anak yang bersangkutan. Disini sikap hakim harus cermat dan teliti melihat kondisi terdakwa.
B. Pertimbangan Hakim Anak Dalam Menjatuhkan Putusan
Putusan merupakan hasil akhir dari proses pemeriksaan perkara di persidangan pengadilan yang diharapkan akhirnya dapat memberikan keadilan.
Mengenai putusan apa yang akan dijatuhkan, tergantung pada penilaian hakim apabila hakim tunggal atau hasil mufakat musyawarah hakim apabila hakim
majelis yang diperoleh berdasarkan Surat Dakwaan serta dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
Menjatuhkan putusan bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat keadilan itu sendiri sifatnya abstrak, sehingga tugas ini tidak jarang menempatkan hakim
dalam kenyataan yang pahit terlebih lagi bila ada campur tangan dari pihak lain yang sulit dielakkan. Karena pengadilan bukanlah panggung sandiwara, maka
hakim harus menjauhkan diri dari kemungkinan-kemungkinan untuk diajak kerjasama atau bermusyawarah dengan pihak manapun juga yang bermaksud
untuk mempengaruhinya agar putusannya tidak berdasar atas hukum, keadilan dan kebenaran.
Kebebasan hakim bukanlah merupakan kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang diikat oleh tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Dalam
menjatuhkan putusan hakim harus hati-hati dan teliti karena hal tersebut sangat mempengaruhi kewibawaan pengadilan dan menyangkut kehidupan seseorang
atau anak yang diputus. Salah menjatuhkan putusan, akan membawa akibat buruk
Universitas Sumatera Utara
terutama terhadap masa depan anak sebagai generasi bangsa yang masih perlu dididik dan diarahkan.
Suatu putusan yang sah harus memuat pertimbangan yang disusun secara ringkas. Sebagaimana ditentukan Pasal 197 ayat 1 KUHAP, pertimbangan
hakim ini merupakan bagian dari suatu putusan yang apabila tidak dipenuhi mengakibatkan putusan batal demi hukum Pasal 197 ayat 2 KUHAP.
Hal-hal yang dimuat dalam suatu pertimbangan pada putusan yaitu Pasal 197 ayat 1 huruf d:
1. Fakta dan keadaan sesuai dengan apa yang ditemukan dalam pemeriksaan
sidang pengadilan. Apalagi mengenai fakta atau keadaan yang memberatkan atau meringankan
terdakwa, mesti jelas diungkapkan dalam uraian pertimbangan putusan. Hal ini sangat penting diuraikan karena landasan yang dipergunakan sebagai
dasar titik tolak untuk menentukan berat ringannya hukuman pidana yang akan ditimpakan kepada terdakwa, tidak terlepas dari fakta dan keadaan
yang memberatkan atau meringankan.
49
2. Pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan terdakwa. Sekalipun dikatakan “pertimbangan yang disusun ringkas”, bukan berarti
putusan itu benar-benar ringkas tanpa argumentasi dan kesimpulan yang jelas, terperinci, dan utuh. Penguraian fakta dan keadaan serta alat pembuktian bukan
semata-mata berupa uraian deskriptif, tetapi disamping diuraikan secara deskriptif
49
M. Yahya Harahap, Op. Cit., hlm.361.
Universitas Sumatera Utara
semuanya dipertimbangkan secara argumentatif sebelum sampai pada uraian pertimbangan yang menyimpulkan pendapatnya tentang kesalahan terdakwa,
fakta, dan keadaan serta alat pembuktian yang diperoleh dalam pemeriksaan sidang, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang logis dan reasoning yang
mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan hakim.
50
1. Laporan Pembimbing Kemasyarakatan Pasal 59 ayat 2 Undang-Undang Pengadilan Anak
Secara khusus sebagai Hakim Anak, berikut beberapa faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan:
Pembimbing Kemasyarakatan dimaksud adalah Pembimbing Kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan di wilayah hukum Pengadilan Negeri
setempat. Apabila di wilayah hukum pengadilan negeri tidak terdapat Balai Pemasyarakatan, maka menurut Pasal 12 ayat 2 Keputusan Menteri Kehakiman
No.M.02.PW.07.10 Tahun 1997, hakim dapat memerintahkan pembimbing kemasyarakatan dari anak yang bersangkutan untuk membuat laporan hasil
penelitian kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan terdekat.
51
a. data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak; Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian dari Pembimbing
Kemasyarakatan yang memuat tentang:
b. kesimpulan atau pendapat dari Pembimbing Kemasyarakatan. Laporan yang diberikan oleh Pembimbing Kemasyarakatan adalah laporan
secara tertulis yang diserahkan kepada hakim sebelum sidang dibuka dengan
50
Ibid
51
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.68.
Universitas Sumatera Utara
maksud agar cukup waktu bagi hakim untuk mempelajari laporan hasil penelitian kemasyarakatan itu. Namun meskipun demikian laporan Pembimbing
Kemasyarakatan tersebut bukan berarti mengikat hakim dalam menentukan putusannya. Kebebasan dalam menentukan putusan tetap berada di tangan hakim.
