b. Gaji
Pembahasan selengkapnya mengenai gaji akan penulis sampaikan pada poin kedua pembahasan berikutnya.
c. Promosi
Kesempatan promosi diberikan perusahaan lebih didasarkan pada kemampuan karyawan jika dibandingkan dengan lamanya kerja. Bisa saja Kesempatan promosi diberikan perusahaan lebih didasarkan pada kemampuan karyawan jika dibandingkan dengan lamanya kerja. Bisa saja
5 bulan terakhir ini ditunjuk Pak Badrus menjadi wakil foreman R.2 membantu Pak Heri. Jika karyawan biasa yang dipromosikan, maka manajer dalam hal ini Pak Badrus terlebih dahulu berdiskusi dengan foreman bagian yang bersangkutan. Apakah karyawan tersebut sudah layak naik jabatan, apa dasar menaikkan jabatan untuk karyawan tersebut, siapa orangnya, dan lain-lain. Umumya ada usulan dari foreman masing-masing bagian yang bersangkutan terlebih dahulu, setelah itu baru ada tindak lanjut keputusan dari manajer.
Jika karyawan yang dipromosikan merupakan karyawan senior, maka kesempatan promosi tersebut langsung diberikan oleh pemilik kepada yang bersangkutan. Pemilik langsung yang menunjuk karena pemilik yang mengetahui bagaimana kerja karyawan tersebut sejak awal. Tentunya kesempatan promosi datang diikuti dengan bertambahnya tanggung jawab, upah, dan tunjangan yang diterima. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :
“Awal saya bekerja dulu di bagian lipat-lipat, lalu Pak Bambang menyuruh saya ke bagian mbabar sampai sekarang. Setelah jadi
foreman di bagian mbabar, tanggung jawab, upah, dan tunjangan yang saya terima beda dengan teman-teman saya di mbabar yang lain”.
perusahaan untuk setiap karyawan. Pemberian kesempatan promosi lebih didasarkan pada prestasi kerja yang bagus, walaupun ada beberapa contoh kasus yang mendapat kesempatan promosi karena lama kerjanya atau senioritasnya. Kesempatan promosi diberikan perusahaan tanpa kecuali, baik untuk karyawan lama maupun karyawan baru. Untuk karyawan lama, kesempatan promosi diberikan langsung oleh pemilik. Sedangkan untuk karyawan baru, kesempatan promosi diberikan berdasarkan usulan foreman tiap-tiap bagian dan juga dari pengamatan Pak Badrus selaku manajer. Tentunya kesempatan promosi diikuti oleh tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang lebih besar.
d. Rekan Kerja
Dalam memandang rekan kerja, rata-rata karyawan berpendapat bahwa hubungan mereka dengan rekan kerja mereka bagus atau baik. Pak Heri selaku foreman R.2 (back up toko) memandang rekan kerjanya sopan dan familiar. Sedangkan Pak Mul selaku supervisor yang merupakan karyawan senior di Batik Merak Manis, memandang rekan kerja sebagai pihak yang saling memberi tahu, saling komunikasi, dan beliau sering dimintai pertimbangan atau media konsultasi oleh anak buahnya yang lain. Sementara di bagian toko, Astrid mengemukakan bahwa :
“Temen-temen kerja bisa kerja sama dan kompak”.
Secara umum, sikap rekan kerja terhadap karyawan yang lain baik, Secara umum, sikap rekan kerja terhadap karyawan yang lain baik,
Pendapat beragam disampaikan para karyawan terkait hubungan mereka dengan rekan kerja di Batik Merak Manis. Ada yang berpendapat hubungan mereka dengan rekan kerjanya yang lain biasa saja, ada juga yang hubungannya dekat, ada pula yang jauh. Seperti yang dikemukakan oleh Astrid, karyawati bagian toko dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 sebagai berikut :
“Hubungan antara saya dengan rekan kerja saya yang lain ya ada yang deket, ada yang jauh, ada juga yang biasa, merasa nyaman kalau sama yang deket. Secara umum hubungan antar karyawan deket”.
Akan tetapi, secara umum hubungan karyawan dengan rekan kerja mereka baik-baik saja, bahkan cenderung akrab antara satu dengan yang lain. Walaupun tidak dipungkiri dengan adanya dukungan rekan kerja akan meningkatkan produktivitas.
Untuk pengaruh rekan kerja terhadap masing-masing karyawan juga berbeda-beda pendapatnya. Umumnya, pengaruh rekan kerja mendukung dalam pekerjaan, meskipun ada juga yang menghambat. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar mengungkapkan bahwa pernah ada selisih antar anak buahnya. Beliau menjelaskan :
“Ada yang selisih, ada juga yang bagus. Jika ada yang selisih, didekati dan diajak bicara bahwa kita sama-sama kerja di sini.
Akhirnya, jadi baik kembali. Yang penting pendekatannya”.
dapat disiasati solusinya oleh karyawan sendiri. Sesuai pernyataan di atas, rekan kerja yang menghambat pekerjaan dapat diatasi dengan melakukan pendekatan personal kepada karyawan yang bersangkutan. Jika pendekatannya dilakukan dengan baik, maka suatu hambatan dapat diubah menjadi dukungan.
Contoh berbeda ditunjukkan di bagian pewarnaan. Pengaruh rekan kerja menjadi sedikit menghambat di bagian pewarnaan (ngelir) jika ada karyawan yang tidak masuk. Seperti diungkapkan Pak Wastono, karyawan bagian ngelir yang sudah bekerja selama ± 20 tahun di bagian tersebut :
“Pekerjaan di mbabar harus berpasangan mbak, kalau sendiri lama dan susah. Kalau satu ga masuk ya ga ngelir ”.
Berhubung pekerjaan ngelir harus dilakukan secara berpasangan, maka ketika ada satu karyawan saja yang tidak masuk akan menghambat pekerjaan di bagian tersebut. Dibutuhkan kekompakan dan kerja sama sehingga hasilnya dapat maksimal.
Tanggapan berbeda disampaikan oleh Bus Rosmini, karyawati bagian jahit hem. Beliau menjelaskan : “Misal ada yang ga masuk, pekerjaan tetap selesai mbak, karena
dibagi ke teman yang lain. Jadi, pekerjaan ga sampai numpuk- numpuk”.
Jadi, keberadaan rekan kerja memberi pengaruh yang berbeda-beda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Ada bagian yang merasa Jadi, keberadaan rekan kerja memberi pengaruh yang berbeda-beda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Ada bagian yang merasa
e. Atasan
Supaya tidak rancu sampai belakang, sebelumnya penulis akan memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan atasan dalam penelitian ini adalah Pak Bambang dan Ibu Bambang selaku pemilik, serta Pak Badrus selaku manajer.
Dengan jumlah “bos” yang lebih dari satu, maka tanggapan karyawan pun beragam. Mereka cenderung bingung harus menganut p erintah siapa karena seringkali antara “bos” yang satu dengan yang lain berbeda perintahnya. Hal tersebut diungkapkan Astrid, karyawati bagian toko dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 sebagai berikut :
“Kerja di sini fleksibel mbak, tidak ada aturan yang mutlak. Jadi, bingung ikut yang mana. Misalnya, antara Pak Bambang, Pak Badrus, dan Bu Badriyah beda-beda perintahnya. Akhirnya ya ikut
yang ada di tempat tersebut”.
Hampir sama dengan di bagian mbabaran, Pak Wastono pun terkadang merasakan kebingungan. Beliau mengungkapkan jika di belakang (proses produksi), “bos” yang dianut tetap Pak Bambang karena sebagai pemilik, beliaulah yang paling mengetahui bagaimana proses produksi harus berjalan agar hasilnya bagus dan maksimal.
Tidak adanya pembagian wewenang di antara atasan akan menimbulkan konsekuensi tersendiri bagi para karyawan. Mereka akan Tidak adanya pembagian wewenang di antara atasan akan menimbulkan konsekuensi tersendiri bagi para karyawan. Mereka akan
Secara umum, para karyawan memandang sikap atasan kepada mereka baik, familiar, dan ramah. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar memiliki pendapat sendiri. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau mengatakan :
”Kalau Pak Bambang itu yang penting harus bagus hasilnya, lebih memberi toleransi kepada karyawan. Jika Bu Bambang dan Pak
Badrus disiplin, misalnya izin satu hari ya harus satu hari”.
Dapat disimpulkan bahwa Pak Bambang lebih mengedepankan hasil produksi dan cenderung memberikan kelonggaran atau toleransi untuk para karyawannya. Sedangkan Bu Bambang dan Pak Badrus lebih disiplin, baik itu terkait pekerjaan maupun cuti kerja.
Untuk hubungan antara karyawan dengan atasan, secara umum mereka akrab dan dekat. Akrab karena Pak Bambang selaku pemilik setiap hari terjun langsung dalam proses produksi dan terjadi interaksi antara pemilik dan karyawan. Sedangkan dekat dalam arti terjalin komunikasi Untuk hubungan antara karyawan dengan atasan, secara umum mereka akrab dan dekat. Akrab karena Pak Bambang selaku pemilik setiap hari terjun langsung dalam proses produksi dan terjadi interaksi antara pemilik dan karyawan. Sedangkan dekat dalam arti terjalin komunikasi
seperti Pak Bambang yang setiap hari stand by di bagian mbabar, Bu Bambang yang fokus di bagian packaging, dan Pak Badrus yang melakukan kunjungan ke bagian-bagian, hal tersebut merupakan suatu bentuk kontrol yang tepat agar kerja karyawan dan hasil produksi dapat terjaga.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan pemilik dalam hal ini Pak Bambang adalah demokratis tetapi bertanggung jawab. Artinya, cenderung membebaskan karyawan, tidak terlalu mengekang, tetapi harus ada tanggung jawabnya. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 menambahkan sebagai berikut :
“Bapak bijaksana orangnya. Misal istri saya sakit dan minta pulang, saya bilang langsung ke Pak Bambang, langsung dikasih gaji dari
beliau”.
Pemberian upah tersebut tentunya dihitung berdasarkan jumlah hari kerja Pak Sarpin dalam satu minggu. Misalnya belum genap satu minggu ada karyawan yang ingin mengambil hak gajinya karena suatu keperluan tertentu, maka pihak perusahaan akan memberikannya. Dari wawancara di atas dapat diketahui perbedaan antara perusahaan formal dan perusahaan home industry . Jika di perusahaan formal cuti karyawan tetap mendapatkan gaji, sebaliknya di perusahaan home industry cuti karyawan
ketika ia masuk kerja. Ketentuan yang berlaku di perusahaan home industry, seperti Batik Merak Manis bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 93 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa “Upah tidak dibayar apabila buruh tidak melakukan pekerjaan”, dengan catatan tanpa izin yang jelas. Jadi, ketika seorang karyawan telah mengajukan izin cuti, seharusnya karyawan tersebut tetap mendapatkan upahnya. Sebagai contoh, para karyawan Perusahaan Batik Merak Manis Surakarta tidak menerima upah meskipun mereka telah mengajukan izin cuti dengan alasan yang jelas.
Para karyawan memandang gaya kepemimpinan tersebut dengan berbagai macam tanggapan. Pak Heri, foreman R.2 (back up toko) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pemilik yang selanjutnya direformasi Pak Badrus membuat kerja lebih tertib. Mengenai gaya kepemimpinan Pak Badrus yang disiplin, Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem mengungkapkan :
“Ga terlalu keberatan, biar ga menyepelekan pekerjaan”.
Bahkan, di bagian jahit hem disediakan buku laporan untuk melaporkan kerja karyawan setiap harinya, seperti dalam satu hari karyawan dapat menghasilkan berapa hem dan kendala apa saja yang dihadapi para karyawan dalam menyelesaikan tugasnya. Orang yang bertanggung jawab
dikerjakan karyawan setiap harinya. Target banyaknya hem yang harus dikerjakan tersebut tidak dibedakan berdasarkan lama kerjanya, tetapi dipukul rata untuk semua karyawan, baik karyawan baru maupun karyawan lama. Jika karyawan tidak dapat memenuhi target dalam satu hari, dalam buku laporan akan tertulis pertanyaan “Kenapa tidak sesuai denga n target?”. Disediakan pula kolom “Jawab” agar karyawan yang bersangkutan mengisi alasan mengapa mereka tidak dapat memenuhi targetnya dalam satu hari. Buku laporan tersebut lebih bersifat sebagai tertib administrasi saja. Seandainya karyawan tidak mampu memenuhi, tidak ada sanksi yang diberikan kepada karyawan yang bersangkutan.
Salah satu usaha mereformasi manajemen yang dicetuskan Pak Badrus, yaitu adanya buku laporan kerja karyawan. Sebagai contoh, di bagian jahit hem disediakan buku laporan yang harus diisi dan dilaporkan kepada manajer setiap harinya sehingga manajer dapat memantau kerja karyawan terkait hasil yang dapat dikerjakan para karyawan. Dukungan terhadap aturan baru tersebut disampaikan beberapa karyawan. Mereka setuju dan tidak keberatan karena aturan tersebut membawa hasil yang positif ke depannya, yaitu membuat kerja menjadi lebih tertib dan teratur.
