Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Pada PT.Prudential Life Assurance Cabang Medan Mengenai Kecelakaan Patah Tulang

(1)

KECELAKAAN PATAH TULANG

TESIS

Oleh

R U K A Y A H

117011101/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KECELAKAAN PATAH TULANG

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

R U K A Y A H

117011101/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

TULANG Nama Mahasiswa : RUKAYAH Nomor Pokok : 117011101

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum


(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : RUKAYAH

Nim : 117011101

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG

POLIS ASSURANSI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE

ASSURANCE CABANG MEDAN MENGENAI

KECELAKAAN PATAH TULANG

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :RUKAYAH Nim :117011101


(6)

mungkin akan menimpa dirinya sendiri, barang-barang miliknya maupun keluarganya. Risiko yang ada tersebut bersifat tidak pasti. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.

Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan, bagaimana bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan, hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah pendekatan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan jika mengalami peristiwa atau resiko termasuk meningga dunia yang ditanggung oleh perusahaan asuransi (penanggung), maka penanggung akan memberi ganti kerugian berupa santunan, yang merupakan hak dari tertanggung. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti rugi itu merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian karena kecelakaan. Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kecelakaan diri dapat berasal dari pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Hambatan muncul karena kurang adanya komunikasi para pihak dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya masing-masing. Hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir dengan memaksimalkan tugas agen, staf pemasaran asuransi dalam menginformasikan hal-hal penting dalam polis pada saat awal penutupan asuransi, sehingga pada saat klaim diharapkan dapat mengurangi perselisihan.


(7)

him/herself, his/her own properties or families even though the risk is uncertain. Human being as God’s creation with his/her intellect and wisdom tries to find a way to make the uncertainty in his/her life turn into the certainty. One of the ways to solve the risk is by transferring the risk to the other party. Currently, the party that is taking the risk and able to manage the risk is the insurance company.

The research questions of this study were how the legal protection system was applied and provided by PT. Prudential Life Assurance Medan Branch to the accident insurance policy holder, how PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled and gave the claim and compensation to the injured accident insurance policy holder, and how the customers and PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled the constraints appeared if the claim was not met.

The data for this descritpive analytical study with empirical juridical approach are the primary and secondary data. The data obtained were qualitatively analyzed and then was presented in the form of scientific written report.

The result of this study was that if the accident insurance policy holder experiences any event or risk including passing away, the expenses will be borned by the insurance company (guarantor), the insurance company will pay a compensation as the right of the insured. Yet, the obligation of giving compensation is conditional depending on whether or not the accident or event insured really occurs and inflicts a loss due to the accident. The constraints stated in the implementation of personal accident imsurance agreement can be originated from either the guarantor or the insured. The constraint s exist due to lack of communication between the parties in implementing the own rights and responsibilities. The constraints can be minimized by minimizing the task of the agent, insurance marketing staff in informing the important things in the policy at the beginning of insurance coverage that it is expected to be able to minimize the dispute at that time of the claim.


(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI PADA PT.PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN MENGENAI KECELAKAAN PATAH TULANG”. Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajarBapakProf. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, BapakProf. Dr. Suhaidi, SH, MH dan Bapak

Prof. Dr. Runtung, SH. M.Humselaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini. Dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. BapakProf. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. 3. BapakProf. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi


(9)

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.

5. Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta Almarhum H. Amir Hasan Ginting &Hj. Fatimah Zahara Sembiring orang yang paling penulis hormati dan cintai yang telah banyak memberi penulis limpahan cinta, doa dan kasih sayang yang tak jemu-jemu memberi nasehat, semangat, motivasi, dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini Terimakasih juga kepada kakak-kakak saya tercinta, RAHIMAH GINTING,

SE, MARDIAH GINTING, S.SOS, ZOLIYANA AWANG, Dr. Hj.

KAMALIAH GINTING, juga untuk keponakanku sibuah hati tercintaALISSA ZAHRA BERU KARO-KARO, WINDA AULIA SIREGAR, HARI UMAR SIREGAR, TIKA HABZARA, MUTIARA RULFI, Juga kepada seluruh Teman-temanqu Dini, abg Johan, Ayu, Putri, Reza, bapak Udin dan lain-lain. 6. Teman-teman di SMA Swasta Kartika Jaya 1-1 medan,dan Teman-teman di

Universitas Islam Sumatera Utara, Notaris/PPAT Anita Gloria Simanjuntak, SH, dan pada Pimpinan Marketing PT. Prudential Life Asuransi dan Buat kakak Ira sebagai Agen asuransi diprudential, terimakasih buat doa, suport dan semangatnya kepada saya.

7. Rekan-Rekan Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 khususnya GRUP B yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan pendidikan dan pelatihan, semoga sukses untuk kita semua. Serta seluruh teman-teman penulis yang nama-namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

9. Dan tidak lupa juga seluruh staf dan pegawai di Fakultas Hukum, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Perpustakaan Pusat USU, dan juga staf di pusat dokumen dan informasi hukum atas segala bantuannya

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, November 2013 Hormat Penulis,


(11)

Nama : RUKAYAH,SH, MKn

Umur : 30 Tahun

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 27 September 1983 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.300 P. Bulan Medan Hanphone : 081376083698/ 08116072498

II. PENDIDIKAN FORMAL:

Tahun 1996 : SD PDI Swasta Medan, Berijazah

Tahun 1999 : Madrasah Tsanawiyah Al- Masruriah, Berijazah Tahun 2002 : SMA Kartika Jaya 1-1 Medan, Berijazah

Tahun 2006 : Tamat Fukultas Hukum- UISU (S1 )Medan, Berijazah

Tahun 2013 : Tamat Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

Tahun 1999 : Kursus / Pelatihan Bahasa Inggris Yanada Tahun 2001 : Kursus / Pelatihan bahasa Inggris CEL Tahun 2007 : Kursus/ Pelatihan komputer Tricom Tahun 2013 : Kursus / Pelatihan toefl

Tahun 2011 : Dialog Publik Hukum Pertanahan

Tahun 2008 : Kursus / Pendidikan Pengobatan Tradisional Indonesia (YAPEPTRI)

Tahun 2011 : Dialog tentang Kesehatan dan Pengobatan

Tradisional dengan Departemen Kesehatan di Kota Medan

Tahun 2012 : Dialog Tentang studi kelayakan Obat Tradisional dan Pendaftaran hak Paten dari Badan Hukum dari Kejaksaan Tinggi Negeri Medan

Tahun 2013 : Pendidikan dan Pelatihan Dibidang Perkoperasian Bagi Notaris

Tahun 2014 : Pendidikan dan Pelatihan Perbankan Syariah Bagi Calon Notaris dan Notaris


(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR ISTILAH ASING ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsional ... 22

G. Metode Penelitian ... 23

BAB II SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI KECELAKAAN ... 27

A. Asuransi Secara Umum ... 27

B. Asuransi Kecelakaan ... 46

C. Sistem Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Kecelakaan Oleh PT. Prudential ... 51


(13)

A. Gambaran Umum PT Prudetial Life Assurance ... 64

B. Proses Melakukan Klaim Asuransi Kecelakaan ... 68

C. Penolakan Klaim Asuransi Kecelakaan ... 73

D. Akibat Hukum Penolakan Klaim ... 83

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN NASABAH DAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN UNTUK MENGATASI HAMBATAN APABILA KLAIM TIDAK TERPENUHI... 92

A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Asuransi Kecelakaan di PT. Prudetial Life Assurance Kantor Cabang Medan ... 92

B. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kecelakaan dan Upaya Penyelesaiannya di PT. Prudetial Life Assurance ... 100

C. Upaya Mengatasi Hambatan Jika Klaim Tidak Dibayar... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114


(14)

HAM : Hak Asasi Manusia.

