untuk menjaganya tetap hidup. c.
Atribut prioritas setup priority menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik yang dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan
kegagalan jaringan. d.
Atribut pre-emption holding priority untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam
lingkungan DiffServ. e.
Atribut perbaikan resilience untuk menentukan perilaku trunk trafik dalam keadaan kegagalan.
f. Atribut kebijakan policy untuk menentukan tindakan yang diambil bagi
trafik yang melanggar.
3.4. Proses Penelitian
Proses penelitian tesis meliputi pengumpulan data, perancangan skenario simulasi, pembuatan eksperimen simulasi, dan analisis data.
3.4.1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan peneliti melalui penelitian lapangan yang
dilakukan di PT. Telkom Divisi Multimedia dan penelitian laboratorium yang dilakukan dengan menggunakan Network Simulator 3 NS-3.
A. Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan oleh penulis langsung pada objek yang dituju guna
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan data nyata. Hasil dari penelitian lapangan ini merupakan sumber data primer yang didapatkan langsung dari PT. Telkom Divisi Multimedia Jakarta.
Observasi pada jaringan tera router ini bermanfaat untuk mendapatkan gambaran awal dan data awal tentang karakteristik trafik yang ada pada jaringan sebenarnya.
Data yang diperoleh akan digunakan untuk membangun simulasi jaringan yang memiliki karakteristik data yang sesuai dengan sistem nyata yang ada di lapangan.
Observasi yang dilakukan peneliti di lapangan meliputi: a.
Observasi data delay peta latency jaringan Tera Router Hasil pengamatan peta latency data delay jaringan IP Backbone yang
terdapat di lapangan menggunakan delay dua arah round-trip delay. Perbedaan delay dapat disebabkan oleh:
- panjang kabel akibat beda jalur kabel transmisi
- banyaknya transponder DWDM yang dilewati
b. Observasi topologi fisik jaringan tera router
Observasi terhadap topologi fisik jaringan tera router ini merupakan hal penting dan utama karena penelitian ini dilakukan pada jaringan tera router. Topologi
merupakan parameter utama dalam membuat simulasi jaringan.Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jaringan tera router PT. Telkom yang telah selesai
dibangun sampai dengan saat berjumlah 26 dua puluh enam buah. Topologi fisik jaringan tera diperlihatkan seperti Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Topologi fisik jaringan ter
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran round-trip latency ini dilakukan dengan menjalankan aplikasi ping routing global bukan VPN dari IP loopback. Ping tidak melakukan pengolahan
paket, akan tetapi hanya mengirim respon kembali ketika menerima paket yaitu melakukan no-op, sehingga merupakan cara yang relatif akurat untuk mengukur
latency. Link antar router di jaringan IP Backbone ini sudah menggunakan Direct over WDM dari router langsung ke transponder DWDM tidak melalui SDH. Pada
Gambar 3.1, data delay IP Backbone di lapangan ditunjukkan dengan tulisan berwarna hijau.
c. Observasi trafik pada jaringan tera
Observasi trafik pada jaringan tera router dilakukan selama periode waktu 1 satu bulan. Data trafik diperoleh berdasar hasil pengamatan data trafik yang masuk
maupun keluar pada tiap-tiap interface yang ada di tera router. Data dilihat dari hasil rata-rata harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Berdasar hasil diskusi dengan
Manager Broadband Network Operation and Maintenance PT. Telkom Divisi Multimedia diperoleh informasi bahwa karakteristik trafik tiap bulan tidak jauh
berbeda sehingga data pengukuran dilakukan selama periode waktu 1 satu bulan. Trafik yang mengalir pada jaringan tera merupakan agregasi seluruh jenis trafik.
Masing-masing trafik tersebut dilayani oleh Provider Edge PE yang berbeda-beda. PE atau disebut juga dengan edge LSR adalah routeryang melakukan proses adaptasi
paket non MPLS ke format MPLS dan sebaliknya. Contoh data trafik tera router dapat dilihat pada Lampiran C.
Universitas Sumatera Utara
d. Observasi trafik Speedy di BRAS
Observasi juga dilakukan spesifik terhadap trafik Speedy. Observasi trafik Speedy tidak dilakukan pada jaringan tera, melainkan dilakukan pada Broadband
Remote Access Server BRAS. BRAS merutekan trafik dari dan ke peralatan broadband remote access seperti DSLAM pada jaringan Internet Service Provider
ISP. BRAS terletak di dalam inti jaringan ISP dan menggabungkan sesi pengguna dari jaringan akses. Di BRAS inilah, ISP melakukan manajemen kebijakan dan
kualitas layanan. BRAS hanya digunakan khusus untuk trafik Speedy. BRAS pada awalnya merupakan server, akan tetapi saat ini sudah dilengkapi dengan kemampuan
router, sehingga disebut juga sebagai router tepi edge router. BRAS yang berfungsi sebagai router di sentral bertugas:
1. Melakukan agregasi output DSLAM. 2. Memberikan sesi PPP over IP atau ATM. BRAS sebagai poin terminasi
bertanggung jawab menetapkan sesi parameter seperti alamat IP pelanggan. 3. Menjalankan kebijakan Quality of Service QoS.
4. Meneruskan trafik ke backbone Internet, sebagai hop pertama dari pelanggan ke Internet.
5. Interface untuk sistem autentikasi dan authorisasi fungsi keamanan untuk melindungi jaringan dan accounting untuk monitor pemakaian pelanggan.
Secara fungsi, BRAS akan masuk ke service node, dalam hal ini posisinya setara seperti softswitch yaitu mengirim sisi layanan ke pelanggan. BRAS ini berada
di bawah Tera. Sedangkan tera berfungsi sebagai konektifitas di infrastruktur. Data
Universitas Sumatera Utara
trafik Speedy merupakan data yang berada pada BRAS, yaitu perangkat sebelum masuk ke tera router. Trafik Speedy dikelompokkan berdasarkan penggunaannya
sesuai protokol terlampir. Item yang diamati terdiri dari total bandwidth Mbps, total bandwidth , jumlah bandwidth masuk Mbps dan jumlah bandwidth keluar
Mbps. Pengelompokkan berdasarkan protokol meliputi HTTP Browsing, HTTP Download Manager, HTTP File Transfer, HTTP Streaming, All Others, HTTP,
HTTP Audio, BitTorrent, HTTPS, Flash Media, Bit Torrent DHT, DNS, FTP, Skype, SMTP, Yahoo Chat, NNTP, Other P2P, HTTP Proxy, Yahoo SIP RTP, POP3 SSL,
RTP, IMAPS, Mobile Browser, FTP DATA, Gnutella, MSN Game, Yahoo Video, Games lain, FIGHTERACE-TCP, POP3, ICMP, RTSP, GRE, SIP-RTP, ExoSee,
eDonkey, STUN, SSH, CamFrog, FIGHTERACE-UDP, All Service, SIP, Console Games yang lain, SopCast, MSN RTP, Black and White, SIP RTCP,
VOCALTEC_IPHONE, Local Management. e.