Setelah mempertimbangkan laporan penelitian dari Pembimbing Kemasyarakatan, bisa saja hakim mempunyai pendapat lain yang berbeda dengan laporan
Pembimbing Kemasyarakatan tersebut. Jika terjadi hal demikian maka hakim harus mengemukakan apa yang menjadi dasarnya serta mencantumkannya dalam
pertimbangan putusan. Dalam prakteknya, pada umumnya hakim selalu menggunakan laporan Pembimbing Kemasyarakatan tersebut mengingat
keterbatasan hakim dalam mengetahui keadaan anak yang sebenarnya. Sebab hakim hanya bertemu dengan anak terbatas dalam ruang sidang yang hanya
memakan waktu beberapa jam saja. Meskipun sebenarnya diluar persidanganpun hakim dapat melakukan pendekatan atau penelitian untuk lebih mengetahui
kondisi anak lebih lanjut menyangkut perkara yang ditanganinya, namun hal tersebut sering tidak dapat dilakukan mengingat kesibukannya sebagai hakim
biasa disamping sebagai hakim anak serta jumlah hakim anak yang masih sedikit. Jadi, laporan pembimbing kemasyarakatan merupakan alat pertimbangan atau
pedoman yang mau tidak mau wajib diperhatikan oleh hakim
52
52
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009
. Hakim wajib meminta penjelasan kepada Pembimbing Kemasyarakatan
atas hal tertentu yang berhubungan dengan perkara anak untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
Universitas Sumatera Utara
Berikut contoh dari hasil penelitian Pembimbing Kemasyarakatan: DEPARTEMEN KEHAKIMAN RI
KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH BALAI PEMASYARAKATAN
BAPAS PEKALONGAN
Jalan Dharma Bakti 122 Telp. 21949 Pekalongan 51111
PENELITIAN KEMASYARAKATAN UNTUK SIDANG PENGADILAN NEGERI
Nomor Register: 98-06-0005 Perkara: Pemerasan
I. IDENTITAS A. Klien
1. Nama :
Satrio Trisnojati bin Sumarsono 2. Tempat dan tanggal lahir
: Tegal, 26 Juni 1982
3. Jenis kelamin :
Pria 4. Agama
: Islam
5. Bangsasuku bangsa :
IndonesiaJawa 6. Pendidikan
: SD Tidak Tamat
7. Pekerjaan :
- 8. Status perkawinan
: Belum kawin
9. Alamat :
Jl. Pancasila Gg. I, RT.01RW.03 Kel. Panggung, Kodya Tegal.
B. Orang Tua 1. Ayah
- Nama :
Sumarsono - Umur
: 47 tahun
- Agama :
Islam - Bangsasuku bangsa
: IndonesiaJawa
- Pendidikan :
SPG - Pekerjaan
: Wiraswasta
- Alamat :
Ds. Pesarean Kec. Talang Kab. Tegal - Keterangan
: Telah bercerai dengan ibu klien
2. Ibu - Nama
: Siti Sodicha
- Umur :
37 tahun - Agama
: Islam
- Bangsasuku bangsa :
IndonesiaJawa
Universitas Sumatera Utara
- Pendidikan :
SD - Pekerjaan
: Pedagang
- Alamat :
Jl. Pancasila Gg.I, RT.01RW.03 Kel. Panggung, Kodya Tegal.
C. Susunan keluarga dalam satu rumah: No
Nama UmurJns.
kelamin Pendidikan
Pekerjaan Status
Keterangan 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. Kaminah
Siti Sodicha Moh. Saleh
Mila R. Arum Lestari
Satrio Trisnojati Aji Permadi
Sita Rizki O. 70 thnwanita
37 thnwanita 30 thnpria
25 thnwanita 17 thnwanita
16 thnpria 12 thnpria
4 thnwanita -Pedagang
SDPedagang SPGGuru
SLTAPedagang SMEA kls.II
SD- SD kls.VI
- Nenek
Ibu Paman
Bibi Kakak
Klien Adik
Kepon akan
Serumah -
Serumah Serumah
- -
- -
II. MASALAH Tindak pidana pemerasan yang dilakukan klien bersama seorang temannya
yang bernama Kristanto bin Cusin terjadi pada hari Jumat tanggal 03 April 1998 sekitar jam 14.00 WIB di lokasi Alun-Alun Kotamadya Tegal.
Pada waktu klien bersama temannya dalam keadaan mabuk, karena sebelumnya telah minum-minuman keras jenis Anggur yang dicampur dengan
Coca Cola, kemudian Kristanto mengajak klien untuk minta uang kepada orang yang ada di sekitar tempat tersebut dengan tujuan untuk membeli
minuman lagi. Beberapa saat kemudian klien dan Kristanto menuju Pasar Burung dan bertemu dengan tiga orang pemuda. Dalam kesempatan tersebut
klien dan Kristanto meminta uang kepada orang tersebut dengan nada memaksa “Mas tolong kasih uang sebanyak Rp.2000,- saja tidak boleh untuk
tambah membeli minuman”. Akhirnya korban memberikan uangnya sebanyak sebanyak Rp.2000,- kepada klien dan temannya. Setelah klien menerima uang,
klien bersama Kristianto pulang ke rumahnya di Jl. Pancasila Gg.I Kel. Panggung Kodya Tegal yang kebetulan tidak jauh dari lokasi kejadian dan
sempat mandi dan makan. Tidak lama kemudian klien dan Kristanto kembali ke Alun-Alun Tegal dan di tempat tersebut klien dan temannya ditangkap oleh
pihak yang berwajib karena telah melakukan pemerasan, kemudian dibawa ke POLRES Tegal untuk diadakan pengusutan lebih lanjut. Karena perbuatan
tersebut, klien sampai saat ini masih di Rumah Tahanan Negara Tegal.