KUHD : Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

KTP : Kartu Tanda Penduduk

PAA : PRUlink Assurance Account

PAD : PRUpersonal Accident Death

PADD : PRUpersonal Accidenth Death & Disablement

PIA : PRUlink Investor Account

PRU HS : PRUhospital & Surgical

SK : Santunan Kecelakaan

SPAJ : Surat Perjanjian Asuransi Jiwa


(15)

Accidental death : Meninggal secara kecelakaan. Assumption or retention : Menerima resiko

Avoidance : Menghindari resiko

Beneficiary : Ahli Waris

Border line insurance product : Produk asuransi yang berada di garis batas pemasaran perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian.

Causalitiet Principle : Prinsip Sebab Akibat

Cover note : Nota penutupan

Death Benefit : Manfaat Meninggal

Die too soon : Meninggal terlalu cepat Doctrine research : Penelitian doctrinal

Ekspirasi : Klaim habis kontrak

Evenement : Kejadian

Facts of law : Fakta-fakta hukum

Homogeanus exposure : Resiko-resiko yang dapat diasuransikan Insurance minded : Dalam asuransi

Lapsed : Berhenti berlaku karena lewat waktu

Lawyer : Pengacara/advokat

Legal cause : Kausa yang dibolehkan

Level premium : Premi merata

Liability risk : Resiko tanggung jawab Library research : Studi kepustakaan Live too long : Hidup terlalu lama


(16)

Medical check up : Pemeriksaan kesehatan Natural death : Meninggal secara alamiah. Natural premium : Premi meningkat

No loss : Tidak adanya kerugian

Policy Holder : Pemegang Polis

Prevention : Mencegah resiko

Rate : Persentase

Risk avoiding : Penghindaran resiko Schade-Verzekering : Asuransi ganti kerugian Somen-Verzekering : Asuransi sejumlah uang Personal accident : Asuransi kecelakaan diri Persoonsverzekering : Asuransi pribadi

Personal : Pribadi

Personal risk : Resiko perorangan atau pribadi Property risk : Resiko harta kekayaan

Principle of Insurable Interest : Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan.

Pure risk : Resiko murni

Riders : Manfaat tambahan

Risk controlling : Pengurangan atau pengawasan resiko Risk transfering : Memindahkan resiko

Risk transfer theory : Teori pengalihan resiko Self insurance : Menanggung sendiri resiko Single premium : Premi tunggal


(17)

The Insured Person : Tertanggung Transfer of risk : Mengalihkan resiko Uncertainty of financial loss : Kerugian yang tidak pasti

Uncertainty : Ketidakpastian

Utmost Good Faith : Prinsip itikad terbaik Varia-Verzekering : Asuransi Varia

Verzekering : Pertanggungan.

Verzekaar : Penanggung


(18)

mungkin akan menimpa dirinya sendiri, barang-barang miliknya maupun keluarganya. Risiko yang ada tersebut bersifat tidak pasti. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.

Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan, bagaimana bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan, hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah pendekatan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan jika mengalami peristiwa atau resiko termasuk meningga dunia yang ditanggung oleh perusahaan asuransi (penanggung), maka penanggung akan memberi ganti kerugian berupa santunan, yang merupakan hak dari tertanggung. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti rugi itu merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian karena kecelakaan. Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kecelakaan diri dapat berasal dari pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Hambatan muncul karena kurang adanya komunikasi para pihak dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya masing-masing. Hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir dengan memaksimalkan tugas agen, staf pemasaran asuransi dalam menginformasikan hal-hal penting dalam polis pada saat awal penutupan asuransi, sehingga pada saat klaim diharapkan dapat mengurangi perselisihan.


(19)

him/herself, his/her own properties or families even though the risk is uncertain. Human being as God’s creation with his/her intellect and wisdom tries to find a way to make the uncertainty in his/her life turn into the certainty. One of the ways to solve the risk is by transferring the risk to the other party. Currently, the party that is taking the risk and able to manage the risk is the insurance company.

The research questions of this study were how the legal protection system was applied and provided by PT. Prudential Life Assurance Medan Branch to the accident insurance policy holder, how PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled and gave the claim and compensation to the injured accident insurance policy holder, and how the customers and PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled the constraints appeared if the claim was not met.

The data for this descritpive analytical study with empirical juridical approach are the primary and secondary data. The data obtained were qualitatively analyzed and then was presented in the form of scientific written report.

The result of this study was that if the accident insurance policy holder experiences any event or risk including passing away, the expenses will be borned by the insurance company (guarantor), the insurance company will pay a compensation as the right of the insured. Yet, the obligation of giving compensation is conditional depending on whether or not the accident or event insured really occurs and inflicts a loss due to the accident. The constraints stated in the implementation of personal accident imsurance agreement can be originated from either the guarantor or the insured. The constraint s exist due to lack of communication between the parties in implementing the own rights and responsibilities. The constraints can be minimized by minimizing the task of the agent, insurance marketing staff in informing the important things in the policy at the beginning of insurance coverage that it is expected to be able to minimize the dispute at that time of the claim.


(20)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Manusia pada hakekatnya tidak menginginkan terjadinya suatu bencana yang menimpa dirinya, tetapi disadari ataupun tidak disadari bahwa manusia tidak mungkin dapat menghindar jika musibah atau bencana tersebut datang menimpa diri manusia.

Lalu lintas perdagangan dan dalam kehidupan sosial yang serba modern, asuransi mempunyai peranan yang penting. Walaupun memang diakui bahwa asuransi belum begitu merata dan tersebar di masyarakat dalam arti bahwa masyarakat belum ikut serta dalam asuransi(insurance minded).Namun demikian di

dalam perkembangan kehidupan sehari-hari yang serba kompleks terutama bagi perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang mengharapkan hari esok yang lebih cerah dari hari ini, asuransi adalah merupakan suatu keharusan sebagaimana dikemukakan Abdulkadir Muhammad :

Harus diakui bahwa asuransi belum begitu merata dan tersebar di masyarakat dalam arti bahwa masyarakat belum ikut serta dalam asuransi (insurance minded).Namun demikian di dalam perkembangan kehidupan sehari-hari yang serba kompleks terutama bagi perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang mengharapkan hari esok yang lebih cerah dari hari ini, asuransi adalah merupakan suatu keharusan.1

1 Abdulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, 2000,


(21)

Memenuhi kebutuhan hidupnya seseorang menghadapi kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menyebabkan berkurangnya nilai ekonomi, baik bagi dirinya sendiri mupun bagi keluarganya. Peristiwa itu dapat merupakan resiko bagi manusia yang tidak dapat diduga sama sekali. Memandang akan terjadi suatu hal yang kemungkinan akan menimpa seseorang, maka untuk menanggulanginya jika musibah tersebut terjadi dibuat dalam bentuk asuransi kecelakaan.

Resiko tidak lain adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa di luar kesalahannya, misalkan: rumah seseorang terbakar sehingga pemiliknya mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus ditanggung pemiliknya. Resiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial

loss), di dalamnya terdapat dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian.2 Karena

besarnya resiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa di luar kesalahan pemiliknya, resiko ini dapat dialihkan pada perusahaan asuransi kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan resiko ini diimbangi dalam bentuk pembayaran premi pada perusahaan asuransi kerugian (penanggung) setiap bulan atau tahun bergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis. Manfaat peralihan resiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung).