Poin kedua untuk melihat sejauh mana kepuasan kerja karyawan Perusahaan Batik Merak Manis adalah dengan menilai bagaimana pemenuhan hak-hak dasar karyawan yang diberikan perusahaan.
Hak-hak dasar yang akan dibahas dalam penelitian ini berjumlah 6 hak, antara lain :
a. Waktu Kerja
Waktu kerja yang berlaku di Perusahaan Batik Merak Manis hanya siang hari saja. Apabila ada karyawan yang masuk kerja malam hari, maka kerja mereka dihitung lembur. Waktu kerja yang diberlakukan Perusahaan Batik Merak Manis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Waktu kerja untuk bagian showroom (toko dan R.2), yaitu hari Senin- Minggu dimana hari Senin-Sabtu masuk pukul 08.00-17.00. Sedangkan khusus untuk hari Minggu masuk pukul 09.00-17.00.
2) Waktu kerja bagian produksi (selain showroom), yaitu hari Senin- Sabtu, masuk pukul 08.00-16.00. Waktu kerja antara bagian produksi dengan showroom selisih satu jam, lebih banyak showroom. Hal ini disebabkan karena showroom (toko dan R.2) melayani langsung kebutuhan konsumen.
Walaupun secara umum karyawan masuk kerja pukul 08.00, tetapi berbeda dengan waktu kerja Pak Sarpin. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Saya jam 06.00 sudah mulai campur obat untuk pewarnaan mbak, “Saya jam 06.00 sudah mulai campur obat untuk pewarnaan mbak,
Jadi, waktu kerja Pak Sarpin sebagai karyawan yang bertugas mencampur obat lebih awal dari yang lain, walaupun pulangnya tetap pukul 16.00.
Jumlah waktu kerja untuk karyawan bagian showroom (toko dan R.2) tiap hari Senin-Sabtu adalah 8 jam tiap harinya, sedangkan untuk hari Minggu hanya 7 jam saja per hari. Waktu istirahat selama 1 jam mulai pukul 12.00-13.00 tidak dihitung sebagai waktu kerja. Jika seorang karyawan masuk setiap hari dari hari Senin-Minggu, maka para karyawan totalnya bekerja selama 55 jam dalam satu minggu untuk 7 hari kerja.
Sedangkan ketentuan waktu kerja untuk bagian selain showroom (toko dan R.2), yaitu bagian produksi, lebih sedikit dibandingkan dengan showroom . Hari kerja mereka dimulai hari Senin-Sabtu, hanya 6 hari saja. Untuk waktu kerja mereka, semua bagian di proses produksi sama, yaitu 7 jam dalam satu hari. Waktu istirahat selama ± 1 jam mulai pukul 12.00-
13.00 juga tidak dihitung sebagai waktu kerja. Jadi, jika seorang karyawan masuk kerja setiap hari, maka dalam satu minggu mereka bekerja selama
42 jam untuk 6 hari kerja. Berbeda dengan karyawan bagian produksi lainnya, Pak Sarpin selaku foreman bagian mbabar memiliki waktu kerja tambahan 2 jam setiap harinya. Jika beliau masuk kerja setiap hari mulai hari Senin-Sabtu, maka jumlah waktu kerja Pak Sarpin dalam satu minggu adalah 54 jam.
Manis belum sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa maksimal karyawan bekerja 7 jam dalam satu hari untuk 6 hari kerja dalam satu minggu dan maksimal 8 jam dalam satu hari untuk 5 hari kerja dalam satu minggu. Sedangkan tiap minggunya, maksimal bekerja selama 40 jam, baik untuk 5 maupun 6 hari kerja.
Ketentuan waktu kerja karyawan bagian showroom untuk hari Senin- Sabtu adalah 8 jam setiap hari untuk 6 hari kerja tiap minggunya. Sedangkan untuk hari Minggu, karyawan bagian showroom hanya bekerja selama 7 jam saja per harinya. Ketentuan waktu kerja tersebut melebihi aturan dalam undang-undang. Karyawan bagian showroom seharusnya bekerja selama 6 hari saja dan mendapat hari libur kerja sebanyak satu hari. Walaupun di bagian showroom diberikan kesempatan mengambil cuti
2 minggu sekali secara bergilir, tetap saja waktu kerja bagian showroom melebihi aturan yang berlaku. Seharusnya dalam satu hari karyawan maksimal bekerja selama 7 jam untuk 6 hari kerja. Akan tetapi, di Perusahaan Batik Merak Manis sendiri memberlakukan waktu kerja 8 jam tiap harinya, lebih dari 40 jam tiap minggunya untuk 7 hari kerja dalam satu minggu.
Berbeda dengan bagian showroom, bagian produksi memiliki waktu kerja yang lebih sedikit. Di bagian produksi, karyawan bekerja 7 jam setiap harinya untuk 6 hari kerja. Aturan tersebut sudah sesuai dengan Berbeda dengan bagian showroom, bagian produksi memiliki waktu kerja yang lebih sedikit. Di bagian produksi, karyawan bekerja 7 jam setiap harinya untuk 6 hari kerja. Aturan tersebut sudah sesuai dengan
42 jam setiap minggunya. Untuk contoh kasus Pak Sarpin yang bekerja selama 9 jam tiap harinya, 54 jam tiap minggunya dan 6 hari kerja dalam satu minggu telah menjadi konsekuensi beliau karena beliau diberi kepercayaan oleh pemilik untuk mencampur obat yang nantinya akan digunakan untuk mewarna kain. Jadi, Pak Sarpin harus masuk kerja lebih awal karena pukul 08.00 obatnya sudah digunakan karyawan bagian ngelir.
Khusus bagian toko, berlaku waktu kerja malam hari. Akan tetapi, hanya pada kasus tertentu, misalnya ketika ada rombongan tamu yang ingin mengunjungi Batik Merak Manis. Rombongan tamu tersebut akan dilayani jam berapa pun mereka akan datang. Karyawan yang bertugas dinamakan ready call, yang siap dihubungi oleh manajer jika sewaktu- waktu ada tamu yang datang. Ready call terdiri dari dua tim, dimana kedua tim tersebut saling bergantian tugas setiap ada rombongan tamu yang datang. Hal tersebut didukung oleh Warsini, wakil foreman R.2 yang masuk dalam tim ready call. Ia menjelaskan sebagai berikut :
“Jam 21.00 nanti kita berangkat ke showroom dan tidur sana agar jika di-calling Pak Badrus bisa langsung siap-siap. Jam 03.00 pulang
ke asrama dan jam 08.00 beraktivitas kembali seperti biasa”.
yang tinggal di asrama sehingga mudah untuk dihubungi nantinya.
Tim ready call juga dikenal dengan nama piket malam. Setelah menyelesaikan administrasi hingga ± pukul 17.30, karyawan bagian toko yang tinggal di mess atau asrama pulang untuk mandi, menunaikan ibadah solat, makan malam, dan bersiap kembali ke toko untuk piket malam. Jika ada rombongan yang datang, maka Pak Badrus akan menghubungi mereka agar bersiap-siap stand by di toko. Upah yang diterima saat ready call berbeda dengan upah yang diterima harian saat mereka bekerja reguler. Selain mendapat upah atas kerja mereka siang hari, saat ready call pun mereka mendapatkan upah lagi, tetapi besarnya disesuaikan dengan besarnya pendapatan malam itu.
Selain diberlakukan waktu kerja, karyawan juga diberi kesempatan untuk istirahat siang. Secara umum, waktu istirahat siang diberikan selama ± satu jam dalam sehari, dimulai pukul 12.00-13.00. Ada juga karyawan yang sudah istirahat pukul 11.45-12.45. Hal tersebut tidak melanggar aturan, yang penting lamanya satu jam. Karyawan dibebaskan untuk mengambil waktu istirahatnya pukul berapa. Pendapat berbeda disampaikan oleh Pak Heri, foreman R.2 dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010. Beliau menjelaskan bahwa :
“Waktu istirahat bagian showroom dimulai dari jam 12.00-12.30”.
Pendapat Pak Heri di atas, didukung oleh Astrid, karyawati bagian toko
“Istirahat kita cuma setengah jam mbak, gantian dengan teman yang lain. Waktu istirahat paling ya buat solat dan maem, itu aja sudah
mepet mbak”.
Waktu istirahat showroom hanya setengah jam, berbeda dengan bagian lain (produksi) karena mengantisipasi jika nantinya ada konsumen yang datang saat jam istirahat. Waktu istirahat di bagian showroom dilakukan secara bergantian, diharapkan akan selalu ada karyawan yang stand by di toko sehingga pelayanan terhadap konsumen tetap berjalan.
Waktu istirahat karyawan pada hari Jum‟at sedikit berbeda dengan biasanya. Umumnya, pukul 11.40 atau 11.45, karyawan yang menjalankan
ibadah solat Jum‟at sudah izin pulang untuk mandi dan persiapan pergi ke masjid.
Sedangkan untuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan karyawan, berbeda antara satu bagian dengan bagian yang lain. Perbedaan tersebut disesuaikan kebutuhan tiap bagian. Sebagai contoh, Pak Wastono, karyawan bagian mbabar dalam wawancara tanggal 15 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Persiapan di bagian mbabar ya menyiapkan tong untuk ambil obat, mengisi air di bak, ambil batikan, dan mulai ngelir ”.
Berbeda dengan Pak Supilan, foreman area finishing dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Kerja saya ya serabutan mbak, saya bantu pabrik dan rumah tangga. Kadang-kadang misal nasi untuk karyawan belum dimasak, ya saya masak nasi, kadang cuci mobil, dan lain-lain. Akan tetapi, saya juga punya kegiatan utama di finishing, seperti menerima jahitan dari luar, “Kerja saya ya serabutan mbak, saya bantu pabrik dan rumah tangga. Kadang-kadang misal nasi untuk karyawan belum dimasak, ya saya masak nasi, kadang cuci mobil, dan lain-lain. Akan tetapi, saya juga punya kegiatan utama di finishing, seperti menerima jahitan dari luar,
Jadi, kegiatan antara satu karyawan dengan karyawan lainnya berbeda tergantung bagian masing-masing. Jika di bagian toko melayani kebutuhan konsumen, berbeda dengan bagian mbatik yang terlebih dahulu harus menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Terkadang karyawan yang sudah lama bekerja di Batik Merak Manis tidak hanya mengerjakan tugas utamanya, tetapi juga membantu pekerjaan rumah tangga pemilik, seperti yang dikerjakan oleh Pak Supilan.
Salah satu perbedaan manajemen antara Pak Bambang dan Pak Badrus terletak pada presensi. Dahulu ketika perusahaan masih sepenuhnya dipegang oleh Pak Bambang, presensi karyawan menggunakan cara manual, yaitu karyawan wajib tanda tangan setiap masuk dan pulang kerja. Buku presensi dibawa oleh foreman masing- masing bagian. Mulai tahun 2010 ini presensi karyawan sudah menggunakan finger spot, tetapi belum mencakup semua bagian. Pak Mul,
seorang supervisor dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 mengungkapkan bahwa : “Presensi karyawan yang menggunakan finger spot meliputi bagian
showroom (toko dan R.2), tiketan, gudang mori, dan cap-capan harian. Sedangkan yang lain ma sih menggunakan presensi manual”.
Dengan menggunakan finger spot, para karyawan dilatih untuk disiplin. Masuk dan pulang kerja sesuai waktu kerja yang telah ditentukan. Bu
2010 mengungkapkan bahwa : “Kalau pulang kurang dari jam 16.00, tidak dihitung satu hari. Jadi,
harus lebih mbak. Apalagi kalau pakai finger spot, harus lebih, paling tidak ya jam 16.05”.
Secara umum, karyawan pasti pulang lebih dari pukul 16.00 setelah menggunakan finger spot. Karyawan bagian showroom (toko dan R.2) hampir setiap hari waktu pulangnya melebihi waktu yang telah ditentukan karena masih harus mengerjakan administrasi sebelum pulang.
Berbeda dengan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Kadang-kadang kalau ada „bos‟ pulangnya lebih dari waktu kerja reguler mbak. Tetapi, kalau ga ada „bos‟, kadang kurang 10 menit sudah pulang”
Kelemahan sistem presensi secara manual adalah karyawan sering lupa membubuhkan tanda tangan, baik itu masuk maupun pulang kerja. Akibatnya, tanda tangan sering di-double untuk beberapa hari yang terlewat. Dengan sistem manual tersebut, sulit mengontrol jumlah hari kerja tiap karyawan dalam satu minggu. Ada kemungkinan karyawan yang tidak masuk kerja mengaku masuk dengan membubuhkan tanda tangan di kolom yang masih kosong sehingga ketika direkap satu minggu sekali untuk penggajian karyawan, tidak terdeteksi ada kecurangan di dalamnya. Berbeda dengan finger spot, presensi yang menggunakan sidik jari tersebut tidak dapat dimanipulasi karena setiap orang memiliki sidik jari yang Kelemahan sistem presensi secara manual adalah karyawan sering lupa membubuhkan tanda tangan, baik itu masuk maupun pulang kerja. Akibatnya, tanda tangan sering di-double untuk beberapa hari yang terlewat. Dengan sistem manual tersebut, sulit mengontrol jumlah hari kerja tiap karyawan dalam satu minggu. Ada kemungkinan karyawan yang tidak masuk kerja mengaku masuk dengan membubuhkan tanda tangan di kolom yang masih kosong sehingga ketika direkap satu minggu sekali untuk penggajian karyawan, tidak terdeteksi ada kecurangan di dalamnya. Berbeda dengan finger spot, presensi yang menggunakan sidik jari tersebut tidak dapat dimanipulasi karena setiap orang memiliki sidik jari yang
b. Cuti (Khusus untuk Karyawati)
Cuti khusus untuk karyawati yang dimaksud di sini dibatasi pada kebutuhan khusus perempuan yang tidak dimiliki oleh laki-laki, seperti cuti haid, cuti melahirkan, dan mungkin pada kasus tertentu cuti gugur kandungan.