Observasi utilisasi BRAS Observasi terhadap utilisasi BRAS meliputi ketersediaan occupancy
bandwidth, port, dan license. Data ketersediaan bandwidth penting untuk mengetahui bandwidth yang sudah digunakan dan bandwidth yang masih tersedia, hal ini supaya
tidak terjadi kemacetan dalam jaringan. Data port digunakan untuk mengetahui ketersediaan port BRAS. Sedangkan data lisensi digunakan untuk mengetahui jumlah
sirkuit Speedy yang ditangani BRAS. Pada intinya, data tersebut digunakan untuk mengukur ketersediaan bandwidth, port dan lisensi. Dalam hal ini, untuk mengukur
seberapa besar data yang terpakai dari data yang disediakan. Jika dari data yang
Universitas Sumatera Utara
disediakan dengan kapasitas tertentu mempunyai occupancy yang masih kecil, maka tidak perlu dilakukan ekspansi atau penambahan data.
f. Kelas layanan pada jaringan tera
Observasi terhadap kelas layanan jaringan merupakan hal penting dan utama untuk mengetahui pembagian tingkat layanan pada jaringan. Tujuan observasi
pembagian kelas layanan ini adalah untuk parameter masukan simulasi guna mendapatkan kualitas layanan yang terbaik pada jaringan. Pada intinya, data tersebut
digunakan untuk mengukur ketersediaan bandwidth, port dan lisensi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa klasifikasi kelas layanan trafik dibagi
dalam empat kategori yaitu kontrol, trafik real time, trafik critical, dan trafik best effort. Tujuan observasi pembagian kelas layanan ini adalah untuk parameter
masukan simulasi guna mendapatkan kualitas layanan yang terbaik pada jaringan. Pemetaan berdasarkan CoS seperti ditunjukkan Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Pemetaan berdasarkan CoS
EXP CoS Kelas Layanan
000 001
010 011
100 101
110 111
Trafik Best Effort Internet Tidak dipakai
Tidak dipakai Trafik Critical untuk layanan Corporate
VPN Tidak dipakai
Trafik Real Time Voice, Video Tidak dipakai
Kontrol
Universitas Sumatera Utara
Kualitas layanan yang dapat dijaminkan untuk kontrol adalah sebesar 5 dari kapasitas bandwidth yang tersedia, sedangkan kualitas layanan yang dijaminkan
untuk trafik real time sebesar 50 dari kapasitas bandwidth yang ada. Sehingga total untuk kontrol dan trafik real time adalah sebesar 55. Sisanya 45 digunakan untuk
trafik critical sebesar 65 dari sisa 45 yang tersedia dan untuk trafik best effort sebesar 35 dari sisa 45 yang tersedia.
g. Tunnelling LSP pada jaringan tera.
Tunnelling merupakan inti penting pada jaringan MPLS. Observasi juga dilakukan terhadap tunneling LSP yang ada pada jaringan tera. Dengan tujuan
mendapatkan data mengenai jalur yang dilewati trafik dari sumber ke tujuan. Beberapa Label Switched Path LSP sudah dibangun di backbone tera router
Telkom. Data LSP meliputi ID Tunnel, asal sumber host, nama node, tujuan host, nama node tujuan, bandwidth, tipe, jalur aktual yang dilewati, metrik jarak, delay,
jumlah hop, komen, level, bandwidth link yang tersedia maksimum. Seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi ini sangat berguna sebagai
parameter masukan untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian laboratorium yang dilakukan dengan menggunakan NS-3.
B. Penelitian Laboratorium Data hasil observasi penelitian lapangan merupakan parameter masukan bagi
penelitian laboratorium. Penelitian laboratorium menggunakan jaringan replika dilakukan dengan alat bantu simulasi simulator jaringan. Simulator yang digunakan
pada penelitian ini yaitu Network Simulator 3 NS-3.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Perancangan skenario simulasi Skenario simulasi dilakukan berdasar topologi simulasi pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Topologi simulasi
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam merancang skenario simulasi: a.
Kondisi normal yaitu membagi jalur trafik Speedy dengan trafik lain, dimana Speedy diletakan di jalur yang lebih panjang delay lebih besar. Hal ini
berhubungan dengan penggunaan differentiated service pada penerapan rekayasa trafik, dimana dilakukan pembagian trafik sesuai kelas layanan.
b. Kondisi gangguan yaitu bagaimana skenario simulasi bisa berjalan sesuai
SLA jika terjadi gangguan di jaringan. Tiga hal utama yang dikaji pada kondisi gangguan yaitu:
1. Kemacetan congestion Kemacetan merupakan masalah utama yang sering terjadi di router.
Kemacetan dapat timbul antara lain diakibatkan karena kesalahan transmisi, sehingga sangat diperlukan cara untuk mengatasi kemacetan jaringan yaitu dengan rekayasa
trafik MPLS. Untuk mengetahui kehandalan rekayasa trafik MPLS dalam mengatasi kemacetan jaringan, maka pada penelitian ini dibuat skenario mengenai kemacetan.
Skenario ini dibuat dengan membangkitkan suatu trafik yang sangat berlebih pada jaringan, yang melebihi kapasitas bandwidth yang tersedia.
2. Kegagalan link link failure Kegagalan link merupakan hal yang sering terjadi di koneksi medium. Link
gagal dapat disebabkan karena faktor alam maupun gangguan pada perangkat. Skenario ini dilakukan untuk mengetahui perilaku trafik pada jaringan jika terdapat
kegagalan link di jaringan, apakah trafik tersebut akan hilang karena paket akan dibuang drop dari jaringan ataukah trafik akan tetap terselamatkan menuju tujuan
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan reroute ke jalur lain yang tersedia. 3. Jalur sibuk busy link
Jalur sibuk busy link terjadi diakibatkan trafik yang melewati suatu link di jaringan tersebut sangat padat. Skenario ini dibuat dengan cara beberapa sumber
aliran trafik bertemu pada suatu link yang sama, sehingga link tersebut akan menjadi sibuk. Skenario simulasi dibuat dengan membandingkan jaringan
backbone tera router tanpa menggunakan rekayasa trafik MPLS dan dengan menggunakan rekayasa trafik MPLS. Pada skenario simulasi dengan menggunakan
rekayasa trafik MPLS, juga dibandingkan penggunaan rekayasa trafik MPLS tanpa kombinasi dengan pembagian kelas layanan DiffServ dan penggunaan rekayasa
trafik MPLS kombinasi dengan pembagian kelas layanan DiffServ. Berikut ini perancangan skenario simulasi:
3.4.2.1.Skenario I, tanpa rekayasa trafik MPLS Pada skenario simulasi I tanpa menggunakan rekayasa trafik MPLS,
jaringan backbone tera router merupakan jaringan IP biasa. Trafik pada jaringan IP dikirimkan dari sumber menuju tujuan dengan kebijakan best-effort. Pada skenario
ini, seluruh router dengan fitur MPLS dinonaktifkan. Protokol routing yang digunakan menggunakan protokol routing standar yaitu OSPF. Pada skenario ini,
tidak terdapat mekanisme fast reroute jika seandainya terjadi gangguan di jaringan. Trafik yang lewat melalui jaringan IP tidak dibedakan berdasarkan kelas
layanan, sehingga semua trafik mendapat prioritas yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatur antrian pada router, digunakan teknik antrian default yang terdapat pada simulator NS-3 yaitu mekanisme teknik antrian drop tail, dimana
paket yang datang terakhir paket pada ujung akhir antrian akan dihilangkan saat antrian penuh.
