BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk
mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah dilakukan pembahasan
antara Presiden dan DPR terhadap usulan RAPBN dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah DPD. Seperti tahun
tahun sebelumnya, pada tahun 2009, APBN ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2009. Salah satu unsur APBN adalah anggaran pendapatan negara dan hibah yang diperoleh dari :
a. Penerimaan perpajakan; b. Penerimaan negara bukan pajak; dan
c. Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri. PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan
dipertanggung jawabkan sehingga Badan Pemeriksa Keuangan BPK sebagai
Universitas Sumatera Utara
lembaga audit yang bebas dan mandiri turut melakukan pemeriksaan atas
komponen yang mempengaruhi pendapatan Negara dan merupakan penerimaan negara
sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Dewan
Perwakilan Daerah DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian dilakukan pengaturan dalam
peraturan perundang-undangan, diantaranya melalui : a. UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b. PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak;
c. PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
d. PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak; dan
e. PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang. Dalam
peraturan-peraturan perundang-undangan tersebut diatur hal-hal sebagai berikut :
a Definisi PNBP b
Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan
Pasal
1 angka 1 UU No. 20 Tahun 1997. c Jenis-jenis PNBP
PNBP dalam UU No. 20 Tahun 1997 dapat dikelompokkan meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah; b. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan; d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;
f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; dan g. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.
Pengelompokan PNBP ini kemudian ditetapkan dalam PP No. 22 Tahun 1997 yang telah diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998 dengan menjabarkan jenis-
jenis PNBP yang berlaku umum di semua Departemen dan Lembaga Non Departemen, sebagai berikut :
a. Penerimaan kembali anggaran sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan;
b. Penerimaan hasil penjualan barangkekayaan Negara; c. Penerimaan hasil penyewaan barangkekayaan Negara;
d. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara jasa giro; e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan; f. Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah; dan
g. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang. Apabila jenis PNBP belum tercakup dalam jenis-jenis PNBP ini, kecuali yang
telah diatur dengan Undang-undang, dapat ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
d Pengelolaan PNBP
PNBP dipungut atau ditagih oleh Instansi Pemerintah Departemen dan Lembaga Non Departemen sesuai dengan perintah UU atau PP atau penunjukan
dari Menteri Keuangan, berdasarkan Rencana PNBP yang dibuat oleh Pejabat Instansi Pemerintah tersebut. PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut
wajib dilaporkan secara tertulis oleh Pejabat Instansi Pemerintah kepada Menteri
Keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP Triwulan yang disampaikan
paling lambat 1satu bulan setelah triwulan tersebut berakhir, dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Laporan Realisasi PNBP
Laporan Realisasi PNBP No Periode
Jangka waktu Batas waktu penyerahan
A. Triwulan I
Jan-Maret 30 April
B. Triwulan II
April-Juni 31 Juli
C. Triwulan III
Juli-September 31 Oktober
D. Triwulan IV
Oktober-Desember 31 Januari
Namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut Surat Edaran Sekretaris Jenderal Depkeu RI Nomor : S-389SJ2006 tanggal 15 Juni 2006 yang
Sumber : Berkas Pengadilan Negeri Medan
Universitas Sumatera Utara
kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE- 05PJ.122006 tentang Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak,
Instansi Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyampaikan Laporan Bulanan
realisasi PNBP setiap tanggal 10 bulan berikutnya kepada Sekretaris Jenderal u.p. Biro Perencanaan dan Keuangan serta tembusan disampaikan
kepada Sekretaris Dirjen Pajak u.p. Kepala Bagian Keuangan. Walaupun PNBP memiliki sifat segera harus disetorkan ke kas negara,
namun sebagian dana dari PNBP yang telah dipungut dapat digunakan untuk kegiatan tertentu oleh instansi yang bersangkutan. Pemberian ijin penggunaan
dan besaran jumlah ditentukan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan, setelah Pimpinan instansi pemerintah mengajukan
permohonan yang sedikitnya dilengkapi dengan : a. Tujuan penggunaan dana PNBP antara lain untuk meningkatkan pelayanan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas kerja serta meningkatkan efisiensi perekonomian;
b. Rincian kegiatan pokok instansi dan kegiatan yang akan dibiayai PNBP; c. Jenis PNBP beserta tarif yang berlaku; dan
d. Laporan realisasi dan perkiraan tahun anggaran berjalan serta perkiraan untuk 2dua tahun anggaran mendatang.
Kegiatan penatausahaan sebagian dana dari PNBP ini dilakukan oleh pimpinan instansibendaharawan penerima dan bendaharawan pengguna, yang
ditunjuk setiap awal tahun anggaran. Apabila terdapat saldo lebih maka pada akhir tahun anggaran wajib disetor seluruhnya ke Kas Negara.