Berdasarkan wawancara dengan Bu Gusniyati, karyawati bagian mbatik yang sudah bekerja selama ± 30 tahun, dalam wawancara tanggal
12 Mei 2010 beliau mengungkapkan bahwa : “Sebenarnya kalau dari pihak perusahaan sendiri tidak memberikan
cuti mbak, tetapi kalau mau izin juga boleh”.
Mengingat Perusahaan Batik Merak Manis belum berbadan hukum, melainkan masih home industry, maka ketentuan cuti belum diatur secara formal sesuai undang-undang. Jadi, perusahaan tidak secara khusus memberikan kesempatan cuti untuk para karyawatinya. Akan tetapi, jika karyawati memerlukan dapat mengajukan cuti kepada pihak perusahaan.
Pengalaman Astrid, karyawati bagian toko, pernah mengajukan izin cuti sakit haid. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010, ia mengungkapkan bahwa :
“Dulu saya pernah izin haid setengah hari mbak, upah yang saya terima juga hanya setengah”.
wawancara tanggal 7 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Dulu pernah ada karyawati yang 1 bulan sebelum melahirkan sudah minta cuti ditambah 2 bulan sesudahnya. Untuk cuti melahirkan
maksimal waktu cuti 3 bulan. Jika karyawati menyanggupi 3 bulan, tetapi lebih dari 3 bulan tidak kembali, maka dianggap keluar”.
Senada dengan cuti melahirkan, pernah juga ada karyawati yang meminta cuti setelah mengalami keguguran. Akan tetapi, cutinya lebih pendek dibandingkan dengan cuti melahirkan. Pak Badrus selaku manajer, masih dalam wawancara yang sama mengungkapkan bahwa :
“Pernah ada karyawati yang mengalami keguguran. Tetap ditanya dulu mau izin berapa lama dan yang bersangkutan minta 2 minggu”.
Ketentuan cuti haid dan cuti melahirkan di Perusahaan Batik Merak Manis hampir sama dengan ketentuan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Biasanya cuti haid diberikan pada hari pertama dengan keterangan sakit. Sedangkan cuti melahirkan diberikan sama waktunya, yaitu 3 bulan tetapi komposisi waktunya yang berbeda dimana 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah. Untuk cuti gugur kandungan, lama cutinya belum sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pada dasarnya, lamanya cuti tidak dibatasi oleh perusahaan. Semuanya diserahkan sepenuhnya kepada karyawan. Sistem penggajian harian membuat perusahaan tidak mengekang karyawan untuk mengambil cuti. Jika masuk kerja dibayar, jika tidak masuk tentunya tidak dibayar.
kandungan, atau cuti-cuti lainnya, pada dasarnya diperbolehkan. Belum pernah ada kasus tidak diberi izin untuk cuti. Saat manajemen Pak Bambang, izin cuti sangat dibebaskan. Akan tetapi, mulai tahun 2010 dengan manajemen baru sudah mulai diatur dengan beberapa ketentuan.
Jika dahulu izin hanya disampaikan secara lisan, saat ini sudah diubah dengan adanya form cuti. Jadi, apa pun cutinya, para karyawan wajib mengisi form cuti tersebut. Hal yang biasa ditanyakan dalam form cuti tersebut antara lain, cuti untuk keperluan apa dan berapa lama. Form cuti tersebut diisi sesuai dengan keperluan karyawan dan diserahkan ke foreman bagian masing-masing. Dari foreman, bisa melalui supervisor atau tidak, lalu diserahkan kepada manajer untuk mendapatkan ACC. Setelah mendapat persetujuan dari manajer, karyawan hendaknya bertanggung jawab dan konsisten dengan ketentuan izin yang telah disepakati.
Mekanisme cuti di bagian jahit hem sedikit berbeda dari yang biasanya. Karyawan yang ingin mengajukan cuti tidak perlu mengisi form cutinya sendiri, melainkan diisikan oleh orang yang bertanggung jawab di bagian tersebut, dalam hal ini adalah Mbak Indri. Jadi, karyawan hanya membubuhkan tanda tangan di form cuti tersebut dan Mbak Indri yang mengisi alasan cuti berserta lama cutinya. Misalnya ada acara dadakan pun, izin bisa melalui telepon atau sms. Hal ini diungkapkan Bu Rosmini, Mekanisme cuti di bagian jahit hem sedikit berbeda dari yang biasanya. Karyawan yang ingin mengajukan cuti tidak perlu mengisi form cutinya sendiri, melainkan diisikan oleh orang yang bertanggung jawab di bagian tersebut, dalam hal ini adalah Mbak Indri. Jadi, karyawan hanya membubuhkan tanda tangan di form cuti tersebut dan Mbak Indri yang mengisi alasan cuti berserta lama cutinya. Misalnya ada acara dadakan pun, izin bisa melalui telepon atau sms. Hal ini diungkapkan Bu Rosmini,
karyawan. Jadi, nanti untuk alasan cuti dan lama waktunya diisikan Mbak Indri. Misal ada acara dadakan juga bisa telepon atau sms beliau”.
Walaupun ketentuan cuti sudah sangat berbeda dengan culture yang telah terbentuk sejak dahulu, tetapi para karyawan mulai bisa mengikutinya sedikit demi sedikit. Adanya form cuti tersebut dapat melatih kedisiplinan karyawan dan tentunya dengan berbagai kelonggaran yang diberikan tidak memberatkan karyawan.
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan harus dipenuhi oleh setiap perusahaan. Jaminan K3 tersebut diberikan agar karyawan terhindar dari kecelakaan atau sakit, baik fisik maupun mental. Dalam usaha pemenuhan K3 tersebut, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, antara lain perusahaan, pemerintah, dan karyawan itu sendiri. Dari pihak perusahaan dapat ditempuh melalui penciptaan tempat kerja yang aman dan penyediaan alat-alat pengaman dalam bekerja. Dari pihak pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator jika nantinya ada perselisihan antara pihak karyawan dengan perusahaan. Sedangkan dari pihak karyawan dapat ditempuh dengan memegang prinsip bekerja aman dengan mematuhi peraturan yang berlaku.
perusahaan melalui beberapa tindakan, antara lain menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup serta memberikan penerangan yang cukup dan sesuai. Sebagai contoh, Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
”Ruangan penyimpanan bahan mentah, seperti mori dikasih ventilasi sepanjang ruangan supaya sirkulasi uda ra lancar”.
Pihak perusahaan membangun ventilasi sepanjang ruangan gudang mori agar debu yang dihasilkan tidak mengganggu pernafasan dan sirkulasi udara menjadi lancar. Walaupun para karyawan bagian potong mori sudah menggunakan masker, alangkah baiknya ruangan bagian mori tetap dalam keadaan yang layak dan lancar sirkulasi udaranya agar karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
Selain pengaturan sirkulasi udara, penerangan yang layak juga diperhatikan Perusahaan Batik Merak Manis. Pak Heri, foreman R.2 yang pernah mengikuti seminar housekeeping, membagi pengalamannya sebagai berikut :
“Dulu saya pernah diutus Pak Bambang ikut seminar housekeeping. Dengan adanya seminar itu, saya jadi tahu bagaimana bangunan
pabrik yang layak dan bagaimana menyiasati agar bangunan pabrik yang awalnya kurang layak digunakan menjadi layak sebagai tempat proses produksi. Bangunan pabrik Merak Manis yang berasal dari rumah pribadi belum layak sebenarnya untuk dijadikan pabrik. Akan tetapi, dengan pembenahan di mana-mana bisa jadi layak. Misalnya, ruang 5x5 m harus diisi berapa orang, ruang jahit harus menggunakan lampu berapa watt, dijelaskan semua dalam seminar itu. Dijelaskan juga cara menyiasati bagaimana suatu ruangan yang harusnya menggunakan 10 lampu, bisa dihemat hanya dengan pabrik yang layak dan bagaimana menyiasati agar bangunan pabrik yang awalnya kurang layak digunakan menjadi layak sebagai tempat proses produksi. Bangunan pabrik Merak Manis yang berasal dari rumah pribadi belum layak sebenarnya untuk dijadikan pabrik. Akan tetapi, dengan pembenahan di mana-mana bisa jadi layak. Misalnya, ruang 5x5 m harus diisi berapa orang, ruang jahit harus menggunakan lampu berapa watt, dijelaskan semua dalam seminar itu. Dijelaskan juga cara menyiasati bagaimana suatu ruangan yang harusnya menggunakan 10 lampu, bisa dihemat hanya dengan
Sangat berguna materi dalam seminar tersebut. Hasilnya pun dilaporkan Pak Heri kepada Pak Bambang dan mendapat respon yang positif dari pemilik. Bagian ruangan yang masih ada kekurangan atau belum layak diperbaiki sesuai saran yang diberikan oleh ahli housekeeping tersebut.
Kedua bentuk usaha penciptaan tempat kerja yang aman dengan menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup serta memberikan penerangan yang cukup dan sesuai tertera dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal tersebut memuat tentang syarat-syarat keselamatan kerja.
Oleh karena Perusahaan Batik Merak Manis masih merupakan home industry , maka jaminan K3 karyawan belum diatur secara formal. Selama ini jaminan K3 karyawan yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis terbatas pada memberikan bantuan pembiayaan perawatan karena sakit, melahirkan, kecelakaan, dan lelayu. Berbeda dengan perusahaan formal yang telah memberikan jaminan K3 karyawan dalam bentuk Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Jamsostek terdiri dari program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan dimana masing-masing program berbeda-beda persentasenya. Ada program yang pembayarannya dibebankan perusahaan, ada juga program yang pembayarannya dibebankan kepada karyawan.
karyawan juga hanya berbeda jumlahnya. Besarnya bantuan atau sumbangan yang diberikan pihak perusahaan untuk para karyawannya yang membutuhkan disesuaikan dengan kasusnya, sebagian besar ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan, minimal sebesar 50% dibantu perusahaan. Sebagai contoh, pengalaman Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :
“Saya dulu pernah mengalami kecelakaan waktu pulang kampung sama anak saya mbak, pergelangan tangan kiri saya retak. Akhirnya, anak saya kembali ke Merak Manis kemudian diantar ke Rumah Sakit Ortopedi oleh Pak Mul. Saya sebenarnya harus operasi, tapi saya ga mau, padahal pihak perusahaan sudah menyetujuinya. Malam harinya saya pulang ke Pacitan dan mengikuti pengobatan di dekat laut daerah Pacitan sana, gip saya dilepas dan 2 minggu kemudian saya bisa kembali masuk kerja. Biaya waktu saya di Rumah Sakit Ortopedi ditangg ung sepenuhnya oleh perusahaan”.
Pengalaman kedua Pak Sarpin juga masih mengenai kecelakaan kerja. Dalam wawancara yang sama beliau menuturkan :
“Saat kerusuhan 1998, saya mengalami kecelakaan di daerah Sukoharjo mbak, yang membuat gigi saya patah. 3 hari saya tidak masuk kerja, tetap digaji perusahaan. Setelah kembali ke perusahaan,
biaya selama pengobatan kecelakaan diganti sama Pak Bambang”.
Hal senada juga disampaikan Mbak Indri, karyawati bagian jahit hem. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau mengungkapkan bahwa :
“Sekitar tahun 2004, saya pernah kena jarum mesin pasang kancing sampai tembus jari, karena darahnya ga berhenti-berhenti, lalu saya dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu. Untuk biaya ditanggung pemilik
sepenuhnya”.
bertanggung jawab terhadap para karyawannya. Bagi Pak Sarpin yang mengalami kecelakaan di luar jam kerja, tetap mendapatkan bantuan pembiayaan sakit. Apalagi Mbak Indri yang mengalami kecelakaan pada saat jam kerja, tentunya biaya akan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Bantuan tidak selalu sepenuhnya, tetapi minimal 50% dari biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh perusahaan. Perbedaan bantuan tersebut dilihat dari seberapa parah sakit yang dialami.
Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja tidak hanya terjadi di tempat kerja saja, tetapi juga di luar waktu kerja. Bentuk jaminan K3 yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis tidak hanya untuk kecelakaan di tempat kerja saja, tetapi juga untuk kecelakaan di luar waktu kerja, termasuk perjalanan karyawan pulang ke rumah. Walaupun bantuan biaya tersebut tidak seberapa besarnya, tetapi dengan adanya tanggung jawab dari perusahaan akan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik. Para karyawan akan berhati-hati dan tenang dalam bekerja.
