Partai Politik 1.Pengertian Partai Politik
7
1.5.1. Partai Politik 1.5.1.1.Pengertian Partai Politik
Partai politik didirikan dengan anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi bisa menyatukan orang-orang yang memiliki pikiran serupa sehingga
pikiran dan orientasinya bisa dikonsolidasikan dengan tujuan untuk memperbesar pengaruh mereka dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Dengan kata lain
partai politik merupakan sebuah kelompok manusia yang terorganisir yang anggota- anggotanya memiliki orientasi, nilai, cita-cita yang sama yang tujuannya ada
memperoleh kekuasaan politik dan berusaha untuk merebut kekuasaan politik. Banyak definisi partai politik yang dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan sosial
politik Menurut Sigmund Neuman
6
Sedangkan menurut Carl J. Friedrich dalam bukunya, Modern Political Parties,
mengemukakan definisi sebagai berikut.Partai Politik adalah organisasi dari aktivis- aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan- golongan lainnya yang mempunyai pandangan berbeda.
7
6
Sigmund Neuman, Modern Political Party dalam Miriam Budiarjdo Op.cit, hlm. 404.
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintah bagi pempinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan bersifat ideal dan
materiil.
7
Carl J. Friedrich, Constitutional Government and Democracy : Theory and Practice in Europe and America dalam A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007, hlm. 102.
Universitas Sumatera Utara
8
Sedangkan menurut Miriam Budiarjo
8
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, partai politik terjuwud berdasarkan persamaan kehendak atau cita-cita yang akan dicapai bersama.
Kehadiran partai politik merupakan cerminan dimana hak-hak asasi manusia dihormati, yakni hak untuk menyatakan pendapat dan hak untuk berserikat.Oleh
karena itu kehadiran partai politik memberi warna tersendiri hal tersebut berdasarkan kepada fungsi yang melekat pada partai politik tersebut.
, partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-
nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik melalui cara yang konstitusional
untuk melaksanakan kebijaksanaan yang mereka miliki.
1.5.1.2.Sejarah Partai Politik
Partai politik merupakan salah satu sarana untuk berperan serta dan untuk berpartisipasi dalam politik.Berdasarkan perkembangannya, partai politik pertama
kali hadir di kawasan Eropa Barat meliputi negara seperti, Inggris dan Prancis.Pada masa itu kegiatan partai politik dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam
parlemen.Kegiatan ini pada mulanya bersifat elitis dan aristokratis, hanya diisi oleh kaum bangsawan yang ingin mempertahankan kepentingannya terhadap tuntutan-
8
Miriam Budiardjo, Op. cit, hlm. 403
Universitas Sumatera Utara
9
tuntutan raja. Berdasarkan sejarahnya terdapat 3 teori yang dapat menjelaskan asal- usul dan pertumbuhan partai politik.
9
A. Teori Kelembagaan
Teori ini melihat ada keterhubungan antara Parlemen awal dan timbulnya partai politik.Teori ini mengatakan bahwa, partai politik dibentuk oleh
kalangan legislatif dan eksekutif karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontrak dengan masyarakat dan membina
dukungan dari masyarakat. Setelah partai tersebut terbentuk dan menjalankan fungsinya, maka muncul partai politik lain yang dibentuk oleh kalangan
masyarakat. Oleh kalangan masyarakat partai politik dibentuk karena masyarakat sadar bahwa partai politik yang dibentuk oleh pemerintah tidak
dapat menampung aspirasi mereka. B.
Teori Situasi Historik Teori ini melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sebuah sistem politik
untuk mengatasi krisis yang disebabkan oleh perubahan masyarakat secara luas.Teori ini menjelaskan bahwa krisis situasi yang terjadi manakala suatu
sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk masyarakat yang sifatnya tradisional yang berstruktur sederhana
menuju masyarakat yang modern yang berstruktur kompleks. Pada situasi terjadi berbagai perubahan seperti perubahan jumlah penduduk, perluasan
pendidikan, perubahan pola pertanian dan industri, partisipasi media massa, urbanisasi, perubahan ekonomi yang berorientasi pasar, peningkatan aspirasi
dan harapan-harapan baru dan munculnya gerakan-gerakan populis.
9
P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012 hlm. 185.