2

Yusuf Shofie,Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal.179


(22)

Resiko dapat timbul akibat peristiwa-peristiwa sebagai berikut :3

1. Meninggal dunia (loss of life) baik secara alamiah (natural death) seperti meninggal dunia usia muda karena sakit, kecelakaan(accidental death). 2. Cacat badan karena sakit.

3. Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan. 4. Umur tua.

Manusia dalam hidupnya selalu dalam ketidakpastian dan berusaha mengganti ketidakpastian tersebut menjadi kepastian yang maksimal dengan asuransi, ingin mengganti ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian financial menjadi kepastian finansial, semua ketidakpastian inilah yang disebut resiko.

Resiko adalah sebagai adanya ketidakpastian atas terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan suatu kerusakan atau kerugian ataupun turunnya nilai suatu objek atau sebagai ketidakpastian atas kerugian di masa datang akibat ketidakmampuan meramalkan peristiwa tersebut ataupun besarnya kerugian akibat peristiwa tersebut.4

Umumnya dilihat dari sudut asuransi, setiap peristiwa yang tidak sengaja, yang dapat membawa kerugian pada kekayaan adalah bahaya atau resiko. Resiko,

seperti biasa dalam bahasa sehari-hari, adalah kemungkinan akan rugi.5

Bahaya atau resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan tidak tentu, suatu keadaan terancam oleh peristiwa yang demikian. Pada overdracht, maka dengan bahaya atau resiko ditunjukan peristiwa itu sendiri.

Asuradur menanggung akibat finansial dari terjadinya peristiwa yang tidak tentu,

3 Zulfajri. Asas Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah dalam Asuransi Syariah, Tesis

Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006, hal.22.

4

Sonni Dwi Harsono, Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi, Jakarta Insurance Institue, Jakarta, 1984, hal. 3.


(23)

maka untuknya bahaya atau resiko adalah kemungkinan yang dihadapinya untuk membayar (kemungkinan kerugian). Kemungkinan kerugian ini adalah obyek dari perjanjian.6

Ketidakpastian yang menimbulkan resiko-resiko itu selalu dihadapi manusia, maka diperlukan upaya-upaya tertentu mengelola resiko agar bisa dihindarkan adanya kerugian yang terlalu besar. Upaya pengelolaan resiko ini dapat berupa: penghindaran resiko(risk avoiding), menanggung sendiri resiko (self insurance), pengurangan atau

pengawasan resiko(risk controlling)serta memindahkan resiko(risk transfering).7

Usaha mengalihkan resiko itu baru dirasakan sasarannya setelah tujuan mengalihkan resiko itu dilakukan melalui suatu perjanjian yang khusus diadakan untuk itu, yaitu perjanjian pertanggungan atau dalam praktek perusahaan pertanggungan lebih banyak dikenal dan dipakai dengan kata asuransi.8 Pengertian Pertanggungan pada umumnya diatur dalam KUHPerdata Pasal 246 yang berbunyi sebagai berikut:

Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.9

Santoso Poedjosoebroto memberikan pengertian asuransi sebagai berikut :

6Ibid, hal.146

7Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum Universitas Medan Area,

Medan, 2001, hal. 87.

8

Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 6.

9HMN. Purwosujipto,Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pertanggungan,


(24)

Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti yang disebut dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi mengenai hidup, kesehatan atau validiteitseorang tertanggung.10

Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.11

HMN. Purwosujipto menyebutkan :

Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan/atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar premi.12

Perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian disebutkan :

10

Santoso Projosoebroto,Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991, hal. 42.

11Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian 12HMN. Purwosujipto,Op.Cit, hal. 42.


(25)

Polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya.13

Berdasarkan ketentuan pasal di atas, maka dapat dipahami bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interprestasi, sehingga mempersulit tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Di samping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi.14

Adanya perjanjian pertanggungan ini seseorang dapat sedikit lega terhadap resiko yang mungkin terjadi atas jiwa, kesehatan, barang/hartanya. Peralihan resiko ini tidak terjadi begitu saja tanpa adanya kewajiban apa-apa dari pihak yang mengalihkan. Hal ini harus diperjanjikan terlebih dahulu. Sebagai imbalan dari peralihan resiko ini maka di dalam perjanjian pertanggungan, pembayaran premi adalah menjadi suatu keharusan. Premi itu adalah menjadi kewajiban bagi tertanggung dan menjadi hak dari penanggung.15

13Lihat Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3506).

14

K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara, Mandar Madju, Bandung, 2011, hal.55.

15Djoko Prakoso, dan I. Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,


(26)

Penanggung sebagai pihak yang menerima peralihan resiko, mengikatkan diri untuk mengganti kerugian apabila itu benar-benar menjadi suatu kenyataan. Untuk kewajiban inilah penanggung membebani kewajiban kepada tertanggung, untuk membayar premi. Premi itu sangat penting dibutuhkan untuk jalannya perusahaan pertanggungan yang sehat. Adanya premi merupakan syarat mutlak bagi penanggung sebagai perusahaan pertanggungan. Yang menetapkan jumlah premi adalah penanggung berdasarkan perhitungan kemungkinan dan statistik. Di dalam praktek pengetahuan mengenai hal tersebut sudah berkembang sebagai pengetahuan tersendiri yang dikenal dengan pengetahuan aktuaria dan orang-orang memiliki pengetahuan tersebut dinamakan aktuaris.

Pertanggungan yang tujuannya adalah semata-mata untuk mengganti kerugian, maka nilai dari benda yang dipertanggungkan itu adalah penting untuk diketahui. Di dalam keadaan di mana terjadi kehilangan seluruhnya, maka nilai itulah yang harus diganti, dan kalau terjadi keadaan yang menimbulkan kerugian maka jumlah kerugian itu haruslah diperhitungkan menurut nilai itu.16

Adanya peranan asuransi itu, maka nampak pula manfaatnya bagi kelancaran dan kelanjutan usaha pembangunan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, manfaatnya adalah sebagai berikut :17

16Emmy Pangaribuan Simanjutak,Hukum Pertanggungan (Pokok Pertanggungan Kerugian

Kebakaran dan Jiwa), Seri Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990, hal. 70

17Asrel Idjard dan Nico Ngani,Seri Hukum Dagang : 1, Profil Peransuransian di Indonesia,


(27)

1. Asuransi itu memberikan rasa terjamin atau terlindungi dalam menjalankan usaha.

2. Asuransi menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan.

3. Asuransi cenderung kearah perkiraan atau penilaian biaya yang layak.

4. Asuransi merupakan dasar pertimbangan atau persyaratan dari pemberi suatu kredit.

5. Asuransi ikut serta mengurangi kerugian.

6. Asuransi itu menguntungkan masyarakat umum.

Banyak perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis asuransi yang dapat digunakan atau dimiliki oleh setiap masyarakat, salah satunya seperti yang terdapat pada PT. Prudential Life Assurance,18. Salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan adalah asuransi kecelakaan diri (personal

accident) akibat kecelakaan lalu lintas. Asuransi kecelakaan diri (personal accident)

menjamin resiko kematian, cacat tetap, cacat sementara, biaya perawatan dan atau pengobatan yang secara langsung disebabkan oleh suatu kecelakaan. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diharapkan, terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga, tidak disengaja, datangnya dari luar, bersifat kekeerasan dan kasat mata.19

Perjanjian asuransi, sering timbul permasalahan yang berupa perilaku para pengusaha cenderung menyalahfungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, yang melatarbelakangi penyiapan draft-draft perjanjian asuransi dalam bentuk tercetak,

menjadi kontrak-kontrak yang secara situasional atau teknis diupayakan bersifat baku dengan tujuan untuk melindungi kepentingan setiap pelaku usaha, termasuk untuk melindungi pihak pengusaha dari potensi-potensi kerugian atau kewajiban-kewajiban

18

Yuli Anesthasia,Analisis Hukum Kedudukan Agen dalam PT. Prudential Life Assurance pada Pemohon Pailit PT. Prudential Life Assurance, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, hal. 85.


