Sumber Data Metode Pengumpulan Data

Observasi yang peneliti lakukan adalah mencari tempat atau rumah tinggal subjek yaitu Ibu Ponirah atau rumah Pak Asih. Peneliti mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat saya jadikan sebagai petunjuk uuntuk menemukan rumah subjek. Tidak sedikit orang yang memberikan informasi salah, sehingga peneliti juga tidak mudah menemukan rumah yang dicari. Setelah tempat tinggal subjek ketemu, peneliti tidak langsung menemui subjek melainkan hari setelah itu karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pada hari pertama berkunjung, peneliti melihat suasana rumah, lingkungan tempat tinggal subjek, orang-orang di rumah dan sekitar tempat tinggal subjek. Peneliti melihat bahwa subjek cenderung menyendiri dan sedikit diam. Pak Asih menambahkan “biarkan saja. Simbok mungkin butuh sendiri setelah kejadian meninggalnya Bapak itu. Berjalannya waktu pasti akan baik lagi” ungkap Pak Asih. Sikap seperti itu berlangsung ketika rumah cenderung sepi tidak ada orang dirumah ditinggal Pak Asih bekerja dan cucu bersekolah. 2. Wawancara Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara. Dalam mencari informasi saya melakukan wawancara aloanamnesa wawancara yang dilakukan dengan keluarga responden. Wawancara yang peneliti lakukan langsung kepada subjek mengenai bagaimana menyikapi dari bencana tersebut sampai merenggut Mbah Maridjan, berulang kali menemani Mbah Maridjan di Kinahrejo ketika Gunung aktif apakah ada rasa takut atau khawatir, bagaimana keseharian Bu Ponirah setelah sepeninggal Mbah Maridjan, dan seputar yang berkaitan tentang rasa kehilangan suami Bu Ponirah. Dalam wawancara tersebut, peneliti bertanya kepada Bu Ponirah dan Pak Asih ketika Bu Ponirah atau Pak Asih tidak bisa menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan. Peneliti sedikit kesulitan karena ketika bertanya langsung kepada Bu Ponirah menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan Bahasa Jawa peneliti tidak bagus. Namun, peneliti tetap menggunakan Bahasa Jawa agar dalam wawancara terasa lebih dekat dan akrab. Sebelum mengajukan pertanyaan, peneliti berbincang ringan atau berbasa- basi kepada subjek dan Pak Asih dengan tujuan peneliti mengetahui situasi apakah dapat ditanyai hal seperti itu atau tidak dan juga untuk membuka pembicaraan. Contoh pertanyaan yang peneliti ajukan “Mekaten Mbah, kula mriki punika bade tanglet sekedik kalian Simbah”. “Arep takon opo? Nek aku iso jawab yo tak jawab, nek raiso yo ben dijawab Asih yo….” Jawabnya sambil tersenyum. Saya “Nggih Mbah. Ngaten punika nek wonten Mbah Kakung ta mbah rame nggih Mbah……”. Jawabnya “nek biyen he em. Saiki Simbah wis raono…”. Saya “Pripun Mbah, sak sampunipun Mbah Kakung boten wonten?”. Artinya “Begini Mbah, saya datang kesinimau bertanya sedikit kepada Simbah”. “Mau bertanya apa? Kalau saya bisa jawab ya saya jawab, kalau tidak bisa jawab biar dijawab oleh Asih ya…” Jawabnya sambil tersenyum. Saya “Iya Mbah. Seperti ini kalau ada Simbah Kakung jadi tambah ramai ya Mbah…”. Jawabnya “Kalau dulu iya. Sekarang Simbah sudah tidak ada…”. Saya “Bagaimana Mbah, setelah Mbah Kakung tidak ada?”.

D. Langkah-langkah Pengumpul dan Analisa Data

Menggunakan studi kasus. Langkah-langkah analisis data studi kasus, yaitu: 1. Mengorganisir informasi. Peneliti mengolah dan mengumpulkan semua informasi yang didapat yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga mencocokkan informasi yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan hasil yang valid dan sesuai. 2. Membaca keseluruhan informasi dan member kode. Hasil dari informasi yang didapat, peneliti menyeleksi dan mengelompokkan informasi tersebut masuk dalam bagian yang mana. Karena nantinya setiap hasil dari informasi akan diolah untuk menjadi sebuah laporan yang baik dan alami tidak mengandung rekayasa. 3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. Setiap informasi yang didapat mengandung intisari. Dari inti tersebut, peneliti mengembangkannya tentu dengan hasil lain yang sesuai dengan masalah dan informasi dari segala sumber. 4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antar beberapa kategori. Dari awal keberangkatan meneliti, peneliti tetap fokus pada kasus yang akan diteliti. Sehingga dalam perjalanan penelitian, mendapatkan hasil dan selesai, tidak keluar jalur dari fokus masalah yang diteliti. 5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain, dan menyajikan secara naratif. 6. Validitas Pada validitas ini, peneliti mengumpulkan dan mengolah hasil dari observasi, wawancara, dan triangulasi untuk mengambil kecocokan dengan informasi utama dari subjek agar dalam mendiskripsikannya tidak mengalami kesusahan dan salah.