Penciptaan tempat kerja yang layak, aman, dan sehat tidak berarti apa-apa tanpa didukung oleh penyediaan alat-alat pengaman saat bekerja. Alat pengaman yang dibutuhkan berbeda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, semua disesuaikan dengan kebutuhan tiap bagian. Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 menjelaskan bahwa :
“Alat pengaman kerja paling dibutuhkan karyawan di bagian mbabar atau pewarnaan karena mereka berhubungan langsung dengan bahan-
bahan kimia. Perusahaan menyediakan alat pengaman berupa sarung tangan, masker, celemek plastik, dan sepatu boot. Selain bagian mbabaran, di bagian jahit pun disediakan kotak P3K yang digunakan untuk memberikan pertolongan pertama jika ada karyawan yang kena jarum. Jika luka belum parah ya digunakan fasilitas P3K, tetapi jika sudah tidak bisa ditangani ya dilarikan ke rumah sakit ”.
Pernyataan Pak Badrus di atas, didukung oleh Pak Wastono, karyawan bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 20 tahun. Dalam wawancara tanggal 15 Mei 2010 beliau mengungkapkan bahwa :
“Peralatan yang wajib dipakai adalah sarung tangan, jika tidak tangan bisa melepuh. Celemek plastik kadang-kadang pakai. Sepatu boot ada, tetapi karyawan lebih suka cekeran ”.
Hal senada juga diungkapkan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 20 tahun. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau menjelaskan bahwa :
“Pewarnaan itu ada 2 macam mbak, yang pertama pewarnaan biasa (napthol) dan pewarnaan „sir‟. „Sir‟ adalah bahan kimia yang berbahaya, jika belum dicampur air dan kena tangan, kulitnya bisa melepuh. Oleh karena itu, jika pewarnaan menggunakan „sir‟, wajib
menggunakan sarung tangan dan masker. Sedangkan, jika pewarnaan biasa (napthol), kadang tidak menggunakan masker. Kalau saya ga pakai sarung tangan mbak karena jadi lama kerjanya”.
Jadi, alat-alat pengaman dalam bekerja dibutuhkan hampir di seluruh bagian, terutama di bagian mbabar karena bagian tersebut yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia. Selain bagian mbabar, di bagian jahit pun disediakan kotak P3K untuk memberikan pertolongan pertama kepada karyawan yang terluka kena jarum.
yang cukup untuk karyawan. Hanya terkadang dari pihak karyawan sendiri yang tidak menggunakan semua alat pengaman yang ada. Hal ini disebabkan karena mereka lebih paham alat mana yang perlu digunakan dan mana yang tidak, seperti yang diungkapkan oleh Pak Sarpin dimana beliau tidak pernah menggunakan sarung tangan karena pemakaian sarung tangan membuat kerja menjadi lama.
Pemberian alat-alat perlindungan diri untuk para karyawan merupakan salah satu poin syarat-syarat keselamatan kerja yang tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pemberian alat-alat pengaman tersebut harus disertai peraturan perusahaan yang tegas sehingga hasilnya dapat maksimal.
Jaminan kesehatan fisik berupa pemeriksaan kesehatan, baik oleh dokter perusahaan maupun dengan penyediaan klinik, belum tersedia di Perusahaan Batik Merak Manis. Jaminan kesehatan fisik yang selama ini telah diberikan perusahaan, antara lain pemberian bantuan pembiayaan perawatan karena sakit atau kecelakaan. Misalnya ketika ada karyawan yang sakit, umumnya mereka melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri, seperti yang disampaikan oleh Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :
“Misalnya saya sakit, kalau minta ganti kadang dikasih, kadang ga”.
Pada dasarnya perusahaan akan membantu para karyawannya yang
“nembung” ke Pak Bambang. Dengan kebijaksanaan pemilik tentunya karyawan yang bersangkutan akan mendapatkan bantuan finansial yang berbeda-beda besarnya tiap karyawan.
Jaminan kesehatan mental, seperti penyediaan psikiater untuk karyawan tidak tersedia di Perusahaan Batik Merak Manis. Program kesehatan mental yang selama ini sudah terjalin antara lain, memelihara dan mengembangkan hubungan yang akrab dan sehat antara para karyawan dengan manajer dan pemilik, serta menyelenggarakan acara pembinaan mental khususnya bidang keagamaan, seperti pengajian.
Terjalinnya hubungan yang akrab dan sehat dapat dilihat dari terjunnya pemilik langsung dalam mengawasi proses produksi sehingga terjalin komunikasi yang efektif antara keduanya. Acara pembinaan mental untuk menjaga kondisi psikis para karyawan masih sangat kurang karena selama ini hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun saat acara halal bi halal.
Pengawasan K3 karyawan Perusahaan Batik Merak Manis tidak diwadahi dalam suatu kepanitiaan khusus, tidak pula dengan penunjukan manajer khusus. Bentuk pengawasan K3 karyawan di Perusahaan Batik Merak Manis dilakukan oleh seluruh karyawan, mulai dari karyawan tingkat paling bawah hingga karyawan tingkat paling atas. Mereka bersama-sama mengawasi K3 karyawan, umumnya diawali dari laporan karyawan masing-masing bagian. Mekanisme pelaporan berawal dari Pengawasan K3 karyawan Perusahaan Batik Merak Manis tidak diwadahi dalam suatu kepanitiaan khusus, tidak pula dengan penunjukan manajer khusus. Bentuk pengawasan K3 karyawan di Perusahaan Batik Merak Manis dilakukan oleh seluruh karyawan, mulai dari karyawan tingkat paling bawah hingga karyawan tingkat paling atas. Mereka bersama-sama mengawasi K3 karyawan, umumnya diawali dari laporan karyawan masing-masing bagian. Mekanisme pelaporan berawal dari
“Tidak ada panitia khusus, pengawasan K3 datang dari karyawan lapor ke foreman lalu ke manajer. Mekanisme fleksibel, bisa ke
supervisor, bisa tidak”.
Sejauh ini mekanisme laporan datang dari karyawan disampaikan ke foreman bagian masing-masing langsung kepada manajer tanpa melalui supervisor.
Peraturan Perusahaan Batik Merak Manis berbentuk tidak tertulis, tetapi disampaikan secara lisan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 sebagai berikut :
“Paeraturan K3 tidak berbentuk tertulis, tetapi disampaikan secara lisan lewat foreman”.
Khusus di bagian mbabar, peraturan perusahaan terkait alat pengaman sangat diperhatikan. Hal tersebut disampaikan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :
“Pihak perusahaan menghimbau untuk bekerja hati-hati. Peraturan perusahaan yang wajib di bagian mbabar adalah mengganti sarung
tangan satu bulan sekali dengan yang baru”.
manajer kepada foreman masing-masing bagian. Selanjutnya foreman menyampaikan langsung kepada para karyawan di bagian tersebut. Terkadang ketika pemilik mengawasi proses produksi, peraturan perusahaan juga disampaikan pemilik langsung kepada karyawan yang bersangkutan. Peraturan perusahaan terkait alat pengaman kerja sangat terlihat di bagian mbabar dimana sarung tangan wajib diganti dengan yang baru satu bulan sekali. Sarung tangan merupakan alat pengaman kerja utama di bagian mbabar karena alat tersebut dapat melindungi kulit karyawan dari bahan-bahan kimia.
d. Upah
Kompensasi memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan upah karena kompensasi menambahkan aspek penghargaan tidak langsung dan non-finansial di dalamnya. Kompensasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompensasi finansial dan non-finansial. Kompensasi finansial terdiri dari kompensasi langsung dan tidak langsung. Sedangkan kompensasi non-finansial terdiri atas pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Kompensasi langsung dan tidak langsung masih dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa item. Pada penelitian ini, penulis membatasi pada kompensasi langsung saja yang terdiri dari upah pokok dan insentif.
Berikut pembahasan selengkapnya mengenai upah pokok dan insentif yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis :
Upah merupakan hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sesuai dengan kesepakatan antara pemberi kerja dan karyawan sebagai balas jasa atas kontribusinya dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan upah pokok lebih dibatasi pada upah murni yang diterima karyawan atas pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu tanpa tambahan penghasilan lain di luar itu. Pada pembahasan selanjutnya, penulis akan menggunakan istilah upah atau gaji.
Sistem penggajian karyawan yang digunakan Perusahaan Batik Merak Manis terdiri dari dua macam, yaitu sistem waktu dan sistem borongan. Sistem waktu yang diterapkan di perusahaan tersebut adalah harian. Sistem penggajian harian artinya gaji karyawan dihitung setiap hari, tetapi penerimaan gajinya dilakukan satu minggu sekali, yaitu pada hari Sabtu. Hal ini berlaku untuk semua karyawan di setiap bagian, dari karyawan biasa hingga supervisor. Sistem waktu ini dipilih dan diterapkan karena mudah digunakan, tidak merugikan perusahaan ketika ada karyawan yang tidak masuk kerja karena mereka digaji secara harian.
Hampir seluruh karyawan di setiap bagian digaji secara harian, walaupun ada beberapa bagian yang digaji secara harian sekaligus borongan. Bagian-bagian yang digaji secara borongan, antara lain konveksi (jahit sprei dan taplak meja), mbatik (batik tulis), nolet (memberi warna sedikit di bagian-bagian motif tertentu), dan cap.
showroom (toko dan R.2), printing, mbabar (pewarnaan), potong kain, potong sprei, packaging, jemur, jahit, mbatik (batik tulis), dan cap. Jadi, di bagian jahit, mbatik (batik tulis), dan cap ada yang digaji secara borongan, ada pula yang digaji secara harian. Khusus bagian cap dan mbatik (batik tulis) di bawah wewenang Pak Badrus, sistem penggajian yang digunakan yaitu sistem harian. Pak Badrus selaku manajer, dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 mengemukakan bahwa:
“Khusus bagian cap dan mbatik yang saya pegang, saya menggunakan sistem baru, yaitu digaji harian. Tujuannya agar
kualitas tetap terjaga”.
Pak Badrus mengubah sistem penggajian dari borongan menjadi harian untuk menjaga kualitas. Jika menggunakan sistem borongan, para karyawan terkesan kejar setoran, yang diutamakan hanya kuantitasnya tanpa memerhatikan kualitas. Oleh karena itu, mulai tahun 2010 ini Pak Badrus memperbaiki kualitas produk dengan mengubah sistem penggajian karyawan.
Selain upah harian yang karyawan terima satu minggu sekali, tiap harinya mereka juga mendapatkan makan gratis dari perusahaan. Makan gratis yang dimaksud di sini yaitu perusahaan menyediakan nasi putih untuk para karyawannya. Pengambilan nasi putih tersebut tidak dibatasi banyaknya, diserahkan karyawan sepenuhnya akan Selain upah harian yang karyawan terima satu minggu sekali, tiap harinya mereka juga mendapatkan makan gratis dari perusahaan. Makan gratis yang dimaksud di sini yaitu perusahaan menyediakan nasi putih untuk para karyawannya. Pengambilan nasi putih tersebut tidak dibatasi banyaknya, diserahkan karyawan sepenuhnya akan
“ Para karyawan dapat makan 3 kali sehari ditambah Rp 3.000,00 untuk beli lauk, nasi dinanakkan pihak perusahaan. Jika tidak mau makan di perusahaan, maka upah ditambah uang makan Rp
Pernyataan di atas bertolak belakang dengan peryataan Pak Heri selaku foreman R.2 dan Pak Mul selaku supervisor. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010, Pak Heri menyatakan bahwa :
“Karyawan harian dapat nasi, tetapi tidak boleh dibawa pulang. Jadi, bukan uang makan, hanya nasi saja”.
Pernyataan Pak Heri didukung oleh pernyataan Pak Mul dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 sebagai berikut :
“Saya diberi tanggung jawab untuk pegang gaji borongan cap dan harian potong mori. Kalau karyawan borongan dapat tambahan Rp 1.000,00 untuk minum atau makan, tetapi kalau karyawan harian tidak dapat uang makan, hanya disediakan nasi, ngambil sakkuate ”.
Karyawan yang lain juga membenarkan jika pihak perusahaan menyediakan nasi putih untuk seluruh karyawan, baik karyawan harian maupun borongan. Akan tetapi, mereka tidak membenarkan jika mereka mendapatkan uang lauk seperti yang disampaikan oleh pemilik. Pak Mul selaku supervisor yang diberi tanggung jawab menyampaikan gaji kepada karyawan harian maupun borongan Karyawan yang lain juga membenarkan jika pihak perusahaan menyediakan nasi putih untuk seluruh karyawan, baik karyawan harian maupun borongan. Akan tetapi, mereka tidak membenarkan jika mereka mendapatkan uang lauk seperti yang disampaikan oleh pemilik. Pak Mul selaku supervisor yang diberi tanggung jawab menyampaikan gaji kepada karyawan harian maupun borongan
Berbeda dengan sistem penggajian harian, sistem penggajian borongan dihitung berdasarkan berapa banyaknya hasil yang bisa dikerjakan. Misalnya, untuk 15 orang disediakan 1.000 potong. Masing-masing karyawan mendapatkan bagian yang berbeda disesuaikan dengan kemampuan individu masing-masing. Hasil yang dapat dikerjakan (dalam satuan potong) dikalikan upah per potong (dalam satuan rupiah). Hasil perkalian tersebut adalah upah yang nantinya akan karyawan borongan terima.