Penjadwalan scheduling dalam kaitannya dengan jaringan berbasis paket merupakan sebuah metode untuk mengatur lalu lintas paket yang keluar masuk
sebuah node. Pengaturan lalu lintas paket data yang lewat dilakukan dengan mengatur paket mana yang terlebih dahulu dapat masuk atau keluar dari sebuah
node. Tiap node memiliki buffer untuk paket-paket yang datang sebelum diproses lebih lanjut diteruskan, diolah, atau ditolak oleh node tersebut. Penjadwalan ini
akan memanfaatkan buffer dan waktu tunggu untuk mengatur lalu lintas paket dengan memperhatikan parameter-paremeter yang ditentukan sebelumnya
sehingga dapat diketahui paket-paket mana yang harus diprioritaskan. Pada skenario I ini paket dikirimkan menggunakan algoritma round-robin dengan
konsep FIFO First In First Out. Paket yang keluar dari node pertama kali merupakan paket yang menempati antrian dengan urutan pertama, hingga selesai,
kemudian dilanjutkan dengan antrian urutan lebih rendah. Berikut ini skenario simulasi yang dilakukan yaitu:
a. Skenario I - Kondisi Normal
Skenario I kondisi normal dapat dilihat pada Tabel 3.2 dengan besar paket 1024 bytes dan delay seperti topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang
lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort BE
Universitas Sumatera Utara
Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort BE untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20
merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.2. Skenario I - Kondisi Normal
No. Jenis Trafik
Jumlah Paket Host Sumber
Host Tujuan
1. Real Time
RT 10000
H7 H8
192.168.8.2 192.168.9.2
2. Critical
C 8000
H6 H9
192.168.7.2 192.168.10.2
3. Kontrol
K 2000
H11 H7
192.168.12.2 192.168.8.2
4. Best Effort
BE 80000
H3 H8
192.168.4.2 192.168.9.2
b. Skenario I - Kondisi Kemacetan Congestion
Skenario simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7, dapat dilihat pada Tabel 3.3 dengan besar paket 1024 bytes dan delay seperti topologi
simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan total jumlah paket jenis trafik best effort Speedy sebesar 80 yang terdiri
dari BE-1, BE-2, dan BE-3, sedangkan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT-1, RT-2, dan RT-3, critical C-1 dan C-2, dan kontrol K-1 dan
K-2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Skenario I - Kondisi Kemacetan
No. Jenis Trafik
Jumlah Paket Host Sumber
Host Tujuan
1. Real Time
RT-1 4000
H7 H9
192.168.8.2 192.168.10.2
2. Kontrol
K-1 1000
H6 H8
192.168.7.2 192.168.9.2
3. Critical
C-1 3000
H4 H8
192.168.5.2 192.168.9.2
4. Critical
C-2 3000
H5 H9
192.168.6.2 192.168.10.2
5. Best Effort
BE-1 30000
H0 H8
192.168.1.2 192.168.9.2
6. Best Effort
BE-2 30000
H1 H9
192.168.2.2 192.168.11.2
7. Real Time
RT-2 4000
H7 H11
192.168.8.2 192.168.12.2
8. Best Effort
BE-3 20000
H3 H10
192.168.4.2 192.168.11.2
9. Real Time
RT-3 4000
H9 H7
192.168.10.2 192.168.8.2
10. Kontrol
K-2 1000
H8 H6
192.168.9.2 192.168.7.2
c. Skenario I - Kondisi Kegagalan Link Link Failure
Skenario simulasi kegagalan link ini dititikberatkan terjadi link putus pada link antara node R7 dan node R12, dapat dilihat pada Tabel 3.4 dengan besar paket 1024
bytes dan data delay seperti pada topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort
BE untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Skenario I - Kondisi Kegagalan Link Link Failure
No. Jenis Trafik
Jumlah Paket Host Sumber
Host Tujuan
1. Best Effort
BE 80000
H4 H8
192.168.5.2 192.168.9.2
2. Real Time
RT 10000
H7 H9
192.168.8.2 192.168.10.2
3. Critical
C 8000
H3 H10
192.168.4.2 192.168.11.2
4. Kontrol
K 2000
H6 H8
192.168.7.2 192.168.9.2
d. Skenario I - Kondisi Link Sibuk Busy Link
Skenario simulasi link penuh ini dititikberatkan terjadi link sibuk pada link antara node R7 dan node R12 dapat dilihat pada Tabel 3.5, dengan besar paket 1024
bytes dan data delay seperti pada topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort
BE-1 dan BE-2 untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.5 Skenario I - Kondisi Link Sibuk Busy Link
No. Jenis Trafik
Jumlah Paket Host Sumber
Host Tujuan
1. Best Effort
BE-1 40000
H4 H8
192.168.5.2 192.168.9.2
2. Real Time
RT 10000
H7 H9
192.168.8.2 192.168.10.2
3. Best Effort
BE-2 40000
H5 H9
192.168.6.2 192.168.10.2
4. Critical
C 8000
H3 H10
192.168.4.2 192.168.11.2
5. Kontrol
K 2000
H6 H8
192.168.7.2 192.168.9.2
Universitas Sumatera Utara
3.4.2.2.Skenario II, dengan rekayasa trafik MPLS Pada skenario II ini jaringan backbone tera router merupakan jaringan MPLS.
Beberapa hal pada skenario II ini sama seperti pada skenario I yaitu mengenai teknik antrian dan penjadwalan. Teknik antrian pada skenario II ini menggunakan
mekanisme yang sama seperti pada skenario I yaitu mekanisme antrian tail drop, dimana pada mekanisme antrian ini tidak terdapat mekanisme untuk melihat suatu
paket dan memutuskan apakah suatu paket seharusnya dibuang dalam antrian atau tidak. Untuk proses penjadwalan scheduling pada skenario II juga menggunakan
mekanisme penjadwalan yang sama seperti pada skenario I yaitu menggunakan algoritma round-robin dengan konsep FIFO First In First Out. Paket yang keluar
dari node pertama kali merupakan paket yang menempati antrian dengan urutan pertama, hingga selesai, kemudian dilanjutkan dengan antrian urutan lebih rendah.
Perbedaan skenario II dengan skenario I yaitu pada skenario II jaringan MPLS mempunyai kemampuan pengiriman paket yang lebih cepat dan mempunyai
kemampuan rekayasa trafik. Pemrosesan paket yang terjadi di jaringan MPLS berbeda dengan pemrosesan paket pada jaringan tradisional IP. Pemrosesan paket
pada jaringan MPLS yang mempunyai kemampuan rekayasa trafik dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3. Diagram aktivitas pemrosesan paket
Paket Datang Pencarian FEC
Baca Top Label Kirim Paket dengan mode pengiriman IPv4
Ditemukan FEC?
Paket MPLS? Tidak
Tidak Ya
Ya Terdapat
NHLFE? Buang paket
Pilih Operasi NHLFE Tidak
Ya
Operasi PUSH Operasi SWAP
Operasi POP Update TTL top label dari label stack ke incoming TTL-1
Set TTL label NHLFE ke incoming TTL-1 bottom flag stack ke top flag stack Gantikan TTL top label baru dgn TTL-1 label yg di POP
Buang Paket Ya
Tidak Label merupakan
Label Stack ? PUSH Label
SWAP Label Cek Kondisi Jaringan
BW Cukup?
Terjadi Kemacetan Tidak
Terjadi Kegagalan Link ? Ya
Cek Antrian Buffer Node Ya
Masukkan paket ke antrian Antrian nenuh?
Ada link backup? Switchover ke link backup fast reroute
Buang paket
Kirim paket ke tujuan Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Universitas Sumatera Utara
Pemrosesan label yang terjadi di dalam jaringan MPLS meliputi tiga bagian utama yaitu pemrosesan di awal jaringan MPLS, pemrosesan di inti jaringan MPLS,
dan pemrosesan di akhir jaringan MPLS. a. Pemrosesan di awal jaringan MPLS
Pada router awal jaringan MPLS LSR ingress, LSR akan menerima paket IP yang datang. LSR menampilkan pencarian alamat IP untuk menentukan LSP hop
selanjutnya. Label yang sesuai dimasukkan ke dalam paket operasi push label. Paket yang sudah diberi label kemudian dikirim ke interface keluaran yang
sesuai untuk diproses berdasarkan mekanisme pengiriman MPLS. b. Pemrosesan di inti jaringan MPLS
LSR core yang terdapat di inti jaringan MPLS akan memproses paket-paket yang datang. Label yang sesuai ditukar pada paket operasi swap label. Paket berlabel
kemudian dikirim ke interface keluaran untuk selanjutnya diproses. c. Pemrosesan di akhir jaringan MPLS
Pada ujung akhir jaringan MPLS LSR egress, LSR akan membuang label MPLS operasi pop label dan paket IP diklasifikasi kembali. Pada tiap paket,
LSR menampilkan pencarian alamat IP untuk menentukan tujuan paket dan mengirimkan paket tersebut ke interface tujuan untuk selanjutnya diproses.