III. RIWAYAT HIDUP KLIEN 1. Riwayat kelahiran dan pertumbuhan
Klien lahir dengan selamat atas bantuan seorang bidan yang ada di kota Tegal. Ia lahir pada tanggal 26 Juni 1982, semenjak lahir sampai sekarang
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan badan maupun kesehatannya dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
2. Riwayat pendidikan Klien mulai sekolah sejak usia enam tahun di Sekolah Dasar, dan selama
mengikuti pendidikan di sekolah tersebut klien kurang ada kemampuan untuk belajar sehingga sering tidak naik kelas, akhirnya klien putus
sekolah sebelum lulus Sekolah Dasar.
IV. TANGGAPAN KLIEN TERHADAP MASALAH YANG DIALAMINYA Klien dengan sengaja melakukan perbuatan pemerasan, karena membutuhkan
uang untuk membeli minuman keras, serta adanya dukungan dari orang lain untuk melakukan perbuatan tersebut. Tetapi, setelah perbuatannya diketahui
oleh orang lain klien baru menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Apabila pada suatu saat nanti telah selesai menjalani
masa tahanan atau hukuman, klien akan berusaha merubah sikap dan perilakunya ke jalan yang lebih baik dan bercita-cita akan melanjutkan
sekolah.
V. KEADAAN KELUARGA 1. Riwayat perkawinan orang tua
Kedua orang tua klien menikah pada tahun 1979, mereka menikah menurut tata cara agama Islam. Dari pernikahan tersebut telah dikaruniai
tiga orang anak, klien adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Pada bulan Oktober 1997, kedua orang tua bercerai karena sudah tidak ada
kecocokan lagi dalam hidup berumah tangga.
2. Relasi sosial dalam keluarga Hubungan ibu klien dengan anak-anaknya senantiasa terjalin baik dan
penuh kasih sayang, demikian sebaliknya anak selalu bersikap hormat dan patuh kepada orang tua. Namun di antara tiga orang anak tersebut klien
adalah salah satu yang agak sulit diatur oleh orang tua, nasihat orang tua sering dilecekan.
3. Relasi sosial keluarga dengan masyarakat sekitar Hubungan orang tua klien bersama keluarga dengan warga masyarakat
sekitarnya senantiasa terjalin baik, mereka hidup rukun dan saling bantu membantu dalam mengatasi kesulitan.
4. Keadaan ekonomi keluarga Ibu klien mencari nafkah untuk menopang hidup keluarga dengan jalan
berdagang makanan di lokasi Alun-Alun Kota Tegal dengan mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp.10.000,- per hari. Namun dari hasil tersebut
untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dirasa masih mengalami kekurangan.
5. Keadaan rumah Rumah yang ditempati klien bersama orang tua maupun saudara-
saudaranya adalah rumah milik nenek klien. Rumah tersebut terbuat permanen dari tembok, atap genteng, lantai ubin, penerangan lampu listrik.
Ukuran rumah 4 x 15 meter, terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang tamu,
Universitas Sumatera Utara
ruang keluarga dan dapur. Perabot rumah tangga cukup sederhana, tetapi nampak bersih dan ditata rapi.
VI. KEADAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT 1. Klien dan keluarga berdomisili di Jl. Pancasila Gg.I RT 01RW 03 Kodya
Tegal. Sebagian warga setempat mempunyai mata pencaharian sebagai: Pegawai Negeri, Karyawan, Purnawirawan, Wiraswasta dan Buruh dengan
keadaan sosial rata-rata menengah ke bawa. Penduduk setempat mayoritas memeluk agama Islam yang didukung dengan adanya Musholla yang
nampak bagus dan indah, membuktikan bahwa masyarakat senantiasa rajin menjalankan syariat-syariatnya.
2. Beberapa puluh meter dari Gg. I RT.01RW.03, Kelurahan Panggung Kotamadya Tegal terdapat sebuah areal Alun-Alun dan di tempat tersebut
adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang belum jelas asal usulnya serta kebanyakan gelandangan, preman dan pengamen dan dimungkinkan
mempunyai perilaku yang kurang baik. Dengan kondisi yang demikian bisa memupuk dengan subur perilaku klien ke arah yang kurang baik
karena dari keterangan keluarga, klien sejak kecil sudah sulit diberi nasihat oleh orang tua.