(28)

lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan konsekuensi yang harus ditanggungnya.

Prakteknya terdapat berbagai masalah yang dialami nasabah PT. Prudential Life Assurance, sehingga nasabah tidak mendapatkan perlindungan hukum yaitu : 1. Henry Kurniawan, dengan permasalahan :20

a. Adanya masa tunggu 12 (dua belas) bulan. b. Klaim yang ditolak tanpa alasan yang jelas.

c. Polis dibatalkan secara sepihak oleh PT. Prudential Life Assurance tanpa alasan apapun.

2. Christina, dengan permasalahan :21

a. Lambatnya pengurusan dari PT. Prudential Life Assurance terhadap keluhan. b. Bila berhenti dengan sendirinya maka uang harus hangus, karena uang tidak

bisa kembali sama sekali.

c. Memberikan lisensi kepada agen yang belum menguasai produk.

d. PT. Prudential Life Assurance hanya mengembalikan uang sebesar Rp. 993.489, 52,- dari total Rp. 3.500.000,- polis asuransi yang disetorkan setiap bulan.

e. Informasi yang berubah-ubah antara satu agen dengan agen yang lainnya.

20

Dizolimi Asuransi Prudential, http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/26709 diakses tanggal 1 Mei 2013,pukul 20.00 wib

21Email Keluahan saya Kepada Prudential,


(29)

3. Pemegang polis PT. Prudential Life Assurance No. 27167849 dengan permasalahan :22

a. Proses klaim PT. Prudential Life Assurance benar-benar tidak profesional. b. Kesalahan fatal dalam SK kalim PT. Prudential Life Assurance disebutkan :

“Polis Bapak mulai diberlakukan pada tanggal 27 November 2008”. Sementara di buku polis tertulis : “Tanggal mula berlakunya polis 27 September 2007”.

4. Victor Joe Sinaga, suami dari almarhum Eva Pasaribu yang merupakan nasabah perusahaan asuransi PT. Prudential Life Assurance, dengan permasalahan :23 a. Tidak adanya medical check up kesehatan calon nasabah sehingga nasabah

tidak mengetahui penyakitnya.

b. PT. Prudential Life Assurance tidak mau membayar klaim.

Demikian halnya yang dialami Tuan X yang telah bergabung sejak tahun 2010 dan pada Pebruari 2012 Tuan X mengalami kecelakaan lalu lintas di Jalan Jamin Ginting yang mengakibatkan kaki dan tangannya patah, sehingga tidak dapat bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya apalagi harus membayar premi asuransi. Berdasarkan polis yang ada pada Tuan X, maka Tuan X mengajukan klaimnya, tetapi kenyataannya setelah 3 (tiga) bulan mengajukan klaim ternyata klaimnya tidak dapat dikeluarkan oleh PT. Prudential Life Assurance.

22Prudential Benar-benar Mengecewakan dan Merugikan Nasabah,

http://antonius73.blogspot.com/2009/07/prudential-benar-benar-mengecewakan-dan.html, diakses tanggal 1 Mei 2013, pukul 20.20 Wib.

23 Prudential Digugat (lagi), Presden Buruk Berasuransi, http://nasional.kontan.co.ic/news/


(30)

Berdasarkan kasus dan permasalahan di atas, maka tertarik melakukan penelitian tentang: “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Pada Pasa PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan Mengenai Kecelakaan Patah Tulang”.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan ?

2. Bagaimana prosedur penyelesaian klaim yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan ?

3. Hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sistem perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan.


(31)

2. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian klaim yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis, yaitu :

1. Secara teoritis diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang perjanjian asuransi.

2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada: a. Masyarakat umum yakni memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai dasar hukum asuransi kecelakaan dan perlindungan hukum terhadap nasabah jika mengalami kecelakaan lalu lintas.

b. Perusahaan asuransi yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai menyelesaikan klaim nasabah dengan baik sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku tanpa merugikan salah satu pihak.

c. Penelitian yaitu memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang hukum perasuransian di Indonesia perihal penyelesaian


(32)

hukum yang memberikan perlindungan terhadap nasabah asuransi kecelakaan yang mengalami patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas pada asuransi PT. Prudential Life Assurance.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan khusus di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan melalui internet di berbagai Program Studi Ilmu Hukum dan Magister Kenotariatan seluruh universitas di Indonesia, penelitian berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Kecelakaan yang Mengalami Patah Tulang Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Pasa PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan)”, belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.

Berikut dikemukakan beberapa penelitian yang berkenaan dengan penelitian peneliti, yaitu :

1. Mei Triana (2010), dengan judul penelitian : Pelaksanaan Klaim Asuransi Jiwa Akibat Kematian pada Asuransi Sequislife Medan, dengan rumusan masalah : a. Bagaimana syarat-syarat pembayaran asuransi jiwa akibat kematian pada

Asuransi Sequislife Medan ?

b. Bagaimana jika tertanggung tidak mampu membayar premi sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian asuransi ?


(33)

2. Nora Liliana Sihombing (2010), dengan judul penelitian : Perjanjian Asuransi Kesehatan PT. Asuransi Jiwa Manulife Financial Indonesia Cabang Medan, dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana prosedur perjanjian asuransi kesehatan PT. Asuransi Jiwa Manulife Financial Indonesia ?

b. Bagamana apabila salah satu pihak wanprestasi ?

3. Rismalida Simarsoit (2007), dengan judul penelitian : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Bermotor, dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana tatacara pelaksanaan klaim asuransi kendaraan bermotor yang terjadi di PT. Asuransi Wuwungan Cabang Medan ?

b. Bagaimana tuntutan klaim dilakukan seandainya polis hilang ?

c. Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan dengan nasabah ?

4. Zulfajri (2006), dengan judul penelitian : Asas Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah dalam Asuransi Syariah, dengan rumusan masalah :

a. Apa latar belakang (landasan filosofis) sehingga asuransi syariah perlu memberi perlindungan bagi nasabah ?

b. Asas-asas apa saja yang terdapat dalam ketentuan asuransi syariah (yang bersumber kepada al-quran, sunah dan ijtihad) berkaitan dengan perlindungan nasabah ?


(34)

c. Bagaimana bentuk penerapan asas perlindungan yang diberikan asuransi syariah kepada nasabahnya.

5. Riwaldi Syahputra (2005), dengan judul penelitian : Perlindungan Hukum atas Pemegang Polis yang Tidak Memenuhi Kewajiban dalam Pembayaran Premi (Studi pada Asuransi Jiwa Bumi Putra 1912 dan PT. Asuransi Takaful Keluarga di Kota Medan), dengan rumusan masalah :

a. Apakah yang menjadi alasan pemegang polis tidak memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi ?

b. Bagaimana akibat hukumnya jika pemegang polis tidak memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi ?

c. Bagaimana upaya penyelesaian yang ditempuh Asuransi Jiwa Bumi Putra 1912 dan PT. Asuransi Takaful Keluarga atas tindakan pemegang polis yang tidak memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi ?