Universitas Sumatera Utara
e PNBP terutang
PNBP yang harus dibayar pada suatu saat atau dalam suatu periode tertentu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku disebut PNBP yang
Terutang. Jumlah PNBP yang terutang ditentukan dengan cara : a. ditetapkan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian paten, pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan penjualan karcis masuk; atau b. dihitung sendiri oleh Wajib Bayar, antara lain pemanfaatan sumber daya alam.
Juklak PNBP terutang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, dihitung dengan menggunakan tarif :
a. spesifik b. advalorem, atau
c. ketentuan perundang-undangan Sementara pengaturan Pembayaran dan Penyetoran PNBP yang Terutang
dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pengaturan Pembayaran dan Penyetoran PNBP yang terutang
No Instansi Pemerintah
Wajib Bayar
1 pembayaran dilakukan oleh
instansi pemerintah pada
waktu yang ditentukan berdasarkan PP.
a. pembayaran dilakukan oleh wajib bayar paling lambat pada saat jatuh
tempo
Universitas Sumatera Utara
No Instansi Pemerintah Wajib Bayar
2 apabila belum dibayar,
penagihan dilakukan oleh Pimpinan Instansi
Pemerintah Menteri atau Pimpinan
Lembaga Non Departemen selaku
Pengguna Anggaran b. apabila belum dibayar, penagihan
wajib dilakukan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah
3 mekanisme penagihan
danatau pemungutan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan mekanisme :
- Pimpinan
Instansi Pemerintah menerbitkan Surat Tagihan Pertama;
- Dalam waktu 1 satu bulan sejak tanggal Surat Tagihan Pertama,
belum dilunasi, Instansi Pemerintah menerbitkan Surat Tagihan Kedua;
- Dalam waktu 1 satu bulan sejak tanggal Surat Tagihan Kedua, belum
dilunasi, Instansi Pemerintah menerbitkan Surat Tagihan Ketiga;
Universitas Sumatera Utara
No Instansi Pemerintah
Wajib Bayar
- Dalam waktu 1 satu bulan sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga, belum
dilunasi, Instansi Pemerintah menerbitkan Surat Penyerahan Tagihan kepada instansi
yang berwenang
mengurus piutang Negara tersebut.
Sumber : Berkas Pengadilan Negeri Medan
Untuk pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak, penyetoran dilakukan menggunakan formulir SSBP Surat Setoran Bukan Pajak dan
disampaikan kepada Bendahara Penerimaan Satuan Kerja. Wajib bayar yang menghitung sendiri PNBP yang terutang harus menyampaikan surat tanda
bukti pembayaran yang sah kepada Menteri Keuangan c.q. Dirjen Anggaran. Apabila Wajib Bayar tidak melakukan pembayaran sampai melampaui
jatuh tempo, maka akan dikenakan sanksi sebesar 2 per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 satu bulan penuh. Pemberian denda ini
juga berlaku dalam hal terjadi keterlambatan kekurangan pembayaran PNBP dan hanya dikenakan untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan. Selain
memiliki kewajiban untuk menyetor PNBP, Wajib Bayar juga memperoleh hak- hak sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3 Kepemilikan Hak atas Wajib Bayar
No Mekanisme
1. Dalam hal terdapat kelebihan perhitungan PNBP yang terutang
a. Usaha Wajib Bayar masih berjalan
i. Wajib Bayar mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan kepada Pimpinan
ii. Instansi Pemerintah disertai
dokumen pendukung lengkap; iii.
Setelah melalui pertimbangan yang ada, jika disetujui,
kelebihan Pembayaran
diperhitungkan sebagai p
embayaran dimuka atas PNBP yang terutang pada periode
berikutnya.
b. Usaha Wajib Bayar berakhir i.
Pimpinan Instansi Pemerintah menyampaikan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran kepada Menteri
Keuangan disertai rekomendasi tertulis
ii. Berdasarkan pertimbangan
Universitas Sumatera Utara
No Mekanisme
tertentu, jika disetujui Menteri akan menerbitkan penetapan
persetujuan pengembalian
kelebihan pembayaran secara
tunai iii.
Pengembalian kelebihan Pembayaran
dilakukan paling
lambat 1 satu bulan terhitung sejak tanggal penetapan
persetujuan Menteri; iv.
Apabila melampaui batas waktu Wajib Bayar juga memperoleh
imbalan bunga 2 per bulan untuk jangka waktu paling lama
24 dua puluh empat bulan. 2.
Dalam kondisi keuangan perusahaan kurang mendukung atau terjadi force majeur
bencana alam i.