Universitas Sumatera Utara
10
C. Teori Pembangunan
Teori yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.Dalam teori ketiga ini, melihat modernisasi sosial ekonomi, seperti
pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan peningkatan mutu pendidikan, industrialisasi, urbanisasi,
perluasan kekuasaan negara seperti birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok-kelompok kepentingan dan organisasi profesi serta peningkatan
individu dalam memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, melahirkan sebuah kebutuhan terhadap sebuah organisasi politik yang
mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi tersebut. Jadi partai politik merupakan sebuah produk logis dari modernisasi sosial
ekonomi.
1.5.1.3.Fungsi-fungsi Partai Politik
Dalam menjalankan kegiatannya partai politik itu sendiri memiliki beberapa fungsi antara lain :
A. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Konsep komunikasi politik dalam ilmu politik telah mengalami perkembangan dalam pengertiannya komunikasi politik mengalirkan pesan-
pesan politik berupan tuntutan demand, protes, dan berupa dukungan supports atau aspirasi dan kepentingan kedalam suatu proses sistem politik
yang hasil daripada proses itu tersimpul dalam fungsi-fungsi output dan dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selajutnya menjadi feedback
Universitas Sumatera Utara
11
dari sistem politik itu sendiri.
10
Jadi dapat dikatakan bahwa partai politik berfungsi dalam memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana
dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan cara komunikasi itu maka akan tercipta komunikasi dua arah yakni dari masyarakat ke pemerintah dan
sebaliknya dari pemerintah ke masyarakat. Peran partai politik dalam komunikasi politik itu sendiri yakni berperan sebagai jembatan antara
pemerintah dan bagi yang diperintah.
11
B. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Dalam ilmu politik, sosialisai politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang akan memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana dia berada.
12
Sosiologi politik juga dapat diartikan sebagai bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukan
bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya.
13
Dalam fungsinya sebagai sarana sosialisai politik, partai politik sebagai instrumen penting dalam sebuah negara demokrasi
modern, berfungsi untuk melakukan penyaluran nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan atau kebiasaan politik yang benar kepada para konstituensnya.
Dalam metode penyampaiannya, sosialisasi politik yang dilakukan oleh sebuah partai politik dibagi menjadi 2 jenis
14
10
P. Anthonius Sitepu, Op. cit, hlm. 189
:
11
Miriam Budiardjo, Op. Cit, hlm. 406.
12
A. Rahman H.I, Op.cit, hlm. 103.
13
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 154.
14
P. Anthonius Sitepu Op. Cit, hlm. 190.
Universitas Sumatera Utara
12
1. Pendidikan politik.
Pendidikan politik adalah sebuah proses dialogis di antara pemberi pesankomunikator dan penerima pesan komunikan. Melalui proses ini,
masyarakat akan mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sebuah sistem
politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialogis antara pendidik sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik
masyarakat dalam rangka pemahaman dan pengamalan nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik yang dianggap ideal dan baik.
Partai politik dalam sistem politik yang demokratis, melaksanakan fungsi sosialisasi politik seperti ini.
2. Indoktrinasi politik.
Indoktrinasi politik adalah proses sepihak dimana penguasa memobilisasi dan memanipulasi masyarakat untuk menerima nilai-nilai, norma-norma
dan simbol-simbol yang dianggap oleh yang sedang berkuasa sebagai sesuatu yang ideal dan baik. Melalui proses pengarahan yang sarat dengan
paksaan yang sifatnya psikologis dan latihan yang penuh disiplin, partai politik dalam sistem politik yang totaliter melaksanakan fungsi sosialisasi
politik dengan bentuk ini.
C. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Karena tujuan utama partai politik adalah untuk turut serta dalam atau terlibat dalam politik praktik kepemerintahan, maka salah satu fungsi partai politik
adalah dengan melakukan proses rekrutmen politik guna mengisi posisi-
Universitas Sumatera Utara
13
posisi yang dibutuhkan dalam lembaga-lembaga negara. Dalam bukunya, Memahami Ilmu Politik, Ramlan Surbakti menjelaskan bahwa rekrutmen
politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem
politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.Rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan
dan juga untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.
