PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN “BASE BERANTAI” GERAK FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

(1)

PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV

MI NEGERI SUMURREJO DESA SUMURJURANG

KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri

Semarang

oleh

Dinda Amalia Agil

6101411005

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Rumini, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci : Pengembangan, Gerak Dasar Fundamental, Permainan Base Berantai

Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pembangunan nasional. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal paling dasar di Indonesia. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya, tetapi pada kenyataannya pembelajaran pendidikan jasmani masih kurang efektif karena terkendala oleh pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pendekatan modifikasi pembelajaran penjasorkes merupakan salah satu upaya menyelesaikan permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan ini, pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang dilakukan guru penjasorkes dapat membawa suasana inovatif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Model Permainan “base

Berantai” dapat meningkatkan gerak dasar fundamental siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk permainan “base

berantai” siswa kelas IV tingkat Sekolah Dasar di MI Negeri Sumurrejo

Gunungpati Kota Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Adapun prosedur pengembangan produk meliputi analisis produk yang akan diciptakan, mengembangkan produk awal, validasi ahli dan revisi, uji coba kelompok kecil dan revisi, uji coba kelompok besar dan produk akhir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi ahli, serta menggunakan hasil pengamatan dilapangan yang diperoleh dari siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase.

Dari hasil uji ahli diperoleh persentase rata-rata hasil analisis produk awal sebesar 83,66%. Data hasil pengamatan dan kuisioner siswa pada uji coba skala kecil diperoleh rata-rata dengan persentase 66.92 %. Data hasil uji ahli hasil analisis produk sebelum uji coba II sebesar 85.33 % dan pengamatan dan kuisioner siswa uji coba II diperoleh rata-rata dengan persentase 83.03 %. Pada uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar terjadi peningkatan hasil pengamatan dan kuisioner siswa dengan persentase 16.11%.

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan base berantai ini dapat diterapkan pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Gunungpati Kota Semarang. Diharapkan dengan model permainan ini dapat menjadi alternatif guru pendidikan jasmani dalam menyampaikan pembelajaran Penjasorkes agar lebih menarik dan variatif.


(3)

Nama : Dinda Amalia Agil

NIM : 6101411005

Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Judul : Pengembangan Model Permainan “Base Berantai” Gerak Fundamental dalam Pembelajaran Penjasorkes Siswa Kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Bagian tulisan dalam skripsi ini yang merupakan kutipan dari karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata cara pengutipan.

Apabila pernyataan saya ini tidak benarsaya bersedia menerima sanksi akademik Universitas Negeri Semarang dan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku di wilayah negara Republik Indonesia.

Semarang, Yang menyatakan,

Dinda Amalia Agil NIM : 6101411005


(4)

Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :


(5)

MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota

Semarang” telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :


(6)

telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan mu lah kamu berharap (Q.S AI-Insyirah : 6 - 8).

 Penghargaan paling tinggi bagi seorang pekerja keras bukanlah apa yang dia peroleh dari pekerjaan itu, tapi menjadi seperti apa dia dengan kerja

kerasnya itu.” John Ruskin, penulis (1819–1900), arsitek dan kritikus seni asal Inggris"

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua saya tercinta : Bapak Nanang Rusbandi (Alm.) dan Ibu Tursiyah,

terima kasih atas segala dukungan, do’a,

cinta dan kasih sayang serta nasehat dari bapak dan ibu.

2. Kakak dan adik saya tercinta: Faisal Zulmi,Yoga dan Yogi.

3. Teman-teman Keenaya Kos.

4. MI N Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang 5. Teman-teman PJKR angkatan 2011 serta


(7)

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Permainan

Base Berantai” Gerak Fundametal dalam Pembelajaran Penjasorkes pada Siswa Kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang”.

Dengan demikian juga penulis dapat menyelasaikan studi program Sarjana, di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa FIK UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

4. Dr. Rumini,S.Pd.,M.Pd. Selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan pentunjuk, mendorong, membimbing dan memberi motivasi dalam penulisan skripsi.

5. Drs.H. Cahyo Yuwono,M. Pd. selaku Dosen ahli Pendidikan Jasmani yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi.


(8)

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR, FIK, UNNES, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis,sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua saya Bapak Nanang Rusbandi (Alm.) dan Ibu Tursiyah, serta kakak dan adikku Faisal Zulmi, Yoga dan Yogi yang saya sayangi, yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya.

9. Terima kasih untuk Nur Acla Chalia, Sintha Indiryani, Lili Adriana, Kharisma Puspita Dewi dan teman-teman sekosan atas motivasi dan dukungannya selama ini.

10. Teman-teman PJKR FIK UNNES angkatan 2011 yang tersayang, terimakasih atas kerjasamanya selama ini. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga selamanya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Semarang, September 2015


(9)

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Pengembangan .. ... 3

1.4 Manfaat Pengembangan ... 4

1.5 Spesifikasi Produk ... 4

1.6 Pentingnya Pengembangan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Belajar dan pembelajaran ... 6

2.1.2 Pendidikan Jasmani ... 8

2.1.3 Pembelajaran PAIKEM ... 11

2.1.4 Model Pengembangan ... 13

2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 14

2.1.6 Gerak Dasar Fundamental ... 15

2.1.7 Permainan Kasti ... 16

2.2

Kerangka Berfikir ... 17

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 20

3.1 Model Pengembangan ... 20

3.2 Prosedur Pengembangan ... 21

3.2.1 Analisis Kebutuhan ... 22

3.2.2 Pembuatan Produk Awal ... 23

3.2.3 Uji Coba Produk ... 23

3.2.4 Revisi Produk Awal ... 23

3.2.5 Uji Coba Lapangan ... 23

3.2.6 Revisi Produk Akhir ... 23

3.2.7 Hasil Akhir ... 23

3.3 Uji Coba Produk ... 24

3.3.1 Desain Uji Coba... ... 24

3.3.2 Subjek Uji Coba.. ... 26

3.4 Jenis Data... ... 26

3.5 Instrumen Pengumpulan Data... ... 26


(10)

4.1.4 Uji Coba I... ... 39

4.1.5 Revisi roduk………... .... 42

4.2 Penyajian Data Hasil Uji Coba II ... 49

4.2.1 Data Uji Coba II ... 49

4.2.2 Analisis Hasil Uji Coba II ... 50

4.3 Prototipe Produk ... 51

BAB V KAJIAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kajian Prototipe Produk ... 57

5.2 Saran Pemanfaatan, Diseminasi dan Pengembangan Lebih Lanjut ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(11)

3.2 Skor Jawaban Kuesioner “Ya” dan “Tidak” ... 28

3.3 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner ... 28

3.4 Klasifikasi Persentase ... 29

4.1 Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli Produk Awal... ... 37

4.2 Data Rekapitulasi Pengisian Kuesioner Ahli Produk Awal ... 37

4.3 Data Rekapitulasi Uji Coba I ... 40

4.4 Hasil Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba II ... 48

4.5 Rekapitulasi Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba II ... 49

4.6 Data Rekapitulasi Uji Coba II ... 49


(12)

3.1 Prosedur Model Pengembangan “Base Berantai” ... 22 4.1 Diagram Persentase Data Hasil Uji Coba I ... 42 4.2 Diagram Persentase Data Hasil Uji Coba II ... 51


(13)

2. Surat Usulan Penetapan Dosen Pembimbing ... 65

3. Lembar Pengesahan Proposal……….. ... 66

4. Surat Ijin Penelitian ... 67

5. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 68

6. Lembar Evaluasi Ahli Sebelum Uji Coba I ... 69

7. Lembar Evaluasi Ahli Sebelum Uji Coba II... ... 78

8. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba I... ... 89

9. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba II ... 90

10. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian (Lembar Pengamatan Siswa).... ... 91

11. Kuesioner Siswa Aspek Afektif dan Psikomotor (Uji Coba I) ... 92

12. Kuesioner Siswa Aspek Kognitif (Uji Coba I) ... 96

13. Daftar Siswa (Uji Coba I) ... 98

14. Daftar Siswa (Uji Coba II) ... 99

15. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Afektif (Uji Coba I) ... 101

16. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Afektif (Uji Coba II).... ... 102

17. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Kognitif(Uji Coba I) ... 104

18. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Kognitif (Uji Coba II).. ... 105

19. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Psikomotor (Uji Coba I)... ... 107

20. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa Aspek Psikomotor (Uji Coba II) ... 108

21. Daftar Gambar Permainan “Base Berantai” ... 110


(14)

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Perkembangan tersebut antara lain adalah perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan utamanya (Adang Suherman, 2000:1).