6. Yuli Anesthasia (2005), dengan judul penelitian : Analisa Hukum Kedudukan Agen dalam PT. Prudential Life Asurance pada Pemohon Pailit PT. Prudential Life Asurance, dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana perjanjian keagenan pada perusahaan asuransi PT. Prudential Life Asurance ?

b. Bagaimana analisis kedudukan agen terhadap dijatuhinya permohonan pailit PT. Prudential Life Asurance.


(35)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.24

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.25

Snelbecker mendefenisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.26

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami

24

M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.

25Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 6.

26Snelbecker dalam Lexy J Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,


(36)

mengenai Jaminan Fidusia dan Pendaftaran Jaminan Fidusia, dan mengenai permasalahan dari pendafataran itu sendiri.

Teori hukum yang digunakan sebagai pisau analisis27 dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum dan teori pengalihan resiko. Teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelpori ole Plato, Aristoteles (murid Plato) dan Zeno (pendiri aliran Stoic).28

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.29

Menurut Satjipto Raharjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.30 Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.

27Teori sebagai pisau analisis yaitu teori yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam

melakukan analisis, dengan memberikan penilaian (preskripsi) terhadap temuan fakta atau peristiwa hukum yang ada sudah sesuai dengan teori atau tidak. Selain itu, teori ini juga bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi, lihat Mukti Fajar ND dan Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal.150.

28Kajian Teori Perlindungan Hukum,

http://hnikawawz.blogspot.com/2011/11/kajian-teori-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013, Pukul 14.50

29

Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 79.


(37)

Sebagai objek ilmu hukum, hukum senantiasa dilihat dan dipahami berdasarkan metode dan cara pandang seseorang. Seperti halnya bahwa hukum selalu dipandang memiliki nilai-nilai moral yang idealis yang memiliki pandangan keadilan bisa didapat melalui penerapan hukum secara konsisten. Sehingga dengan menerapkan hukum maka akan terbentuk di masyarakat nilai-nilai yang diinginkan oleh hukum tersebut. Pandangan lain berpendapat bahwa hukum dipergunakan kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan yang konkrit dalam masyarakat. Pandangan ini memahami hukum sebagai alat untuk mengatur masyarakat.31 Hukum yang hidup di masyarakat, tidak dapat dipandang sebagai serangkaian kaidah atau norma, akan tetapi lebih dari itu, yaitu lebih memandang hukum sebagai suatu sistem.

Struktur hukum memiliki pola, bentuk dan gaya yang substansinya adalah menetapkan bagaimana orang-orang harus dan boleh berprilaku. Sedangkan budaya hukum yang dimaksud adalah ide-ide, gagasan-gagasan, harapan dan pendapat umum.32

Hukum yang dibuat dalam negara bertugas melindungi hak-hak dasar yang biasa disebut sebagai hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.33Dengan hakasasi tersebut manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia.

31Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 53. 32

Ibid, hal. 6.

33

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y.. Hage, ha.72-73 dalam Kajian Teori Perlindungan Hukum, http://hnikawawzblogspot.com/2011/11kajian-teori-perlindungan-hukum. html, diakses tanggal 2 Mei 2013 Pukul 14.50 Wib.


(38)

Pemikiran yang lebih eksplisit tentang hukum sebagai pelindung hak-hak asasi dan kebebasan warganya, dikemukakan ole Immanuel Kant. Bagi Kant manusia merupakan mahluk berakal dan berkehendak bebas. Negara bertugas menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya. Kemakmuran dan kebahagiaan rakyat merupakantujuan negara dan hukum, oleh karena itu, hak-hak dasar itu, tidak boleh dihalangi oleh negara.34

Menurut Fitzgerald menjelaskan teori perlindungan hukum Salmodn bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.35 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.36

Satjipto Rahardjo menyebutkan perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.37

Perlindungan hukum menurut Hadjon meliputi dua macam perlindungan hukum bagi rakyat meliputi:

34

Ibid, hal.75

35Satjipto Rahardjo,Op.Cit, hal.53. 36Ibid, hal.69.


(39)

a. Perlindungan hukum preventif, dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

b. Perlindungan hukum represif,dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.38

Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Adapun elemen dan ciri-ciri Negara hukum pancasila ialah:

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan.

b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan Negara c. Prinsip penyelesian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan

sarana terakhir.

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.39

Berdasarkan elemen-elemen tersebut, perlindungan hukum bagi rakyat terhadap pemerintah diarahkan kepada:

a. Usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa atau sedapat mungkin mengurangi terjadinya sengketa, dalam hubungan ini sarana perlindungan hukum preventif patut diutamakan daripada sarana perlindungan represif. b. Usaha-usaha untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat

dengan cara musyawarah.

c. Penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan jalan terakhir, peradilan hendaklah merupakan ultimum remedium dan peradilan bukan forum konfrontasi sehingga peradilan harus mencerminkan suasana damai dan tentram terutama melalui hubungan acaranya.40

Menurut teori pengalihan resiko (risk transfer theory) tujuan diadakan

perjanjian asuransi (polis) adalah menutup semua kerugian yang diderita selaku

38

Teori Perlindungan Hukum, http://anamencoba.blogspot.com/2011/04/teori-perlindungan-hukum-dalam-melihat.html. diakses tanggal 28 Mei 2013, Pukul 09.00 Wib.

39Ibid 40Ibid


(40)

akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan dan yang belum dapat ditentukan semula akan terjadi apa tidak.41

Menurut teori pengalihan resiko(risk transfer theory), tertanggung menyadari

bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya.42 Jika bahaya tersebut terjadi terhadapnya maka kerugian yang dideritanya sangat besar untuk ditanggung olehnya sendiri. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mengalihkan beban resiko ancaman bahaya tersebut kepada pihak lain yang bersedia dengan membayar kontra prestasi yang disebut premi.

Asuransi atau pertanggungan di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko yang terjadinya belum dapat dipastikan, dan adanya pelimpahan tanggungjawab memikul beban resiko dari pihak yang mempunyai beban resiko tersebut kepada pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggungjawab. Sebagai kontra prestasi dari pihak lain yang melimpahkan tanggungjawab ini, yang diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menerima tanggungjawab.43

Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan resiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.44 Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula resiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung.

41

R. Wirjono Prodjodikoro,Hukum Asuransi di Indoensia, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal.4.

42

Ibid, hal.5

43Dewan Asuransi Indonesia,Perjanjian Asuransi dalam Praktek dan Penyelesaian Sengketa,

Hasil Simposium tentang Hukum Asuransi, BPHN, Padang, 2008, hal.107


(41)

2. Konsepsional

Konsep adalah suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.45 Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakekatnya merupakan suatu pengaruh atau pedoman yang lebih konkrit dari pada tingkat teoritis yang sering kali masih bersifat abstrak. Namun demikian kerangka konsepsionil masih juga kadang-kadang dirasakan abstrak sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat dijadikan sebagai pegangan konkrit di dalam proses penelitian.

Menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam tesis ini, berikut adalah defenisi operasional istilah tersebut.

a. Perlindungan hukum adalah memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) nasabah yang dirugikan oleh PT. Prudential Life Asurance dan perlindungan itu diberikan kepada nasabah agar dapat menikmati semua hak-ha yang dijanjikan dalam polis.

b. Asuransi kecelakaan adalah diadakan untuk menjamin orang mendapat ganti kerugian akibat suatu kecelakaan (ongeval) yang mengenai badan si terjamin.46

Asuransi ini memberikan jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan. Kerugian timbul dari kecelakaan dapat berupa meninggal, cacat sementara, cacat tetap, biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

45Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal.7.