Seperti yang dialami oleh Bu Tarni, karyawati bagian konveksi (jahit sprei dan taplak meja) yang digaji menggunakan sistem borongan. Upah yang diberikan kepada beliau dihitung berdasarkan satuan kodi. Satu kodi hasil pekerjaannya dihargai Rp 1.000,00. Upah yang diterima setiap harinya tergantung berapa kodi yang dapat dihasilkan. Rata-rata Bu Tarni dapat menghasilkan 20 kodi setiap harinya. Artinya, beliau menerima upah sebesar Rp 20.000,00 tiap harinya. Akan tetapi, perhitungan upah tidak hanya sampai di situ. Di bagian konveksi (jahit sprei dan taplak meja), biaya benang yang dibutuhkan dalam satu hari tersebut dibebankan kepada karyawan. Umumnya untuk 10 kodi diperlukan 3 buah benang. Jika dalam satu hari Bu Tarni dapat mengerjakan 20 kodi, maka dalam satu hari beliau
Jadi, upah yang diterima Bu Tarni hanya Rp 17.000,00 (Rp 20.000,00- Rp 3.000,00) dalam satu hari. Biaya Rp 3.000,00 berasal dari 6 buah benang dikalikan harga satu buah benang sebesar Rp 500,00.
Jadi, upah yang diterima karyawan borongan tergantung dari banyaknya hasil yang dapat dikerjakan. Semakin banyak hasil yang dikerjakan, maka semakin besar upah yang diterima.
Dasar yang digunakan pihak perusahaan sebagai acuan untuk menentukan besarnya upah karyawan, menurut Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010 adalah sebagai berikut :
“Besarnya gaji karyawan didasarkan atas kemampuannya. Karyawan di Merak Manis ini ada yang tidak lulus SD, tetapi yang lulusan sarjana juga ada. Gaji berkisar antara Rp 17.500,00-Rp
Pernyataan Pak Bambang didukung oleh Pak Badrus selaku manajer. Dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 beliau menyampaikan :
“Dasar penggajian karyawan ya cepat belajar ga. Jika cepat belajar naik upahnya. Lulusan SMP biasanya terima Rp 17.500,00; lulusan SMA terima Rp 20.000,00. Jika dibedakan berdasarkan jabatan, wakil foreman terima Rp 22.500,00; foreman terima Rp 25.000,00;
dan supervisor terima Rp 27.500,00”.
Pernyataan Pak Bambang selaku pemilik senada dengan pernyataan Pak Badrus selaku manajer, hanya terdapat sedikit perbedaan. Jika Pak Bambang hanya menyebutkan kisaran upah yang Pernyataan Pak Bambang selaku pemilik senada dengan pernyataan Pak Badrus selaku manajer, hanya terdapat sedikit perbedaan. Jika Pak Bambang hanya menyebutkan kisaran upah yang
Pernyataan Pak Badrus di atas berbeda dengan apa yang diterima Warsini, wakil foreman R.2. Ia menjelaskan bahwa gaji yang diterima sekarang Rp 20.000,00 tiap harinya. Sedangkan saat awal ia bekerja baru menerima Rp 17.500,00.
Upah sebesar Rp 17.500,00 merupakan upah awal karyawan baru ketika mulai bekerja. Ketika ada kenaikan upah berarti manajer menilai kerja karyawan tersebut bagus dan layak untuk mendapatkan kenaikan jabatan dan upah.
Walaupun Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal
9 Februari 2010 menjelaskan bahwa gaji karyawan showroom tiap harinya Rp 20.000,00; tetapi ada juga karyawati bagian showroom yang hanya menerima Rp 17.500,00 tiap harinya. Selain karyawati bagian showroom, ada juga karyawati bagian jahit hem yang per harinya hanya terima Rp 15.000,00.
Perbedaan upah yang diterima antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya terletak pada kemampuan mereka dalam bekerja. Walaupun seorang karyawan sudah lama bekerja, tetapi kemampuannya hanya biasa-biasa saja, maka ia tetap mendapatkan upah yang rendah. Sebaliknya, ketika ada karyawan baru tetapi ia sudah cakap dalam bekerja, maaka upah bahkan jabatannya akan naik.
maupun manajer. Acuan untuk menentukan upah karyawan terdiri dari 3 cara, yaitu dengan menghitung KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), UMP (Upah Minimum Propinsi), dan survei pasar. Pada penelitian ini, penulis akan membatasi acuan penentuan upah karyawan dengan melihat UMP yang selanjutnya diturunkan menjadi UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) karena sulit untuk menghitung kebutuhan hidup minimum seseorang, begitu pula dengan survei pasar.
Untuk menghitung upah pokok karyawan dalam satu bulan, dapat diambil contoh karyawan yang sistem penggajiannya menggunakan sitem harian. Jika seandainya karyawan bagian produksi masuk setiap hari untuk 6 hari kerja, kisaran upah yang mereka terima dari upah yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yaitu antara Rp 15.000,00-Rp 27.500,00 tiap harinya, maka dalam satu minggu mereka menerima upah pokok sekitar Rp 90.000,00-Rp 165.000,00. Jika besar upah pokok tersebut dihitung selama satu bulan, maka akan diperoleh besarnya upah pokok minimal sebesar Rp 360.000,00 dan maksimal sebesar Rp 660.000,00.
Dari kisaran upah pokok dalam satu bulan untuk karyawan harian di atas, belum memenuhi UMK Surakarta tahun 2010 sebesar Rp 785.000,00. Perhitungan di atas menganggap karyawan masuk setiap Dari kisaran upah pokok dalam satu bulan untuk karyawan harian di atas, belum memenuhi UMK Surakarta tahun 2010 sebesar Rp 785.000,00. Perhitungan di atas menganggap karyawan masuk setiap
7 hari dalam satu minggu. Sebagai contoh, diambil karyawan bagian showroom yang mendapat upah pokok minimal Rp 17.500,00 dan maksimal Rp 27.500,00. Jika karyawan masuk setiap hari, mulai hari Senin-Minggu, maka setiap minggunya karyawan bagian showroom akan mendapatkan upah pokok minimal sebesar Rp 122.500,00 dan upah pokok maksimal sebesar Rp 192.500,00. Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat 4 minggu, maka karyawan bagian showroom dalam satu bulan akan mendapatkan upah pokok minimal sebesar Rp 490.000,00 dan upah pokok maksimal sebesar Rp 770.000,00.
Dari beberapa contoh di atas, baik untuk karyawan bagian produksi maupun karyawan bagian showroom, upah pokok yang diterima masih di bawah UMK Surakarta tahun 2010, yaitu Rp 785.000,00 per bulannya. Perhitungan di atas menggunakan asumsi bahwa para karyawan masuk setiap hari tanpa ada cuti.
Selain mempekerjakan karyawan, Perusahaan Batik Merak Manis juga menerima calon karyawan baru. Calon karyawan tersebut wajib mengikuti masa training atau percobaan maksimal selama 3 bulan. Hampir sama dengan karyawan Perusahaan Batik Merak Manis, calon karyawan yang mengikuti masa training juga mendapatkan upah, tetapi besarnya masih upah standar awal bekerja. Pak Bambang selaku Selain mempekerjakan karyawan, Perusahaan Batik Merak Manis juga menerima calon karyawan baru. Calon karyawan tersebut wajib mengikuti masa training atau percobaan maksimal selama 3 bulan. Hampir sama dengan karyawan Perusahaan Batik Merak Manis, calon karyawan yang mengikuti masa training juga mendapatkan upah, tetapi besarnya masih upah standar awal bekerja. Pak Bambang selaku
Waktunya ± 2 bulan, paling lama 3 bulan. Mereka tetap digaji, tetapi makan sendiri atau lepas”.
Pernyataan Pak Bambang didukung oleh Giyarti, calon karyawati yang mengikuti training, yang baru bekerja selama ± 1 minggu. Ia menerima gaji per minggu sebesar Rp 122.500,00. Jadi, dalam sehari ia menerima upah sebesar Rp 17.500,00. Upah tersebut merupakan upah awal untuk calon karyawan Perusahaan Batik Merak Manis. Konsekuensi yang harus dipenuhi oleh calon karyawan yang masih mengikuti masa training adalah tidak boleh absen walau hanya satu hari. Jadi, selama masa training harus masuk setiap hari agar pihak perusahaan yang diwakili oleh foreman di bagian masing-masing dan manajer dapat memantau perkembangan calon karyawan tersebut.
Penerimaan upah pokok untuk seluruh karyawan sama waktunya, yaitu satu minggu sekali. Waktu penerimaan upah jatuh pada hari Sabtu sore. Selama ini waktu penggajian karyawan berjalan lancar dan tidak ada keterlambatan. Hal tersebut disampaikan oleh semua karyawan yang penulis wawancarai.
2) Insentif Insentif merupakan penghargaan untuk memotivasi karyawan agar 2) Insentif Insentif merupakan penghargaan untuk memotivasi karyawan agar
Dasar pihak perusahaan memberikan insentif kepada para karyawannya adalah dengan melihat prestasi kerja karyawan yang bagus. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010. Beliau menuturkan bahwa :
“Ya, perusahaan memberi insentif jika prestasi atau kerja karyawan bagus, ditambah terus upahnya”.
Hal senada juga disampaikan Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 :
“Insentif ada, dasarnya kerja karyawan yang bagus”.
Insentif yang diberikan untuk karyawan di setiap bagian, berbeda- beda kasusnya. Jika di bagian showroom, insentif biasanya diberikan saat piket ready call, besarnya ± Rp 15.000,00 tiap karyawan. Besar insentif yang diterima bisa lebih dari Rp 15.000,00 jika tamu rombongan yang datang berbelanja banyak. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Astrid, karyawati bagian toko sebagai berikut :
“Ada insentif untuk karyawan, besarnya tergantung kebijakan pemilik. Biasanya langsung diberikan Pak Badrus ke karyawan
yang bersangkutan, jadi satu sama lain tidak tahu”.
Jadi, insentif yang diberikan untuk karyawan bagian produksi sedikit berbeda dengan karyawan bagian showroom. Karyawan bagian produksi biasanya menerima insentif dari pemilik karena prestasi kerja yang bagus. Sedangkan untuk karyawan bagian showroom, selain dilihat prestasi kerjanya, ada tambahan bonus lagi ketika piket ready call .
Jika seorang karyawan ingin mendapatkan insentif saat ready call, maka karyawan tersebut harus menunjukkan prestasi yang bagus dengan cara memberikan pelayanan kepada konsumen secara sabar, ramah, dan sopan. Dengan pelayanan yang memuaskan, konsumen akan merasa nyaman berbelanja dan cenderung mendorong konsumen untuk berbelanja banyak. Semakin konsumen berbelanja banyak, semakin banyak pula insentif yang diterima.
Selain piket ready call, insentif juga diberikan kepada karyawan bagian toko jika ada tamu di luar jam buka. Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 menyatakan bahwa :
“Jika ada tamu-tamu di luar jam buka, per bulan karyawan dapat tambahan Rp 30.000,00- Rp 50.000,00”.
Tamu di luar jam buka artinya tamu berkunjung saat toko sudah tutup. Hal tersebut berbeda dengan piket ready call. Jika piket ready Tamu di luar jam buka artinya tamu berkunjung saat toko sudah tutup. Hal tersebut berbeda dengan piket ready call. Jika piket ready
Ada juga bonus tiap bulan yang diterima karyawan toko, besarnya Rp 20.000,00 tiap bulan. Akan tetapi, tidak pasti pemberiannya, kadang dapat, kadang tidak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa insentif tidak pasti waktu pemberiannya, hanya bersifat sewaktu-waktu saja. Berbeda dengan Warsini, wakil foreman R.2 tersebut mengaku mendapat bonus tiap bulan sebesar Rp 30.000,00. Ia menerima baru akhir-akhir ini dan pasti dapat tiap bulannya. Warsini yang saat ini menjadi wakil foreman R.2 mejadi lebih giat bekerja sehingga pihak perusahaan memberikan bonus tiap bulan untuknya. Tidak semua karyawan mendapatkan bonus tiap bulan karena kecakapan masing-masing karyawan juga berbeda satu sama lain.
Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem menyatakan bahwa : “Tambahan ga ada mbak. Dulu tiap hari Minggu jika masuk ada
tambahan Rp 2.500,00. Jadi, terima upah Rp 17.500,00. Sekarang
ga ada jadi ga ada yang masuk hari Minggu”.