Mekanisme backup node maupun link yang digunakan pada jaringan tera router ini yaitu mekanisme dual homing. Pada mekanisme dual homing, satu titik
akses merupakan koneksi utama, dan lainnya merupakan koneksi siaga yang diaktifkan dalam hal terjadi kegagalan koneksi utama. Tujuan digunakannya
Universitas Sumatera Utara
mekanisme dual homing ini adalah untuk mekanisme backup dalam melakukan perlindungan terhadap link dan node saat terjadi kegagalan di jaringan.
Jika terjadi kegagalan di jaringan, maka langkah yang dilakukan yaitu melakukan fast reroute ke jalur backup yang sudah disediakan sebelumnya. Tujuan
dilakukan fast reroute adalah supaya transmisi data tidak terhenti saat kegagalan pada jaringan yaitu dengan mengubah lintasan utama ke lintasan pengganti backup.
Prinsip dasar fast reroute rekayasa trafik adalah menggunakan LSP yang dibangun sebelumnya untuk melindungi satu atau beberapa LSP.LSP yang dibangun
sebelumnya dinamakan LSP fast reroute dan LSP yang dilindungi dinamakan LSP aktif. Metode fast reroute yang digunakan pada skenario simulasi ini yaitu metode
bypass, dimana merupakan mode backup yang menggunakan satu lintasan proteksi untuk melindungi beberapa LSP. Lintasan proteksi ini disebut LSP bypass. Mode ini
dipilih dengan alasan lebih efektif digunakan karena memiliki overhead yang lebih kecil. Dalam keadaan terburuk worst case, jika tidak ada respon ataupun ACK
setelah transmisi data selama 2 detik uplink, maka dideteksi telah terjadi gangguan di jaringan, sehingga jaringan akan otomatis melakukan perutean ulang menggunakan
lintasan pengganti backup. Berikut ini skenario simulasi yang dilakukan yaitu:
a. Skenario II - Kondisi Normal
Skenario II kondisi normal dapat dilihat pada Tabel 3.6 dengan besar paket 1024 bytes dan delay seperti topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang
lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort BE
Universitas Sumatera Utara
untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.6 Skenario II - Kondisi Normal
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Host Sumber
Host Tujuan LSP
1.
Real Time
RT 10000
H7 H8
R10if2R7if8- R7if9R12if3-R12if1
192.168.8.2 192.168.9.2
2.
Critical C
8000 H6
H9 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-R12if2
192.168.7.2 192.168.10.2
3.
Kontrol K
2000 H11
H7 R13if3R6if9-
R6if8R11if1- R11if2R10if3-
R10if1 192.168.12.2 192.168.8.2
4.
Best Effort
BE 80000
H3 H8
R5if4R4if4- R4if8R7if4-
R7if6R6if6- R6if9R13if3-
R13if4R12if4- R12if1
192.168.4.2 192.168.9.2
b. Skenario II - Kondisi Kemacetan Congestion
Skenario II simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7, dapat dilihat pada Tabel 3.7 dengan besar paket 1024 bytes dan delay seperti
topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan total jumlah paket jenis trafik best effort Speedy sebesar 80,
sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time, critical, dan kontrol.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7 Skenario II – Kondisi Kemacetan Congestion
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Host Sumber
Host Tujuan
LSP
1. Real
Time RT-1
4000 H7
H9 R10if2R7if8-
R7if9R12if3-R12if2 192.168.8.2
192.168.10.2 2.
Kontrol K-1
1000 H6
H8 R9if3R8if2-R8if1R7if7-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.7.2
192.168.9.2 3.
Critical C-1
3000 H4
H8 R5if5R4if6-R4if8R7if4-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.5.2
192.168.9.2 4.
Critical C-2
3000 H5
H9 R5if6R4if4-R4if7R7if3-
R7if9R12if3-R12if2 192.168.6.2
192.168.10.2 5.
Best Effort
BE-1 30000
H0 H8
R0if4R1if1-R1if4R2if1- R2if4R3if1-R3if6R7if1-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.1.1
192.168.9.2 6.
Best Effort
BE-2 30000
H1 H9
R0if4R1if4-R1if7R6if1- R6if5R7if5-R7if9R12if3-
R12if1 192.168.2.2
192.168.10.2 7.
Critical RT-2
4000 H7
H11 R10if2R7if8-R7if5R6if5-
R6if9R13if3-R13if2 192.168.8.2
192.168.12.2 8.
Best Effort
BE-3 20000
H3 H10
R5if4R4if4-R4if7R7if3- R7if5R6if5-R6if9R13if3-
R13if1 192.168.4.2
192.168.11.2 9.
Real Time
RT-3 4000
H9 H7
R12if3R7if9- R7if8R10if2-R10if1
192.168.10.2 192.168.8.2
10. Kontrol
K-2 1000
H8 H6
R12if3R7if9-R7if7R8if1- R8if2R9if3-R9if1
192.168.9.2 192.168.7.2
c. SkenarioII – Kondisi Kegagalan Link Link Failure
Skenario II simulasi kegagalan link ini dititikberatkan terjadi link putus pada link antara node R7 dan node R12, dapat dilihat pada Tabel 3.8 dengan besar paket
1024 bytes dan data delay seperti pada topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best
effort BE untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.8 Skenario II - Kondisi Kegagalan Link Link Failure
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Host
Sumber Host Tujuan
LSP
1. Best Effort
BE 80000
H4 H8
R5if5R4if5-R4if8R7if4- R7if9R12if3-R12if1
192.168.5.2 192.168.9.2
2. Real Time
RT 10000
H7 H9
R10if2R7if8- R7if9R12if3- R12if2
192.168.8.2 192.168.10.2
3. Critical
C 8000
H3 H10
R5if4R4if4-R4if7R7if3- R7if5R6if5-R6if9R13if3-
R13if1 192.168.4.2
192.168.11.2 4.
Kontrol K
2000 H6
H8 R9if3R8if2-R8if1R7if7-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.7.2
192.168.9.2
d. Skenario II - Kondisi Link Sibuk Busy Link
Skenario II kondisi link sibuk ini dititikberatkan terjadi link sibuk pada link node R7 dan node R12, seperti pada Tabel 3.9 dengan besar paket 1024 bytes dan
data delay seperti topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket trafik best effort sebesar 80, sisa
20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, kontrol K. Tabel 3.9 Skenario II - Kondisi Link Sibuk Busy Link
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Host
Sumber Host Tujuan
LSP
1. Best
Effort BE-1
40000 H4
H8 R5if5R4if5-R4if8R7if4-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.5.2
192.168.9.2 2.
Real Time
RT 10000
H7 H9
R10if2R7if8- R7if9R12if3- R12if2
192.168.8.2 192.168.10.2
3. Best
Effort BE-2
40000 H5
H9 R5if4R4if4-R4if7R7if3-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.6.2
192.168.10.2 4.
Critical C
8000 H3
H10 R5if4R4if4-R4if7R7if3-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-R13if1
192.168.4.2 192.168.11.2
5. Kontrol
K 2000
H6 H8
R9if3R8if2-R8if1R7if7- R7if9R12if3-R12if1
192.168.7.2 192.168.9.2
Universitas Sumatera Utara
3.4.2.3. Skenario III, dengan rekayasa trafik MPLS dan DiffServ Pada skenario III ini jaringan backbone tera router merupakan jaringan MPLS
yang implementasinya dikombinasikan dengan Differentiated Service. Sehingga pada skenario III ini, jaringan MPLS bukan hanya saja mempunyai kemampuan rekayasa
trafik, tetapi juga mempunyai kemampuan melakukan pembagian trafik berdasar kelas layanan.