(42)

c. Polis adalah merupakan tanda bukti adanya perjanjian pertanggungan, tetapi bukan merupakan unsur dari perjanjian pertanggungan.47

d. PT. Prudential Life Asurance (penanggung) adalah pihak yang menanggung beban resiko sebagai imbalan premi yangditerimanya dari tertanggung. Jika terjadievenemen (kejadian) yang menjadi beban penanggung, maka penanggung

berkewajiban mengganti kerugian.

e. Nasabah (tertanggung) adalah pihak yang membayar premi kepada pihak penanggung untuk melindungai diri (segi ekonomi) dari yang tidak pasti.

f. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diharapkan, terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga, tidak disengaja, datangnya dari luar, bersifat kekeerasan dan kasat mata.

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis,48 maksudnya adalah penelitian ini merupakan penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan serta menganalisa permasalahan dalam perjanjian asuransi, yang dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang kemudian dilakukan analisis.

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.49

47HMN. Poerwosutjipto.,Op.Cit, hal.62 48

Bandingkan dengan Bambang Waluyo, yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menuliskan tentang sesuatu hal didaerah tertentu dan pada saat tertentu. Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 8.


(43)

Analisis terhadap aspek hukum baik dari segi ketentuan peraturan-peraturan yang berlaku mengenai hukum perjanjian, Hukum asuransi, serta meneliti dan menelaah penerapan dan pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dalam hubungannya dengan perjanjian asuransi.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,50yaitu pendekatan terhadap permasalahan, dilakukan dengan mengkaji berbagai aspek hukum dari segi peraturan-peraturan yang berlaku mengenai perjanjian asuransi, sehingga dapat mengimplementasikan dalam praktik di lapangan mengenai perjanjian asuransi.

Mengambil istilah Ronald Dworkin, penelitian semacam ini juga disebut dengan penelitian doctrinal (doctrine research) yaitu penelitian yang menganalisis

hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis di dalam buku maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan.51

3. Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan bahan yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan. Dari penelitian kepustakaan dikumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.52

50Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 1997, hal. 37. 51

Bismar Nasution,Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang penelitian hukum dan hasil penulisan hukum pada majalah akreditasi, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 18 Februari 2003, hal.1.


(44)

Penelitian normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.53

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat yakni norma (dasar), peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perjanjian asuransi.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para ahli hukum yang berkaitan dengan perjanjian asuransi.

c. Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan sekunder.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh dengan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara yaitu: a. Studi kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan pustaka

53Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,


(45)

atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

b. Wawancara. Pedoman wawancara dengan nara sumber yang hanya berperan sebagai informan. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai pendukung penelitian hukum normatif dalam penulisan tesis ini.

5. Analisis Data

Analisis data menurut Payton adalah sebuah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan kesatuan uraian dasar.54 Data sekunder yang telah diperoleh kemudian disistemasikan, diolah dan diteliti dan dianalisis dengan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif.

Menurut Lexy J Moleong, analsis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.55 Sehingga dapat menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis tentang hasil dari penelitian ini. Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

54Patton, dalam Lexy J. Moleong,Op.Cit, hal. 103. 55Ibid, hal. 248


(46)

BAB II

SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN

TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI KECELAKAAN

A. Asuransi Secara Umum 1. Pengertian Asuransi.

Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi, tetapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi.56

Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut ”Verzekering” atau juga berarti

pertanggungan.57 Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima uang premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.

Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD semata-mata mendefinisikan mengenai asuransi kerugian, karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam KUHD

56

Radiks Purba,Memahami Asuransi di Indonesia, Seri Umum No.10, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992, hal. 29

57 Emmy Pangaribuan Simanjuntak,Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang Fakultas


(47)

kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian, di mana pada saat itu (tahun 1847) merupakan asuransi yang paling lengkap peraturannya.58

Berdasarkan ketentuan Pasal 246 KUH.Dagang tersebut, maka jelaslah bahwa perjanjian asuransi digantungkan pada syarat :59

a. Peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa yang akan datang. b. Peristiwa atau kejadian tersebut belum pasti akan terjadi.

c. Apabila jika terjadi peristiwa atau keadaan yang tidak tentu itu terjadi, maka pihak penanggung akan membayar ganti kerugian kepada si tertanggung.

HMN. Poerwosutjipto memberikan pengertian asuransi adalah sebagai berikut :60

Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu pereistiwa yang belum pasti yang disebut dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validiteitseorang tertanggung.

Asuransi mempunyai tujuan untuk mengadakan jaminan bagi masyarakat yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap individu.

Pada tanggal 11 Februari 1992 pemerintah mengatur asuransi secara spesifik dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, di mana istilah asuransi menurut Pasal 1 angka (1) adalah :

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan

58Agus Prawoto., Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasarkan Risk

Base Capital, BPFE, Yogyakarta, 2003, hal.26

59

Endang Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Deposito dan Usaha Perasuransian. Alumni, Bandung, 2001, hal.12.


(48)

menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari sutu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian hanya mengatur mengenai usaha perasuransian saja dan bukan mengatur mengenai substansi dari asuransi itu sendiri. Oleh karenanya dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian tidak menghapus ketentuan-ketentuan mengenai asuransi yang diatur dalam KUHD yang dibuat pada masa Kolonial Belanda.61

Asuransi ditinjau dari segi ekonomi adalah alat untuk mengalihkan resiko dari seorang tertanggung kepada pihak penanggung. Sedangkan pengertian dari segi industri asuransi adalah "suatu sarana/alat masyarakat untuk memberikan santunan finansial terhadap akibat suatu musibah yang pembayarannya dilakukan dari dana yang terkumpul melalui iuran(kontribusi)para pesertanya".62

Orang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang, agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu mendatang.

Pengertian asuransi ini termasuk dalam kategori perikatan bersyarat (voorwaardelijk Overeenkomst) yang berarti perjanjian asuransi digantungkan pada

suatu syarat yang belum tentu terjadi Pasal 1253 KUH.Perdata yang menyebutkan

61 M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung

Asuransi Deposito, Alumni, Bandung, 1993, hal.50


(49)

bahwa suatu perikatan adalah bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi, baik secara menanggungkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.

Dalam perjanjian asuransi peristiwa atau kejadian yang diisyaratkan atau diperjanjikan itu terjadinya harus pada masa yang akan datang yaitu pada masa setelah diikatnya perjanjian asuransi oleh penanggung dan tertanggung sampai berakhirnya jangka waktu Perjanjian asuransi tersebut. Penanggung hanya akan mengganti kerugian yang terjadi selama masih berlakunya perjanjian asuransi.63

Asuransi terhadap kepentingan yang kerugiannya telah terjadi pada saat ditutupnya perjanjian asuransi adalah batal. Dari defenisi di atas dapat diketahui adanya 3 (tiga) unsur penting di dalam asuransi, yaitu :64

a. Pihak pertanggung/terjamin (verzekerder) yang mempunyai kewajiban untuk

membayar sejumlah uang premi kepada pihak penanggung(verzekaar)sekaligus

atau dengan berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung yang mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pihak terjamin, sekaligus atau berangsur-angsur apabila terlaksana unsur ketiga.

c. Suatu peristiwa atau kejadian yang semula belum jelas akan terjadi.