VII. TANGGAPAN PIHAK KELUARGA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH SETEMPAT
1. Orang tua beserta keluarga menyatakan rasa keprihatinannnya sehubungan perbuatan yang dilakukan klien, sebelumnya orang tua bersama keluarga
sudah sering memberikan nasihat kepada klien, tetapi tidak pernah dihiraukan. Walaupun demikian, perbuatan klien masih dalam batas
kewajaran dan apabila suatu saat nanti klien telah selesai menjalani tahanan atau pidana, orang tua akan berusaha untuk membimbing dan
mendidik klien ke jalan ynga lebih baiksurat pernyataan terlampir.
2. Masyarakat dan pemerintah setempat sangat menyayangkan terhadap perbuatan yang dilakukan klien. Mereka menilai bahwa di masyarakat
anak dikenal sebagai anak yang nakal akibat dari pergaulannya yang memilih kepada anak-anak nakal dan tidak sekolah. Apabila suatu saat
nanti klien telah selesai menjalani masa tahanan, masyarakat dan pemerintah setempat akan membantu orang tua untuk membimbing dan
mendidik klien agar menjadi anak yang baik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
- Klien adalah anak remaja yang belum berusia 18 tahun foto copy surat kenal lahir terlampir;
- Klien melakukan tindak pidana pemerasan disebabkan pergaulan yang kurang sehat;
- Kurangnya bimbingan dan pengawasan dari kedua orang tua klien disebabkan karena keduanya telah bercerai;
- Klien baru sekali ini melakukan tindak pidana;
Universitas Sumatera Utara
- Klien telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
2. Saran Berdasarkan data dan informasi yang kami peroleh dari berbagai pihak,
maka dengan tidak mengurangi hak dan kewenangan Majelis Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Pekalongan
menyarankan agar klien diberikan sanksi pidana yang bersifat mendidik sesuai dengan tingkat usia maupun perbuatannya.
Pekalongan, 20 Juni 1998
Mengetahui: Kepala Balai Pemasyarakatan Pekalongan
Pembimbing Kemasyarakatan
Drs. ALI ROSJAD
2. Hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak yang disampaikan oleh orang tua, wali, atau orang tua asuh.
HARYANTO NIP.: 040019870
NIP.: 04003468
Oleh karena hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian Pembimbing Kemasyarakatan, maka apabila ketentuan ini tidak dipenuhi
mengakibatkan putusan batal demi hukum, dianggap tidak pernah ada never existed.
Sesuai ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Pengadilan Anak, maka sebelum mengucapkan putusannya hakim terlebih dahulu memberi kesempatan
kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak, yang berarti peran mereka ikut diperhatikan di
persidangan. Meskipun keterangan yang diberikan tersebut secara yuridis tidak
Universitas Sumatera Utara
mengikat hakim, akan tetapi keterangan itu dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi hakim.
Sebagai contoh yang termasuk dalam hal-hal yang bermanfaat bagi anak yaitu orang tua, wali, atau orang tua asuh menyatakan kepada hakim
kesanggupannya dalam mendidik anak. Jika demikian, maka hakim akan lebih mengutamakan pengembalian anak kepada orang tuanya untuk dididik. Tetapi hal
ini tidak bersifat mutlak, adakalanya meskipun orang tua, wali, atau orang tua asuh telah menyampaikan kesanggupannya dalam mendidik anak, hakim
berpendapat lain bahwa anak lebih baik tidak diserahkan kepada mereka mengingat kondisi orang tua, wali, atau orang tua asuh anak yang bersangkutan
tidak mendukung untuk mendidik anak misalnya: kondisi ekonomi yang sulit, rumah tangga yang tidak harmonis, dikhawatirkan nantinya malah akan
memperburuk keadaan anak. Jadi yang menjadi patokan utama adalah hal-hal apa yang paling menguntungkanterbaik dan bermanfaat bagi anak sesuai dengan
kebijakan hakim.
53
3. Faktor-faktor penyebab anak melakukan kejahatan Penjatuhan berat ringannya hukuman bukan semata-mata didasarkan pada
penilaian subjektif hakim, tetapi dilandasi keadaan objektif yang didapat dan dikumpul dari kehidupan sosial terdakwa anak, kondisi keluarga, dan apa
penyebab yang mendorong atau motivasi terdakwa anak melakukan kejahatan.
54
Faktor dari luar diri anak sangat mempengaruhi perilaku yang dihasilkan oleh anak tersebut, seperti faktor keluarga: kondisi ekonomi lemah, sikap perilaku
53
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009.
54
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
orang tua yang buruk terhadap anak, perceraian, faktor pergaulan yang negatif, faktor pendidikan, kondisi lingkungan dengan kehidupan moralitas masyarakat
yang bobrok. Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan fisik dan emosinya belum stabil dan tidak matang cara berpikirnya. Remaja biasanya
mudah cemas, mudah tergoncang emosinya, mudah tersinggung dan sangat peka terhadap kritikan. Oleh karena itu mereka perlu dibina dengan baik agar tidak
salah jalan.