15
Sedangkan menurut Sigmund Newman dalam bukunya, Modern Political Party
16
Terdapat empat sistem perekrutan politik menurut Philip Altoff dan Michael Rush dalam bukunya Pengantar Sosiologi Politik, yaitu :
mengatakan bahwa, rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota beru
dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Cara-cara yang ditempuh oleh partai politik tersebut dengan cara seperti :
mendirikan organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh petani, pemuda, mahasiswa, dan sebagainya.
17
1. Seleksi pemilihan melalui ujian dan pelatihan.
Ujian dan latihan merupakan bentuk rekrutmen yang paling umum. Biasanya dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan birokrasi dan
administrasi. Sistem perekrutan jenis ini juga dilakukan oleh partai politik, seperti di Indonesia disebut pendidikan kader partai melalui latihan.
15
Komarudin Sahid, Memahami Sosialisasi Politik, Bogor : Ghalia Indonesia, hlm. 129.
16
Ibid, hlm. 129.
17
Ibid, hlm. 132.
Universitas Sumatera Utara
14
2. Seleksi melalui rotasi atau giliran.
Motode ini dibuat untuk mencegah dominasi terhadap sebuah jabatan atau posisi berkuasa oleh orang atau kelompok tertentu.Seleksi ini disebut juga
dengan sistem perekrutan bergilir. Selain untuk menghindari dominasi, sistem seleksi ini diterapkan pada format kepemimpinan kolektif atau
dalam bentuk masyarakat yang memiliki pengelompokan politik yang sangat kental, sehingga untuk menghindari terjadinya konflik atau untuk
menjaga stabilitas politik, seperti pemerintahan. 3.
Seleksi melalui perebutan kekuasaan. Metode ini digunakan pada sistem politik yang menggunakan kekerasan
dalam melakukan perebutan kekuasaan. Akibat yang paling nyata dari metode ini pergantian para pemegang jabatan politik dan perubahan pada
personel birokrasi secara total. 4.
Seleksi dengan cara patronage. Patronage adalah sebuah sistem yang sampai pada saat ini masih
dilakukan di Negara-negara berkembang. Sistem ini pertama kali berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. Patronage merupakan
sebuah sistem penyuapan dan sistem korupsi yang rumit, yang banyak terjadi dalam banyak bidang kehidupan masyarakat di kedua Negara
tersebut. Sistem ini cukup kuat dalam mempengaharui pelaksanaan kekuasaan politik melalui berbagai taraf pengontrolan terhadap hasil
pemilihan umum dan sarana perekrutan politik. Hal ini menyebabkan untuk memasuki sebuah jabatan birokrasi, tiap orang harus melalui sistem
patronage ini. Dalam sistem ini kenaikan jabatan dapat dibeli dengan
Universitas Sumatera Utara
15
memberikan imbalan-imbalan kepada orang tertentu. Maka motode ini tidak dapat menjamin kemampuan seseorang dalam memegang sebuah
jabatan politik tertentu.
D. Sebagai Sarana Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut serta dalam
menentukan pimpinan pemerintahan.
18
Kegiatan yang dimaksud adalah mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan,
mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan sebuah kebijakan umum dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif
pemimpin dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal ini partai politik mempunyai fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong
dan mengajak para anggotanya maupun anggota masyarakat lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan politik untuk
mempengaruhi proses politik.
E. Sebagai Sarana Pengatur Konflik
Dalam setiap masyarakat, apalagi masyarakat yang sifatnya heterogen, yang terdiri dari berbagai macam etnis, sosial-ekonomi maupun agama, akan
terdapat celah untuk menimbulkan konflik. Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat
18
P. Anthonius Sitepu, Op. Cit, hlm. 191.
Universitas Sumatera Utara
16
diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatif yang ditimbulkan dari konflik tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.
1.5.1.4.Jenis-jenis Partai Politik
A. Rahman mengklasifikan partai politik dengan 2 cara :
19
A. Berdasarkan pada segi komposisi dan fungsi keanggotaannya.
Cara ini bisa dibedakan kepada dua jenis : 1.
Partai Massa. Partai massa mengutamanakan kekuatannya berdasarkan keunggulan
jumlah anggota, oleh karena itu biasanya terdiri dari pendukung- pendukung yang datangnya dari berbagai aliran politik dalam masyarakat
yang memiliki ideologi dan tujuan yang sama. Kelebihan partai jenis ini adalah dia dapat memperoleh suara yang besar pada pemilihan karena dia
akan mencari dukungan sebanyak-banyaknya. Selain itu, terdapat juga kelemahan dari partai jenis ini yakni ketika jika masing-masing aliran
atau kelompok yang memaksakan kepentingannya masing-masing, maka kelompok itu akan terpisah atau tercerai berai. Hal demikian akan
melemahkan partai. 2.
Partai Kader. Kekuatan partai ini terletak pada ketatnya organisasi dan disiplin kerja
dari anggota-anggotanya.Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan seleksi terhadap
19
A. Rahman H.I., Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007, hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
17
calon anggotanya dan memecat anggotanya yang tidak sesuai atau menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.
B. Berdasarkan sifat dan orientasinya.
Cara ini bisa dibedakan kepada dua jenis : 1.
Partai Lindungan. Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang kendordan
disiplin yang lemah. Tujuan utama partai jenis ini adalah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang dicalonkannya, karena itu
partai ini hanya akan giat beraktivitas hanya mendekati masa-masa pemilihan.
2. Partai Ideologi.
Partai ideologi atau partai asas biasanya memiliki pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin
partai yang kuat dan mengikat. Terhadap calon-calon anggota akan diadakan saringan yang harus diikuti agar dapat menjadi anggota dari
partai jenis ini.
1.5.1.5.Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi di antara sejumlah partai politik dalam sebuah sistem politik.
20
20
P. Anthonius Sitepu, Op. cit, hlm. 192.
Artinya bahwa, tujuan utama dari partai politik itu sendiri adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
18
program-program yang disusun dengan berdasarkan pada ideologi tertentu, maka merealisasikan program-program tersebut, partai politik yang ada berinteraksi satu
sama lainnya dalam sebuah sistem kepartaian. Menurut Maurice Duverger,
21
A. Sistem Partai Tunggal
sistem kepartaian dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk yakni, sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem multi-
partai.
Pola partai tunggal menunjukan suasana yang non-kompetitif karena semua partai harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak
dibenarkan untuk bersaing dengannya.Tujuannya adalah untuk menghindari gejolak-gejolak sosial politik yang menghambat usaha-usaha pembangunan
atau untuk mengintegrasikan aneka golongan yang ada dalam suatu negara.
B. Sistem Dwi-Partai
Sistem dwi-partai biasanya diartikan bahwa terdapat dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam
pemilihan umum secara bergiliran dan demikian memiliki kedudukan yang dominan.Dalam sistem ini partai dibagi menjadi dua yakni, pertama, partai
yang berkuasa karena menang dalam pemilihan umum dan kedua, partai oposisi partai yang kalah dalam pemilihan umum.Dalam sistem ini partai
yang kalah bertindak sebagai loyal opposition bagi pihak yang menang. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai akanberusaha
21
Maurice Duverger, Political Parties : Their Organization and Activity in the Modern State, dalam Miriam Budiardjo, Op. cit, hlm. 415.
Universitas Sumatera Utara
19
untuk merebut dukungan orang-orang yang berada di tengah kedua partai tersebut dan sering dinamakan pemilih terapung floating voter atau pemilih
tengah median voter. Sistem dwi-partai ini dapat berjalan baik apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu :
1. Komposisi masyarakat yang sifatnya homogen.
2. Adanya konsensus yang kuat dalam masyarakat mengenai asas dan tujuan
sosial dan politik. 3.
Adanya kontinuitas sejarah.
C. Sistem Multi-Partai
Umumnya dianggap keberagaman budaya politik dalam suatu masyarakat akan mendorong pilihan ke arah sistem yang sifatnya multi-partai. Dalam
sistem kepartaian ini tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa harus membentuk koalisi
dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyarawah dan kompromi dengan mitranya dan
menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam
parlemen bisa hilang. Di lain pihak, partai partai oposisi kurang memainkan peranannya yang jelas karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat
diajak untuk duduk dalam pemerintahan dengan membentuk koalisi yang baru. Hal seperti ini akan menyebabkan sering terjadinya siasat yang
berubah-ubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi masing-masing
Universitas Sumatera Utara
20
partai. Lagi pula, sering kali partai-partai oposisi tidak dapat menyusun program alternatif bagi pemerintah.