Metode Penilaian Persediaan atas Dasar Kos

2.4.2. Metode Penilaian Persediaan atas Dasar Kos

Menurut Zakli Baridwan 2000:178 dalam Sukorini Duwi 2005:24, untuk menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara, diantaranya adalah: 1. Metode Identifikasi Khusus Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggaran bahwa arus barang harus sama dengan arus biayanya. Untuk itu perlu dipisah-pisahkan tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Contoh soal: Persediaan, 31 Agustus - Metode Identifikasi Khusus 1 Agustus Persediaan 50 unit Rp. 2.000 Rp. 100.000 8 Pembelian 50 unit Rp. 2.200 Rp. 110.000 15 Pembelian 150 unit Rp. 2.400 Rp. 360.000 22 Pembelian` 100 unit Rp. 2.600 Rp. 260.000 24 Pembelian 150 unit Rp. 2.800 Rp. 420.000 Total 500 unit Rp.1.250.000 Penjualan 280 unit Jumlah persediaan akhir 220 unit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada tanggal 31 Agustus persediaan terdiri dari 50 unit persediaan yang ada di perusahaan pada tanggal 1 Agustus, 100 unit dibeli tanggal 24 Agustus, dan 70 unit dibeli tanggal 31 Agustus. Kos yang telah ditetapkan terhadap persediaan menurut identifikasi spesifik adalah Rp. 536.000 yang ditentukan sebagai berikut: Persediaan, 31 Agustus - Metode Identifikasi Khusus 50 unit Rp. 2.000 Rp. 100.000 100 unit Rp. 2.400 Rp. 240.000 70 unit Rp. 2.800 Rp. 196.000 220 unit Rp. 536.000 Harga pokok penjualan cost og good sold selama bulan Agustus dengan metode indetifikasi khusus ditentukan sebagai berikut: Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp. 1.000.000 Dikurangi Persediaan 31 Agustus Rp. 536.000 Rp. 464.000 2. FIFO First In First Out Metode FIFO adalah sebuah metode yang menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok per unit yang terlama untuk dikeluarkan terlebih dahulu. Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli. Pengaruh penggunaan metode FIFO adalah persediaan akhir dinilai menurut perkembangan harga terakhir dan menggunakan harga terdahulu dalam menentukan harga pokok penjualan. Pada peride dimana harga- harga meningkat terus, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang tinggi. Satu-satunya alasan terhadap hasil ini disebabkan dalam usaha dagang selalu meningkatkan harga jual barang apabila harga beli barang naik, walaupun persediaan tersebut dibeli sebelum kenaikan harga.Pengaruh sebaliknya terjadi apabila harga menurun. Dengan demikian, metode FIFO menekankan pengaruh dunia usaha terhadap laba. Contoh soal : Metode FIFO dalam menentukan kos persediaan digunakan oleh hampir semua usaha, dengan mengabaikan arus barang yang sesungguhnya secara fisik, karena asumsi yang dibuat berhubungan dengan arus kos dan bukan dengan arus barang. Jika persediaan pada tanggal 31 Agustus menjadi Rp. 602.000, bila metode FIFO digunakan jumlah ini dihitung sebagai: Persediaan, 31 Agustus – Metode FIFO 150 unit Rp. 2.800 dari pembelian 24 Agustus Rp. 420.000 70 unit Rp. 2.600 dari pembelian 22 Agutus Rp. 182.000 220 unit Rp. 602.000 Harga pokok penjualan selama bulan Agustus dengan menggunakan metode FIFO menjadi Rp. 648.000, yang ditentukan sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp. 1.250.000 Dikurangi persediaan pada 31 Agustus Rp. 602.000 Harga Pokok Penjualan Rp. 648.000 3. LIFO Last In First Out Metode LIFO adalah metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok perunit yang terbaru untuk dikeluarkan terlebih dahulu. Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. Kecenderungan memilih metode LIFO disebabkan harga jual dan pendapatan telah meningkat secara cepat dibanding biaya, sehingga mendistorsi harga, serta dalam situasi dimana LIFO sudah menjadi tradisi, seperti stook swalayan dan industri yang dicirikan oleh “stok dasar” konstan seperti industri penyulingan, kimia dan kaca. Metode LIFO memiliki kelemahan antara lain berkurangnya laba, persediaan kurang saji, arus fisik barang, laba biaya berjalan tidak diukur, likuidasi terpaksa, kebiasaan pembelian yang buruk. Contoh soal: Metode FIFO dalam menentukan kos persediaan dengan dasar asumsi bahwa kos barang yang terakhir dibeli digunakan sebagai kos barang yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pertama dijual atau