55
Sebagai contoh kasus, di Bandung pernah ada seorang anak lumpuh berumur 15 tahun karena terserang polio, ia tidak dapat berjalan dan hanya dapat
bergerak dengan cara menggeser pantat dengan kedua tangannya. Bocah tersebut bekerja berjualan boneka dan topi di tepi jalan Cibaduyut. Pada bulan Maret 2001,
barang jualannya ditambah dengan ganja. Kata ayahnya, hasil dari penjualan ganja akan digunakan untuk biaya operasi agar anak tersebut dapat sembuh dari
kelumpuhannya. Aneh tapi nyata, anak tak berdaya tersebut oleh Pengadilan Melalui Peradilan Anak diharapkan ditemukan solusi terbaik bagi anak
yang berperilaku menyimpang melakukan kejahatan. Orang dewasa tidak akan dapat menolong anak sebelum memahami makna perilaku anak tersebut. Jadi,
tidaklah adil apabila anak yang melakukan suatu perilaku menyimpangkejahatan serta merta dihukum sesuai dengan tindakankejahatan yang ia lakukan dan
menganggap bahwa hukuman tersebut merupakan solusi terbaik tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang mendorong anak melakukan kejahatan.
55
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
Negeri Bandung divonis 2 dua tahun penjara karena dianggap terbukti menguasai narkotika golongan I Pikiran Rakyat, 26012003
56
No. .
Berdasarkan hasil penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan yang beralamat di Jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta maka diperoleh
data dari penyebaran angketkuisioner kepada 50 lima puluh orang Anak Pidana, dan dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel : Faktor penyebab anak melakukan kejahatan Variabel Jawaban
N = 50 F
Persentase 1.
a. Perasaan benci b. Dipengaruhi teman atau orang lain
c. Agar perhatian d. Lain-lain
3 39
2 6
6 78
4 12
2. Tidak menjawab
- -
JUMLAH 50
100
Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan penyebab anak melakukan kejahatan adalah karena adanya
pengaruh dari teman atau orang lain dan hal ini terjadi terutama akibat pergaulan yang kurang baik. Kondisi jiwa anak yang memang belum stabil, membuat
mereka mudah menerima pengaruh dari luar lingkungannya tanpa adanya pertimbangan yang matang terlebih dahulu.
56
http: www.pikiran-rakyat.comcetak200603200606teroponglainnya05.htm. Diakses tanggal 14 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel : Perasaan anak setelah melakukan kejahatan No
Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Puas
b. Menyesal c. Bingung
d. Ketakutan 4
39 3
4 8
78 6
8 2.
Tidak menjawab -
- JUMLAH
50 100
Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa setelah anak melakukan suatu kejahatan maka pada umumnya timbul suatu perasaan menyesal
dalam diri mereka. Hal ini memang wajar, mengingat anak dalam melakukan tindakan tersebut dipengaruhi oleh kondisi emosinya yang labil dan mudah
tergoncang. Akan sangat berpengaruh terhadap masa depan anak kelak, jika perasaan menyesal ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu upaya untuk
memperbaiki diri anak yang bersangkutan. 4. Tujuan sanksi yang dijatuhkan
Undang-Undang Pengadilan Anak hanya memuat ketentuan mengenai jenis sanksi pidana dan tindakan dan lamanya pidana. Sedangkan pedoman
mengenai prinsip-prinsip apa yang harusnya diperhatikan oleh hakim dalam menjatuhkan sanksi tersebut terhadap anak tidak ada disebutkan khususnya dalam
hal menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan. Padahal pedoman atau prinsip-
Universitas Sumatera Utara
prinsip penjatuhan pidana terhadap anak ini justru sangat penting dikemukakan dalam ketentuan tentang peradilan Barda N. Arief.
57
Pada zaman kolonial Belanda, tujuan pemidanaan di Indonesia adalah merupakan pembalasan berupa sengsarasiksaan bagi pelanggar aturan-aturan
hukum yang berlaku. Namun saat ini tujuan pidana dengan menempatkan terpidana di Lembaga Pemasyarakatan menjalani hukumannya adalah untuk
mendapatkan pembinaan. Anak yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan latihan baik formal maupun
informal sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta memperoleh hak-hak lainnya. Akhirnya diharapkan mereka dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat ikut berperan aktif dalam pembangunan dan hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab
Secara garis besar sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap Anak Nakal ada 2 dua macam yaitu Pidana dan Tindakan Pasal 22. Dalam menentukan
hukuman pidana atau tindakan yang dapat dijatuhkan, hakim memperhatikan berat ringannya tindak pidana atau kenakalan yang dilakukan anak yang bersangkutan.
Disamping itu hakim juga wajib memperhatikan keadaan anak, keadaan rumah tangga orang tua, wali, atau orang tua asuh sehubungan antara anggota keluarga
dan keadaan lingkungannya Penjelasan Pasal 25.
58
57
Romli Atmasasmita, Op. Cit, hlm.76.
58
Darwan Prinst, Op. Cit., hlm. 57-58.
. Digunakan istilah anak didik pemasyarakatan sebagai ungkapan yang lebih halus menggantikan istilah
Universitas Sumatera Utara
narapidana anak yang dirasakan menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak.