63

Salustra Satria, Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 27.

64 M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni,


(50)

Dibandingkan defenisi dalam Pasal 246 KUH Dagang dengan defenisi dalam UU No. 2 Tahun 1992 ternyata UU No. 2 Tahun 1992 lebih luas dan lengkap. Hal ini diuraikan sebagai berikut :

a. Defenisi Undang undang No. 2 Tahun 1992 meliputi pertanggungan kerugian dan juga pertanggungan jumlah. Pertanggungan kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat. “penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga. Pertanggungan jumlah dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”. b. Definisi dalam UU No. 2 Tahun1992 secara eksplisit meliputi juga

pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, sedangkan dalam Pasal 246 KUH.Dagang tidak demikian.

c. Objek pertanggungan dalam Pasal 246 KUH.Dagang hanya meliputi benda, kepentingan yang melekat atas benda, dan sejumlah uang. Sedangkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1992 selain benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang, juga jiwa dan raga manusia.

d. Peristiwa dalam Pasal 246 KUH Dagang hanya meliputi yang berkenan dengan objek harta kekayaan, sedangkan dalam UU No. 2 Tahun 1992 selain yang berkenanan dengan objek harta kekayaan juga yang mengenai jiwa dan raga, yaitu meninggalnya seseorang dan cacatnya raga/tubuh seseorang.65

Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka didalamnya paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan kesepakatan. Pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang disebut dengan tertanggung. Sedangkan pihak yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu perusahaan asuransi.


(51)

Perjanjian dalam asuransi merupakan perjanjian dengan ciri dan sifat khusus, jika dibandingkan dengan perjanjian lainnya. Kekhususan tersebut antara lain:66 a. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aleatair(aleatary), maksudnya

ialah bahwa perjanjian ini merupakan perjanjian yang prestasi penanggung harus digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti, sedangkan prestasi tertanggung sudah pasti. Meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata. b. Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat (conditional), perjanjian yang

prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Pihak tertanggung pada suatu sisi tidak berjanji untuk memenuhi syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali dipenuhi syarat-syaratnya.

c. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat pribadi (personal), maksudnya

ialah bahwa kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi, bukan kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas. Kerugian yang bersifat pribadi itulah yang nantinya akan diganti oleh penanggung.

d. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan

kondisi perjanjian hampir seluruhnya ditentukan diciptakan oleh

66 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta,


(52)

penanggung/perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau menawar. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa kondisi perjanjian asuransi sebagian besar ditentukan sepihak oleh penanggung sehingga penanggung dianggap sebagai penyusun perjanjian dan seharusnya mengetahui apabila timbul pengertian yang tidak jelas, harus diuntungkan pihak tertanggung. e. Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat itikad baik yang sempurna,

maksudnya ialah bahwa perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan kata sepakat dapat tercapai / negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.

Premi adalah prestasi yang harus diberikan tertanggung kepada penanggung.67Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu persentase (rate) dari

jumlah yang dipertanggungkan. Biasanya premi dibayarkan pada awal perjanjian asuransi. Apabila tertanggung tidak memenuhi prestasinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan maka perjanjian asuransi batal dengan sendirinya dan penanggung terbebas dari segala kerugian yang timbul.

Penanggung wajib memberikan ganti kerugian kepada tertanggung apabila risiko yang dialihkan benar-benar terjadi dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Perlu diperhatikan, bahwa penanggung hanya wajib memberikan ganti

67 Radiks Purba,Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Djambatan, Jakarta, 1997,


(53)

rugi sesuai dengan kondisi pertanggungan, mengenai apa yang terjamin dan tidak menjamin kerugian yang dikecualikan dalam polis.

Perjanjian asuransi tidak cukup hanya dipenuhi syarat umum perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata saja, tetapi harus pula memenuhi asas-asas khusus yang diatur dalam KUHD. Hal ini agar supaya sistem perjanjian asuransi tersebut dapat dipelihara dan dipertahankan, sebab suatu norma tanpa dilengkapi dengan prinsip tidak mempunyai kekuatan mengikat.

Prinsip dalam perjanjian asuransi yaitu :

a. Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan (Principle of Insurable Interest)

Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD yang menentukan bahwa : “Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.”68

Kepentingan yang terdapat dalam Pasal 250 KUHD harus memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal 268 KUHD di mana kepentingan tersebut dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.

68 Agus Sudjiono dan Abdul Sudjanto.,Prinsip dan Praktek Asuransi, LPAI, Jakarta, 1997,


(54)

Terdapat 4 (empat) hal penting yang harus dikandung dalam prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan, yaitu :69

1) Bahwa harus ada harta benda, hak, kepentingan, jiwa, anggota tubuh, atau tanggung gugat yang dapat dipertanggungkan.

2) Bahwa harta benda, hak, kepentingan, jiwa, anggota tubuh, atau tanggung gugat itu harus menjadi pokok pertanggungan.

3) Bahwa tertanggung harus mempunyai hubungan dengan pokok pertanggungan, dengan hubungan mana tertanggung tidak akan mengalami kerugian apabila pokok pertanggungan itu selamat atau bebas dari tanggung gugat, dan akan menderita kerugian apabila pokok pertanggungan itu mengalami kerusakan atau menimbulkan tanggung gugat.

4) Bahwa hubungan antara tertanggung dengan pokok pertanggungan itu diakui oleh hakim.

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan dapat timbul dari beberapa hal : 1) Adanya kepemilikan atas harta benda atau tanggung gugat seseorang kepada

orang lain dalam hal kelalaian.

2) Adanya kontrak. Menempatkan suatu pihak dalam suatu hubungan yang diakui secara hukum dengan harta benda atau tanggung jawab yang menjadi pokok perjanjian itu. Misalnya, dalam perjanjian kontrak sewa bangunan, perjanjian kredit.

3) Adanya undang-undang. Misalnya, di Indonesia terdapat asuransi keselamatan kerja yang diatur dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Prinsip Itikad Terbaik (Utmost Good Faith)

Prinsip itikad baik merupakan prinsip atau asas yang harus ada dan dilaksanakan dalam setiap perjanjian.70 Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1388 KUH

69Supardjono,Perasuransian di Indonesia,Dekdibud, Jakarta, 2004, hal.64


(55)

Perdata yang menyatakan bahwa : “Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Penekanan terhadap berlakunya prinsip itikad terbaik dalam perjanjian asuransi diatur secara tegas delam Pasal 251 KUHD yang menyatakan bahwa :

Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama mengakibatkan batalnya perjanjian.

Pasal 251 KUHD secara sepihak menekankan kewajiban untuk melaksanakan itikad terbaik hanya kepada pihak tertanggung karena adanya anggapan bahwa tertanggunglah yang paling mengetahui mengenai obyek yang diasuransikan.

Menurut Sri Rejeki Hartono, Pasal 251 KUHD terlalu memberatkan tertanggung disebabkan karena ancaman dapat dibatalkannya asuransi terhadap tertanggung yang beritikad baik dan tidak diberikannya kesempatan bagi tertanggung untuk memperbaiki kekeliruan dalam memberikan keterangan.71

Mengenai kekeliruan dalam memberikan informasi apabila dihubungkan dengan syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, akibat hukumnya adalah dapat dibatalkan. Sedangkan Pasal 251 KUHD akibat hukum adanya kekeliruan adalah batal. Dengan demikian Pasal 251 KUHD menyimpang dari ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata.