Fitur pengklasifikasian layanan sudah terdapat pada header MPLS yaitu pada field experimental EXP atau class of service CoS. Field ini terdiri dari 3 bit yang
berguna untuk mengkombinasikan MPLS dengan DiffServ. Gambar 3.4 merupakan CoS atau EXP pada header MPLS.
Gambar 3.4. CoS atau EXP pada Header MPLS
Pada field CoS, 2 bit pertama menentukan jumlah antrian queue, sedangkan 1 bit terakhir merupakan indikator prioritas paket hilang Packet Loss PriorityPLP
yang digunakan untuk menentukan drop paket oleh RED Random Early Detection atau WRED Weighted Random Early Detection.
Class of Service 3 bits
PLP Queue
2 1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5 merupakan pemetaan yang dilakukan dari IP TOS ke MPLS CoS MPLS EXP.
Gambar 3.5. Pemetaan IP TOS ke MPLS EXP
Proses pengklasifikasian paket di awal node domain MPLS Ingress LSR ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Diagram aktivitas klasifikasi layanan paket datang
Paket datang Apakah
Paket IP ? Paket MPLS
Paket IPv4 Ya
Tidak
Salin bit CoS dari label masuk Salin TOP pada IP ke CoS pada header MPLS
Universitas Sumatera Utara
Manajemen antrian yang digunakan pada skenario III ini yaitu Weighted Random Early Detection WRED. Alasan digunakan mekanisme WRED yaitu
WRED memberikan layanan terbaik terhadap paket-paket dalam antrian prioritas. Jika prioritas antrian menjadi penuh, WRED akan membuang paket dengan prioritas
terendah dari antrian. WRED menggunakan IP Precedence atau Differentiated Services Code Point DSCP untuk memutuskan paket-paket yang mana yang
seharusnya dibuang. Akan tetapi, di dalam masing-masing kelas antrian, paket tetap dikirimkan menggunakan algoritma round-robin dengan konsep FIFO First In First
Out. Sedangkan algoritma penjadwalan simulasi yang digunakan pada skenario III
ini yaitu antrian prioritas. Alasan digunakan algoritma ini yaitu algoritma ini mampu memberikan layanan yang berbeda-beda terhadap paket dalam node. Paket yang telah
diberi tanda prioritas akan masuk ke classifier yang berfungsi untuk membagi paket- paket ke dalam kelas antrian berdasarkan prioritas. Kelebihan dari algoritma ini
adalah trafik dengan prioritas tinggi akan lebih diutamakan untuk lewat terlebih dahulu di jaringan. Akan tetapi, terdapat kelemahan pada algoritma ini yaitu trafik
dengan prioritas lebih rendah akan mengalami delay yang cukup lama, karena menunggu hingga antrian pada prioritas yang lebih tinggi selesai. Jika trafik dengan
prioritas yang lebih tinggi meningkat, maka trafik dengan prioritas rendah akan dibuang drop, karena buffer pada node tersebut telah penuh, sedangkan trafik
dengan prioritas tinggi tersebut belum selesai.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini skenario simulasi yang dilakukan yaitu: a.
Skenario III - Kondisi Normal Skenario III kondisi normal seperti pada Tabel 3.10 dengan besar paket 1024
bytes dan delay seperti topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort BE untuk
aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.10 Skenario III - Kondisi Normal
No Jenis
Trafik Kelas
Layanan CoS
Jumlah Paket
Host Sumber Host Tujuan
LSP
1. Real
Time RT
5 10000
H7 H8
R10if2R7if8- R7if9R12if3-R12if1
192.168.8.2 192.168.9.2
2. Critical
C 3
8000 H6
H9 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-R12if2
192.168.7.2 192.168.10.2
3. Kontrol
K 7
2000 H11
H7 R13if3R6if9-
R6if8R11if1- R11if2R10if3-R10if1
192.168.12.2 192.168.8.2
4. Best
Effort BE
80000 H3
H8 R5if4R4if4-
R4if8R7if4- R7if6R6if6-
R6if9R13if3- R13if4R12if4-R12if1
192.168.4.2 192.168.9.2
b. Skenario III - Kondisi Kemacetan Congestion
Skenario simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7, seperti pada Tabel 3.11 dengan besar paket 1024 bytes dan delay seperti topologi
simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan total jumlah paket jenis trafik best effort Speedy sebesar 80 yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari BE-1, BE-2, dan BE-3, sedangkan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT-1, RT-2, dan RT-3, critical C-1 dan C-2, dan kontrol K-1 dan
K-2. Tabel 3.11. Skenario III - kondisi kemacetan Congestion
No Jenis
Trafik Kelas
Layanan CoS
Jumlah Paket
Host Sumber Host
Tujuan LSP
1. Real
Time RT-1
5 4000
H7 H9
R10if2R7if8- R7if9R12if3-R12if2
192.168.8.2 192.168.10.2
2. Kontrol
K-1 7
1000 H6
H8 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-R12if1
192.168.7.2 192.168.9.2
3. Critical
C-1 3
3000 H4
H8 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-R12if1
192.168.5.2 192.168.9.2
4. Critical
C-2 5
3000 H5
H9 R5if6R4if6-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-R12if2
192.168.6.2 192.168.10.2
5. Best
Effort BE-1
30000 H0
H8 R0if4R1if1-
R1if4R2if1- R2if4R3if1-
R3if6R7if1- R7if9R12if3-R12if1
192.168.1.1 192.168.9.2
6. Best
Effort BE-2
30000 H1
H9 R0if4R1if4-
R1if7R6if1- R6if5R7if5-
R7if9R12if3-R12if1 192.168.2.2
192.168.10.2 7.
Real Time
RT-2 3
4000 H7
H11 R10if2R7if8-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-R13if2
192.168.8.2 192.168.12.2
8. Best
Effort BE-3
20000 H3
H10 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if5R6if5-
R6if9R13if3-R13if1 192.168.4.2
192.168.11.2 9.
Real Time
RT-3 5
4000 H9
H7 R12if3R7if9-
R7if8R10if2-R10if1 192.168.10.2
192.168.8.2 10.
Kontrol K-2
7 1000
H8 H6
R12if3R7if9- R7if7R8if1-
R8if2R9if3-R9if1 192.168.9.2
192.168.7.2
Universitas Sumatera Utara
c. Skenario III - Kondisi Kegagalan Link Link Failure
Skenario simulasi III kegagalan link ini dititikberatkan terjadi link putus pada link antara node R7 dan node R12, seperti pada Tabel 3.12 dengan besar paket 1024
bytes dan data delay seperti pada topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort
BE untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.12. Skenario III - kondisi kegagalan link Link Failure
No Jenis
Trafik Kelas
Layanan CoS
Jumlah Paket
Host Sumber Host Tujuan
LSP
1. Best
Effort BE
80000 H4
H8 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-
R12if1
192.168.5.2 192.168.9.2
2. Real
Time RT
5 10000
H7 H9
R10if2R7if8- R7if9R12if3-
R12if2 192.168.8.2 192.168.10.2
3. Critical
C 3
8000 H3
H10 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if5R6if5-
R6if9R13if3- R13if1
192.168.4.2 192.168.11.2
4. Kontrol
K 7
2000 H6
H8 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-
R12if1 192.168.7.2
192.168.9.2
Universitas Sumatera Utara
d. Skenario III - Kondisi Link Sibuk Busy Link
Skenario simulasi III link sibuk ini dititikberatkan terjadi link penuh pada link antara node R7 dan node R12, seperti pada Tabel 3.13 dengan besar paket 1024 bytes
dan data delay seperti pada topologi simulasi Gambar 3.2. Total jumlah paket yang lewat di jaringan sebesar 100000, dengan jumlah paket jenis trafik best effort BE-1
dan BE-2 untuk aplikasi Speedy sebesar 80, dan sisanya 20 merupakan jumlah paket jenis trafik real time RT, critical C, dan kontrol K.
