Pencegahan Toksisitas Timbal Pb Pengobatan Toksisitas Timbal Pb

pembuatan baterai, percetakan, pelapis logam dan pengecatan. Sedangkan toksisitas akut bisa terjadi jika timbal Pb masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan minuman atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang tinggi.Widowati,W. 2008

2.2.5.1. Pencegahan Toksisitas Timbal Pb

Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain : 1. Melakukan tes medis Pb dalam darah, terutama bagi pekerja yang beresiko terpapar Pb. 2. Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan atau minuman yang mengandung Pb keramik berglasur, wadah atau kaleng yang dipatri atau mengandung cat. 3. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman secara berkesinambungan. 4. Mencegah anak menelan atau menjilat mainan bercat atau berbahan mengandung cat. 5. Tidak makan, tidak minum, tidak merokok di kawasan yang tercemar Pb. 6. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaan Pb. 7. Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau asap Pb. 8. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan bermotor maupun industri. Universitas Sumatera Utara 9. Bagi para pekerja yang kontak dengan Pb sebaiknya mereka menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja.Widowati,W. 2008

2.2.5.2. Pengobatan Toksisitas Timbal Pb

Untuk mengurangi efek toksiknya pada orang yang telah terpapar Pb, dapat menggunakan kelator, yang antara lain adalah BAL British Anti Lewisite, CaNa 2 EDTA dan Penicillamine. Walaupun terjadi efek samping seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, tetapi kelator yang digunakan itu dapat mengikat Pb dan memeindahkannya dari molekul biologis aktif serta membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air dan lebih mudah diekskresikan melalui urin.Widowati,W. 2008. Begitupun dalam hal pemberian kelator, harus ditentukan lebih dulu kadar Pb darah. Adapun ketiga kelator BAL, CaNa 2 EDTA dan Penicillamine biasa diberikan kepada penderita dengan kadar Pb darah 0,5 – 0,6 ppm. Caranya adalah dengan mengkombinasikan CaNa 2 EDTA dan BAL dimercaprol yang diberikan, kemudian menyusul pemberian Penicillamine untuk pengobatan jangka panjang. Atau dengan cara, CaNa 2 EDTA pada dosis tertentu dibagi dalam 2 kali pemberian perhari, baik melalui infus dan lainnya, selama 5 hari berturut-turut. Barulah setelah Universitas Sumatera Utara pemberian CaNa 2 EDTA belangsung selama 4 jam BAL dimercaprol pun diberikan. Cara ini bias diulang kembali sesudah pengobatan dihentikan 2 hari. Setiap cara pengobatan dengan menggunakan CaNa 2 EDTA maupun BAL dimercaprol, hendaknya jangan melebihi dari dosis yang ditetapkan, dan produksi urin pun harus tetap dipantau, karena biasanya pengeluaran Pb melalui urin selalu terjadi selama berlangsungnya infus awal. BAL dimercaprol dengan dosis tertentu yang diberikan setiap 4 jam selama 48 jam, kemudian setiap 6 jam selama 48 jam berikutnya, dan akhirnya setiap 6 – 12 jam selama 17 hari serta mengkombinasikannya dengan CaNa 2 EDTA, sebenarnya akan memperoleh hasil yang lebih efektif.Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat - Spektrofotometer DR 2010 - Labu ekstraksi 500 ml - Stopcock - Gelas ukur 5 ml, 50 ml, 250 ml - Kuvet 25 ml - Kapas - Support ring dan stand - Botol kaca - Neraca analitik - Beaker glass 250 ml - Labu ukur 100 ml

3.1.2. Bahan

- 1 bungkus bubuk buffer sitrat - Kloroform 50 ml - 1 bungkus bubuk reagen logam dithiver - KCN 2,0 g Universitas Sumatera Utara