Karyawan bagian produksi waktu kerjanya dimulai hari Senin-Sabtu. Hari Minggu tidak diwajibkan bekerja, tetapi jika seandainya karyawan masuk kerja akan diberi tambahan. Dahulu karyawan bagian jahit hem dapat tambahan jika masuk kerja pada hari Minggu, tetapi Karyawan bagian produksi waktu kerjanya dimulai hari Senin-Sabtu. Hari Minggu tidak diwajibkan bekerja, tetapi jika seandainya karyawan masuk kerja akan diberi tambahan. Dahulu karyawan bagian jahit hem dapat tambahan jika masuk kerja pada hari Minggu, tetapi
“Jika bagian pewarnaan bisa masuk 6 hari penuh, ditambah Rp 10.000,00 per minggu. Jika Minggu masuk ditambah Rp 12.000,00
per minggunya”.
Hal tersebut dibenarkan oleh Pak Sarpin, foreman bagian mbabar. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau menyatakan bahwa :
“Anak buah saya bagian ngelir satu hari dapat Rp 20.000,00. Jika masuk 6 hari ditambah Rp 1.500,00 x 6 hari masuknya tersebut”.
Tambahan upah untuk karyawan bagian mbabar tiap minggunya merupakan kebijakan dari perusahaan. Kebijakan tersebut diberikan untuk memotivasi karyawan agar bekerja giat dan jarang absen.
Bagian mbabar yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia memiliki risiko kecelakaan kerja yang lebih besar dibandingkan bagian yang lain. Oleh karena itu, bentuk penghargaan pihak perusahaan untuk para karyawannya adalah dengan memberi tambahan penghasilan jika mereka rajin bekerja dan tidak pernah absen.
Selain karyawan di beberapa bagian yang telah disebutkan di atas, foreman masing-masing bagian juga mendapatkan insentif dari perusahaan. Dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010, Pak Badrus selaku
“Untuk foreman dapat insentif tiap bulan Rp 100.000,00”.
Pernyataan Pak Badrus di atas senada dengan pernyataan Pak Heri selaku foreman R.2. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010 beliau menuturkan bahwa :
“Per minggu saya dapat tambahan Rp 25.000,00, berarti sebulan saya dapat insentif Rp 100.000,00. Tetapi, sekarang diberikan jadi
satu dengan gaji. Jadi, tidak dapat memotivasi karyawan”.
Insentif yang diberikan kepada Pak Heri selaku foreman diterima satu kali dalam satu bulan bersamaan dengan penerimaan gaji. Hal ini dinilai kurang efektif dalam memotivasi karyawan karena penerimaannya bersamaan dengan gaji, bukan saat karyawan tersebut berprestasi sehingga tidak terlihat unsur penghargaan di dalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa insentif yang diberikan kepada karyawan dilatarbelakangi oleh kerja karyawan yang bagus. Kerja bagus yang dimaksud di sini antara lain, cakap dalam bekerja, bertanggung jawab terhadap pekerjaan, loyal terhadap perusahaan, dan jarang absen.
e. Lembur
Perusahaan Batik Merak Manis memberlakukan waktu lembur untuk para karyawannya. Waktu lembur dimulai ketika karyawan mulai bekerja lagi setelah waktu kerja reguler masing-masing bagian berakhir. Misalnya, waktu kerja reguler showroom berakhir pukul 17.00. Jika lebih dari pukul
17.00 karyawan masih bekerja berarti kelebihan waktu kerja tersebut 17.00 karyawan masih bekerja berarti kelebihan waktu kerja tersebut
17.30, maka terhadap kelebihan waktu tersebut tidak dihitung sebagai lembur. Hampir semua bagian pernah lembur, perbedaannya hanya pada intensitas waktunya. Warsini, wakil foreman R.2 dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 menyebutkan bahwa :
“Semua bagian pernah lembur mbak, tetapi ada yang jarang lembur dan sering lembur. Bagian yang jarang lembur antara lain potong
mori, mbabar, dan printing. Printing dulu pernah lembur jika ada pesanan. Sedangkan bagian yang sering lembur antara lain, finishing, konveksi (jahit), dan mbatik”.
Pernyataan Warsini di atas didukung oleh pernyataan Pak Mul selaku supervisor dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010. Beliau menyampaikan sebagai berikut :
“Ya, semua bagian pernah lembur. Bahkan menjelang Lebaran, semua bagian lembur kecuali mbabar. Hal ini disebabkan karena jika
malam, gelap dan kurang cahaya, dikhawatirkan warna tidak rata”.
Ketentuan waktu lembur diatur sepenuhnya oleh pemilik. Jadi, pihak yang member perintah dan menunjuk siapa yang akan lembur adalah pemilik sendiri. Hampir seluruh bagian pernah mengikuti lembur, tetapi karena terdapat keterbatasan di beberapa bagian menyebabkan bagian tersebut tidak dapat mengikuti lembur. Sebagai contoh, bagian mbabar tidak dapat lembur karena keterbatasan cahaya saat malam hari.
pemilik dan Pak Badrus selaku manajer, dalam wawancara yang berbeda menjelaskan bahwa :
“Lembur terserah berapa jam, tetapi maksimal waktu lembur pukul 22.00”.
Pada dasarnya, tidak ada batasan waktu lembur harus berapa jam dan dimulai jam berapa. Semua diserahkan kepada karyawan sesuai dengan kemampuannya, yang penting semua pekerjaan terselesaikan. Walaupun pihak perusahaan sudah membatasi waktu maksimal lembur pukul 22.00, tetapi masih ada yang lembur melebihi ketentuan waktu tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Bu Kedah, karyawati bagian mbatik yang tinggal di asrama. Dalam wawancara tanggal 11 Juni 2010, beliau mengungkapkan bahwa :
“Setiap hari kita lembur 8 jam mbak. Lembur dimulai jam 06.00-
08.00, pulang kerja jam 16.00 langsung lembur sampai jam 18.00, pulang ke asrama lalu jam 19.00 mulai lembur lagi sampai jam
23.00 ”.
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa pihak perusahaan membatasi waktu lembur karyawan maksimal pukul 22.00. Akan tetapi, khusus di bagian mbatik, ibu- ibu pekerjanya “ngeyel”. Mereka minta sendiri kepada pemilik untuk lembur hingga pukul 23.00. Karyawan yang ditunjuk lembur adalah karyawan yang tinggal di asrama karena mereka tidak meninggalkan keluarga sehingga tidak ada hambatan bagi pemilik untuk meminta mereka lembur. Ibu-ibu karyawati bagian mbatik tersebut
daerah Mbayat, Klaten. Lembur hingga pukul 23.00 adalah lembur biasa yang hampir dikerjakan setiap hari oleh ibu-ibu karyawati bagian mbatik yang tinggal di asrama. Akan tetapi, ketika banyak pesanan yang harus segera diselesaikan, maka waktu lembur pun ikut bertambah. Bahkan pernah lembur semalam suntuk dari malam hingga pagi, tepatnya mulai pukul 18.00-06.00 di hari berikutnya. Lembur semalam suntuk sering juga disebut “ngebyar”. Karyawan yang “ngebyar” ditunjuk langsung oleh Pak Bambang selaku pemilik. Selama ini hanya dua karyawati yang ditunjuk dari tiga karyawati yang tinggal di asrama. Keduanya memiliki lama kerja yang sama, yaitu ± selama 5 tahun.
Ketentuan waktu lembur Perusahaan Batik Merak Manis, baik untuk lembur biasa maupun “ngebyar”, keduanya melebihi ketentuan dalam Pasal 78 ayat 1 poin b Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa waktu lembur maksimal yang dapat dilakukan yaitu 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu. Untuk lembur biasa saja, satu harinya para karyawati bagian mbatik lembur selama 8 jam. Jika setiap hari lembur, maka dalam satu minggu (6 hari kerja) para karyawati lembur selama 48 jam. Hampir 4 kali lipat dari ketentuan waktu lembur maksimal selama satu minggu dalam undang-undang tersebut.
dihitung tiap jamnya. Per jam karyawan mendapatkan upah sebesar Rp 1.250,00.
Dalam Kepmenakertrans RI No. Kep.102/Men/VI/2004 Pasal 9 ayat
1 dijelaskan penghitungan upah lembur tiap jamnya bagi pekerja atau buruh harian. Penghitungan upah lembur tiap jamnya bagi pekerja atau buruh harian ditetapkan dengan rumus 3/20 dikali upah sehari.
Sebagai contoh, karyawati bagian mbatik menerima upah per hari sebesar Rp 17.000,00; maka ia akan menerima upah lembur sebesar Rp 2.550,00 (3/20 x Rp 17.000,00). Jika karyawati bagian mbatik hanya menerima upah lembur sebesar Rp 1.250,00 tiap jamnya, maka jumlah tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan ketentuan dalam Kepmenakertrans di atas. Kurang lebih setengah dari upah lembur yang sesuai dengan ketentuan Kepmenakertrans di atas yang selama ini dibayarkan untuk karyawati bagian mbatik Perusahaan Batik Merak Manis.
Sedangkan untuk lembur semalam suntuk atau “ngebyar”, upah lembur dihitung secara borongan. Sistem borongan yang dimaksud di sini bukan dihitung dari perkalian antara jumlah potong kain yang dapat dihasilkan dengan upah per potong. Akan tetapi, dari pemilik sendiri sudah menyediakan uang dengan jumlah tertentu dan dengan jumlah tersebut harus bisa menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Misalnya, pemilik menyediakan uang Rp 100.000,00 untuk 2 orang karyawati.
menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2 kodi. Selama ini lembur semalam suntuk atau “ngebyar” sudah berjalan
sebanyak 3 kali. Selama 3 kali lembur tersebut, motif yang dikerjakan beragam, mulai dari yang mudah sampai yang sulit. Lembur pertama mengerjakan motif yang mudah, pemilik menyediakan Rp 100.000,00 untuk 2 orang karyawati dan harus menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2 kodi. Lembur kedua juga mengerjakan motif yang mudah sebanyak 2 kodi, tetapi upah yang diterima lebih sedikit, yaitu Rp 75.000,00 untuk 2 orang karyawati. Sedangkan lembur yang terakhir sedikit berbeda, yaitu mengerjakan motif yang sulit. Oleh karena motif yang dikerjakan sulit dan kain berasal dari sutra, maka semalam suntuk masing-masing karyawati hanya bisa menyelesaikan satu potong saja. Upah yang diterima sebesar Rp 30.000,00 untuk satu orang karyawati.
Perhitungan upah lembur antara karyawan bagian mbatik dengan karyawan bagian lain berbeda. Jika lembur “ngebyar” karyawan bagian
mbatik dihitung secara borongan, maka upah lembur karyawan bagian lain dihitung tiap jamnya.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010. Beliau menjelaskan bahwa ketentuan upah lembur diatur sebagai berikut :
“Ada lembur, bagian showroom, jahit, dan cap, per jamnya dapat Rp 2.500,00”.
mengatakan bahwa : “Bagian showroom lembur dihitung mulai jam 17.00 ke atas, per
jamnya Rp 3.000,00. Sedangkan bagian produksi dan finishing, lembur dihitung setelah jam 16.00, per jamnya Rp 2.000,00”.
Upah lembur karyawan bagian produksi berkisar antara Rp 2.000,00- Rp 2.500,00. Sedangkan untuk karyawan bagian showroom, upah lembur berkisar antara Rp 2.500,00-Rp 3.000,00. Perbedaan upah antara satu bagian dengan bagian yang lain didasarkan atas pekerjaan di bagian masing-masing. Semakin berat dan berisiko pekerjaan tersebut, maka semakin besar upah yang diterima. Hal tersebut didukung oleh wawancara dengan karyawati bagian showroom dan bagian jahit, besarnya upah yang mereka terima sesuai dengan kedua pernyataan di atas. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010, Astrid dan Warsini, karyawati bagian showroom (toko dan R.2) menyatakan bahwa :
“Lembur umum kita dapat Rp 2.500,00 per jam”.
Senada dengan pernyataan di atas, Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem menerangkan bahwa :
“Setiap lembur saya dapat Rp 2.000,00 per jam”.
Besarnya upah lembur antara bagian showroom dan bagian produksi berbeda. Umumnya, upah lembur di bagian showroom lebih besar dibandingkan dengan bagian yang lain karena pekerjaannya pun berbeda.
dapat terjadi karena showroom langsung berhadapan dengan konsumen. Selain mendapatkan upah lembur, terkadang karyawan juga mendapatkan tambahan di pagi harinya. Hal tersebut disampaikan oleh Pak Bambang dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010 sebagai berikut :
“Setelah ada upah lembur, kadang paginya masih ada tambahan”.
Pernyataan Pak Bambang tersebut juga didukung oleh Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010.
Berbagai respon berbeda disampaikan oleh karyawan di beberapa bagian. Pak Sarpin selaku foreman bagian mbabar, Pak Heri selaku foreman R.2, dan Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem, dalam wawancara yang berbeda mengaku bahwa setelah lembur, mereka tidak mendapatkan tambahan di pagi harinya. Sementara Warsini, wakil foreman R.2 mengungkapkan bahwa :
“Dulu setiap malam habis lembur, pagi ada tambahan. Akan tetapi, sekarang jadi satu minggu sekali”.