Tabel 3.13. Skenario III - kondisi link sibuk
No Jenis
Trafik Kelas
Layanan CoS
Jumlah Paket
Host Sumber
Host Tujuan LSP
1. Best
Effort BE-1
40000 H4
H8 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-
R12if1 192.168.5.
2 192.168.9.2
2. Real
Time RT
5 10000
H7 H9
R10if2R7if8- R7if9R12if3-
R12if2 192.168.8.
2 192.168.10.
2
3. Best
Effort BE-2
40000 H5
H9 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if1 192.168.6.
2 192.168.10.
2
4. Critical
C
3 8000
H3 H10
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-
R13if1 192.168.4.
2 192.168.11.
2
5. Kontrol
K
7 2000
H6 H8
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3- R12if1
192.168.7. 2
192.168.9.2
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Pelaksanaan Percobaan Beberapa hal terkait dengan pelaksanaan percobaan pada simulator yaitu:
a. Pemodelan Simulasi
Pemodelan merupakan aspek penting dari rekayasa trafik. Tujuan pemodelan simulasi ini yaitu untuk mempermudah analisis sehingga bermanfaat untuk
memprediksi kinerja jaringan dalam berbagai kondisi serta pedoman rencana perluasan jaringan. Pemodelan dilakukan dengan berdasarkan dua kondisi yang ada
existing di lapangan yaitu kondisi saat tidak terjadi gangguan normal dan kondisi saat terjadi gangguan sesuai dengan skenario simulasi.
b. Parameter Simulasi
Parameter dalam simulasi merupakan ukuran yang digunakan dalam membatasi simulasi. Parameter simulasi berupa parameter masukan dan parameter
keluaran. Parameter masukan simulasi terdiri dari : 1. Topologi jaringan
Topologi jaringan merupakan hal mendasar pada parameter masukan karena penelitian ini menggunakan jaringan replika yaitu topologi jaringan yang digunakan
pada simulasi ini merupakan replika jaringan asli di lapangan. Gambar 3.7 merupakan topologi jaringan simulasi, dimana detil mengenai konfigurasi router dan host pada
topologi simulasi dapat dilihat pada Tabel 3.14, serta matriks konfigurasi router pada topologi simulasi dapat dilihat pada Tabel 3.15:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7. Topologi Jaringan Simulasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.14. Konfigurasi Router - Host Topologi Simulasi
H0 H1
H2 H3
H4 H5
H6 H7
H8 H9
H10 H11
H12 H13
H14 H15
R0 If1
If2 If3
R1 R2
R3 R4
R5 If1
If2 If3
R6 R7
R8 R9
If1 R10
If1 R11
R12 If1
If2 R13
If1 If2
Universitas Sumatera Utara
R14 R15
R16 R17
R18 R19
R20 R21
R22 R23
R24 If1
If2,If3 R25
If1 If2,If3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.15. Matriks konfigurasi router topologi simulasi
R0 R1
R2 R3
R4 R5
R6 R7
R 8
R 9
R1 R1
1 R1
2 R1
3 R1
4 R1
5 R1
6 R1
7 R1
8 R1
9 R2
R2 1
R2 2
R2 3
R2 4
R2 5
R0
If4 ,
if5 ,
if6
R1
If1 ,
If2 ,
If3 If4
, If5
, If6
If7 ,
If8
R2
If1 ,
If2 ,
If3 If4
, If5
If6 ,
If7 If8
If9 If10
, If11
If12 ,
If13 If14
, If15
If1 6
R3
If1 ,
If2 If3
, If4
If6 ,
If7 If8
If9 If10
, If11
If12 ,
If13 If14
, If15
If1 6
Universitas Sumatera Utara
, If5
R4
If1 ,
If2 ,
If3 If4
, If5
, If6
If7 ,
If8
R5
If4 ,
If5 ,
If6
R6
If1 ,
If2 If3
, If4
If5 ,
If6 If
7 If8
If9
R7
If1 ,
If2 If3
, If4
If5 ,
If6 If
7 If8
If9
R8 If1
If 2
R9 If2
If 3
Universitas Sumatera Utara
R1
If2 If3
R1 1
If1 If2
R1 2
If3 If4
R1 3
If3 If4
R1 4
If1 If2
R1 5
If1 If2
R1 6
If1 If2
R1 7
If1 If2
R1 8
If1 ,
If2 If3,
If4 If5
R1 9
If1 ,
If2 If3,
If4 If5
Universitas Sumatera Utara
R2
If1 ,
If2 If3,
If4 If5
R2 1
If1 ,
If2 If3,
If4 If5
R2 2
If1 ,
If2 If3,
If4 If5
R2 3
If1 ,
If2 If3,
If4
R2 4
If4 If5
If6 If7
If8
R2 5
If7 If6
If5 If4
Universitas Sumatera Utara
2. Besar trafik Besar trafik yang mengalir dalam jaringan juga merupakan hal penting. Pada
jaringan riil besar trafik dinyatakan dalam bentuk Giga Byte GB, akan tetapi mengingat keterbatasan simulator yang tidak mampu menampung trafik dalam
jumlah kapasitas Giga, maka besar trafik dinyatakan dalam bentuk Mega Byte MB. 3. Delay
Delay yang menjadi parameter masukan simulasi ini yaitu delay propagasi. Data delay didapatkan dari hasil observasi lapangan pada jaringan tera router.
4. Kelas layanan Pembagian trafik berdasar kelas layanan merupakan hal penting untuk
mendapatkan ukuran kualitas layanan suatu jaringan. Data kelas layanan didapatkan dari hasil observasi lapangan pada jaringan tera router.
Sedangkan parameter keluaran simulasi yang diukur yaitu: a. Throughput
Throughput sistem merupakan jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati di tempat pengukuran pada destination selama interval waktu tertentu
dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Berikut adalah perhitungan rumus dalam mencari nilai throughput:
Universitas Sumatera Utara
b. Delay Delay yang menjadi ukuran untuk parameter keluaran di sini yaitu delay
antrian, yaitu saat paket memasuki buffer antrian suatu node sampai saat paket keluar dari buffer antrian node tersebut.
c. Paket Hilang Packet Loss Paket hilang merupakan perbandingan seluruh paket IP yang hilang
dengan seluruh paket IP yang dikirimkan antara pada source dan destination. Salah satu penyebab paket hilang adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer pada
setiap node. Beberapa penyebab terjadinya paket hilang yaitu: 1.
Congestion, disebabkan terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan 2.
Link yang penuh 3.
Node yang bekerja melebihi kapasitas buffer 4.
Memory yang terbatas pada node 5.
Policing atau kontrol terhadap jaringan untuk memastikan bahwa jumlah trafik yang mengalir sesuai dengan besarnya bandwidth. Jika besarnya trafik
yang mengalir didalam jaringan melebihi dari kapasitas bandwidth yang ada maka policing control akan membuang kelebihan trafik yang ada.
3.4.4. Hasil simulasi Setelah perancangan skenario simulasi dilaksanakan di NS-3, didapatkan data
hasil simulasi seperti dalam tabel. Contoh program hasil simulasi dapat dilihat pada Lampiran A.
