“Analisis Metode Pencatatan dan Penilaian atas Persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur”.

(1)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAKSI ...viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1. Manfaat Teoritis... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 6

1.5. Batasan Masalah ... 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 11

2.2.1. Peran Akuntansi Persediaan... 11

2.2.2. Pengertian Persediaan (Inventory)... ... 12

2.3. Kategori Persediaan ... 14

2.4. Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan ... 16

2.4.1. Metode Pencatatan Persediaan... 16


(2)

Harga Beli dan Harga Pasar... 33

2.6.1. Metode Penggunaan LCM... 33

2.6.1.1. Metode Menurut Jenis Barang... 33

2.6.1.2. Metode Kategori Utama... ... 34

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Fokus Penelitian... 36

3.3.Alasan Ketertarikan Penelitian (Acknowladge)... ... 41

3.4. Informan ... 41

3.5. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 42

3.6. Prosedur Pengumpulan Data... 43

3.7. Teknik Analisis Data ... 44

3.8. Pengujian Kredibelitas Data ... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Koperasi ... 47

4.2 Sejarah berdirinya Girimart UPN “Veteran” Jawa Timur ... 49

4.3 Pengelolaan barang dagang ... 50

4.4 Struktur Organisasi ... 57


(3)

5.2 Analisis Pembahasan... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Posisi Persediaan Giri Mart

Lampiran 2 Saran Laporan Posisi Persediaan Dari Peneliti

Lampiran 3 Wawancara

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Pernyataan Penelitian

Lampiran 6 Agenda Penelitian

Lampiran 7 Foto-Foto :

Lampiran 7.1 Ibu Sukimah (kiri) dan Handry ( kanan) saat peneliti konfirmasi dokumen Giri Mart

Lampiran 7.2 wawancara serta analisis data

Lampiran 7.3 Contoh laporan Persediaan yang tercatat secara komputerisasi.


(5)

Noveriyanto).

Lampiran 7.7 Wawancara dengan karyawan (kasir) Giri Mart. (Galuh Irma Sari)

Lampiran 7.8 Proses transaksi di Giri Mart

Lampiran 7.9 Konsumen Giri Mart (Yulita)

Lampiran 7.10 Konsumen Giri Mart (Nopha Rosita)

Lampiran 7.11 Konsumen Giri Mart (Kristanto)

Lampiran7.12 Beberapa bukti foto penempatan produk makanan berdampingan dengan produk Non pangan


(6)

i

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat berkesempatan untuk dapat kuliah di UPN Veteran Jawa Timur serta menyelesaikan skripsi dengan judul  “Analisis Metode Pencatatan dan Penilaian atas Persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur”.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur. Keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 5. Ibu Dra. EC. Erna Sulistyowati, MM., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu serta dengan kesabarannya membimbing penulis sampai terselesainya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen jurusan akuntansi dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah banyak memberikan


(7)

ii

7. Seluruh staf dan karyawan Girimart UPN Veteran Jawa Timur, kususnya Ir. Sri Risnoyatiningsih, M.Pd selaku ketua dan mas Andi Noveriyanto yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam wawancara.

8. Keluarga yang tercinta I Made Rai Suartana dan Ni Nyoman Ester sebagai orang tua serta adik (Rai Anggriani) yang telah menyediakan sarana prasarana serta dukungan selama ini.

9. Keluarga yang di Surabaya (At jhing, Kon ai, Ai chun, Yulita, Marsetio) yang telah mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 10.Sahabat, teman sekaligus kekasihku Welita yang telah memberikan semangat,

serta bantuannya.

11.Keluarga besar pemasa Ha-19 (ko.Hengky, Liana, Yohanes, Esa, Yenny) serta sahabat-sahabat selama perkuliahan Nopha, Sekar, Selly, Adi, Kristanto teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa membalas dan melimpahkan berkah, rahmat, dan karuniaNya atas segala budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu semua kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan penulis.

Surabaya, Agustus 2011 Penulis


(8)

neraca.

Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur menggunakan metode pencatatan persediaan periodik dan metode penilaian persediaan secara FIFO (First In First Out), yaitu sebuah metode yang menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok per unit yang terlama untuk dikeluarkan terlebih dahulu. Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pencatatan dan penilaian persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode studi kasus. Laporan posisi persediaan Giri Mart yang di analisis adalah laporan persediaan tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencatatan laporan posisi persediaan, serta penilaian persediaan pada Giri Mart.

Hasil penelitian menunjukan penyusunan laporan posisi persediaan Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur belum sepenuhnya baik sebab pencatatan laporan posisi persediaan yang masih dicatat secara global atau dikelompok-kelompokan secara umum serta tidak ada penjelasan lengkap atau rincian tentang produk-produk yang masuk didalamnya sehingga kurangnya informasi mengenai posisi persediaan awal dan posisi persediaan akhir untuk tiap item barang yang ada di Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur. Dengan kekurangan yang ada diharapkan Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur dapat memperbaiki laporan persediaannya agar dapat lebih mudah dalam membaca dan menterjemahkan laporan posisi persediaan tersebut.


(9)

have an influence on the calculation of profit and loss and balance sheet.