Pak Mul selaku supervisor dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 memberi tanggapan yang berbeda. Beliau menuturkan bahwa :
“Kalau masalah tambahan atau bonus, tergantung kelonggaran pemilik”.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua karyawan yang malam harinya mengikuti lembur, pagi harinya mendapat Dari beberapa pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua karyawan yang malam harinya mengikuti lembur, pagi harinya mendapat
Sedangkan untuk aktivitas selama lembur, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lembur di bagian masing-masing dan lembur jika ada order atau pesanan. Jika lembur di bagian masing-masing, maka aktivitas yang dilakukan sama seperti kegiatan reguler karyawan setiap harinya. Misalnya, Bu Rosmini seorang karyawati bagian jahit hem. Ketika beliau ikut lembur di bagiannya sendiri, maka kegiatan yang dilakukan adalah menjahit hem. Sedangkan jenis lembur yang kedua adalah lembur ketika ada order atau pesanan yang harus segera diselesaikan. Jadi, karyawan akan lembur berdasarkan job apa yang ada. Biasanya bagian yang sering mendapatkan order atau pesanan adalah bagian finishing, seperti yang disampaikan oleh Pak Mul, seorang supervisor dalam wawancara tanggal
12 Mei 2010. Beliau memberi contoh sebagai berikut :
“Misalnya harus segera kirim barang, berarti finishing harus lembur. Karyawan selain bagian finishing boleh ikut lembur ke bagian yang
membutuhkan ”.
Jadi, ketika ada order atau pesanan di suatu bagian, maka karyawan bagian tersebut wajib mengikuti lembur. Sedangkan karyawan bagian lain boleh menawarkan diri untuk membantu lembur asalkan bagian yang
Tunjangan sering disebut dengan beberapa istilah, seperti kompensasi tidak langsung, kompensasi pelengkap, dan fringe benefits. Dalam pembahasan di beberapa referensi, lebih umum digunakan istilah kompensasi tidak langsung, maka selanjutnya penulis akan membahas dengan istilah tersebut.
Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan di luar gaji atau upah yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap seluruh karyawan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kompensasi tidak langsung juga dikenal sebagai pemberian bagian manfaat atau keuntungan perusahaan setelah dikurangi seluruh pembiayaan (cost), termasuk pembiayaan upah atau gaji untuk seluruh karyawan. Kompensasi tidak langsung diberikan untuk seluruh karyawan karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan karyawan, bukan diberikan atas dasar prestasi karyawan. Jadi, tujuan pemberian program kesejahteraan karyawan lebih berperan sebagai upaya mempertahankan keterikatan karyawan dalam jangka panjang. Kompensasi tidak langsung terdiri dari 2 bentuk, yaitu program kesejahteraan (benefits) dan program pelayanan (services). Masing-masing program tersebut akan dibahas selengkapnya sebagai berikut :
1) Program Kesejahteraan Pada dasarnya program kesejahteraan merupakan uang bantuan lebih lanjut kepada karyawan, seperti pembayaran kepada karyawan
sebatas itu jenis-jenis kesejahteraan. Jenis-jenis kesejahteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kesejahteraan yang bersifat ekonomis, fasilitas, dan pelayanan. Jenis kesejahteraan yang bersifat ekonomis yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis, antara lain uang makan, uang Lebaran (THR), bonus, uang duka kematian, pakaian seragam, dan uang pengobatan. Sedangkan jenis kesejahteraan yang bersifat fasilitas yang diberikan pihak perusahaan, antara lain mushala, gedung olah raga, cuti hamil, dan izin pada umumnya. Sedangkan jenis kesejahteraan yang terakhir, yaitu kesejahteraan yang bersifat pelayanan, pihak Perusahaan Batik Merak Manis tidak menyediakannya untuk para karyawan.
Selain memberikan program kesejahteraan seperti yang telah disebutkan di atas, Perusahaan Batik Merak Manis juga memberikan program kesejahteraan untuk para karyawannya, seperti sumbang menikah, sumbang melahirkan, uang bantuan kecelakaan, inventaris kendaraan (hanya beberapa karyawan saja yang mendapatkan), dan acara makan gratis (jika ada anggota keluarga yang ulang tahun).
Bentuk program kesejahteraan berupa sumbang nikah, sumbang melahirkan, uang duka kematian, uang bantuan sakit, dan uang bantuan kecelakaan diberikan untuk seluruh karyawan tanpa kecuali. Berdasarkan wawancara tanggal 13 Mei 2010, para karyawati bagian showroom mendukung pernyataan di atas sebagai berikut :
“Kalau ada karyawan yang nikahan, ada bantuan dari pabrik, dari pribadi, dan dari teman-teman. Kalau lelayu, juga ada bantuan dari
teman- teman dan pemilik”.
Bantuan tersebut tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi bisa juga dalam bentuk pinjaman mobil perusahaan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa program kesejahteraan yang wajib diberikan perusahaan untuk seluruh karyawannya, antara lain sumbang menikah, sumbang melahirkan, uang bantuan sakit, uang bantuan kecelakaan, dan uang duka kematian atau sumbang lelayu. Tidak hanya bantuan materi saja, tetapi bantuan nonmateri seperti pinjaman mobil juga diberikan pihak perusahaan.
Untuk inventaris kendaraan, hanya beberapa karyawan saja yang mendapatkannya. Pak Badrus selaku manajer dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 menjelaskan bahwa :
“Hanya foreman ke atas (termasuk supervisor) yang mendapat tunjangan transportasi”.
Berbeda dengan pernyataan Pak Badrus di atas, Pak Heri selaku foreman R.2 menuturkan bahwa :
“Inventaris motor hanya untuk karyawan tertentu saja, tergantung dari kepentingan pemilik. Walaupun sudah foreman dan
supervisor , tetapi tidak semua mendapatkan”.
Umumnya, karyawan yang mendapatkan inventaris kendaraan adalah karyawan senior yang sudah lama bekerja di Batik Merak Manis. Ada juga karyawan biasa yang diberi inventaris kendaraan Umumnya, karyawan yang mendapatkan inventaris kendaraan adalah karyawan senior yang sudah lama bekerja di Batik Merak Manis. Ada juga karyawan biasa yang diberi inventaris kendaraan
Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010, Pak Sarpin selaku foreman bagian mbabar, melengkapi pernyataan-pernyataan sebelumnya. Beliau menuturkan bahwa :
“Konsen kendaraan diperuntukkan bagi 8 orang, antara lain saya, Pak Mul, Pak Haryanto, Pak Harno, Pak Sasno, Pak Eko (Gibas), Pak Heri, dan David di bagian showroom. Sedangkan jenis kendaraannya, ada yang Honda, Millenium II, Supra Fit, Smash, Suzuki, dan Supra biasa. Vespa juga ada, tapi masih nganggur.
Saya dapat yang Supra Fit”.
Beberapa karyawan yang mendapatkan kepercayaan khusus dari pemilik menerima inventaris kendaraan masing-masing satu unit. Bahkan masih tersisa satu kendaraan yang belum digunakan. Jadi, antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain tidak saling tunggu ketika akan mengerjakan tugas masing-masing karena tersedia satu kendaraan untuk satu karyawan yang berkepentingan.
Kendaraan tersebut boleh dipakai untuk kepentingan pribadi, tetapi tidak boleh dimiliki. Sebagai contoh, ada karyawan yang akan pulang kampung, maka kendaraan tersebut boleh dibawa pulang. Sedangkan untuk bensin dan spare part, masih dalam wawancara yang sama beliau menuturkan :
“Bensin nanti minta di kasir (bagian showroom). Misal ganti spare part pun, akan dapat ganti dari perusahaan asal ada bon- nya”.
Jadi, untuk biaya pengeluaran sehari-hari seperti bensin dan biaya pemeliharaan seperti spare part, seluruhnya ditanggung oleh perusahaan. Bahkan ketika pulang kampung, jika karyawan menginginkan, mereka bisa minta ganti ke perusahaan. Seluruh pengeluaran terkait kendaraan akan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan jika ada bukti nota atau kuitansi.
Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, pihak perusahaan memberikan THR (Tabungan Hari Raya) dan bingkisan parsel untuk seluruh karyawan. Besarnya THR berbeda-beda antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. Karyawati bagian showroom ada yang mendapatkan THR sebesar Rp 100.000,00; ada juga yang mendapatkan Rp 200.000,00. Karyawati bagian showroom tersebut baru bekerja selama ± 1 tahun. Sedangkan, karyawan bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 20 tahun hanya menerima THR sebesar Rp 150.000,00. Berbeda dengan foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun, beliau mengaku mendapatkan THR ± Rp 1.000.000,00.
Perbedaan besarnya THR antara karyawan yang satu dengan yang lain menjadi kewenangan pemilik sepenuhnya. Berdasarkan analisis penulis, karyawati bagian showroom yang baru bekerja selama ± 1 tahun hanya mendapatkan THR antara Rp 100.000,00-Rp 200.000,00
dapat dinilai sejauh mana loyalitasnya terhadap perusahaan. Sedangkan untuk karyawan bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 20 tahun, tetapi hanya mendapatkan Rp 150.000,00 dapat dinilai dari kecakapan dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Sementara Pak Sarpin selaku foreman bagian mbabar mendapatkan THR yang jauh lebih besar dibandingkan karyawan yang lain karena beliau loyal terhadap perusahaan, jarang absen, giat bekerja, cakap, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.
Selain THR, karyawan Perusahaan Batik Merak Manis juga menerima bonus setahun sekali. Uniknya, bonus tahunan tersebut dikumpulkan dari penyisihan tabungan penjualan produk setiap harinya. Hal tersebut disampaikan Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010 sebagai berikut :
“Perusahaan juga memberikan bonus tahunan untuk karyawan. Bonus tahunan ini diperoleh dari nabung setiap produk yang dijual. Potongan nabung antara produk yang satu dengan yang lain berbeda nominalnya, disesuaikan dengan harga produk tersebut. Sebagai contoh, untuk potongan 1 taplak yang terjual disisihkan Rp 50,00; potongan 1 sprei sebesar Rp 500,00; potongan 1 baju disisihkan Rp 1.000,00; dan potongan untuk 1 kain sutra yang terjual disisihkan Rp 5.000,00. Potongan akan semakin besar jika harga produk semakin mahal. Proses penyisihan ini dimulai dari setelah libur Lebaran samp ai Lebaran lagi tahun berikutnya”.
Bonus tahunan berbeda dengan THR. Jika THR seluruh karyawan menerima, sementara bonus tahunan hanya sebagian yang terpilih yang mendapatkannya. Seperti keterangan yang disampaikan oleh Warsini,
100.000,00; sedangkan bonus tahunannya dapat Rp 150.000,00; padahal waktu kerjanya belum lama, baru sekitar ± 1 tahun.
Oleh karena seluruh masalah yang terkait dengan keuangan, termasuk upah, THR, bonus, dan lain-lain menjadi hak prerogatif pemilik, maka semua ditentukan berdasarkan kebijakan dan kebijaksanaan pemilik.
Program kesejahteraan lain yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis untuk para karyawannya adalah acara makan gratis ketika ada anggota keluarga yang berulang tahun. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010, Pak Heri selaku foreman R.2 membenarkan hal tersebut. Beliau menuturkan bahwa :
“Misal ada keluarga yang ulang tahun, ada makanan ringan yang dibagikan untuk para karyawan atau acara makan-makan. Kadang
jika ada bakso atau bakmi yang lewat depan rumah, dicegat untuk semua karyawan”.
Bahkan, Bu Rosmini seorang karyawati bagian jahit hem dalam wawancara tanggal 15 Mei 2010 menuturkan sebagai berikut :
“Kalau pas Pak Bambang yang ulang tahun, makan-makan gratis dari siang sampai malam”.
Seluruh karyawan yang penulis wawancarai menyatakan hal yang senada dengan kedua pernyataan di atas. Jadi, bentuk rasa syukur dan kebahagiaan anggota keluarga yang sedang berulang tahun dibagikan kepada para karyawan dengan mentraktir mereka makan. Tidak hanya Seluruh karyawan yang penulis wawancarai menyatakan hal yang senada dengan kedua pernyataan di atas. Jadi, bentuk rasa syukur dan kebahagiaan anggota keluarga yang sedang berulang tahun dibagikan kepada para karyawan dengan mentraktir mereka makan. Tidak hanya
“Kalau ada acara ulang tahun, kita pesta makan mbak. Saya kadang dapat kaos dan juga beras ”.
Selain pesta makan, karyawan senior seperti Pak Sarpin terkadang mendapatkan kaos dan beras dari pemilik. Tidak semua karyawan menerima sama seperti yang diterima Pak Sarpin. Hal tersebut diberikan berdasarkan kebijaksanaan pemilik.
Jadi, bentuk program kesejahteraan yang diberikan Perusahaan Batik Merak Manis yang tergolong home industry atau perusahaan keluarga berbeda dengan perusahaan formal lainnya, walaupun sebagian tetap ada yang sama. Inilah uniknya perusahaan home industry yang masih memerhatikan ikatan kekeluargaan antara karyawan dengan pemilik. Program kesejahteraan yang diberikan antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain berbeda karena semuanya ditentukan oleh kebijakan dan kebijaksanaan pemilik.