Universitas Sumatera Utara
a. Skenario I, Tanpa Rekayasa Trafik MPLS
Tabel 3.16, Tabel 3.17, Tabel 3.18, Tabel 3.19 merupakan hasil simulasi skenario I tanpa rekayasa trafik MPLS yang meliputi kondisi normal, kondisi
kemacetan, kondisi kegagalan link, kondisi link penuh.
Tabel 3.16. Hasil Skenario I - Kondisi Normal
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
Jalur IP yang Dilewati
Jumlah Paket
Diterima Waktu
Simulasi Delay
Antrian Packet
Loss
1. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if1
10000 0.01
– 0.0908606
2,1754821 R7
2. Critical
C 8000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3- R12if2
8000 0.01
- 0.0907458
3. Kontrol
K 2000
R13if3R6if9- R6if5R7if5-
R7if8R10if2- R10if1
2000 0.01
- 0.0716878
4. Best
Effort BE
80000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if1 10000
0.01 -
0.0834809 6,5575221
R7 70000
Total 70000
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.17. Hasil Skenario I - Kondisi Kemacetan
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
Jalur IP yang Dilewati
Jumlah Paket
Diterim a
Waktu Simulasi
Delay Paket
Hilang
1. Real
Time RT-1
40000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2
3120 0.01
- 0.0807445
5,9077055 R7
880
2. Kontrol
K-1 1000
R9if2R6if7- R6if5R7if5-
R7if9R12if3- R12if1
1000 0.01
- 0.08576
3. Critical
C-1 3000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if9R12if3- R12if1
1985 0.01
- 0.0765296
0,6488931 R7
1015
4. Critical
C-2 3000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if9R12if3- R12if2
3000 0.01
- 0.0770019
0,6492464 R7
5. Best
Effort BE-1
30000 R0if4R1if4-
R1if7R6if1- R6if5R7if5-
R7if9R12if3- R12if1
7500 0.01
- 0.0523336
16,738916 2
R7 21500
6. Best
Effort BE-2
30000 R0if4R1if4-
R1if7R6if1- R6if5R7if5-
R7if9R12if3- R12if1
20000 0.01
- 0.0523336
16,738916 2
R7 10000
7. Real
Time RT-2
4000 R10if2R7if8-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-
R13if2 4000
0.01 -
0.0775841 5,9077055
R7
8. Best
Effort BE-3
20000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if5R6if5-
R6if9R13if3- R13if1
20000 0.01
- 0.0784318
16,738916 2
R7 9.
Real Time
RT-3 4000
R12if3R7if9- R7if8R10if2-
R10if1 4000
0.01 -
0.0807445 10.
Kontrol K-2
1000 R12if3R7if9-
R7if5R6if5- R6if7R9if2-
R9if1 1000
0.01 -
0.08576 0,4577187
R7
Total 33395
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.18. Hasil Skenario I - Kondisi Kegagalan Link
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
Jalur IP yang Dilewati
Jumlah Paket
Diterima Waktu
Simulasi Delay
Paket Hilang
1. Best
Effort BE
80000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if5R6if5-
R6if9R13If3- R13if4R12if4-
R12if2 6665
0.01 -
0.109416 16,031973
R7 73335
2. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-
R13if4R12if4- R12if2
9285 0.01
- 0.114642
23,3937798 R7
715
3. Critical
C 8000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if5R6if5-
R6if9R133- R13if1
6298 0.01
- 0.0759352
14,4848176 R7
1702
4. Kontrol
K 2000
R9If2R6if7- R6if9R13if3-
R13if4R12if4- R12if1
2000 0.01
- 0.107188
Total 75752
Tabel 3.18 merupakan hasil simulasi skenario I tanpa rekayasa trafik MPLS yang meliputi kondisi normal, kondisi kemacetan, kondisi kegagalan link, kondisi
link penuh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.19. Hasil Skenario I - Kondisi Link Sibuk
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
Jalur IP yang Dilewati Jumlah
Paket Diterima
Waktu Simulasi
Delay Paket
Hilang
1. Best
Effort BE-1
40000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if1 40000
0.01 -
0.082431 5
8,52 0050
4 R7
2. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2
10000 0.01
- 0.086645
9 3,58
7342 5
R7
3. Best
Effort BE-2
40000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if1 5000
0.01 -
0.079790 6
2,29 3218
R7 35000
4. Critical
C 8000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if5R6if5-
R6if9R13if3- R13if1
4000 0.01
- 0.074216
1,32 4735
3 R7
4000
5.
Kontrol
K 2000
R9if2R6if7- R6if5R7if5-
R7if9R12if3- R12if1
2000 0.01
- 0.089117
5
Total 39000
b. Skenario II, Dengan Rekayasa Trafik MPLS
Tabel 3.20, Tabel 3.21, Tabel 3.22, Tabel 3.23 hasil simulasi skenario II dengan rekayasa trafik MPLS yang meliputi kondisi normal, kondisi kemacetan,
kondisi kegagalan link, kondisi link penuh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.20. Hasil Skenario II - Kondisi Normal
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
LSP Jumlah
Paket Diterima
Waktu Simulasi
Delay Paket
Hilang
1. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if1
10000 0.0100008
- 0.0504304
2. Critical
C 8000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3- R12if2
8000 0.0100008
- 0.567446
3,58E-05
3. Kontrol
K 2000
R13if3R6if9- R6if8R11if1-
R11if2R10if3- R10if1
2000 0.0100008
- 0.516866
4. Best
Effort BE
80000 R5if4R4if4-
R4if8R7if4- R7if6R6if6-
R6if9R13if3- R13if4R12if4-
R12if1
80000 0.0100001
- 0.099061
72,2836077
Total
Hasil simulasi skenario II dengan rekayasa trafik MPLS yang meliputi kondisi normal, kondisi kemacetan, kondisi kegagalan link, kondisi link penuh dapat dilihat
pada table 3.20.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.21. Hasil Skenario II – Kondisi Kemacetan
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
LSP Jumlah
Paket Diterim
a Waktu
Simulasi Delay
Paket Hilang
1. Real
Time RT-1
40000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2
40000 0.0100008
- 0.0774376
0,3813 624
2. Kontrol
K-1 1000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3- R12if1
1000 0.0100008
- 0.0508436
3. Critical
C-1 3000
R5if5R4if6- R4if8R7if4-
R7if9R12if3- R12if1
3000 0.0100001
- 0.0433722
1,5782 404
4. Critical
C-2 3000
R5if6R4if4- R4if7R7if3-
R7if9R12if3- R12if2
3000 0.0100001
- 0.0430086
1,0309 798
5. Best
Effort BE-1
30000 R0if4R1if1-
R1if4R2if1- R2if4R3if1-
R3if6R7if1- R7if9R12if3-
R12if1 30000
0.0100001 -
0.0412805
6. Best
Effort BE-2
30000 R0if5R1if2-
R1if5R2if2- R2if5R3if2-
R3if7R7if2- R7if9R12if3-
R12if2 30000
0.0100001 -
0.0412805
7. Real
Time RT-2
4000 R10if2R7if9-
R7if5R6if5- R6if9R13if3-
R13if2 4000
0.0100017 -
0.046745 8.
Best Effort
BE-3 20000
R5if4R4if4- R4if8R7if4-
R7if6R6if6- R6if9R13if3-
R13if1 15710
0.0100001 -
0.0467715 35,093
4411 4290
9. Real
Time RT-3
4000 R12if3R7if9-
R7if8R10if2- R10if1
4000 0.0100008
- 0.0807445
10. Kontrol
K-2 1000
R12if3R7if9- R7if7R8if1-
R8if2R9if3- R9if1
1000 0.0100008
- 0.0895369
Total 4290
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.22. Hasil Skenario II - Kondisi Kegagalan Link
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
LSP Jumlah
Paket Diterima
Waktu Simulasi
Delay Antrian
Paket Hilang
1. Best
Effort BE
80000 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-R12if1
80000 0.0100001
- 0.0327501
2. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2 10000
0.0100008 -
0.0344302 3.