Hal untuk melaksanakan itikad terbaik bukan hanya merupakan kewajiban tertanggung, namun juga menjadi kewajiban penanggung. Pihak penanggung tidak


(56)

dibenarkan memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar pada saat merundingkan penutupan asuransi, penanggung tidak dibenarkan menyembunyikan fakta-fakta yang dapat merugikan posisi tertanggung.

Fakta-fakta yang harus diungkapkan oleh tertanggung kepada penanggung pada saat penutupan asuransi adalah :

1) Fakta-fakta yang menunjukkan bahwa risiko yang hendak dipertanggungkan itu lebih besar dari biasanya, baik karena pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal dari risiko tersebut.

2) Fakta-fakta yang sangat memungkinkan jumlah kerugian akan lebih besar dari jumlah kerugian yang normal.

3) Pengalaman-pengalaman kerugian dan klaim-klaim pada polis-polis lainnya. 4) Fakta-fakta bahwa risiko yang sama pernah ditolak oleh penanggung lain, atau

pernah dikenakan persyaratan secara ketat oleh penanggung lain.

5) Fakta-fakta yang membatasi hak subrogasi karena tertanggung meringankan pihak-pihak ketiga dalam segi tanggung jawab yang semestinya.

6) Fakta-fakta lengkap yang berkenaan dengan pokok pertanggungan.72

Selain fakta-fakta yang perlu diungkapkan tertanggung pada saat penutupan asuransi, terdapat beberapa fakta yang tidak perlu diungkapkan oleh tertanggung pada saat penutupan asuransi, yaitu :

1) Fakta-fakta hukum (facts of law), setiap orang dianggap mengetahui hukum. 2) Fakta-fakta yang dianggap telah diketahui oleh penanggung.

3) Fakta-fakta yang memperkecil risiko

4) Fakta-fakta yang sudah dapat disimpulkan sendiri oleh penanggung dari hal-hal yang pernah diberitahukan oleh tertanggung kepadanya.

5) Fakta-fakta yang seharusnya dicatat oleh pihak penanggung pada saat penanggung melakukan survey risiko.

6) Fakta-fakta yang tidak perlu diungkapkan karena polis yang bersangkutan. Hal ini terdapat pada ketentuan polis yang menetapkan adanyawarranty. 7) Fakta-fakta yang tidak diketahui oleh tertanggung.73

72A. Hasyim Ali,Pengantar Asuransi. Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal.84

73 Djanius Djamin dan Syamsul Arifin. Bahan Dasar Hukum Asuransi, STIE Perbanas,


(1)

3. Agar perusahaan asuransi menyediakan layanan on-line sehingga tertanggung kapan saja bisa melakukan pelaporan dan memberikan nomor telepon petugas klaim sehingga sewaktu-waktu tertanggung dapat berkomunikasi dengan penanggung dalam hal pemenuhan dokumen ataupun hambatan-hambatan tertanggung dalam hal pemenuhan dokumen.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, 2000.

---;Pengantar Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994. ---;Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004. ---;Hukum Asuransi Indonesia, Alumni, Bandung, 1999.

---;Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1992.

Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum Universitas Medan Area, Medan, 2001.

---; Hukum Asurnsi dan Bentuk-Bentuk Peransurasian, Fakultas Hukum USU, Medan,1996.

Agus Prawoto., Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasarkan Risk Base Capital, BPFE, Yogyakarta, 2003.

Agus Sudjiono dan Abdul Sudjanto., Prinsip dan Praktek Asuransi, LPAI, Jakarta, 1997.

A. Hasyim Ali,Pengantar Asuransi. Bumi Aksara, Jakarta, 2002.

Asrel Idjard dan Nico Ngani, Seri Hukum Dagang : 1, Profil Peransuransian di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1985.

A.Abas Salim.Dasar-Dasar Asuransi, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta, 2003 Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996. Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 1997.

CST. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1999,


(3)

Djoko Prakoso, dan I. Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1989.

Emmy Pangaribuan Simanjutak, Hukum Pertanggungan (Pokok Pertanggungan Kerugian Kebakaran dan Jiwa), Seri Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990.

---; Emmy Pangaribuan Simanjuntak.,Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990.

Endang Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Deposito dan Usaha Perasuransian. Alumni, Bandung, 2001

HMN. Purwosujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pertanggungan, Djambatan, Jakarta, 1996.

K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara, Mandar Madju, Bandung, 2011

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.

Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.

Mariam Barus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 2004 Mashudi dan Moch. Chidir,Hukum Asurani, Mandar Maju, Bandung, 1998. M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Mukti Fajar ND dan Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito, Alumni, Bandung, 1993.

M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Bandung, 1997.


(4)

Radiks Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Djambatan, Jakarta, 1997.

---; Memahami Asuransi di Indonesia, PT. Pustaka Banaman Presindo, Jakarta, 1999

R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indoensia, PT. Intermasa, Jakarta, 1987.

Salustra Satria, Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Sonni Dwi Harsono, Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi, Jakarta Insurance Institue, Jakarta, 1984.

Santoso Projosoebroto, Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991.

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

---;Reasuransi Tinjauan Yuridis, FH. Undip, Semarang, 1997 Supardjono,Perasuransian di Indonesia,Dekdibud, Jakarta, 2004

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003

WJS Poerwardaminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1983. Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2003. B. Tesis, Skrpsi, Makalah, Majalah

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang penelitian hukum dan hasil penulisan hukum pada majalah akreditasi, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 18 Februari 2003.


(5)

Dewan Asuransi Indonesia, Perjanjian Asuransi dalam Praktek dan Penyelesaian Sengketa, Hasil Simposium tentang Hukum Asuransi, BPHN, Padang, 2008. Kursus Asuransi Tingkat C,Dasar-dasar Asuransi Kerugian,LPAI, 2009)

Yuli Anesthasia, Analisis Hukum Kedudukan Agen dalam PT. Prudential Life Assurance pada Pemohon Pailit PT. Prudential Life Assurance, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005.

Zulfajri. Asas Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah dalam Asuransi Syariah, Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.

Ketentuan Umum Polis PT. Prudential Life Assurance

C. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3506).

D. Website

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y.. Hage, ha.72-73 dalam Kajian Teori Perlindungan Hukum, http://hnikawawzblogspot.com/ 2011/11kajian-teori-perlindungan-hukum. html, diakses tanggal 2 Mei 2013 Pukul 14.50 Wib.

Dizolimi Asuransi Prudential, http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/26709 diakses tanggal 1 Mei 2013,pukul 20.00 wib.

Email Keluahan saya Kepada Prudential, http://ragamfamilia.blogspot. com/2012/02/email-keluhan-saya-kepada-prudential.html. diakses tanggal 1 Mei 2013, Pukul 20.10 wib.


(6)

Kajian Teori Perlindungan Hukum,http://hnikawawz.blogspot.com/2011/11/ kajian-teori-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013, Pukul 14.50.

Prudential Benar-benar Mengecewakan dan Merugikan Nasabah, http:// antonius73.blogspot.com/2009/07/prudential-benar-benar-mengecewakan-dan.html, diakses tanggal 1 Mei 2013, pukul 20.20 Wib.

Prudential Digugat (lagi), Presden Buruk Berasuransi, http://nasional.kontan. co.ic/news/ prudential-dihukum-bayar-klaim-asuransi, diakses pada tanggal 2 Mei 2013, Pukul 20.00 Wib.

Teori Perlindungan Hukum, http://anamencoba.blogspot.com/2011/04/teori-perlindungan-hukum-dalam-melihat.html. diakses tanggal 28 Mei 2013, Pukul 09.00 Wib