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Jenjang pendidikan tersebut sangat mempengaruhi dalam mengembangkan pertumbuhan dan kemampuan dasar siswa oleh sebab itu Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting dilihat dari tugasnya yang merupakan dasar terpenting untuk menuju jenjang berikutnya. Berikut juga dengan tujuan utama Pendidikan Jasmani adalah meningkatkan kemampuan secara menyeluruh dari peserta didik dengan tidak mengesampingkan peserta didik untuk merasa senang dan antusias untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran Penjasorkes bertujuan meningkatkan siswa untuk lebih bergerak aktif dan urgensinya siswa dapat lebih mengenal olahraga pada umumnya dan Pendidikan Jasmani pada khususnya. Pembelajaran yang menuntut siswa harus mampu


(15)

melakukan teknik dengan baik dan benar tetapi dengan pembelajaran yang membosankan, akan mengakibatkan siswa tidak antusias untuk mengikuti pembelajaran sedangkan karkakteristik siswa Sekolah Dasar lebih menyukai pembelajaran dalam bentuk permainan yang sifatnya beregu dan kompetitif.

Anak usia Sekolah Dasar membutuhkan gerak dasar fundamental untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Gerak fundamental terdiri dari tiga kelompok dasar gerak berupa lokomotor, nirlokomotor dan manipulatif. Ketiga kelompok gerak dasar tersebut dapat dilakukan secara berkaitan maupun tunggal. Permainan “base berantai” merupakan salah satu pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang bertujuan untuk mencapai kemampuan gerak dasar fundamental pada siswa usia Sekolah Dasar yaitu berupa lari, lompat, loncat, engklek, melempar, menangkap dan memukul. Permainan ini melibatkan permainan bola kasti sebagai media untuk mencapai tujuan permainan yaitu meningkatkan beberapa gerak dasar fundamental dengan cara gabungan dari tiga kelompok dasar gerak.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 di MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang untuk mengetahui permasalahan yang terjadi ketika pembelajaran Penjasorkes. Observasi dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan kepada guru Penjasorkes yaitu Bapak Muliyanto,S.Si. Observasi dengan pengamatan yaitu mengamati sarana dan prasarana. Hasil observasi dapat ditarik beberapa permasalah yang timbul yaitu sarana dan prasarana kurang memadai tetapi kondisi lingkungan disekitar sekolah ini memiliki lahan luas yang sebenarnya masih berpotensi digunakan untuk pembelajaran Penjasorkes dalam meningkatkan gerak dasar fundamental


(16)

melalui modifikasi permainan bola kecil (kasti) pada siswa kelas IV. Permasalahan lainnya adalah metode pembelajarannya masih monoton yaitu hanya dengan penjelasan dari guru kemudian langsung mempraktikkan.

Pembelajaran Penjasorkes dengan modifikasi permainan diharapkan akan membuat siswa menjadi lebih antusias untuk ikut berprartisipasi dalam pembelajaran, tetapi dalam model pengembangan pembelajaran itu tidak menghilangkan tujuan dari pembelajaran Penjasorkes itu sendiri. Permainan

base berantai” ini harapannya dapat mencapai tujuan pembelajaran Penjasorkes dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul

adalah “Bagaimana Pengembangan Model Permainan “Base Berantai” Dapat Meningkatkan Gerak Fundamental pada Siswa Kelas IV MI Negeri Sumurrejo

Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?”

1.3

Tujuan Pengembangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan model permainan “base berantai” dalam pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan gerak fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.4

Manfaat Pengembangan

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai bekal pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran Penjasorkes.


(17)

1.4.2 Bagi Guru Pendidikan Jasamani Olahraga dan Kesehatan

Sebagai dorongan dan motivasi terhadap guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk lebih mengembangkan kemampuan mengajar dengan cara mengajarkan model pembelajaran yang lebih variatif dan memodifikasi pembelajaran dalam bentuk permainan agar siswa merasa senang, aktif bergerak dan antusias mengikuti pembelajaran penjasorkes.

1.5

Spesifikasi Produk

Produk yang akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model permainan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak fundamental melalui permainan bola kecil (kasti) sebagai media untuk mencapai

tujuan dari produk permainan “base berantai” tersebut. Produk tersebut ditujukan pada siswa Sekolah Dasar dengan menyesuaikan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang lebih menyukai pembelajaran Penjasorkes dalam bentuk permainan.

1.6

Pentingnya Pengembangan

Pembelajaran Penjasorkes berdasarkan hasil pengamatan masih bersifat konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih terpusat kepada guru dengan siswa yang kurang aktif dan antusias dalam pembelajaran tersebut, sedangkan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang cepat bosan karena hanya terpusat kepada guru, pembelajaran ini menjadi kurang efektif.

Kompetensi guru untuk menjadi lebih kreatif lagi dalam mengemas pembelajaran Penjasorkes sangat dibutuhkan agar siswa lebih antuasias dalam pembelajaran tersebut. Guru sering menemui masalah berupa prasarana pembelajaran Penjasorkes yang kurang memadai dan sarana yang kurang lengkap, akibatnya pembelajaran yang dilakukan kurang mencapai tujuan yang


(18)

diharapkan. Sementara itu sekolah memiliki fasilitas lain yang berpotensi untuk pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar fundamental yaitu berupa lapangan yang luas sehingga tujuan pembelajaran Penjasorkes dalam upaya meningkatkan gerak dasar fundamenta pada siswa Sekolah Dasar tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Modifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan lapangan tersebut harusnya dapat diciptakan melalui pembelajaran Penjasorkes melalui permainan “base berantai”. Selain itu juga menumbuhkan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran penjasorkes. Dalam hal ini penulis mengkaji model pembelajaran dalam bentuk permainan dapat dijadikan alternatif sebagai sumber belajar yang menyenangkan bagi siswa tingkat Sekolah Dasar dalam pembelajaran Penjasorkes.


(19)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:1), proses pendidikan dilakukan melalui proses belajar dan pembelajaran dengan menuntut tujuan yang sama dan melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik sebagai subjek dan kegiatan pembelajaran

dilakukan oleh pendidik sebagai pengelola atau “director of learning”.

Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, (Suryosubroto, 2009:16). Ruang lingkup pendidikan tidak dapat dipisahkan oleh dua kegiatan yang saling berhubungan yaitu belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar akan mencapai tujuan yang efektif dan efisien apabila dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi sampai tindak lanjut kegiatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:3), belajar dimaknai dengan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Menurut Oemar Hamalik (2009:45), belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Faktor


(20)

belajar, dan juga mempengaruhi kesenangan dan kepuasaan yang diperoleh individu dari perbuatan belajar. Pengaruh-pengaruh itu banyak berhubungan dengan orientasi kepribadian, apakah kita senang atau tidak senang dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Sukintaka (1992:70), pembelajaran mengandung pengertian bagaimana mengajarkan sesuatu kepada anak didik, tetapi juga ada suatu pengertian bagaimana anak didik mempelajarinya. Pembelajaran memiliki makna sebagai proses interaksi edukatif bahwa ada guru pendidik sebagai pihak yang memberi dan peserta didik sebagai pihak yang menerima.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu proses berupa perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan dalam lingkup edukatif dengan melibatkan peserta didik sebagai subjek dalam proses belajar dan pendidik sebagai pengelola dalam proses pembelajaran serta interaksi dari kedua subjek tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Secara lebih rinci pengertian belajar dan pembelajaran dapat dijelaskan yaitu, belajar adalah proses perubahan dan penguasaan tingkah laku individu mengenai pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik melalui kegiatan yang bersifat edukatif untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2 Pendidikan Jasmani

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan. Pendidikan Jasmani merupakan


(21)

usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler , intelektual dan sosial (Abdulkader Ateng, 1992:4).

Menurut Adang Suherman (2000:1), Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Perkembangan tersebut antara lain adalah perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan utamanya.

Menurut Samsudin (2008:2), Pendidikan Jasmani adalah suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan berperilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosional.

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Agus Mahendra dalam Faizal Dwi Ariyanto (2012:19-20), secara sederhana Pendidikan Jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk : 1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan

aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dala, aneka aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.


(22)

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam Pendidikan Jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Diringkaskan dalam terminologi yang popular, maka tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan domain afektif.

Bentuk bagan tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai berikut :

Menurut Adang Suherman (2000:22), sama halnya dengan pengertian Pendidikan Jasmani, tujuan Pendidikan Jasmani seringkali dituturkan dalam redaksi yang beragam namun keragaman penuturan tujuan Pendidikan Jasmani tersebut pada dasarnya berumara pada pengertian Pendidikan Jasmani itu sendiri. Sudah diuraikan diatas, bahwa pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kamampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui Pendidikan Jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan Pendidikan


(23)

Jasmani tidak selalu pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

Menurut Adang Suherman (2000:23), secara umum tujuan Pendidikan Jasmani dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu :

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness)

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna (skillfull). 3. Perkembangan mental. Tujan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lngkungannya sehingga memungkinkn tumbh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

2.1.2.3 Pengembangan dan Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani memiliki tujuan yaitu meningkatkan kualitas manusia, atau membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai sasaran keseluruhan aspek pribadi manusia. Berdasarkan tujuan tersebut, harapannya adalah dalam aspek peningkatan pembelajaran Pendidikan Jasmani agar lebih meningkatkan kemampuan anak dari ranah kognitif, afektif dan psikomotornya. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat dilaksanakan dengan efektif melalui metode bermain. Bermain merupakan salah satu metode dalam pengembangan dan modifikasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, dengan bermain anak dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap dan


(24)

perilaku. Jika anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pembelajaran Pendidikan Jasmani maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang karena pada umumnya anak merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain. Peranan pendidik untuk mengaktualisasikan pembelajaran Pendidikan Jasmani secara efektif sangat penting karena pendidik merupakan sumber utama dalam pembelajaran tersebut. Pendidik harus mempunyai potensi untuk mampu mengembangkan pembelajaran menjadi lebih kreatif lagi.

2.1.3 Pembelajaran PAIKEM

Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik untuk mengajarkan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik,menyenangkan dan efektif. Menurut Agus Suprijono (2009:1) PAIKEM mengandung pengertian Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih

menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pegalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan


(25)

gagasan. Belajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.

Inovatif, pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya.

Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreatifitas dapat dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan prosuktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreatifitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.

Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang

berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif “memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang “bermanfaat”.

Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada


(26)

dirinya, melainkan panggilan jiwa jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya.

2.1.4 Model Pengembangan

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:35), model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung didalam didalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu.

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru salah satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu melalui modifikasi sarana prasarana maupun modifikasi bahan ajar. Modifikasi tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani secara efektif dan efisien.

2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan jenjang pedidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Jenjang pendidikan tersebut sangat mempengaruhi dalam mengembangkan pertumbuhan dan kemampuan dasar siswa oleh sebab itu Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting dilihat dari tugasnya yang merupakan dasar terpenting untuk menuju jenjang berikutnya. Pertumbuhan dan perkembangan motorik merupakan salah satu tugas yang harus diterapkan pada anak usia Sekolah Dasar. Rentangan usia siswa Sekolah Dasar adalah antara usia 6-12 tahun atau masuk dalam kelompok usia anak besar.

Menurut Sukintaka (1992:12), aktivitas bermain pada anak-anak banyak dilakukan dengan aktvitas jasmani. Aktivitas jasmani ini sangat penting bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Pertumbuhan dan perkembangan


(27)

motorik pada anak usia Sekolah Dasar berdasar pada aktivitas jasmani yang mereka lakukan. Aktivitas jasmani yang disenangi oleh anak-anak tersebut adalah melalui bermain. Dengan bermain mereka belajar dan berlatih untuk mengembangkan gerak dasar tanpa disadarinya dan juga melatih organ fisiologis mereka untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.

Kondisi fisik yang sedang berkembang dengan baik pada usia anak Sekolah Dasar adalah kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Menurut Sugiyanto (2008:4.3), pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologi membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Pada masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan fisik yang semakin jelas terutama dalam hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi.

2.1.6 Gerak Dasar Fundamental

Menurut Amung Ma’mun (2000:20-21), kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna melakukan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu : locomotor, non locomotor, dan manipulatif.

1. Kemampuan Locomotor

Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuhdari satu

tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping,

melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop). 2. Kemampuan Non-locomotor

Kemampuan non locomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan merenggang,


(28)

mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

3. Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item; berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulative terdiri dari : a. Gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang)

b. Gerakan menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam: bola yang lain.

c. Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.

Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lowy dalam Sukintaka (1992:47-48), mengutarakan konsep gerak yang fundamental sebagai berikut:


(29)

2.1.7 Permainan Kasti

Menurut Hestty P. Utami (2008:4), olahraga berhadang atau kasti adalah olahraga masyarakat yang dilakukan pada waktu senggang atau lowong,

terutama oleh anak/murid sekolah. Permainan kasti termasuk dalam permainan bola kecil yang masih banyak dimainkan di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Permainan ini dimainkan oleh dua regu yang anggotanya minimal 2 orang. Permainan ini menggunakan bola kasti (bola tenis) dan tongkat pemukul yang terbuat dari kayu atau balok dan dimainkan di lapangan. Para pemain yang berada di posisi regu pemukul harus melewati 3 tonggak (tiang atau base) dan

kembali ke rumah (home).

Teknik dasar dalam permainan kasti diantara adalah menangkap bola, memukul bola, dan melempar bola. Permainan kasti dapat digabungkan dengan latihan gerak dasar pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Teknik dasar lompat jauh berupa tahapan-tahapan awalan, tolakan, melayang dan mendarat dapat dijadikan rintangan untuk menuju tiang atau base).

2.2

Kerangka Berfikir

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dalam pendidikan yang merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan mampu untuk mengembangkan dan menumbuhkan segala aspek siswa secara menyeluruh diantaranya perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual dan sosial).

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan berdasarkan kompetensinya membutuhkan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan


(30)

pembelajaran PAIKEM, sehingga siswa selain mampu untuk mengembangkan dan menumbuhkan segala aspek dalam dirinya tetapi juga melaksanakan pembelajaran tersebut dengan antusias. Berikut juga dengan penerapan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada jenjang Sekolah Dasar harus mampu untuk menerapkan pembelajaran secara efektif tetapi juga membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang merupakan masa anak usia besar, mereka lebih menyukai bermain. Penerapan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat dilakukan dengan metode bermain tetapi tidak menghilangkan dari tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan tersebut.

Modifikasi pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan gerak fundamental pada siswa kelas IV dapat melalui permainan “base berantai”. Harapannya siswa lebih antusias dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes dalam model permainan dengan tidak menghilangkan tujuan membentuk keterampilan gerak pada siswa.

Adapun peneliti memodifikasi pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental melalui permainan “base berantai” karena permasalahan-permasalahan pada pembelajaran tersebut. Permasalahan pertama adalah karena sarana dan prasarana yang kurang berstandar dan cukup membahayakan sehingga siswa takut untuk ikut dalam pembelajaran Penjasorkes dan solusi dari permasalahan tersebut adalah pembelajaran Penjasorkes untuk memperkenalkan gerak dasar fundamental berupa lari, meloncat, melompat, jingkat (engklek), memukul, menangkap dan melempar supaya melalui model permainan tersebut dapat mencapai gerak dasar


(31)

fundamental secara efektif dan efisien. Permasalahan berikutnya adalah kurang antusiasnya siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjasorkes. Berdasarkan pembelajaran Penjasorkes yang masih menerapkan pembelajaran monoton yaitu dengan pembelajaran yang tidak kompetitif dan dilakukan perorangan yang mana berbeda dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang lebih menyukai pembelajaran kelompok dan kompetitif. Solusinya adalah dengan model

permainan “base berantai” ini merupakan model pembelajaran yang kompetitif dan berkelompok sehingga siswa lebih antusias dalam mengkuti pembelajaran tersebut dengan tidak menghilangkan tujuan dari pembelajaran gerak dasar fundamental melalui media permainan bola kecil (kasti).


(32)

3.1 Model Pengembangan

Penelitian dan pengembangan biasanya disebut pengembangan berbasis penelitian (research-based development) merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat penggunaannya dalam pemecahan masalah praktis dalam dunia penelitian, utamanya penelitian pendidikan dan pembelajaran. Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2013:9), penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam penelitian pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya disebut bahwa prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama yaitu : 1) pengembangan produk, dan 2) menguji keefektifan produk dengan pencapaian tujuan.

Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji produk berupa permainan

base berantai”.

Langkah-langkah yang digunakan dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi untuk

mengumpulkan permasalahan-permasalahan dilakukan dengan cara observasi lapangan dan kajian pustaka.

2. Mengembangkan bentuk produk awal (permainan “base berantai”)

3. Evaluasi para ahli, produk awal dievaluasi oleh para ahli dengan menggunakan satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran Penjasorkes, serta uji coba kelompok kecil, dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian dianalisis.


(33)

4. Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil evaluasi para ahli dan ahli pembelajaran Penjasorkes serta uji coba kelompok kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal.

5. Uji coba lI merupakan uji coba kedua dari hasil produk yang sudah dievaluasi.

6. Revisi produk akhir yang merupakan hasil produk yang sudah mencapai tahapan terakhir tanpa evaluasi lagi.

7. Hasil akhir model permainan “base berantai” dalam pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang dihasilkan melalui uji coba II.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan model permainan “base berantai” dalam pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental melalui permainan bola kecil (kasti), dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya adalah :


(34)

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah model pengembangan permainan “base berantai” ini dibutuhkan atau tidak. Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi di MI Negeri Sumurrrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dengan cara melakukan pengamatan lapangan dan pembelajaran gerak dasar melalui permainan bola kecil dengan guru Penjasorkes yang bersangkutan megenai permasalahan yang terjadi ketika pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental baik itu sarana prasaranya maupun permasalahan dalam proses pembelajarannya.

3.2.2 Pembuatan produk awal

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk model permainan “base berantai” dengan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

3.2.3 Uji Coba Produk

Pelaksanaan uji coba dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu : (1) menetapkan desain uji coba, (2) menentukan subjek uji coba, (3) penyusunan instrumen pengumpulan data, dan (4) menetapkan teknis analisis data.

3.2.4 Revisi Produk Awal

Setelah produk diuji coba dalam skala kelompok kecil , maka produk direvisi melalui ahli pendidikan jasmani dan ahli pembelajaran.


(35)

3.2.5 Uji Coba Lapangan

Hasil perbaikan produk pertama akan di uji cobakan lagi dengan skala kelompok yang lebih besar. Uji coba lapangan tersebut merupakan uji coba terakhir sebelum menjadi produk yang benar-benar sudah valid.

3.2.6 Revisi Produk akhir

Berdasarkan hasil uji lapangan maka dilakukan perbaikan kembali sebelum benar-benar menjadi produk yang valid.

3.2.7 Hasil Akhir

Hasil akhir yaitu berupa produk yang sudah benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Produk tersebut berupa model permainan base

berantai dalam pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental.

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk bertujuan untuk memperoleh efektivitas, efisiensi dan kebermanfaatan dari produk pengembangan permainan “base berantai” gerak fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain uji coba yang dilaksanakan terdiri dari :

3.3.1.1 Evaluasi Ahli

Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan kepada subjek, produk yang dibuat dievaluasi terlebih dahulu oleh satu ahli Penjas (Drs.


(36)

Cahyo Yuwono, M.Pd) dan ahli pembelajaran Penjasorkes (Muliyanto, S.Si). Hasil evaluasi dari para ahli yang berupa masukan dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk.

3.3.1.2 Uji Coba I : Kelompok Kecil

Pada tahapan ini produk yang telah dievaluasi oleh para ahli kemudian diujicobakan melalui siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo yang berjumlah 28 siswa sebagai subjek awalnya.

Pertama-tama siswa diberikan penjelasan mengenai peraturan permainan base berantai yang kemudian diujicobakan. Setelah selesai

melakukan uji coba, siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang dilakukan. Tujuan kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui tanggapan awal dari produk yang dikembangkan.

3.3.1.3 Revisi Produk Pertama

Hasil dari data evaluasi satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran, serta uji coba I tersebut dianalisis, selanjutnya acuan untuk merevisi produk yang telah dibuat.

3.3.1.4 Uji Coba II : Kelompok Besar

Hasil analisis uji coba I serta revisi produk pertama, selanjutnya dilakukan uji coba II. Uji coba II ini dilakukan pada siswa kelas IVA dan IVB MI Negeri Sumurrejo yang berjumlah 57 orang.

Pertama-tama siswa dijelaskan peraturan permaianan base berantai yang telah direvisi dan kemudian dilakukan uji coba permainan base berantai. Setelah selesai melakukan uji coba, siswa mengisi mengisi kuesioner tentang permainan yang telah dilakukan.


(37)

3.3.1.5 Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji coba II yang telah diujicobakan pada siswa kelas IVA dan IVB MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menjadi bahan perbaikan lagi menjadi produk akhir.

3.3.1.6 Produk Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji coba II yang berupa pengembangan permainan “base berantai” gerak dasar fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang adalah dalam kategori baik dan dapat digunakan dibuktikan dengan peningkatan hasil analisis data dari uji coba I dan uji coba II.

3.3.2. Subjek Coba

Subjek uji coba pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi ahli yang terdiri dari satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran 2. Uji coba I yang terdiri dari 28 siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo.

3. Uji coba II yang terdiri dari 57 siswa kelas IVA dan IVB MI Negeri Sumurrejo.

3.4 Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang berupa kritik dan saran dari ahli penjas dan ahli pembelajaran penjasorkes MI Negeri Sumurrejo secara lisan maupun tulisan sebagai masukan untuk merevisi produk. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari lembar pengamatan dan kuesioner siswa.


(38)

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk lembar evaluasi, lembar pengamatan dan kuesioner. Lembar evaluasi digunakan untuk menghimpun data dari ahli penjas dan ahli pembelajaran. Lembar pengamatan dan kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih lembar pengamatan adalah data yang dihasilkan akan lebih valid karena aspek yang akan diteliti adalah aspek psikomotor dan afektif sehingga harus terlihat jelas secara fisik pada subjek . Sedangkan alasan memilih kuesioner adalah karena aspek lain yang akan diteliti adalah aspek kognitif. Aspek tersebut menunjukkan seberapa jauh subjek mengetahui tentang produk yang dihasilkan .

Lembar evaluasi yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam lembar evaluasi ahli adalah berupa kualitas model permainan keterampilan bermain base berantai.

Serta komentar dan saran umum jika ada. Rentang evaluasi dimulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik” dengan cara member tanda “

” pada kolom

yang tersedia. 1 : tidak baik 2 : kurang baik 3 : cukup baik 4 : baik

5 : sangat baik

Berikut ini adalah faktor, indikator, dan jumlah kuesioner yang akan digunakan pada kuesioner ahli :


(39)

Table 3.1. faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner

No. Faktor Indikator Jumlah

1. Kualitas model Kualitas produk terhadap

standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SD

15

Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus

dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”. Faktor yang

digunakan dalam kuesioner meliputi aspek kognitif, sedangkan dalam lembar pengamatan meliputi aspek psikomotorik dan afektif. Cara pemberian skor pada alternatif adalah sebagai berikut :

Table 3.2. Skor Jawaban Kuesioner “ya” dan “tidak”

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Ya 1 0

Tidak 0 1

Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa :

Tabel 3.3 . Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner

No. Faktor Indikator Jumlah

1. Psikomotorik Kemampuan siswa mempraktikkan variasi gerak dalam bermain model permainan base berantai

4

2. Kognitif Kemampuan siswa memahami

peraturan dan pengetahuan tentang model permainan base berantai.

10

3. Afektif Menampilkan sikap dalam bermain model permainan base berantai, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab, dan


(40)

3.6 Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif berbentuk persentase. Sedangkan data yang berupa saran dan alasan memilih jawaban menggunakan teknik analisis kualitatif. Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari Sukirman dkk (2003:879), yaitu :

P =

×

100

Keterangan :

P = angka persentase yang dicari

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. N = Jumlah seluruh data

100% = Konstanta

Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada table dibawah ini aman disajikan klasifikasi persentase.

Tabel 3.4. Klasifikasi Persentase

No. Persentase Klasifikasi Makna

1. 2. 3. 4. 5.

0 % - 20 % 20,1 % - 40 %

40,1% - 70 % 70,1% - 90 % 90 % - 100 %

Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik Dibuang Diperbaiki Digunakan (bersyarat) Digunakan Digunakan Sumber Guilford (Dalam Martin Sudarmono, 2010:56)


(41)

5.1 Kajian Prototipe Produk

Berdasarkan pengamatan peneliti melalui studi kasus di MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, didapat beberapa permasalahan yang timbul ketika pembelajaran Penjasorkes materi gerak dasar pada permainan bola kecil (kasti) diantaranya adalah:

1. Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melaksanakan pembelajaran Pejasorkes materi perminan bola kecil (kasti) sedangkan kondisi sekitar sekolah terdapat lapangan yang dapat dimanfaatkan untuk memodifikasi permainan bola kasti agar lebih menarik lagi.

2. Pembelajaran yang masih monoton belum memodifikasi pembelajaran Penjasorkes.

3. Pembelajaran yang masih bersifat konvensional.

4. Pembelajaran Penjasorkes permainan bola kasti tidak dimanfaatkan untuk mengembangkan gerak dasar fundamental lainnya selain memukul, melempar, menangkap dan berlari.

Dari hasil pengamatan tersebut menjadi latar belakang penulis menciptakan pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) untuk meningkatkan gerak dasar fundamental dengan model pengembangan permainan “base berantai”. Dalam penelitian ini dikembangkan produk modifikasi permainan kasti yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan gerak dasar fundamental siswa.


(42)

Hasil akhir dari kegiatan penelitian ini adalah produk pengembangan model permainan “base berantai” yang berdasarkan data penelitian uji coba I (N=28) dan uji coba II (N=57) siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

Pada uji coba produk model pengembangan permainan “base berantai” sudah dapat dipraktekkan kepada subjek uji coba karena berdasarkan analisis data hasil dari evaluasi penjas dan ahli pembelajaran. Produk permainan “base berantai” ini dikatakan “baik” dengan makna “dapat digunakan” bagi siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Permainan “base berantai” ini juga termasuk dalam kriteria ”baik”, hal ini berdasarkan hasil analisis ujicoba II dengan hasil persentase rata-rata 83,03% berdasarkan rata-rata dari aspek afektik, kognitif dan psikomotor. Sehingga model permainan “base berantai” ini dapat digunakan untuk pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) untuk meningkatkan gerak dasar fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Persentase hasil pengamatan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar dapat dilihat pada table berikut :

Tabel Persentase Uji Coba I dan II

HASIL PENGISIAN LEMBAR PENGAMATAN SISWA

No ASPEK UJI COBA I UJI COBA II

1 Afektif 65.71 % 83.56 %

2 Kognitif 67.85 % 83.68 %

3 Psikomotor 67.21 % 81.87 %


(43)

4.1.1 Perbedaan Uji Coba I dan Uji Coba II

1. Uji coba I

- Mewarnai simpai agar lebih menarik.

- Rute rintangan menjadi seperti rute rintangan pada produk awal permainan base berantai agar siswa dapat melewati rintangan dengan baik dan sesuai dengan tujuan permainan.

- Menambah proses rolling (pergantian tugas bermain) berdasarkan inning. Setiap 2 inning ditandai dengan pemukul terakhir dua kali melewati garis finish maka dilakukan rolling.

- Mengganti jarak antar simpai dari 4 meter menjadi 6 meter.

2. Uji coba II

- Sudah mewarnai simpai

- Rute rintangan sudah disesuaikan dengan rute rintangan pada produk awal.

- Proses rolling (pergantian tugas bermain) berdasarkan inning sudah

ditambahkan dalam permainan base berantai. - Jarak antar simpai sudah diganti menjadi 6 meter

4.1.2 Aspek – aspek dalam permainan base berantai

1. Aspek kognitif : siswa memahami peraturan permainan base berantai 2. Aspek afektif : siswa diharapkan dapat mempunyai sikap kerjasama,

toleransi, kejujuran, bertanggung jawab, dan menghargai lawan dan diri sendiri.

3. Aspek psikomotorik : siswa dapat mempraktikkan permainan base

berantai dengan baik yaitu mampu untuk melakukan lari simpai, engklek, bola gantung,dan loncat kardus.


(44)

4.1.3 Gerak dasar Fundamental dalam Permainan “Base Berantai”

1. Memukul 2. Melempar 3. Menangkap 4. Jingkat (engklek) 5. Lari

6. Meloncat 7. Melompat

4.1.4 Kelebihan dan kekurangan Produk

a. Kelebihan Produk

Kelebihan produk permainan base berantai adalah :

1) Model permainan base berantai lebih menarik minat siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Gunungpati Kota Semarang untuk pembelajaran Penjasorkes khususnya materi permainan bola kecil (kasti) karena permainan tersebut merupakan permainan baru.

2) Melatih kemampuan gerak dasar fundamental kepada siswa kelas IV yaitu berupa lari simpai (lari), loncat kardus (meloncat), bola gantung (melompat), dan jingkat (engklek).

b. Kelemahan Produk

Peneliti menyadari bahwa produk permainan base berantai ini tidak lepas dari kelemahan. Oleh sebab itu peneliti akan memaparkan beberapa kelemahan dari pemainan base berantai ini.

1) Peraturan permainan “base berantai” terlalu rumit untuk diterapkan pada siswa Sekolah Dasar, membutuhkan beberapa kali percobaan agar siswa dapat mengetahui peraturan tersebut.


(45)

5.2.1 Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Lebih

Lanjut

1. Permainan “base berantai” sebagai produk yang telah diteliti diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif penyampaian materi gerak dasar melalui permainan bola kecil (kasti) yang dimodifikasi. 2. Permainan “base berantai” ini dapat disesuakan dengan situasi dan

kondisi masing-masing sekolah. Untuk ukuran lapangan dapat diperkecil atau diperbesar menyesuaikan lapangan yang dimiliki masing-masing sekolah dengan menyesuaikan jumlah pemainnya. Kemudian untuk rintangan bola gantung dapat memanfaatkan tiang bola voli yang diuhubungkan dengan tali dan jenis bola disesuaikan dengan kekuatan tali.

3. Penggunaan model pembelajaran ini harus memperhatikan keamanan dan keselamatan siswa berdasarkan sarana dan prasarana, media belajar dan sumber belajar yang digunakan.

4. Tenaga pendidik penjasorkes dapat lebih kreatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

5. permainan “base berantai” dapat menjadi salah satu motivasi untuk guru Penjasorkes untuk lebih mengembangkan kreatifitasnya lagi dalam melaksanakan pembelajaran melalui modifikasi permainan agar dapat menarik minat siswa.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud

Adang Suherman dan Yoyo Bahagia. 2000. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdikbud

Adang Suherman,dkk. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud. Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Among ma’mun dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdikbud.

Faizal Dwi Ariyanto. 2012. Pembelajaran Penjasorkes melalui Modifikasi Permainan Sepakbola pada Siswa Kelas V SD N Kalisoka di Kecamatan Dukuhwaru KabupatenTegal. Semarang : FIK

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dekdikbud

Martin Sudarmono. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Sepak Bola Gawang ganda Bagi Siswa SMP N Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009/2010. Program Sarjana Universitas Negeri Semarang.

Oemar Hamalik. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : PT Sinar Baru Algensindo

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta : PT Fajar Interpratama

Sugiyanto. 2008. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta


(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

Lampiran 6. Lembar Evaluasi Ahli Sebelum Uji Coba I (Ahli Pendidikan Jasmani)

LEMBAR EVALUASI AHLI

EVALUASI PENGEMBANGAN

MODEL PERMAINAN “

BASE

BERANTAI”

GERAK FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA

SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Materi Pokok : Pembelajaran Permainan Bola Kecil (Kasti) Sasaran Program : Siswa Kelas IV MI Sumurrejo

Evaluator : Cahyo Yuwono, S.Pd, M.Pd

Tanggal : 29 Juli 2015

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu, sebagai ahli Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan model permainan

base berantai” gerak dasar fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) yang efektif dan efisien bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut kami berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan respon pada setiap pertanyaan sesuai dengan petunjuk di bawah ini :

1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli Penjas.

2. Evaluasi mencakup aspek model permainan, komentar dan saran umum, serta kesimpulan.

3. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik”


(53)

Keterangan : 1 = Tidak baik 2 = Kurang baik 3 = Cukup baik 4 = Baik

5 = Sangat baik

4. Komentar, kritik, dan saran mohon dituliskan pada kolom yang telah disediakan dan apabila tidak mencukupi mohon ditulis pada kertas tambahan yang telah disediakan.

A. Kualitas Model Permainan

No.

Aspek yang dinilai

Skala penilaian

Komentar

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan kompetensi

dasar. √

2 Kejelasan petunjuk permainan. √

3 Ketepatan memilih model

permainan bagi siswa. √

4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang

digunakan. √

5 Kesesuaian model permainan

untuk dimainkan siswa. √

6 Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa.

7 Mendorong perkembangan aspek

fisik / jasmani siswa. √

8 Mendorong perkembangan aspek

kognitif siswa. √

9 Mendorong perkembangan aspek


(54)

10 Mendorong perkembangan aspek

afektif siswa √

11 Dapat dimainkan siswa putra

maupun putri. √

12. Dapat dimainkan oleh siswa

terampil maupun tidak terampil √

13. Mendorong siswa aktif bergerak. √

14. Meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran .

15 Aman untuk diterapkan √

B. Saran untuk Perbaikan Model Permainan

Petunjuk :

1. Apabila diperlukan revisi pada model permainan ini, mohon dituliskan pada kolom 2

2. Alasan diperlukannya revisi, mohon dituliskan pada kolom 3

3. Saran untuk perbaikan mohon ditulis dengan singkat dan jelas pada kolom 4

No. Bagian yang Direvisi (2)

Alasan Direvisi (3)

Saran Perbaikan (4)

1. Loncat Katak Membahayakan untuk

diterapkan pada siswa Sekolah Dasar

Loncat Katak diganti dengan engklek

2. Jumlah rintangan Kerena loncat katak

diganti dengan engklek

Rintangan terdiri dari lari simpai, loncat kardus, bola gantung dan engklek.


(55)

C. Komentar dan Saran Umum

D. Kesimpulan

Model permainan ini dinyatakan :

1. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil tanpa revisi

2. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil dengan revisi sesuai saran 3. Tidak layak untuk digunakan / uji coba skala kecil

( mohon diberi tanda silang pada nomor sesuai dengan kesimpulan Anda )

Semarang,……….

Evaluator 1. Lompat katak diganti dengan engklek

2. Lompat kardus diganti loncat kardus


(56)

(Ahli Pembelajaran Penjasorkes)

LEMBAR EVALUASI AHLI

EVALUASI PENGEMBANGAN

MODEL PERMAINAN “

BASE

BERANTAI”

GERAK FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA

SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Materi Pokok : Permainan Bola Kecil (Kasti)

Sasaran Program : Siswa Kelas IV

Evaluator : Muliyanto, S.Si

Tanggal : 10 Juli 2015

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu, sebagai ahli Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan model permainan

base berantai” gerak dasar fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) yang efektif dan efisien bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut kami berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan respon pada setiap pertanyaan sesuai dengan petunjuk di bawah ini :

1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli Penjas.

2. Evaluasi mencakup aspek model permainan, komentar dan saran umum, serta kesimpulan.

3. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik”


(57)

Keterangan : 1 = Tidak baik 2 = Kurang baik 3 = Cukup baik 4 = Baik

5 = Sangat baik

4. Komentar, kritik, dan saran mohon dituliskan pada kolom yang telah disediakan dan apabila tidak mencukupi mohon ditulis pada kertas tambahan yang telah disediakan.

A. Kualitas Model Permainan

No.

Aspek yang dinilai

Skala penilaian

komentar

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan kompetensi

dasar. √

2 Kejelasan petunjuk permainan. √

3 Ketepatan memilih model

permainan bagisiswa. √

4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang

digunakan. √

5 Kesesuaian model permainan

untuk dimainkan siswa. √

6 Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa.

7 Mendorong perkembangan aspek fisik / jasmani siswa.

8 Mendorong perkembangan aspek

kognitif siswa. √

9 Mendorong perkembangan aspek


(58)

10 Mendorong perkembangan aspek afektif siswa

11 Dapat dimainkan siswa putra maupun putri.

12. Dapat dimainkan oleh siswa terampil maupun tidak terampil

13. Mendorong siswa aktif bergerak. √

14. Meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran .

15 Aman untuk diterapkan √

B. Saran untuk Perbaikan Model Permainan

Petunjuk :

1. Apabila diperlukan revisi pada model permainan ini, mohon dituliskan pada kolom 2

2. Alasan diperlukannya revisi, mohon dituliskan pada kolom 3

3. Saran untuk perbaikan mohon ditulis dengan singkat dan jelas pada kolom 4 No. Bagian yang Direvisi

(2)

Alasan Direvisi (3)

Saran Perbaikan (4)

1. Pembagian nama

kelompok

Menarik minat siswa Pemberian nama

kelompok berdasarkan

nama hewan atau

tumbuhan

2. Pemberian nama-nama rintangan disetiap base

Agar siswa mengetahui

apa yang harus

dilakukan

Diberikan tanda

rintangan apa yang akan dilakukan untuk

menuju base


(59)

C. Komentar dan Saran Umum

D. Kesimpulan

Model permainan ini dinyatakan :

1. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil tanpa revisi

2. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil dengan revisi sesuai saran 3. Tidak layak untuk digunakan / uji coba skala kecil

( mohon diberi tanda silang pada nomor sesuai dengan kesimpulan Anda )

Semarang,10 Juli 2015 Evaluator

1. Beberapa base ada baiknya diberikan petunjuk untuk siswa supaya siswa tidak mengalami kebingungan gerakan apa yang harus


(60)

Lampiran 7. Lembar Evaluasi Ahli Produk Sebelum Uji Coba II

LEMBAR EVALUASI AHLI

EVALUASI PENGEMBANGAN

MODEL PERMAINAN “

BASE

BERANTAI”

GERAK FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA

SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Materi Pokok : Pembelajaran Permainan Bola Kecil (Kasti) Sasaran Program : Siswa Kelas IV MI Sumurrejo

Evaluator : Cahyo Yuwono, S.Pd, M.Pd

Tanggal : 13 Agustus 2015

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu, sebagai ahli Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan model permainan

base berantai” gerak dasar fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) yang efektif dan efisien bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut kami berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan respon pada setiap pertanyaan sesuai dengan petunjuk di bawah ini :

1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli Penjas.

2. Evaluasi mencakup aspek model permainan, komentar dan saran umum, serta kesimpulan.

3. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik”


(61)

Keterangan : 1 = Tidak baik 2 = Kurang baik 3 = Cukup baik 4 = Baik

5 = Sangat baik

4. Komentar, kritik, dan saran mohon dituliskan pada kolom yang telah disediakan dan apabila tidak mencukupi mohon ditulis pada kertas tambahan yang telah disediakan.

A. Kualitas Model Permainan

No.

Aspek yang dinilai

Skala penilaian

Komentar

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan kompetensi

dasar. √

2 Kejelasan petunjuk permainan. √

3 Ketepatan memilih model

permainan bagi siswa. √

4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan.

5 Kesesuaian model permainan untuk dimainkan siswa.

6 Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa.

7 Mendorong perkembangan aspek

fisik / jasmani siswa. √

8 Mendorong perkembangan aspek

kognitif siswa. √


(62)

psikomotor siswa.

10 Mendorong perkembangan aspek

afektif siswa √

11 Dapat dimainkan siswa putra maupun putri.

12. Dapat dimainkan oleh siswa

terampil maupun tidak terampil √

13. Mendorong siswa aktif bergerak. √

14. Meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran .

15 Aman untuk diterapkan √

B. Saran untuk Perbaikan Model Permainan

Petunjuk :

1. Apabila diperlukan revisi pada model permainan ini, mohon dituliskan pada kolom 2

2. Alasan diperlukannya revisi, mohon dituliskan pada kolom 3

3. Saran untuk perbaikan mohon ditulis dengan singkat dan jelas pada kolom 4 No. Bagian yang Direvisi

(2)

Alasan Direvisi (3)

Saran Perbaikan (4)

1. Simpai Menarik perhatian siswa Simpai diberi warna

2. Jarak antar simpai diubah

Lari menjadi efektif Jarak antar simpai diubah dari 4 meter menjadi 6 meter.

C. Komentar dan Saran Umum

1. Lompat katak diganti dengan engklek 2. Lompat kardus diganti loncat kardus


(63)

D. Kesimpulan

Model permainan ini dinyatakan :

1. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil tanpa revisi

2. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil dengan revisi sesuai saran 3. Tidak layak untuk digunakan / uji coba skala kecil

( mohon diberi tanda silang pada nomor sesuai dengan kesimpulan Anda ) Semarang,13 Agustus 2015


(64)

(Ahli Pembelajaran Penjasorkes)

LEMBAR EVALUASI AHLI

EVALUASI PENGEMBANGAN

MODEL PERMAINAN “

BASE

BERANTAI”

GERAK FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PADA SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA

SUMURJURANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Materi Pokok : Permainan Bola Kecil (Kasti) Sasaran Program : Siswa Kelas IV

Evaluator : Muliyanto, S.Si

Tanggal : 7 Agustus 2015

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu, sebagai ahli Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan model permainan

base berantai” gerak dasar fundamental dalam pembelajaran Penjasorkes materi permainan bola kecil (kasti) yang efektif dan efisien bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut kami berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan respon pada setiap pertanyaan sesuai dengan petunjuk di bawah ini :

1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli Penjas.

2. Evaluasi mencakup aspek model permainan, komentar dan saran umum, serta kesimpulan.

3. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik”


(65)

Keterangan : 1 = Tidak baik 2 = Kurang baik 3 = Cukup baik 4 = Baik

5 = Sangat baik

4. Komentar, kritik, dan saran mohon dituliskan pada kolom yang telah disediakan dan apabila tidak mencukupi mohon ditulis pada kertas tambahan yang telah disediakan.

A. Kualitas Model Permainan

No. Aspek yang dinilai

Skala penilaian

komentar

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan kompetensi

dasar. √

2 Kejelasan petunjuk permainan. √

3 Ketepatan memilih model

permainan bagisiswa. √

4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang

digunakan. √

5 Kesesuaian model permainan

untuk dimainkan siswa. √

6 Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa.

7 Mendorong perkembangan aspek fisik / jasmani siswa.

8 Mendorong perkembangan aspek

kognitif siswa. √

9 Mendorong perkembangan aspek

psikomotor siswa. √


(66)

afektif siswa

11 Dapat dimainkan siswa putra maupun putri.

12. Dapat dimainkan oleh siswa terampil maupun tidak terampil

13. Mendorong siswa aktif bergerak. √

14. Meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran .

15 Aman untuk diterapkan √

B. Saran untuk Perbaikan Model Permainan

Petunjuk :

1. Apabila diperlukan revisi pada model permainan ini, mohon dituliskan pada kolom 2

2. Alasan diperlukannya revisi, mohon dituliskan pada kolom 3

3. Saran untuk perbaikan mohon ditulis dengan singkat dan jelas pada kolom 4

No. Bagian yang Direvisi (2)

Alasan Direvisi (3)

Saran Perbaikan (4)

1. Rute rintangan pada uji coba I tidak efektif pada

permainan ”base

berantai”

Karena posisi pemukul, pelempar dan regu jaga

sulit untuk

mengendalikan bola dan sulit untuk melewati rintangan

Rute rintangan dirubah agar posisi pemukul, pelempar dan regu jaga

mudah untuk

mengendalikan bola.

2. Penambahan proses

rolling

Rolling sekali hanya menguntungkan regu serang


(67)

C. Komentar dan Saran Umum

D. Kesimpulan

Model permainan ini dinyatakan :

1. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil tanpa revisi

2. Layak untuk digunakan / uji coba skala kecil dengan revisi sesuai saran 3. Tidak layak untuk digunakan / uji coba skala kecil

( mohon diberi tanda silang pada nomor sesuai dengan kesimpulan Anda )

Semarang,7 Agustus 2015 Evaluator

1. Mengubah rute rintangan agar pemukul, pelempar dan regu serang dapat mengendalikan bola sehingga tujuan permainan dapat tercapai dengan baik.

2. Penambahan system rolling (pergantian regu jaga dan regu serang) yaitu ketika pemain serang dengan nomor daa terakhir sudah melewati garis finish sebanyak dua kali.


(68)

Lampiran 8. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba I

REKAPITULASI PENGISIAN KUESIONER LEMBAR EVALUASI AHLI

DRAFT PRODUK AWAL

No Aspek Penilaian Skor Penilaian A G

1 Kesesuaian dengan kompetensi dasar 4 4 2 Kejelasan petunjuk permainan 4 4 3 Ketepatan memilih bentuk / model permainan bagi siswa 3 3 4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan 3 3 5 Kesesuaian bentuk / model permainan untuk dimainkan siswa 4 4 6 Kesesuaian bentuk / model permainan dengan karakteristik

siswa 5 5

7 Mendorong perkembangan aspek fisik / jasmani siswa 4 5 8 Mendorong aspek kognitif siswa 3 4 9 Mendorong aspek psikomotorik siswa 4 4 10 Mendorong perkembangan aspek afeksi siswa 4 5 11 Dapat dimainkan siswa putra maupun putrid 4 5 12 Dapat dimainkan oleh siswa terampil maupun tidak terampil 4 5 13 Mendorong siswa aktif bergerak 4 3 14 Meningkatkan minat dan motivasi siswa berpartisipasi dalam

pembelajaran penjas melalui pengembangan permainan “ Base Berantai ”

3 4

15 Aman untuk diterapkan 4 4

Jumlah Skor 57 62

Rata-rata 3,80 4.13


(69)

Lampiran 9. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli Sebelum Uji Coba II

REKAPITULASI PENGISIAN KUESIONER LEMBAR EVALUASI AHLI

UJI COBA II

No Aspek Penilaian Skor Penilaian A G

1 Kesesuaian dengan kompetensi dasar 4 3 2 Kejelasan petunjuk permainan 4 4 3 Ketepatan memilih bentuk / model permainan bagi siswa 4 4 4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan 5 3 5 Kesesuaian bentuk / model permainan untuk dimainkan siswa 5 4 6 Kesesuaian bentuk / model permainan dengan karakteristik

siswa 5 5

7 Mendorong perkembangan aspek fisik / jasmani siswa 4 5 8 Mendorong aspek kognitif siswa 3 4 9 Mendorong aspek psikomotorik siswa 4 4 10 Mendorong perkembangan aspek afeksi siswa 4 5 11 Dapat dimainkan siswa putra maupun putrid 5 5 12 Dapat dimainkan oleh siswa terampil maupun tidak terampil 4 5 13 Mendorong siswa aktif bergerak 5 5 14 Meningkatkan minat dan motivasi siswa berpartisipasi dalam

pembelajaran penjas melalui pengembangan permainan “ Base Berantai ”

3 4

15 Aman untuk diterapkan 4 45

Jumlah Skor 63 65

Rata-rata 4,20 4,33


(70)

Lampiran 10. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian (Lembar Pengamatan Siswa)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Standar Kompetensi :

Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Kompetensi Dasar : Mempraktikkan kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai lawan atau diri sendiri.

Fokus Penelitian Aspek Indikator Sub Indikator

Pengembangan model

pembelajaran gerak dasar fundamental melalui permainan

base berantai”

1. Afeksi  Kerjasama

 Toleransi

 Kejujuran

 Bertanggung jawab

 Menghargai lawan atau diri sendiri

2. Kognisi  Mengetahui aturan

permainan “Base

Berantai”

3. Psikomotor  Gerak dasar

fundamental

 Lari

 Loncat

 Lompat

 Jingkat (egklek)


(71)

Lampiran 11. Kuesioner Siswa Aspek Afektif dan Psikomotor

(Uji Coba I)

LEMBAR PENGAMATAN

PENGEMBANGAN MODEL

PERMAINAN “

BASE

BERANTAI” GERAK

FUNDAMENTAL DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA

SISWA KELAS IV MI NEGERI SUMURREJO DESA SUMURJURANG

KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

A.

Aspek Afektif

I. Indikator sikap

1. Kerjasama :

- Dapat berinteraksi dengan sesama teman dan guru. - Menjalin hubungan baik dengan sesama teman dan guru. - Mau menolong teman.

2. Toleransi :

- Mau menerima pendapat yang berbeda. - Memaklumi kekurangan orang lain. - Mengakui kelebihan orang lain.

3. Jujur :

- Mengakui kesalahan yang dibuatnya. - Tidak berbohong.

- Tidak berlaku curang.

4. Bertanggung Jawab :

- Melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilakukan.

- Melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. - Bersedia mendapat hukuman jika salah.

5. Menghargai lawan dan diri sendiri :

- Mengakui keunggulan lawan.

- Perilaku yang tidak mudah menyerah.


(72)

II. Tabel Pengamatan Sikap

Keterangan:

- Indikator sikap digunakan sebagai acuan untuk pengisian nilai tabel pengamatan sikap.

- Penilaian sikap individu dapat diberikan dengan cara menuliskan angka “3”

apabila

mencerminkan tiga point indikator sikap, angka “2” apabila hanya mencerminkan dua point indikator sikap, dan angka “1” apabila hanya mencerminkan satu point indikator sikap.

No Nama

Nilai Indikator Sikap

Jumla h Kerja

sama

Toler

ansi Jujur

Bertan ggung Jawab Mengharg ai Lawan & Diri Sendiri

1 Adham Rahma K. 2 Lintang Egan D. M. 3 Chinta Kumala D. 4 Amelia Annisa Putri 5 Zakia Rahmatuka 6 Nova Fitriani 7 Arya Fazza Aditiya 8 Muhammad Arifin I 9 Suarcahya Adi M 10 Hamam Musyadad 11 Ananda Putri O 12 Fatma Nur B 13 M. Hisyam 14 Iqbal Faruq A 15 Nur Aeni

16 Annisa Hana Devi 17 M. Riziq Shihab 18 Miftian Azzahra P 19 Danik Choirutsania 20 M. Faisal Ulul A 21. M. Riza Maftuh A 22. Chandra Tri P 23. M. Danang Saputra 24. M. A. Alip Haryanto 25. M. Abdul Wahab 26. Ramdani Pengka S 27. Merlyn Citra F 28. Yuniar Risqi I.Y


(73)

B. Aspek Psikomotor

I. Indikator Gerak Dasar Fundamental : - Lari Simpai

- Loncat kardus (meloncat) - Bola Gantung (melompat) - Jingkat (engklek)

II. Tabel Pengamatan Gerak

Keterangan:

- Indikator garak dasar fundamental digunakan sebagai acuan dalam

No Nama

Nilai Gerak Dasar Fundamental

Jumlah

1 2 3 4

1 Adham Rahma K. 2 Lintang Egan D. M. 3 Chinta Kumala D. 4 Amelia Annisa Putri 5 Zakia Rahmatuka 6 Nova Fitriani 7 Arya Fazza Aditiya 8 Muhammad Arifin I 9 Suarcahya Adi M 10 Hamam Musyadad 11 Ananda Putri O 12 Fatma Nur B 13 M. Hisyam 14 Iqbal Faruq A 15 Nur Aeni

16 Annisa Hana Devi 17 M. Riziq Shihab 18 Miftian Azzahra P 19 Danik Choirutsania 20 M. Faisal Ulul A 21 M. Riza Maftuh A 22 Chandra Tri P 23 M. Danang Saputra 24 M. A. Alip Haryanto 25 M. Abdul Wahab 26 Ramdani Pengka S 27 Merlyn Citra F 28 Yuniar Risqi I.Y

Jumlah Presntase


(74)

- Penilaian gerak individu diperoleh dari pengamatan gerak dan dapat diberikan nilai dengan cara memberikan tanda chek list ″√″ pada kolom

angka “1” apabila hanya satu point gerakan yang benar, pada kolom

angka “2” apabila hanya dua point gerakan yang benar, pada kolom angka “3” apabila hanya tiga point gerakan yang benar, pada kolom angka “4” apabila semua point gerakan dapat dilaksanakan dengan


(1)

101

Lampiran 21. Daftar Gambar Permainan “Base Berantai”

Gambar 1. Lapangan Produk awal “base berantai”

Gambar 2. Tongkat Pemukul dan Bola Kasti


(2)

102

Gambar 4. Kardus

Gambar 5. Bola Gantung


(3)

103

Gambar 7. Bendera

Gambar 8. Tanda Rintangan


(4)

104

Lampiran 22. Dokumentasi

Gambar 1. Siswa sedang melakukan permainan “base berantai”


(5)

105

Gambar 3. Siswa sedang melakukan pemanasan


(6)

106

Gambar 5. Peneliti berfoto dengan ahli pembelajaran dan Observer


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES KID’S ATLETIK MELALUI PERMAINAN THE STRENGTH POST, PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG TAHUN

2 16 151

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN ESGRANGTOK UNTUK PEMBELAJARAN GERAK DASAR MANIPULATIF DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI ULUJAMI PEMALANG TAHUN 2015

0 8 208

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN VOLIBOX DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI PADA SISWA SMP NEGERI 24 SEMARANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2015

0 18 130

MODEL PERMAINAN BASDOR (BASKET GOBAK SODOR) UNTUK PEMBELAJARAN BOLABASKET DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

2 34 119

MODEL PEMBELAJARAN KELINCAHAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI HALAMAN SEKOLAH TERHADAP MINAT SISWA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALICARI 03 KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

1 8 89

Minat Siswa Terhadap Permainan Bola Voli Mini Dalam Pembelajaran Penjasorkes Siswa Kelas V SD Negeri Pakintelan 03 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 1

Pendekatan Permainan Sepak 2 Bola Terhadap Minat Siswa dalam Penjasorkes pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD Negeri Ngijo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011-2012.

0 0 1

Model Pengembangan Pembelajaran Lompat Tinggi Melalui Pendekatan Permainan Tali Dalam Penjasorkes Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalisegora Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2011/2012.

0 0 1

Permainan kasti Dalam Pembelajaran Penjasorkes Untuk Siswa Kelas V SDN Kandri 01 Kecamatan Gunungpati Kota semarang.

0 1 1

Model Pembelajaran Kelincahan Gerak Melalui Halaman SekolahTerhadap Minat Penjasorkes pada Siswa Kelas V SD Negeri Rejosari 01 Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang.

0 0 1