Critical C
8000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if4R13if4- R13if1
8000 0.0100001
- 0.0268561
4. Kontrol
K 2000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3-R12if1 2000
0.0100008 -
0.0356864
Total
Tabel 3.23. Hasil Skenario II - Kondisi Link Sibuk
No Jenis
Trafik Jumlah
Paket Dikirim
LSP Jumlah
Paket Diterima
Waktu Simulasi
Delay Paket
Hilang
1. Best
Effort BE-1
40000 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-R12if1
40000 0.0100001
- 0.0480602
172,61 47926
2. Real
Time RT
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2
10000 0.0100008
- 0.0504304
49,372 2594
3. Best
Effort BE-2
40000 R5if6R4if6-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-R12if2
40000 0.0100001
- 0.457376
145,75 28612
4. Critical
C 8000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if9R12if3- R12if4R13if4-
R13if1 8000
0.0100001 -
0.0450062 11,207
0651
5. Kontrol
K 2000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3-R12if1 2000
0.0100008 -
0.0516866 14,823
1999
Total
Universitas Sumatera Utara
c. Skenario III, Dengan Rekayasa Trafik MPLS dan DiffServ
Tabel 3.24, Tabel 3.25, Tabel 3.26, Tabel 3.27 merupakan hasil simulasi skenario III dengan rekayasa trafik MPLS dan DiffServ yang meliputi kondisi normal,
kondisi kemacetan, kondisi kegagalan link, kondisi link penuh.
Tabel 3.24. Hasil Skenario III - Kondisi Normal
No Jenis
Trafik CoS
Jumlah Paket
Dikirim LSP
Jumlah Paket
Diterima Waktu
Simulasi Delay
Paket Hilang
1. Real
Time RT
5 10000
R10if2R7if8- R7if9R12if3-
R12if1 10000
0.0100008 -
0.0504304
2. Critical
C 3
8000 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-
R12if2 8000
0.0100008 -
0.0567446 3,58E-05
3. Kontrol
K 7
2000 R13if3R6if9-
R6if8R11if1- R11if2R10if3-
R10if1 2000
0.0100008 -
0.0516866
4. Best
Effort BE
80000 R5if4R4if4-
R4if8R7if4- R7if6R6if6-
R6if9R13if3- R13if4R12if4-
R12if1
80000 0.0100001
- 0.122481
695,774085
Total
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.25. Hasil Skenario III - Kondisi Kemacetan
No Jenis
Trafik CoS
Jumlah Paket
Dikirim LSP
Jumlah Paket
Diterima Waktu
Simulasi Delay
Paket Hilang
1. Real
Time RT-1
5 40000
R10if2R7if8- R7if9R12if3-
R12if2 40000
0.0100008 -
0.0774376 0,3813
624 2.
Kontrol K-1
7 1000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3- R12if1
1000 0.0100008
- 0.0508436
3. Critical
C-1 3
3000 R5if5R4if6-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-
R12if1 3000
0.0100001 -
0.0440143 1,5782
404
4. Critical
C-2 3
3000 R5if6R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if2 3000
0.0100001 -
0.0433297 1,0309
798
5. Best
Effort BE-1
30000 R0if4R1if1-
R1if4R2if1- R2if4R3if1-
R3if6R7if1- R7if9R12if3-
R12if1 30000
0.0100001 -
0.0449254
6. Best
Effort BE-2
30000 R0if5R1if2-
R1if5R2if2- R2if5R3if2-
R3if7R7if2- R7if9R12if3-
R12if2 30000
0.0100001 -
0.0449254
7. Real
Time RT-2
5 4000
R10if2R7if9- R7if5R6if5-
R6if9R13if3- R13if2
4000 0.0100017
- 0.046745
8. Best
Effort BE-3
20000 R5if4R4if4-
R4if8R7if4- R7if6R6if6-
R6if9R13if3- R13if1
20000 0.0100001
- 0.0486205
35,093 4411
9. Real
Time RT-3
5 4000
R12if3R7if9- R7if8R10if2-
R10if1 4000
0.0100008 -
0.0807445 10.
Kontrol K-2
7 1000
R12if3R7if9- R7if7R8if1-
R8if2R9if3- R9if1
1000 0.0100008
- 0.0982068
Total
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.26. Hasil Skenario III – Kondisi Kegagalan Link
No Jenis
Trafik CoS
Jumlah Paket
Dikirim LSP
Jumlah Paket
Diterima Waktu
Simulasi Delay
Paket Hilang
1. Best
Effort BE
80000 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-R12if1
80000 0.0100001
- 0.0345601
2. Real
Time RT
5 10000
R10if2R7if8- R7if9R12if3-
R12if2 10000
0.0100008 -
0.0344302 3.
Critical C
3 8000
R5if4R4if4- R4if7R7if3-
R7if9R12if3- R12if4R13if4-
R13if1 8000
0.0100001 -
0.0268561 4.
Kontrol K
7 2000
R9if3R8if2- R8if1R7if7-
R7if9R12if3-R12if1 2000
0.0100008 -
0.0356864
Total
Tabel 3.27. Hasil Skenario III - Kondisi Link Sibuk
No Jenis
Trafik CoS
Jumlah Paket
Dikirim LSP
Jumlah Paket
Diterim a
Waktu Simulasi
Delay Antrian
Paket Hilan
g
1. Best
Effort BE-1
40000 R5if5R4if5-
R4if8R7if4- R7if9R12if3-
R12if1 40000
0.0100001 -
0.0577202 172,6147
926 2.
Real Time
RT 5
10000 R10if2R7if8-
R7if9R12if3- R12if2
10000 0.0100008
- 0.0581639
49,37225 94
3. Best
Effort BE-2
40000 R5if6R4if6-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if2 40000
0.0100001 -
0.0570053 145,7528
612
4. Critical
C 3
8000 R5if4R4if4-
R4if7R7if3- R7if9R12if3-
R12if4R13if4- R13if1
8000 0.0100001
- 0.0456583
11,20706 51
5. Kontrol
K 7
2000 R9if3R8if2-
R8if1R7if7- R7if9R12if3-
R12if1 2000
0.0100008 -
0.0584845 14,82319
99
Total
Universitas Sumatera Utara
Data hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk analisis data. Hal utama yang menjadi poin penting sebagai ukuran analisa yaitu tingkat kualitas
layanan pada jaringan rekayasa trafik MPLS dan tanpa rekayasa trafik MPLS. Tingkat kualitas layanan pada penelitian ini diukur melalui throughput, tingkat paket
hilang packet loss, dan delay.
Diagram Aktivitas Kerja Penelitian
Alur kerja penelitian ini digambarkan dalam diagram aktivitas UML seperti
pada Gambar 3.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8. Diagram aktivitas penelitian
Simulator Peneliti
Mereplikasi Jaringan Tera Router Uji Coba dan Validasi Replika Jaringan
Membuat Analisis Membuat Kesimpulan dan Saran
Membuat Skenario Simulasi
Melakukan Verifikasi
Tidak Sesuai Tidak
Valid Valid
Simulasi Tanpa Rekayasa Trafik MPLS Mengumpulkan Hasil Simulasi
Simulasi Dengan Rekayasa Trafik MPLS Mengumpulkan Hasil Simulasi
Simulasi Dengan Rekayasa Trafik MPLS DiffServ Mengumpulkan Hasil Simulasi
Sesuai
Universitas Sumatera Utara
3.6. Instrumen Penelitian