2) Program Pelayanan Program pelayanan yang disediakan Perusahaan Batik Merak Manis untuk para karyawannya antara lain, asrama, mushala, gedung olah raga, area parkir, toilet, perwakilan seminar, fasilitas pembelian, bantuan pendidikan, gratis makan di HIK (Hidangan Istimewa
halal bi halal. Bantuan perumahan berupa asrama atau mess akan sangat membantu para karyawan. Paling tidak mereka bisa menabung biaya yang seharusnya untuk kos agar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Keberadaan asrama yang dekat dengan pabrik, membuat karyawan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Para karyawan yang tinggal di asrama, antara lain karyawan bagian showroom (toko dan R.2), mbatik (batik tulis), finishing, dan jahit. Dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010, Pak Badrus selaku manajer menjelaskan bahwa :
“Asrama disediakan untuk para karyawan, terutama karyawan yang sudah berkeluarga dan karyawati”.
Karyawan yang tinggal di asrama dan sudah berkeluarga bekerja di bagian finishing. Sedangkan karyawati yang tinggal di asrama terdiri dari karyawati bagian showroom yang masih single serta ibu-ibu bagian mbatik dan jahit.
Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem yang sudah berkeluarga dan tinggal di asrama, dalam wawancara tanggal 15 Mei 2010 menuturkan bahwa :
“Sejak tahun 2001 saya tinggal di asrama mbak, dapat lemari dan kasur seperti anak-anak showroom yang juga tinggal di sini. Air
dan listrik gratis, kalau TV beli sendiri. Berhubung suami saya juga sudah lama bekerja di Merak Manis, jadi sudah dekat dengan pemilik. Dulu suami saya ditawari Pak Bambang tinggal di asrama, dan listrik gratis, kalau TV beli sendiri. Berhubung suami saya juga sudah lama bekerja di Merak Manis, jadi sudah dekat dengan pemilik. Dulu suami saya ditawari Pak Bambang tinggal di asrama,
Pihak perusahaan telah menyediakan asrama dengan segala fasilitasnya, seperti air, listrik, tempat tidur, dan lemari baju. Air dan listrik gratis langsung pakai. Jadi, tinggal di asrama tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Jika menginginkan tambahan alat-alat rumah tangga, seperti televisi misalnya, maka harus membelinya sendiri.
Fasilitas mushala disediakan perusahaan untuk para karyawan atau para tamu yang akan menunaikan ibadah solat. Mushala terletak di area rumah pribadi pemilik, tepatnya ada di belakang showroom. Bagunan mushala tidak berdiri sendiri layaknya mushala pada umumnya. Akan tetapi, hanya berupa ruang terbuka (hampir seperti pendopo) yang digelar karpet di dalamnya dan disediakan mukena serta sajadah. Penulis sendiri pernah menunaikan ibadah solat di mushala tersebut.
Gedung olah raga yang disediakan untuk para karyawan, antara lain fasilitas olah raga voli dan futsal. Lapangan voli berada berdekatan dengan area parkir, sedangkan untuk olah raga futsal ada di gedung tersendiri. Pak Badrus selaku manajer, dalam wawancara tanggal 7 Mei 2010 menjelaskan bahwa :
“Perusahaan menyediakan gedung olah raga untuk voli dan futsal. Voli setiap hari Kamis, sedangkan fu tsal setiap hari Jum‟at”.
futsal. Hal ini disebabkan karena lapangan voli sudah tersedia di dekat area parkir sehingga tidak perlu membangun lapangan baru. Sedangkan futsal merupakan olah raga baru di Merak Manis sehingga diperlukan bangunan gedung baru sebagai tempat olah raga tersebut.
Area parkir untuk pengunjung Batik Merak Manis terletak berdekatan dengan lapangan voli. Sedangkan toilet ada di bagian belakang showroom. Untuk perwakilan seminar, Pak Heri selaku foreman R.2 pernah diutus Pak Bambang selaku pemilik untuk mengikuti seminar housekeeping. Dalam seminar tersebut dijelaskan bagaimana bangunan pabrik yang layak dan sehat itu. Untuk kasus bangunan pabrik Batik Merak Manis yang dahulunya rumah pribadi, tentunya kurang layak digunakan sebagai pabrik. Jadi, dibutuhkan pembenahan di beberapa bagian, misalnya saja bagian penerangan. Ruangan yang seharusnya menggunakan lampu dengan watt yang besar dapat disiasati dengan mengganti genteng menjadi kaca sehingga dapat mengurangi penggunaan dengan banyak lampu. Hasil rekomendasi seminar tersebut ditindaklanjuti oleh pemilik dengan beberapa perbaikan.
Program pelayanan berupa fasilitas pembelian artinya perusahaan memberikan potongan atau diskon atau korting kepada karyawan yang membeli produk Batik Merak Manis. Besar potongan disesuaikan dengan harga produk yang dibeli. Besar potongan untuk tiap-tiap Program pelayanan berupa fasilitas pembelian artinya perusahaan memberikan potongan atau diskon atau korting kepada karyawan yang membeli produk Batik Merak Manis. Besar potongan disesuaikan dengan harga produk yang dibeli. Besar potongan untuk tiap-tiap
“Ada kortingan jika beli, tetapi sedikit, cuma Rp 1.500,00”.
Berbeda dengan Pak Sarpin, seorang foreman bagian mbabar. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 menambahkan :
“Saya sok dapet kortingan belanja, misal ada titipan hem dari rumah. Misal belanja Rp 50.000,00; pas ada „bos‟ biasanya cuma disuruh bayar Rp 20.000,00 atau Rp 25.000,00”.
Jadi, fasilitas pembelian berupa potongan khusus untuk karyawan besarnya berbeda-beda tergantung kebijaksanaan pemilik.
Bantuan pendidikan diberikan pemilik untuk membantu karyawan yang akan memasukkan anaknya sekolah. Karyawati bagian showroom menuturkan bahwa pemilik memberi bantuan masuk sekolah hanya untuk karyawan lama. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun, dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 menjelaskan bahwa :
“Waktu anak saya masuk STM, saya dapat bantuan dari Pak Bambang Rp 600.000,00. Sedangkan waktu anak saya masuk
kuliah, dapat bantuan lagi Rp 1.000.000,00”.
Berbeda dengan Pak Sarpin, Pak Mul selaku supervisor yang sudah bekerja selama ± 25 tahun, dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 menuturkan bahwa :
“Ketika saya masukin anak sekolah, saya hanya dipinjami pemilik, tidak dikasih”.
Walaupun waktu kerja Pak Mul lebih lama dibandingkan dengan Pak Sarpin, tetapi bantuan pendidikan yang diterima lebih banyak Pak Sarpin. Perbedaan tersebut disebabkan karena kelonggaran dan kebijakan pemilik yang tidak sama untuk karyawan yang satu dengan karyawan yang lain.
Fasilitas HIK (Hidangan Istimewa Kampung) ada karena di depan rumah Pak Bambang selaku pemilik ada penjual HIK yang berjualan hampir setiap malam. Dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010, Pak Bambang menuturkan bahwa :
“Setiap malam HIK depan rumah dilarisi karyawan. Kadang saya sampai bayar Rp 50.000,00; biasanya karyawan beli rokok dan lain- lain”.
Pernyataan Pak Bambang di atas dibenarkan oleh Pak Wastono, seorang karyawan di bagian mbabar. Dalam wawancara tanggal 15 Mei 2010 beliau menambahkan :
“Jika Pak Bambang ada, sering dibayari wedang dan rokok”.
Hal senada juga disampaikan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang tinggal di pabrik. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :
“Kalau malam gini kan kita sudah ga ada kerjaan mbak, jadi nongkrong di sini (di depan rumah Pak Bambang) sambil jaga rumah, nonton TV dan nunggu yang jual HIK datang. Pas Pak “Kalau malam gini kan kita sudah ga ada kerjaan mbak, jadi nongkrong di sini (di depan rumah Pak Bambang) sambil jaga rumah, nonton TV dan nunggu yang jual HIK datang. Pas Pak
ga ada satpam, jadi ibaratnya kita yang nongkrong di depan ini skalian jaga rumah”.
Pak Bambang selaku pemilik sering mentraktir karyawan di HIK depan rumah sebagai bentuk terima kasih beliau terhadap para karyawannya karena telah menjaga rumah beliau.
Seluruh karyawan Perusahaan Batik Merak Manis mendapatkan seragam kerja. Hal tersebut didukung oleh pernyataan para karyawati bagian showroom. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 mereka menuturkan bahwa :
“Dari perusahaan kasih kita seragam dan celana kain mbak. Sekarang celana harus kain, ga boleh jeans ”.
Berbeda dengan Pak Sarpin, dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau menuturkan bahwa :
“Seragam sok dapet, sok ga dapet juga mbak”.
Pada dasarnya seluruh karyawan mendapatkan seragam kerja. Akan tetapi, berbeda dengan Pak Sarpin. Berhubung beliau bekerja di bagian mbabar yang tempat kerjanya selalu basah dan kotor, maka seragam kerja di bagian mbabar bukan menjadi hal yang utama sehingga Pak Sarpin kadang dapat seragam kerja, kadang juga tidak.
Selain seragam kerja, Pak Sarpin juga sering dapat pakaian bekas dari Pak Bambang. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau
“Saya sering dikasih hem, kaos, dan celana bekas Pak Bambang. Daripada saya beli baju bekas di luar, masih bagus bekasnya Pak
Bambang karena bajunya mahal-mahal. Kebetulan ukuran celana saya sama dengan Pak Bambang”.
Pak Sarpin sering mendapatkan keistimewaan dari pemilik dibandingkan dengan karyawan yang lain karena hubungan personal yang dekat diantara keduanya.
Bingkisan Lebaran atau sering disebut parsel diberikan pihak perusahaan untuk seluruh karyawan bersamaan dengan pemberian THR. Rata-rata seluruh karyawan menerima dengan bagian yang sama, tetapi ada sedikit perbedaan untuk karyawan baru dan karyawan lama. Dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010, Pak Bambang selaku pemilik menuturkan bahwa :
“Untuk karyawan biasa, tiap Lebaran dikasih THR, celana 1, baju
1. Sedangkan untuk 20 karyawan dengan posisi penting, dapat tambahan baju, istri karyawan lama dapat lungsuran baju dari saya, istri saya, dan keluarga”.
Warsini, wakil foreman R.2 yang baru bekerja selama ± 1 tahun, dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 mengungkapkan hal senada dengan pemilik :
“Setiap karyawan dapat parsel mbak, isinya roti, beras, dan baju”.
Berbeda dengan Warsini, Pak Sarpin yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun memberikan keterangan. Dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010, Pak Sarpin menerangkan bahwa :
“Ya, biasanya dapat parsel. Untuk isinya ada roti, beras, dan baju. Baju yang diberikan tidak hanya untuk saya, tetapi istri, anak, dan
bapak mertua saya juga dapat. Saya dapat hem 2 dan celana 1, istri saya dapat 1 stel, anak saya dapat hem 1, bapak mertua saya juga hem 1”.
Perbedaan isi parsel antara Warsini dan Pak Sarpin disebabkan karena mereka berbeda lama kerjanya. Pak Sarpin sebagai karyawan senior menerima isi parsel lebih banyak dibandingkan Warsini yang masih merupakan karyawan baru.
Setiap setahun sekali, setelah karyawan libur Lebaran selama ± 2 minggu lamanya, diadakan acara halal bi halal antar karyawan dan pemilik Perusahaan Batik Merak Manis. Sebelumya acara pernah diadakan di Hotel Diamond, tetapi untuk tahun kemarin diadakan di area parkir Perusahaan Batik Merak Manis. Di area tersebut dibangun panggung untuk acara hiburan para karyawan. Dalam acara tersebut juga disediakan doorprize untuk mereka. Mekanismenya diundi melalui kupon yang dibagikan bersamaan dengan pemberian parsel. Macam-macam hadiah untuk doorprize antara lain, televisi, mesin cuci, sepeda gunung, sprei, daster, hem, dan lain-lain. Sedangkan untuk biayanya, Pak Bambang selaku pemilik dalam wawancara tanggal 9 Februari 2010 menjelaskan bahwa :
“Biaya diperoleh dari sistem nabung dengan menyisihkan potongan harga tiap produk yang terjual dan dikumpulkan selama
± 1 tahun”.
bi halal diperoleh dari proses menabung selama ± 1 tahun. Proses menabung tersebut dilakukan dengan cara menyisihkan potongan harga setiap produk yang terjual. Semakin mahal harga produknya, maka semakin besar potongannya. Pengumpulan dimulai setelah libur Lebaran dan berakhir saat Lebaran tahun berikutnya.
Acara halal bi halal didahului dengan pengajian, kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan dangdutan, dan yang terakhir pengundian doorprize. Dalam wawancara yang berbeda, Pak Sarpin selaku foreman bagian mbabar dan Pak Wastono seorang karyawan bagian mbabar, mengaku pernah mendapatkan doorprize sepeda gunung. Pengundian doorprize menggunakan kupon yang dibagikan pemilik kepada seluruh karyawan bersamaan dengan pembagian parsel. Jadi, faktor luck atau keberuntungan yang menentukan karyawan mendapatkan doorprize atau tidak.