tentang Simalungun yang dimusnahkan. Akibatnya, di masa sekarang, cukup sulit mencari sumber sejarah yang menceritakan kehidupan bangsa Simalungun, terkhusus
pada masa pra kolonial. Karena pemusnahan data sejarah kerajaan-kerajaan Simalungun terjadi pada revolusi sosial 1946, dalam penulisan sejarah Simalungun,
dokumen sejarah yang ditulis Kristen Simalungun menjadi dokumen sejarah yang saat ini paling diandalkan.
Kehadiran Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen yang berdampak besar bagi Simalungun baik dari segi budaya maupun religi membuat penulis tertarik untuk
menelitinya. Pengetahuan tentang Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen menurut penulis penting bagi intelektual pegiat budaya, khususnya budaya Simalungun, pada
masa mendatang.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji tiga permasalahan penting tentang Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen:
1. Bagaimana terbentuknya Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen?
2. Apa peranan Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen dalam pelestarian
budaya Simalungun dan penyebaran agama Kristen? 3.
Bagaimana perubahan religi dan budaya yang terjadi di Simalungun atas prakarsa Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen pada kurun waktu
1928-1942?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menjelaskan terbentuknya Comite Na Ra Marpodah
Simaloengoen. 2.
Mengetahui dan menjelaskan peranan Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen terhadap pelestarian budaya Simalungun dan penyebaran agama Kristen.
3. Menjelaskan perubahan religi dan budaya di Simalungun atas prakarsa Comite
Na Ra Marpodah Simaloengoen pada kurun waktu 1928-1942.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi peneliti dalam menghasilkan karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna
terhadap dunia akademis, terutama dalam studi ilmu sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.
2. Menjadi referensi bagi pemerintah dalam memahami perubahan yang pernah
terjadi di Simalungun untuk ke depannya dapat menjadi referensi pembangunan daerah.
3. Menambah wawasan masyarakat tentang perjuangan budaya dan
pengembangan agama di masa lampau di daerah Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tinjauan Pustaka
Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa referensi yang dapat dijadikan panduan dalam penulisan tentang Comite Na Ra Marpodah
Simaloengoen. Juandaha Raya P. Dasuha beserta Martin Lukito Sinaga dalam Tole den
Timorlanden das Evangelium 2003, memaparkan tentang sejarah seratus tahun perkabaran injil di Simalungun 2 September 1903-2003. Buku ini memuat gejolak
sosial yang terjadi selama proses penginjilan di Simalungun. T. B. A. Purba Tambak dalam Sejarah Simalungun 1982 membahas
sejarah kerajaan-kerajaan Simalungun, yakni tujuh kerajaan besar yang ada di Simalungun. Buku ini penting karena memuat perihal religi dan adat-istiadat yang
berkembang di Simalungun. Jubil Raplan Hutauruk dalam Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam
Kristus 2011 membahas 150 tahun gereja HKBP. HKBP merupakan gereja suku bagi masyarakat Batak Toba. Selama masa kolonialisme Belanda, gereja yang
beraktivitas di Simalungun adalah gereja HKBP. Martin Lukito Sinaga dalam Identitas Poskolonial Gereja Suku dalam
Masyarakat Sipil 2004 membahas tentang identitas baru masyarakat Simalungun yang dinamakan identitas poskolonial. Objek kajian Martin Lukito Sinaga dalam
buku ini adalah J. Wismar Saragih dan komunitas Kristen yang ada, termasuk Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen.
Djoko Marihandono dkk. dalam Sejarah Perjuangan Sang Naualuh Damanik: Menentang Kolonialisme Belanda di Simalungun 2012 menceritakan
tentang aneksasi dan pasifikasi Belanda di Simalungun yang menjadi latar belakang masuknya agama Kristen di Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian