gingivitis dan untuk mengontrol dan mengobati biofilm plak Daniel et al., 2008; Dental Guide, 2012.
2.5. Klorheksidin Glukonat
Klorheksidin glukonat merupakan suatu disinfektan dan suatu agen antiinfektif yang juga digunakan sebagai obat kumur untuk mencegah
terbentuknya plak pada gigi. Klorheksidin glukonat memiliki rumus molekul C
34
H
54
Cl
2
N
10
O
14
, dengan berat molekul 897.7572. Klorheksidin memiliki titik didih pada suhu 1121.4°C dalam tekanan 760 mmHg DrugBank, 2012;
ChemNet, 2012.
Gambar 2.7. Struktur Kimia Klorheksidin Glukonat DailyMed, 2010
Klorheksidin memiliki beberapa senyawa berbentuk garam, yaitu klorheksidin hidroklorida, klorheksidin asetat, dan klorheksidin glukonat. Salah
satu dari ketiga senyawa tersebut yang digunakan sebagai obat kumur adalah klorheksidin glukonat. Klorheksidin sendiri memiliki nama IUPAC International
Union of Pure and Applied Chemistry N-4-chlorophenyl-1-3-6-{N-[3-4- chlorophenylcarbamimidamidomethanimidoyl]amino}hexylcarbamimidamidom
ethanimidamide, sedangkan klorheksidin glukonat memiliki nama 1,1’- hexamethylenebis [5-p-chlorophenylbiguanide] di-D-gluconate DailyMed,
2010; DrugBank, 2012. Klorheksidin bekerja sebagai agen antimikrobial topikal dikarenakan
bermuatan positif. Ketika klorheksidin yang bersifat sebagai kation bereaksi dengan sel bakteri yang bermuatan negatif, akan terjadi ikatan antara keduanya.
Setelah klorheksidin terabsorpsi ke dalam dinding sel dari organisme tersebut,
klorheksidin akan menghancurkan integritas dari membran sel dari organisme tersebut. Akibat dari integritas membran sel yang terganggu, maka terjadi
kebocoran komponen-komponen intraseluler dari organisme tersebut. Plak, mukosa oral, dan hidroksiapatit akan sedikit menyerap klorheksidin sehingga
secara tidak langsung berperan sebagai reservoir yang akan mensekresi klorheksidin secara lambat DrugBank, 2012; Thomas, 2011.
Klorheksidin diabsorpsi secara sangat buruk pada saluran gastrointestinal. Tidak ada data yang jelas mengenai ikatan dengan protein maupun metabolisme
dari klorheksidin. Ekskresi klorheksidin terutama melalui feses. Klorheksidin diindikasikan untuk mencegah karies gigi, dekontaminasi
bagian orofaring bagi pasien-pasien yang sangat sakit, higienitas pelayan kesehatan, pembersih kulit secara umum, dan pada saat persiapan dan perawatan
tempat kateterisasi DrugBank, 2012. Menurut Jarral et al. 2011, klorheksidin terbukti lebih efektif dibandingkan dengan povidon iodin sebagai pencuci tangan
para dokter bedah. Klorheksidin mampu menurunkan jumlah koloni secara signifikan dan mampu menurunkan angka kejadian
surgical site infection SSI pada proses pembedahan kontaminasi-bersih. Selain itu, klorheksidin juga terbukti
efektif sebagai agen antimikroba pada keratitis yang disebabkan Acanthamoeba, dimana 83 dari 6 mata pasien mengalami penyembuhan yang lebih cepat
dibanding dengan kelompok kontrol TOXNET, 2004. Menurut Zorko dan Jerala 2008, klorheksidin memiliki kemampuan
untuk berikatan dan menetralisasi lipopolisakarida LPS bakteri. Klorheksidin merupakan salah satu produk antiseptik yang paling banyak digunakan, baik
sebagai pencuci tangan maupun obat kumur. Klorheksidin bersifat aktif terhadap berbagai jenis bakteri, baik Gram positif maupun Gram negatif dan kompatibel
bila digunakan bersama dengan berbagai jenis antibiotika. Menurut Ireland 2007, klorheksidin glukonat merupakan obat kumur
yang paling efektif dalam menurunkan perkembangan dari plak. Ini menyebabkan klorheksidin menjadi salah satu obat standar yang diresepkan untuk berbagai
penyakit mulut, termasuk segala bentuk ulserasi pada rongga mulut dan juga untuk menurukan kejadian gingivitis.
Walaupun klorheksidin glukonat sangat efektif dalam menurunkan jumlah bakteri pada rongga mulut, klorheksidin glukonat juga memiliki efek samping
yang cukup berat. Dua efek samping yang paling sering dijumpai adalah proses kolorasi pewarnaan pada gigi dan perubahan dari rasa suatu zat. Oleh sebab itu,
produk yang mengandung klorheksidin glukonat hanya dianjurkan pemakaiannya dalam jangka waktu 30 hari setiap 3 bulan Cappelli and Mobley, 2008.
2.6. Povidon Iodin