59
Menyangkut tempat pembinaan, bagi warga binaan dewasa ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan sedangkan Anak Didik pemasyarakatan ditempatkan
secara terpisah di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Hal ini dilakukan demi kepentingan anak, sebab apabila digabungkan dengan orang-orang dewasa dapat
mengakibatkan pengaruh buruk bagi anak seperti tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Disamping itu, hal tersebut dapat melahirkan kriminal-kriminal
profesional karena dalam Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat bergaul dengan penjahat dewasa. Sebagaimana berdasarkan penelitian R.M. Jackson, angka rata-
rata pengulangan residivis yang paling tinggi di Inggris terjadi pada anak dan pengulangan tersebut justru lebih tinggi setelah anak masuk penjara.
Jadi penjatuhan pidana terhadap anak bukan semata-mata ingin menghukum dan merampas kemerdekaan anak yang melakukan tindak pidana
tersebut melainkan sekaligus sebagai upaya melindungi masa depan anak tersebut.
60
Namun kembali yang menjadi permasalahan terletak pada prakteknya, dimana masih terdapat anak yang ditahan atau dipidana ditempatkan bersama
orang dewasa. Hal tersebut menimbulkan anak mengalami kekerasan, tahanannarapidana dewasa terkadang melakukan pemukulan tanpa sebab
terhadap anak atau menjadikan mereka sebagai bahan olok-olokan.
61
59
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 115.
60
http: www. pikiran-rakyat. com cetak 2006 032006 06 teropong lainnya05.htm. Diakses tanggal 14 April 2009.
61
Hasil wawancara dengan 5 lima orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, 16 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Anak Medan, sistem pembinaan belum dilakukan secara maksimal, namun meskipun demikian
beberapa orang anak pidana mengaku bahwa mereka sudah cukup baik dibina dan dan akhirnya mempunyai komitmen untuk menjadi anak yang lebih baik.
Fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan pembinaan yang tersedia berupa: tempat ibadah, ruang konseling, perpustakaan, ruang komputer, ruang musik,
majalah dinding, lapangan olah raga, namun belum semuanya termanfaatkan dengan baik. Di lembaga pemasyarakatan ini memang dibuka sekolah, namun
kontinuitasnya belum begitu baik. Terkadang sekolah tidak berlangsung karena pengajar yang seharusnya membawakan pelajaran di sekolah tidak hadir.
Penyediaan air minum juga sangat kurang, sehingga untuk minum para penghuni LAPAS seringkali dan harus minum air yang tidak dimasak terlebih dahulu.
Disamping itu, anak yang berumur 8 – 18 tahun digabung dengan narapidana yang telah berumur 19 – 21 tahun.
62
Apabila dibandingkan dengan ketentuan hukuman pokok Pasal 10 KUHP, tampak perbedaan bahwa Undang-Undang Pengadilan Anak tidak mengendaki
seorang anak nakal dijatuhi pidana mati. Sebagaimana diketahui dalam memeriksa dan mengadili perkara anak, harus memperhatikan kepentingan anak. Anak
merupakan generasi penerus bangsa yang memerlukan pembinaan dan Upaya pembinaan yang diharapkan bagi anak sepertinya masih sangat sulit
dicapai di Indonesia, mengingat kondisi jumlah Rutan dan LAPAS khusus anak yang sangat minim.
62
Hasil wawancara dengan 5 lima orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, 16 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan perkembangan fisik dan mentalnya. Oleh karena itu, jika seorang anak dijatuhi pidana mati maka tidak
mungkin anak tersebut akan mendapat pembinaan ke masa depan dan tidak mungkin akan memperbaiki dirinya dari kesalahannya. Demikian pula dengan
pidana seumur hidup, Undang-Undang Pengadilan Anak tidak menginginkannya sama sekali.
63
Untuk pidana denda, biasanya dijatuhkan terhadap pelanggaran atau kejahatn ringan dan tidak ada larangan jika denda itu secara sukarela dibayar oleh
orang lain atas nama terpidana anak. Kelebihan dari penjatuhan pidana denda ini dibandingkan dengan pidana perampasan kemerdekaan yaitu pidana denda tidak
begitu menimbulkan stigma atau cap jahat bagi terpidana sebagaimana halnya yang dapat ditimbulkan dari penerapan pidana perampasan kemerdekaan pidana
penjara, kurungan. Kebanyakan dari mereka takut untuk dikenali sebagai orang yang pernah mendekan di penjara. Disamping itu, dengan penjatuhan pidana
negara akan mendapatkan pemasukan dan disamping proses pelaksanaan hukumannya lebih mudah dan murah.
64
Pidana pengawasan merupakan jenis pidana baru yang khusus untuk terpidana anak dengan maksud mengawasi tingkah laku anak dalam kehidupan
Apabila ternyata pidana denda tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja. Wajib latihan kerja tersebut juga dimaksudkan sekaligus untuk
mendidik anak yang bersangkutan agar memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya.
63
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.30.
64
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dlam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm.68.
Universitas Sumatera Utara
sehari-hari di rumah anak tersebut oleh jaksa dan pemberian bimbingan oleh Pembimbing Kemasyarakatan Penjelasan Pasal 30.
