dalam Utomo, 2000 dan Andre 2009. Berbeda dengan SEC, Belkaoui mengemukakan ada enam tujuan pengungkapan, yaitu:
1. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran
dalam laporan keuangan, 2. untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut, 3. untuk menyediakan informasi untuk membantu investor kreditor
dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui,
4. untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat digunakan oleh pengguna aporan keuangan untukmembandingkan antar
perusahaan dan antar tahun, 5. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas
keluar dimasa mendatang, 6. untuk membantu investor dalam menetapkan return dan
investasinya.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
Dalam Penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Tanggung Jawab Sosial diproksikan dalam.
Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan.
2.1.4.1 Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan suatu aturan mengenai pengolahan perusahaan yang perlu
diterapkan pada setiap perusahaan terutama perusahaan public BUMN. Menurut Forum for Corporate
Governance in Indonesia FCGI 2001 pengertian corporate governance adalah:
Universitas Sumatera Utara
Seperangkat paraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah,
karyawan serta pemegang intern dan ekstern lainnya sehubungan denga hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance
adalah menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.
Menurut The Organisation for economicCo- Operation and Development OECD dalam Tangkilisan
2003: Good corporate governance adalah
sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan bisnis perusahaan. Good corporate governance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka
yang berkepentingan,terhadap perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan komisaris, direksi dan
stackeholders lainnya.
Dari berbagai defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Good corporate
governance adalah suatu kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar
dan undang-undang yang berlaku dengan mempertemukan, menjelaskan, mengarahkan dan
mengendalikan hubungan antara shareholders, manajemen, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya
pada hak dan kewajiban masing-masing pihak tersebut, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan nilai-
nilai jangka panjang yang diinginkan oleh pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham. Penelitian ini menggunakan kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan
manajerial, dan komite audit sebagai proksi mekanisme Good corporate governance.
Kepemilikan intsitusional
besarnya jumlah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi
keuangan, seperti perusahaan asuransi, bankdana pensiun, dan asset manajemen. Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga
dapat menghalangi perilaku oportunistik manajer. Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengolahaan oleh
manajemen dapat diketahui, semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin kecil peluang
manajemen memanipulasi angka-angka dalam bentuk manajemen laba melalui proses monitoring secara efektif.
Dewan komisaris independen adalah Jumlah anggota dewan komisarisi. Dewan komisaris independen
memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance. Secara umum dewan komisaris
ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Dewan komisaris independen dalam
Universitas Sumatera Utara
mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat kepetingan pemilik tetapi juga
kepentingan perusahaan secara umum. Dewan komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting, sejak dipublikasikan oleh Jensen Meckling 1976 yang
menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan
berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dengan
adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham,
sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan
kerugian apabila keputusan yang diambil salah. Terutama, dengan keikutsertaan manajer memiliki perusahaan, hal ini
menyebabkan manajer melakukan tindakan yang akan memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang
Komite audit dalam menjalankan tugasnya, Dewan komisaris dapat membentuk komite-komite yang dapat
membantu pelaksanaan tugasnya. Salah satu tugasnya
Universitas Sumatera Utara
adalah komite audit yang memiliki tugas nya terpisah dalm membantu dewan komisaris untuk memenuhi
tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan sencara menyeluruh FCGI, 2002. Dalam pedoman GCG
Indonesia KNKG, 2006 dijelaskan bahwa, Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: i
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, ii struktur
pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, iii pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan iv tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen.
2.1.4.2 Profitabilitas Perusahaan