Wajib Bayar mengajukan permohonan mengangsur
danatau menunda pembayaran PNBP yang terutang, secara
tertulis kepada Pimpinan Instansi
Universitas Sumatera Utara
No Mekanisme
Pemerintah paling lambat 20 dua puluh hari sebelum tanggal
jatuh tempo pembayaran PNBP yang terutang
ii. Pimpinan Instansi Pemerintah menyampaikan permohonan
tersebut beserta rekomendasi tertulis kepada Menteri Keuangan
paling lambat 30 tiga puluh hari sejak permohonan tersebut
diterima secara lengkap; iii.
Setelah melalui pertimbangan tertentu, Menteri menerbitkan
persetujuan atau penolakan permohonan dan
menyampaikannya kepada
Pimpinan Instansi Pemerintah paling lambat 30 tiga puluh
hari sejak surat permohonan dari Pimpinan Instansi Pemerintah
diterima; iv.
Setelah diterima, Pimpinan
Universitas Sumatera Utara
No Mekanisme
Instansi Pemerintah memberikan persetujuan atau
penolakan tersebut paling lambat 7 tujuh hari setelah persetujuan
atau penolakan dari Menteri
3. Dalam hal berkaitan dengan kegiatan sosial, kepentingan keagamaan,
kepentingan nasional, hubungan internasional, Wajib Bayar tidak mampu membayar kewajiban PNBP yang Terutang, mengalami kerugian, yang
dibuktikan dengan rekomendasi dari instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan
i. Wajib Bayar mengajukan permohonan untuk dilakukan
peninjauan kembali dari kewajiban Pembayaran PNBP yang Terutang
danatau sanksi administrasi berupa denda, diajukan secara tertulis
kepada Pimpinan Instansi
Universitas Sumatera Utara
No Mekanisme
Pemerintah disertai penjelasan, dokumen, dan data pendukung;
ii. permohonan tersebut kemudian diajukan oleh Pimpinan Instansi
Pemerintah kepada Menteri dilengkapi dengan rekomendasi
tertulis; iii. Menteri kemudian dapat
menerbitkan surat persetujuan atau surat penolakan dan menyampaikan
kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yang bersifat final;
iv. Oleh Pimpinan Instansi Pemerintah, diberikan persetujuan atau
penolakan paling lambat 15 lima belas hari kerja;
v. Ketentuan mengenai tata cara peninjauan kembali diatur dengan
Peraturan Menteri. 4.
Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat kelebihan pembayaran PNBP yang Terutang
i. Pimpinan Instansi Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
No Mekanisme
menerbitkan penetapan atas kelebihan tersebut yang kemudian
diperhitungkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlah PNBP yang
terutang dari Wajib Bayar yang bersangkutan pada periode
berikutnya.
Sumber : Berkas Pengadilan Negeri Medan
Terhadap PNBP yang Terutang dilakukan pemeriksaan oleh instansi berwenang untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Instansi yang berwenang adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP dan BPK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dari hasil pemeriksaannya, BPK kerap kali menemukan permasalahan pengelolaan PNBP yang dapat dilihat pada Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan BPK, misalnya semester II Tahun 2006 BPK menemukan pengelolaan PNBP tidak transparan dan tidak akuntabel. Terdapat 3 tiga
temuan yang cukup signifikan. Pertama, PNBP pada 7 tujuh Kementerian NegaraLembaga belum disetor ke kas negara sebesar Rp24,51 Triliun dan
US754,05 Ribu masih tersimpan di rekening Bendahara Penerima masing – masing Kementerian NegaraLembaga dan rekening antara. Kedua, penagihan
Universitas Sumatera Utara
tunggakan PNBP pada 10 sepuluh Kementerian NegaraLembaga sebesar Rp19,93 Triliun dan US553,30 Juta belumoptimal. Ketiga, PNBP Tahun
Anggaran 2006 pada 6 enam Kementerian NegaraLembaga sebesar Rp3,52 Triliun digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN. Kemudian pada
Semester II Tahun 2008, BPK kembali menemukan adanya kekurangan penerimaan Rp320 Miliar dan US 26 Juta di bidang manajemen kehutanan,
selain itu juga berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan tambang batu bara ditemukan adanya kekurangan penerimaan sebesar Rp2,55 Triliun dengan 42
kasus. Pemeriksaan atas pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi KKS Migas juga mengakibatkan kekurangan penerimaan sebesar Rp14,58
triliun. Dengan adanya kekurangan penerimaan ini, berdasarkan ketentuan Pasal
10 PP No. 29 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PNBP yang Terutang, Pimpinan Instansi Pemerintah akan
menerbitkan penetapan atas kekurangan tersebut, dan wajib untuk dilunasi dengan ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 dua persen per bulan dari
kekurangan tersebut untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan sejak PNBP yang terutang.
3.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Jenis Tarif