digunakan dan kos persediaan akhir terdiri dari kos barang yang dibeli lebih dahulu. Dengan menggunakan metode ini, persediaan tanggal 31 Agustus adalah Rp. 996.000 dihitung sebagai berikut: Persediaan, 31 Agustus – Metode LIFO 50 unit Rp. 2.000 dari persediaan tanggal 18 Rp. 100.000 50 unit Rp. 2.200 dari pembelian tanggal 88 Rp. 110.000 120 unit Rp. 2.400 dari pembelian tanggal 158 Rp. 288.000 220 unit dengan nilai Rp. 498.000 Harga pokok penjualan selama bulan Agustus dengan metode LIFO adalah Rp. 752.000, dihitung sebagai berikut: Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp.1.250.000 Dikurangi persediaan pada 31 Agustus Rp. 498.000 Harga Pokok Penjualan Rp. 752.000 4. Rata-rata tertimbang Average Metode rata-rata tertimbang mengasumsikan bahwa biaya persediaan ditangan pada akhir periode dan harga pokok penjualan selam periode berjalan mewakili semua biaya yang timbul selama periode tersebut. Pada metode periodik, menggunakan biaya per unit rata-rata tertimbang yang digunakan untuk keseluruhan periode akuntansi. Metode ini memiliki cara penyelesaian denga tiga metode yaitu metode rata-rata sederhana, metode rata-rata tertimbang, dan metode rata-rata bergerak. Metode rata-rata Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tertimbang digunakan pada sistem pencatatan periodik dengan cara sebagai berikut : Rumus : Metode rata-rata bergerak biasa digunakan dalam sistem perpetual menggunakan konsep rata-rata bergerak, yaitu memberikan biaya per unit baru pada setiap pembelian. Contoh soal: Persediaan, 31 Agustus – Metode Average 1 Agustus Persediaan 50 Rp. 2.000 Rp. 100.000 8 Pembelian 50 Rp. 2.200 Rp. 110.000 15 Pembelian 150 Rp. 2.400 Rp. 360.000 22 Pembelian 100 Rp. 2.600 Rp. 260.000 24 Pembelian 150 Rp. 2.800 Rp. 420.000 Total 500 unit Rp.1.250.000 Kos rata-rata tertimbang per unit : Rp. 1.250.000 : 500 = Rp. 2.500 Persediaan akhir : 220 unit Rp. 2.500 = Rp. 550.000 Harga pokok penjualan bulan Agustus dengan metode kos rata-rata tertimbang adalah: Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp.1.250.000 Biaya persediaan awal + biaya pembelian periode berjalan = biaya per unit rata-rata Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dikurangi persediaan, 31 Agustus Rp. 500.000 Hatrga Pokok Penjualan Rp. 700.000 Kos yang diperoleh untuk persediaan akhir dengan menggunakan metode kos rata-rata tertimbang dipengaruhi oleh semua harga yang dibayarkan selama tahun tersebut, artinya naik turunnya kos akan mempengaruhi tingkat laba. 5. Persediaan bersih minimum Persediaan minimum dianggap sebagai elemen yang harus tetap, sehingga dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan besi minimum biasanya diambil dari pengalaman yang lalu dimana harga pokok itu nilainya rendah 6. Biaya Standar Standar Cost Persediaan barang dinilai dengan biaya standar yaitu biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Biaya ini ditentukan sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya yang terjadi dengan biaya standarnya. Perbedaan ini adakn dicatat sebagai selisih 7. Harga Pokok Rata-Rata Sederhana Simple Average Harga pokok persediaan ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya. Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8. Harga Beli Terakhir Latest Purcahse Price Persediaan barang yang ada pada periode akhir dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir. 9. Metode Nilai Penjualan Relatif Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama joint cost kepada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli. Pembagian biaya bersama dilakukan berdasarkan nilai penjualan relative dari masing-masing penjualan terssebut. 10. Metode Biaya Variabel Direct Cost Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi yang variabbel yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya produksi yang variabel. Biaya produksi tidak langsung yang tidak tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam metode yang bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan. Namun pada umumnya yang biasanya digunakan ialah 4 metode yakni; metode identifikasi khusus, metode FIFO, metode LIFO, metode rata- rata tertimbang.

2.5. Mengestimasi Harga Pokok Persediaan