Menyangkut pidana tambahan, berbeda dengan pidana tambahan pada Pasal 10 KUHP tampak bahwa Undang-Undang Pengadilan Anak tidak
menghendaki adanya pencabutan hak yang dimiliki seorang anak. Pada umumnya kegiatan anak adalah sekolah, jika hal ini merupakan hak anak maka kalau anak
terlibat kejahatan dan kemudian oleh hakim dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak menjadi siswa sekolah, malah nantinya hukuman ini
mengakibatkan keadaan buruk bagi anak yang bersangkutan. Praktis ia dikeluarkan dari sekolah dan tidak dapat masuk sekolah lagi meskipun di sekolah
lain. Akibat selanjutnya ia malah akan frustasi dan menjadi anak yang bodoh.
65
Kemudian tentang pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu. Dalam KUHAP barang-barang yang dapat dirampas adalah barang-
barang bukti yang diajukan di muka persidangan. Tujuannya dirampas yaitu untuk kepentingan negara atau dirampas untuk dimusnahkan.
66
Selanjutnya tentang pidana tambahan berupa pembayaran ganti rugi. Pembayaran ganti rugi dalam Undang-Undang Pengadilan Anak masih belum
jelas apakah ganti rugi itu atas kerugian yang diderita korban Tanpa dituntut oleh Penuntut Umum sekalipun, pidana tambahan ini tetap dapat dijatuhkan oleh
hakim kalau hakim memang melihat ada kerugian yang harus dibayar oleh terdakwa. Pembayaran ganti rugi yang dijatukan merupakan tanggung jawab dari
orang tua, atau orang lain yang menjalankan kekuasaan orang tua.
65
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 31
66
Ibid, hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
Selain hukuman pidana tambahan di atas, tampak bahwa Undang-Undang Pengadilan Anak tidak menghendaki hukuman tambahan berupa pengumuman
keputusan hakim seperti dimaksud dalam KUHP. Putusan pidana perkara anak jika diumumkan sehingga umum atau masyarakat mengetahuinya, akan membuat
terpidana anak merasa malu. Hal ini tentu kurang baik terhadap perkembangan anak yang bersangkutan.
Untuk jenis sanksi hukum berupa tindakan, peran serta orang tua, wali atau orang tua asuh turut dilibatkan dan negara harus tetap mengormati hak orang tua.
Anak Nakal yang dijatuhi tindakan dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh apabila menurut penilaian hakim anak tersebut masih dapat dibina
di lingkungan orang tua, wali atau orang tua asuhnya. Namun apabila menurut penilaian hakim pembinaan terhadap Anak Nakal tersebut tidak dapat lagi
dilakukan di lingkungan keluarga, maka anak tersebut diserahkan kepada negara untuk ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak dan wajib mengikuti
pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Tujuannya untuk memberikan bekal keterampilan kepada anak, misalnya dengan memberikan keterampilan mengenai
pertukangan, pertanian, perbengkelan, tata rias, dan sebagainya sehingga setelah selesai menjalani tindakan dapat hidup mandiri Penjelasan Pasal 24 ayat 1
huruf b. Tindakan lain yang mungkin dijatuhkan hakim adalah menyerahkan anak yang bersangkutan kepada Departemen atau Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja untuk dididik dan dibina.
Universitas Sumatera Utara
Disamping tindakan yang dikenakan kepada Anak Nakal, juga dapat disertai dengan teguran dan syarat-syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim
sesuai Pasal 24 ayat 2. Maksud dari teguran ini adalah agar Anak Nakal tidak lagi mengulangi perbuatan yang mengakibatkan ia dijatuhi hukuman. Sedangkan
syarat tambahan, misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada Pembimbing Kemasyarakatan.
Meskipun berdasarkan ketentuan berbagai peraturan perundang-undang yang berlaku bahwa penjatuhan pidana penjara hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir, namun hal tersebut sepertinya masih sangat sulit diterapkan oleh hakim yang pada prakteknya cenderung menjatuhkan putusan pidana penjara
terhadap anak. Tingginya angka penjatuhan pidana terhadap anak dapat dilihat pada grafik berikut:
GRAFIK RATA-RATA PER TAHUN JUMLAH ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN PADA LAPASRUTAN
SELURUH INDONESIA
AN AK S
IP IL
AN AK S
IP IL
AN AK S
IP IL
AN AK S
IP IL
ANAK NE G
ARA ANAK NE
G ARA
ANAK NE G
ARA ANAK NE
G ARA
ANAK P IDANA
ANAK P IDANA
ANAK P IDANA
ANAK P IDANA
- 500
1,000 1,500
2,000 2,500
2004 2005
2006 2007
TAHUN
J UM
L AH
Sumber: http:www.ditjenpas.go.id?option=com_statistiktask=nan Diakses tanggal 14 April 2009
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: JENIS PIDANA
TAHUN
2004 2005
2006 2007
Anak Sipil 7
6 Anak Negara
68 49
Anak Pidana 2114
1664 1960
2210 JUMLAH
2189 1719
1960 2210
Demikian juga halnya di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, Anak Didik pemasyarakatan yang berada disana seluruhnya adalah Anak Pidana,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel : Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A
Anak Tanjung Gusta Medan
NO. URAIAN
JUMLAH I.