Giri Mart UPN "Veteran" East Java, using the method of recording the periodic inventory and inventory valuation method FIFO (First In First Out), ie a method that determines the cost of inventory by way of charging the cost per unit for the longest issued in advance. This method states that the initial acquisition of inventory to the value entered will be sold in advance, so the ending inventory valued at acquisition value stocks the last entry.

This study aims to find out How did the recording and valuation of inventory at Giri Mart UPN "Veteran" East Java. The approach used in this study is a qualitative approach, using case study method. Giri Mart's inventory position report that the analysis is a report of inventory in 2010. The purpose of this study was to determine the position of recording of inventory reports, as well as the valuation of inventory at Giri Mart.

The results showed the preparation of reports Giri Mart's inventory position UPN "Veteran" East Java has not been entirely good for the recording of inventory position report that was recorded globally-grouped or grouped in general and there is no complete explanation or details about the products that enter therein so that the lack of information regarding the initial inventory position and end position for each item of inventory items in Giri Mart UPN "Veteran" East Java. With the existing shortage is expected Giri Mart UPN "Veteran" East Java could improve its inventory reports to be easier to read and interpret the inventory position report.


(10)

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perekonomian di Indonesia semakin berkembang dengan pesat, oleh karena itu para pelaku bisnis harus bersaing untuk dapat bertahan dan berkembang. Suatu perusahaan dapat bertahan dan dapat mencapai tujuannya apabila dikelola dengan baik dan memiliki pengendalian intern yang baik. Persaingan yang ketat memacu perusahaan-perusahaan untuk berlomba mencari dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta meredam setiap ancaman yang dapat menggoyahkan posisi-posisi mereka. Dalam situasi demikian, para menajer sebagai pengelola perusahaan memegang peranan penting. Keputusan-keputusan tepat para manajer merupakan salah satu kunci utama kesuksesan perusahaan. Salah satu keputusan persediaan yang harus ditetapkan adalah keputusan yang sehubungan dengan persediaan yang meliputi perencanaan, penyimpanan, dan pengendalian. Dengan adanya keputusan yang tepat berkaitan dengan menajeman persediaan tidak akan menjadi persediaan yang menganggur dalam jumlah yang besar. (Suliana 2007:1)

Masalah penentuan persediaan yang optimum merupakan salah satu yang sangat penting, karena memberi pengaruh yang sangat besar dalam


(11)

pendayagunaan modal yang tertanam dalam persediaan itu sendiri, serta tingkat efisiensi yang akan dicapai oleh perusahaan. Fungsi penbelian yang berkaitan dalam mendapatkan bahan baku merupakan titik awal dari kegiatan perusahaan dagang. Jadi dapat dikatakan, fungsi pembelian merupakan langkah awal dari perencanaan persediaan, (Anggraeni 2009:1). Pembelian bahan baku yang efektif menjamin agar barang yang diperoleh berada dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang tepat berdasarkan nilai. Nilai mewakili kombinasi kualitas, harga dan terjadinya penhematan biaya dalam menyelenggarakan bahan baku.

Perusahaan ritail merupakan salah satu jenis usaha yang memperdagangkan barang-barang kebutuhan sehari-hari pada masyarakat menyebabkan banyak peluang bagi individu dan para investor untuk membuka lapangan usaha dalam bidang ritail. Di Indonesia, dapat kita jumpai banyaknya usaha ritail yang maju dan berkembang pesat, antara lain: Carefour, Giant, Hypermart, Ufo, Matahari, Alfa, Indomaret, dan lain-lain.

Persediaan merupakan salah satu aset terpenting bagi jenis usaha ritail, hal ini dikarenakan penjualan atas persediaan merupakan sumber utama pendapatan bagi perusahaan dagang dan memiliki pengaruh terhadap perhitungan rugi laba maupun neraca.

Informasi dari suatu perusahaan terutama informasi laporan persediaan barang, dibutuhkan oleh pihak eksternal seperti kreditor, investor dan pihak lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam mengambil keputusan


(12)

investasi dan sejenisnya. Selain itu, pihak internal yaitu pihak manajemen juga memerlukan informasi laporan persediaan barang untuk mengetahui, mengawasi dan mengambil keputusan yang tepat bagi perusahaan. Oleh sebab itu informasi laporan persediaan barang merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan. Informasi laporan persediaan barang yang jelas, lengkap, dan akurat dapat memperlancar aktivitas operasional pada suatu perusahaan. Untuk menghasilkan informasi laporan persediaan barang yang akurat, diperlukan pengolahan data yang baik. Sebelum disajikan menjadi laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, data-data yang yang diperlukan harus dicatat dan di klasifikasikan menurut jenis-jenis data tersebut. Informasi laporan persediaan barang tersebut diolah dan kemudian disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya. (Kairupan:2008)

Pada dasarnya dibutuhkan sistem pelaporan pencatatan serta penilaian atas persediaan yang diklasifikasikan menurut jenisnya, pelaporan atas pencatatan yang tidak layak akan menghasilkan informasi yang kurang akurat. Informasi yang kurang akurat akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat dalam pengelolaan perusahaan baik itu dari sisi kebijakan yang diambil.

