Perumusan Masalah Tujuan Pengembangan Spesifikasi Produk Kerangka Berfikir

melalui modifikasi permainan bola kecil kasti pada siswa kelas IV. Permasalahan lainnya adalah metode pembelajarannya masih monoton yaitu hanya dengan penjelasan dari guru kemudian langsung mempraktikkan. Pembelajaran Penjasorkes dengan modifikasi permainan diharapkan akan membuat siswa menjadi lebih antusias untuk ikut berprartisipasi dalam pembelajaran, tetapi dalam model pengembangan pembelajaran itu tidak menghilangkan tujuan dari pembelajaran Penjasorkes itu sendiri. Permainan “base berantai” ini harapannya dapat mencapai tujuan pembelajaran Penjasorkes dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul adalah “Bagaimana Pengembangan Model Permainan “Base Berantai” Dapat Meningkatkan Gerak Fundamental pada Siswa Kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?”

1.3 Tujuan Pengembangan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan model permainan “base berantai” dalam pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan gerak fundamental pada siswa kelas IV MI Negeri Sumurrejo Desa Sumurjurang Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.4 Manfaat Pengembangan

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai bekal pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran Penjasorkes.

1.4.2 Bagi Guru Pendidikan Jasamani Olahraga dan Kesehatan

Sebagai dorongan dan motivasi terhadap guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk lebih mengembangkan kemampuan mengajar dengan cara mengajarkan model pembelajaran yang lebih variatif dan memodifikasi pembelajaran dalam bentuk permainan agar siswa merasa senang, aktif bergerak dan antusias mengikuti pembelajaran penjasorkes.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model permainan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak fundamental melalui permainan bola kecil kasti sebagai media untuk mencapai tujuan dari produk permainan “base berantai” tersebut. Produk tersebut ditujukan pada siswa Sekolah Dasar dengan menyesuaikan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang lebih menyukai pembelajaran Penjasorkes dalam bentuk permainan.

1.6 Pentingnya Pengembangan

Pembelajaran Penjasorkes berdasarkan hasil pengamatan masih bersifat konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih terpusat kepada guru dengan siswa yang kurang aktif dan antusias dalam pembelajaran tersebut, sedangkan dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang cepat bosan karena hanya terpusat kepada guru, pembelajaran ini menjadi kurang efektif. Kompetensi guru untuk menjadi lebih kreatif lagi dalam mengemas pembelajaran Penjasorkes sangat dibutuhkan agar siswa lebih antuasias dalam pembelajaran tersebut. Guru sering menemui masalah berupa prasarana pembelajaran Penjasorkes yang kurang memadai dan sarana yang kurang lengkap, akibatnya pembelajaran yang dilakukan kurang mencapai tujuan yang diharapkan. Sementara itu sekolah memiliki fasilitas lain yang berpotensi untuk pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar fundamental yaitu berupa lapangan yang luas sehingga tujuan pembelajaran Penjasorkes dalam upaya meningkatkan gerak dasar fundamenta pada siswa Sekolah Dasar tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Modifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan lapangan tersebut harusnya dapat diciptakan melalui pembelajaran Penjasorkes melalui permainan “base berantai”. Selain itu juga menumbuhkan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran penjasorkes. Dalam hal ini penulis mengkaji model pembelajaran dalam bentuk permainan dapat dijadikan alternatif sebagai sumber belajar yang menyenangkan bagi siswa tingkat Sekolah Dasar dalam pembelajaran Penjasorkes. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra 2000:1, p roses pendidikan dilakukan melalui proses belajar dan pembelajaran dengan menuntut tujuan yang sama dan melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik sebagai subjek dan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh pendidik sebagai pengelola atau “director of learning”. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, Suryosubroto, 2009:16. Ruang lingkup pendidikan tidak dapat dipisahkan oleh dua kegiatan yang saling berhubungan yaitu belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar akan mencapai tujuan yang efektif dan efisien apabila dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi sampai tindak lanjut kegiatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra 2000:3, belajar dimaknai dengan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Menurut Oemar Hamalik 2009:45, belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Faktor biokimia mempengaruhi sejumlah energi yang dapat berhubungan dengan 6 belajar, dan juga mempengaruhi kesenangan dan kepuasaan yang diperoleh individu dari perbuatan belajar. Pengaruh-pengaruh itu banyak berhubungan dengan orientasi kepribadian, apakah kita senang atau tidak senang dalam proses belajar-mengajar. Menurut Sukintaka 1992:70, pembelajaran mengandung pengertian bagaimana mengajarkan sesuatu kepada anak didik, tetapi juga ada suatu pengertian bagaimana anak didik mempelajarinya. Pembelajaran memiliki makna sebagai proses interaksi edukatif bahwa ada guru pendidik sebagai pihak yang memberi dan peserta didik sebagai pihak yang menerima. Belajar dan pembelajaran adalah suatu proses berupa perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan dalam lingkup edukatif dengan melibatkan peserta didik sebagai subjek dalam proses belajar dan pendidik sebagai pengelola dalam proses pembelajaran serta interaksi dari kedua subjek tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Secara lebih rinci pengertian belajar dan pembelajaran dapat dijelaskan yaitu, belajar adalah proses perubahan dan penguasaan tingkah laku individu mengenai pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik melalui kegiatan yang bersifat edukatif untuk mencapai tujuan bersama. 2.1.2 Pendidikan Jasmani 2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan. Pendidikan Jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler , intelektual dan sosial Abdulkader Ateng, 1992:4. Menurut Adang Suherman 2000:1, Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Perkembangan tersebut antara lain adalah perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial, serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan utamanya. Menurut Samsudin 2008:2, Pendidikan Jasmani adalah suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan berperilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosional.

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Agus Mahendra dalam Faizal Dwi Ariyanto 2012:19-20, secara sederhana Pendidikan Jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk : 1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dala, aneka aktivitas jasmani. 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. 4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam Pendidikan Jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. 5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. 6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang popular, maka tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan domain afektif. Bentuk bagan tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai berikut : Menurut Adang Suherman 2000:22, sama halnya dengan pengertian Pendidikan Jasmani, tujuan Pendidikan Jasmani seringkali dituturkan dalam redaksi yang beragam namun keragaman penuturan tujuan Pendidikan Jasmani tersebut pada dasarnya berumara pada pengertian Pendidikan Jasmani itu sendiri. Sudah diuraikan diatas, bahwa pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kamampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui Pendidikan Jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan Pendidikan Jasmani tidak selalu pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial dan spiritual. Menurut Adang Suherman 2000:23, secara umum tujuan Pendidikan Jasmani dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu : 1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitness 2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna skillfull. 3. Perkembangan mental. Tujan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lngkungannya sehingga memungkinkn tumbh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

2.1.2.3 Pengembangan dan Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani memiliki tujuan yaitu meningkatkan kualitas manusia, atau membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai sasaran keseluruhan aspek pribadi manusia. Berdasarkan tujuan tersebut, harapannya adalah dalam aspek peningkatan pembelajaran Pendidikan Jasmani agar lebih meningkatkan kemampuan anak dari ranah kognitif, afektif dan psikomotornya. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat dilaksanakan dengan efektif melalui metode bermain. Bermain merupakan salah satu metode dalam pengembangan dan modifikasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, dengan bermain anak dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap dan perilaku. Jika anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pembelajaran Pendidikan Jasmani maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang karena pada umumnya anak merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain. Peranan pendidik untuk mengaktualisasikan pembelajaran Pendidikan Jasmani secara efektif sangat penting karena pendidik merupakan sumber utama dalam pembelajaran tersebut. Pendidik harus mempunyai potensi untuk mampu mengembangkan pembelajaran menjadi lebih kreatif lagi.

2.1.3 Pembelajaran PAIKEM

Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengajarkan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik,menyenangkan dan efektif. Menurut Agus Suprijono 2009:1 PAIKEM mengandung pengertian Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pegalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya. Inovatif, pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreatifitas dapat dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan prosuktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreatifitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem. Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif “memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang “bermanfaat”. Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, melainkan panggilan jiwa jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya.

2.1.4 Model Pengembangan

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra 2000:35, model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung didalam didalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru salah satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu melalui modifikasi sarana prasarana maupun modifikasi bahan ajar. Modifikasi tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani secara efektif dan efisien. 2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Sekolah Dasar merupakan jenjang pedidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Jenjang pendidikan tersebut sangat mempengaruhi dalam mengembangkan pertumbuhan dan kemampuan dasar siswa oleh sebab itu Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting dilihat dari tugasnya yang merupakan dasar terpenting untuk menuju jenjang berikutnya. Pertumbuhan dan perkembangan motorik merupakan salah satu tugas yang harus diterapkan pada anak usia Sekolah Dasar. Rentangan usia siswa Sekolah Dasar adalah antara usia 6-12 tahun atau masuk dalam kelompok usia anak besar. Menurut Sukintaka 1992:12, aktivitas bermain pada anak-anak banyak dilakukan dengan aktvitas jasmani. Aktivitas jasmani ini sangat penting bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Pertumbuhan dan perkembangan motorik pada anak usia Sekolah Dasar berdasar pada aktivitas jasmani yang mereka lakukan. Aktivitas jasmani yang disenangi oleh anak-anak tersebut adalah melalui bermain. Dengan bermain mereka belajar dan berlatih untuk mengembangkan gerak dasar tanpa disadarinya dan juga melatih organ fisiologis mereka untuk berkembang menjadi lebih baik lagi. Kondisi fisik yang sedang berkembang dengan baik pada usia anak Sekolah Dasar adalah kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Menurut Sugiyanto 2008:4.3, pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologi membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Pada masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan fisik yang semakin jelas terutama dalam hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. 2.1.6 Gerak Dasar Fundamental Menurut Amung Ma’mun 2000:20-21, kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna melakukan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu : locomotor, non locomotor, dan manipulatif. 1. Kemampuan Locomotor Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuhdari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari gallop. 2. Kemampuan Non-locomotor Kemampuan non locomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan merenggang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain. 3. Kemampuan Manipulatif Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item; berjalan gerakan langkah dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulative terdiri dari : a. Gerakan mendorong melempar, memukul, menendang b. Gerakan menerima menangkap objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet bola medisin atau macam: bola yang lain. c. Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola. Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lowy dalam Sukintaka 1992:47-48, mengutarakan konsep gerak yang fundamental sebagai berikut: Gambar 2.1. Dasar menyadari gerak dan keterampilan dasar.

2.1.7 Permainan Kasti

Menurut Hestty P. Utami 2008:4, olahraga berhadang atau kasti adalah olahraga masyarakat yang dilakukan pada waktu senggang atau lowong, terutama oleh anakmurid sekolah. Permainan kasti termasuk dalam permainan bola kecil yang masih banyak dimainkan di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Permainan ini dimainkan oleh dua regu yang anggotanya minimal 2 orang. Permainan ini menggunakan bola kasti bola tenis dan tongkat pemukul yang terbuat dari kayu atau balok dan dimainkan di lapangan. Para pemain yang berada di posisi regu pemukul harus melewati 3 tonggak tiang atau base dan kembali ke rumah home. Teknik dasar dalam permainan kasti diantara adalah menangkap bola, memukul bola, dan melempar bola. Permainan kasti dapat digabungkan dengan latihan gerak dasar pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Teknik dasar lompat jauh berupa tahapan-tahapan awalan, tolakan, melayang dan mendarat dapat dijadikan rintangan untuk menuju tiang atau base.

2.2 Kerangka Berfikir

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dalam pendidikan yang merupakan upaya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan mampu untuk mengembangkan dan menumbuhkan segala aspek siswa secara menyeluruh diantaranya perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai sikap, mental, emosional, spiritual dan sosial. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan berdasarkan kompetensinya membutuhkan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan pembelajaran PAIKEM, sehingga siswa selain mampu untuk mengembangkan dan menumbuhkan segala aspek dalam dirinya tetapi juga melaksanakan pembelajaran tersebut dengan antusias. Berikut juga dengan penerapan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada jenjang Sekolah Dasar harus mampu untuk menerapkan pembelajaran secara efektif tetapi juga membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang merupakan masa anak usia besar, mereka lebih menyukai bermain. Penerapan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat dilakukan dengan metode bermain tetapi tidak menghilangkan dari tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan tersebut. Modifikasi pembelajaran Penjasorkes untuk meningkatkan gerak fundamental pada siswa kelas IV dapat melalui permainan “base berantai”. Harapannya siswa lebih antusias dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes dalam model permainan dengan tidak menghilangkan tujuan membentuk keterampilan gerak pada siswa. Adapun peneliti memodifikasi pembelajaran Penjasorkes gerak dasar fundamental melalui permainan “base berantai” karena permasalahan- permasalahan pada pembelajaran tersebut. Permasalahan pertama adalah karena sarana dan prasarana yang kurang berstandar dan cukup membahayakan sehingga siswa takut untuk ikut dalam pembelajaran Penjasorkes dan solusi dari permasalahan tersebut adalah pembelajaran Penjasorkes untuk memperkenalkan gerak dasar fundamental berupa lari, meloncat, melompat, jingkat engklek, memukul, menangkap dan melempar supaya melalui model permainan tersebut dapat mencapai gerak dasar fundamental secara efektif dan efisien. Permasalahan berikutnya adalah kurang antusiasnya siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjasorkes. Berdasarkan pembelajaran Penjasorkes yang masih menerapkan pembelajaran monoton yaitu dengan pembelajaran yang tidak kompetitif dan dilakukan perorangan yang mana berbeda dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang lebih menyukai pembelajaran kelompok dan kompetitif. Solusinya adalah dengan model permainan “base berantai” ini merupakan model pembelajaran yang kompetitif dan berkelompok sehingga siswa lebih antusias dalam mengkuti pembelajaran tersebut dengan tidak menghilangkan tujuan dari pembelajaran gerak dasar fundamental melalui media permainan bola kecil kasti. 19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES KID’S ATLETIK MELALUI PERMAINAN THE STRENGTH POST, PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG TAHUN

2 16 151

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN ESGRANGTOK UNTUK PEMBELAJARAN GERAK DASAR MANIPULATIF DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI ULUJAMI PEMALANG TAHUN 2015

0 8 208

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN VOLIBOX DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI PADA SISWA SMP NEGERI 24 SEMARANG KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2015

0 18 130

MODEL PERMAINAN BASDOR (BASKET GOBAK SODOR) UNTUK PEMBELAJARAN BOLABASKET DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

2 34 119

MODEL PEMBELAJARAN KELINCAHAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI HALAMAN SEKOLAH TERHADAP MINAT SISWA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALICARI 03 KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

1 8 89

Minat Siswa Terhadap Permainan Bola Voli Mini Dalam Pembelajaran Penjasorkes Siswa Kelas V SD Negeri Pakintelan 03 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 1

Pendekatan Permainan Sepak 2 Bola Terhadap Minat Siswa dalam Penjasorkes pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD Negeri Ngijo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011-2012.

0 0 1

Model Pengembangan Pembelajaran Lompat Tinggi Melalui Pendekatan Permainan Tali Dalam Penjasorkes Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalisegora Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2011/2012.

0 0 1

Permainan kasti Dalam Pembelajaran Penjasorkes Untuk Siswa Kelas V SDN Kandri 01 Kecamatan Gunungpati Kota semarang.

0 1 1

Model Pembelajaran Kelincahan Gerak Melalui Halaman SekolahTerhadap Minat Penjasorkes pada Siswa Kelas V SD Negeri Rejosari 01 Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang.

0 0 1