TAHANAN 456 orang
II. NARAPIDANA
B I B IIa
B IIb B III
JUMLAH 297 orang
121 orang -
9 orang 427 orang
III. ANAK NEGARA
- IV. ANAK SIPIL
-
JUMLAH 883 orang
Sumber:Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, 07 Mei 2009 Keterangan:
B I
: Hukuman di atas 1 satu tahun B IIa : Hukuman di atas 3 tigabulan – 1 satu tahun
B IIb : Hukuman di atas 1 satu hari – 3 tiga bulan B III : DendaKurungan
Menurut salah seorang hakim anak Pengadilan Negeri Medan yang diwawancarai, hal tersebut terjadi karena memang putusan pidanalah yang terbaik
Universitas Sumatera Utara
bagi si anak. Setelah mempertimbangkan keadaan pelaku, kualitas kejahatan, cara melakukan kejahatan, maupun kondisi korban kejahatan, tidak memungkinkan
hakim menjatuhkan tindakan. Meskipun putusan pidana terkesan merampas kemerdekaan pribadi si anak, akan tetapi saat anak tersebut menjalani pidananya
ia akan mendapat pengawasan dan diberi bimbingan yang diharapkan dapat membuat anak tersebut menjadi lebih baik.
67
No. Sedangkan tanggapan anak sendiri atas hukuman dijatuhkan kepadanya,
dapat dilihat pada data dalam tabel berikut yang diperoleh dari penyebaran angketkuisioner kepada 50 lima puluh orang Anak Pidana:
Tabel : Tanggapan atas hukumanputusan yang dijatuhkan Variabel Jawaban
N = 50 F
Persentase 1.
a. Setimpal b. Terlalu berat
c. Tidak tahu 30
16 3
60 32
6 2.
Tidak menjawab 1
2 JUMLAH
50 100
Anak yang dijatuhi hukuman ternyata belum begitu menyadarai bahwa penjatuhan pidana penjara terhadap diri mereka hanya dapat digunakan sebagai
upaya terakhir. Mereka mengira bahwa ketika mereka telah melakukan suatu kejahatan, pasti akan dikenai hukuman penjara. Bahkan mereka tidak menyangka
bahwa walaupun mereka telah melakukan suatu kejahatan, mereka masih
67
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kesempatan untuk dikembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk dididik tanpa dipenjara.
68
Adapun kendala yang dihadapi oleh Hakim Anak dalam menangani perkara pidana yang dilakukan anak sebagai berikut:
69
1. Orang tua, wali, atau orang tua asuh anak terkadang tidak hadir dalam
persidangan sehingga menghambat kelancaran persidangan; Sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Pengadilan Anak, dalam
perkara Anak Nakal; Penuntut Umum, Penasihat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan, orang tua, wali atau orang tua asuh, dan saksi wajib
hadir di Sidang Anak. Pada prinsipnya, tindak pidana yang dilakukan oleh anak adalah tanggung jawab anak itu sendiri. Akan tetapi oleh karena
terdakwa adalah anak, maka tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran orangtua, wali atau orangtua asuhnya. Namun pada praktek persidangan
dapat dijumpai bahwa meskipun orang tua, wali atau orang tua asuh tidak hadir, sidang tetap dijalankan.
70
2. Jumlah Hakim Anak yang terbatas menyebabkan Hakim Anak yang
menangani perkara pidana anak kewalahan, sedangkan kasus anak yang mereka tangani cukup banyak karena disamping sebagai Hakim Anak
Adapun kendala yang dihadapi berupa: orangtua, wali atau orangtua asuhwali yang tidak lagi diketahui
keberadaannya, kendala dana, dan waktu atau tempat tinggal yang relatif jauh ke tempat Sidang Anak.
68
Hasil wawancara dengan 5 lima orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, 16 April 2009.
69
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009
70
Hasil wawancara dengan 5 lima orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, 16 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
mereka juga masih mempunyai tugas lain sebagai hakim biasa. Berikut data jumlah Hakim di Pengadilan Negeri Medan:
Hakim :
30 orang termasuk Hakim Anak Hakim Anak : 8 orang
Angka kejahatan anak di kota Medan: TAHUN : 2004
2005 2006
2007 2008
JUMLAH : 202 279
264 156
223 Sumber : Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA Medan
3. Hakim Anak kurang mengetahui kondisi anak karena hanya bisa bertemu
dengan anak terbatas dalam ruang sidang oleh sebab itu sangat tergantung pada laporan Pembimbing Kemasyarakatan. Hal ini berkaitan dengan
kendala yang kedua yaitu jumlah hakim anak yang terbatas sedangkan mereka mempunyai banyak tugas lainnya, sehingga tidak memungkinkan
untuk melakukan peran aktif atau pendekatan yang lebih dengan anak di luar persidangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KASUS DAN ANALISA KASUS