Namun pada kenyataannya terdapat banyak perusahaan dagang yang menyajikan laporan persediaan barang dengan sangat sederhana tanpa memperhatikan pentingnya laporan persediaan barang tersebut bagi para pembuat laporan keuangan, sehingga terjadi kekurang pahaman dalam


(13)

membaca laporan persediaan barang dan mengakibatkan sering terjadi kesalahan dalam membuat laporan keuangan.

Sesuai dengan penjelasan singkat mengenai permasalahan pencatatan persediaan yang sedang dihadapi oleh Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur maka, pada dasarnya dibutuhkan sistem pelaporan pencatatan atas persediaan yang diklasifikasikan menurut jenisnya serta perlu adanya analisis metode yang tepat dalam menghitung persediaan yang ada, pelaporan atas pencatatan yang tidak jelas akan menghasilkan informasi yang kurang akurat. Informasi yang kurang akurat akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat dalam pengelolaan perusahaan.

Hal ini dapat dilihat dari bentuk laporan yang setiap bulannya disetor pada koperasi, yang mana laporan tersebut hanya menerjemahkan posisi persediaan secara global, namun tidak dapat menerjemahkan posisi persediaan yang sebenarnya atau tidak diperinci berdasarkan jenisnya masing-masing. Sehingga bagi pengguna laporan mengalami kesulitan dalam membaca laporan untuk mengetahui posisi persediaan yang ada di toko.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penelitian ini menyimpulkan untuk mengambil judul : Analisis Metode Pencatatan dan Penilaian atas Persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang timbul untuk diteliti adalah :


(14)

Bagaimana menganalisis pencatatan dan penilaian persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur?

Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung seperti yang terlihat dalam daftar pertanyaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah penelitian dilaksanakan, antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah minimarket telah memiliki metode yang tepat dalam mengelola persediaan barang yang dimiliki,

2. Untuk dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi pihak minimart mengenai masalah yang ada pada perusahaan tersebut,

3. Sebagai pembelajaran untuk menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan akuntansi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dengan adanya tugas akhir antara lain :

1. Membantu Giri mart UPN Veteran Jawa Timur untuk dapat mengelola persediaan barang dagangan dengan metode yang tepat,

2. Membantu Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur untuk dapat melakukan efisiensi waktu dalam mengelola persediaan,


(15)

3. Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani perkuliahan di UPN Veteran Jawa Timur.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur mengetahui pentingnya suatu sistem atau metode dalam pencatatan dan penilaian persediaan. Sehingga bisa menjadi masukan dalam perbaikan sistem pencatatan dan penilaian persediaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan dapat dilakukan dengan baik serta dapat bermanfaat bagi pengguna laporan dan bermanfaat bagi perbaikan sistem pencatatan dan penilaian persediaan.

1.5. Batasan masalah

Agar penelitian ini tidak melebar dan mengarah pada hasil yang jelas, maka peneliti hanya memfokuskan dalam segi metode penilaian serta pencatatan persediaan sebagai dasar pembelajaran.


(16)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan Penerapan Metode Harga Eceran FIFO. Sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hastoni (2004) yang berjudul “Evaluasi Atas Akuntansi Persediaan Dan Pengaruhnya Terhadap laba Rugi Dalam Laporan Keuangan PD.Usaha Meubel”. Penelitian ini membahas tentang penilaian atas persediaan dengan tujuan untuk menyajikan informasi yang bisa membantu para investor dan pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang bagi perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara, observasi, hipotesa, asumsi, premis. Data sekunder yakni, data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah oleh pihak lain contohnya tehnik pengumpulan data atau informasi dalam penelitian dengan menggunakan buku-buku referensi baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan objek dan masalah yang dibahas, serta bacaan-bacaan dan bahan-bahan lain yang berhubungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pencatatan persediaan yang digunakan dan


(17)

diterapkan PD.Usaha Meubel yaitu metode fisik, kesulitan yang dialami atau akibat dari penggunaan metode pencatatan fisik bagi PD.Usaha Meubel yaitu menyebabkan keterlambatan laporan keuangan karena perhitungan fisik memakan waktu lama apabila barang yang dimiliki banyak, PD.Usaha Meubel perlu membuat laporan laba rugi bulanan yang menyebabkan tidak ekonomis (terlalu mahal), metode penilaian persadiaan yang digunakan PD.Usaha Meubel adalah metode LIFO untuk memberikan suatu laporan laba rugi perspektif artinya laba bersih diukur dengan menggunakan LIFO yang menggabungkan harga jual sekarang dan biaya akuisisi yang sekarang. Lifo memungkinkan menajemen mempengaruhi laba dengan menetapkan waktu pembelian suatu item persediaan, setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat jurnal penyesuaiaan untuk mencatat penciutan persediaan. Selain itu, kesalahan dalam perhitungan fisik persaediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih pada laporan laba rugi.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fatmawati Ika (2007) yang berjudul “Pengendalian Intern atas Sistem Persediaan Tembakau pada PT X Jember”. Penelitian ini membahas tentang sistem pengendalian intern yang


(18)

diterapkan PT X Jember apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak. