Permasalahan Pengembangan Perikanan Tangkap
5.3. Permasalahan Pengembangan Perikanan Tangkap
Permsalahan pengembangan perikanan tangka Kabupaten adalah :
a. Kerusakan Mangrove di Kawasan Pesisir Hutan mangrove di Kabupaten Langkat telah mengalami kerusakan,
dari potensi semula yang dimiliki seluas 35.000 hektar dan 25.300 hektar
(72,29%) telah mengalami kerusakan yang juga tersebar sampai pada kawasan hutan Karang Gading, Belawan dan Percut PSKPL-IPB (2002).
Penyebab utama: Penebangan mangrove untuk kebutuhan pembuatan arang.
Konversi lahan mangrove untuk pertambakan dan perkebunan kelapa sawit.
Akibat yang ditimbulkan: Penurunan luasan hutan mangrove.
Penurunan kualitas air di perairan. Penurunan hasil tangkapan nelayan. Terjadinya erosi pantai.
b. Penurunan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Di Kabupaten Langkat terdapat 18.123 orang nelayan dengan alat
tangkap pukat pantai, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring klitik,serok, pancing, jermal dan alat pengumpul kerang, baik dengan kapal motor ataupun tidak menggunakan kapal motor sama sekali. Armada kapal penangkapan ikan yang digunakan lebih banyak perahu tanpa motor sedangkan kapal dengan motor sebagian besar berukuran kurang dari 5 GT dengan hasil tangkapan yang cenderung menurun dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini yaitu sekitar 5,17 kg/trip/hari.
Penyebab utama:
Tidak terkontrolnya peningkatan dan jumlah jenis alat tangkap. Tidak dipatuhinya jalur-jalur penangkapan ikan yang telah
ditetapkan. Kurangnya pengawasan instansi terkait terhadap pengelolaan usaha budidaya perikanan.
Akibat yang ditimbulkan:
Aktivitas penangkapan illegal, seperti penggunaan trawl, bahan
peledak dan bahan berbahaya. Konflik antara nelayan dengan nelayan daerah lain serta nelayan
asing yang melanggar jalur penangkapan. Produktivitas lahan budidaya perikanan mengalami penurunan.
c. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang rendah di kawasan
pesisir erat hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat baik formal maupun non-formal, yang juga dipengaruhi oleh rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan kualitas SDM masyarakat pesisir.
Rendahnya tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Pengembangan kedua hal tersebut tersendat-sendat karena sangat minimnya sarana dan prasarana yang tersedia di wilayah pesisir.
Penyebab utama: Rendahnya taraf pendidikan masyarakat pesisir akibat kurangnya
sarana dan prasarana pendidik, termasuk kurangnya tenaga guru.
Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman akibat minimnya sarana dan prasana kesehatan, termasuk kurangnya tenaga medis.
Akibat yang ditimbulkan: SDA wilayah pesisir belum dimanfaatkan secara optimal serta
kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Sanitasi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir masih buruk. Partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
masih rendah.
d. Kurangnya Fungsi Kelembagaan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan wilayah pesisir
tidak terlepas dari rendahnya kualitas sumberdaya manusia baik dikalangan masyarakat maupun aparat lembaga yang terkait. Hal ini tercermin dari sikap dan pengetahuan masyarakat, misalnya yang berhubungan dengan peraturan perundangan tentang konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya dan tentang pengelolaan lingkungan hidup. Sehingga sering menimbulkan masalah, misalnya pemanfaatan sumberdaya pesisir dengan cara merusak (penggunaan bom dan racun), pelanggaran jalur-jalur penangkapan dan penebangan mangrove secara liar.
Penyebab utama: Rendahnya kualitas sumberdaya manusia pelaksananya.
Terlalu diutamakannya kepentingan sektoral. Tidak transparannya proses pembuatan produk hukum.
Akibat yang ditimbulkan: Meningkatnya penggunaan cara-cara yang tidak berwawasan
lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir. Terjadinya konflik kepentingan antara pengguna SDA wilayah pesisir. Terjadinya konflik kewenangan antar instansi.
Disampinng itu permasalahan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Langkat untuk mendukung program agromarinepolitan adalah :
a. Lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kabupaten Langkat, yang sebagian besar adalah nelayan tradisional sehingga mereka tidak berdaya untuk mengembangkan usahanya
b. Padatnya penangkapan ikan yang beroperasi diperairan pantai dan rendahnya tingkat kemampuan kompetitif nelayan setempat tak jarang menimbulkan konflik sosial diantara nelayan.
c. Adanya pelanggaran terhadap jalur-jalur penangkapan ikan serta kurangnya sarana operasional dan aparatur yang bertugas dalam hal pengawasan dan penertiban kegiatan penangkapan ikan dilaut.
d. Adanya penggunaan alat tangkap yang dilarang seperti trawl (pukat harimau) dan pemakaian alat tangkap modifikasi yang teknisnya masih sama dengan alat tangkap trawl. Ini berpotensi menimbulkan konflik antara nelayan skala kecil dengan nelaya yang memakai alat tangkap tersebut dan juga alat tangkap dapat menyebabkan rusaknya habitat hidup dan habisnya populasi ikan.
e. Semakin berkurangnya hasil tangkapan diakibatkan semakin berkurangnya populasi ikan dan pemanfaatan sumberdaya yang tidak menjaga kelestarian/secara berkelanjutan.
f. Tingginya harga bahan bakar minyak mengakibatkan nelayan membutuhkan biaya yang tinggi pada saat operasional kelaut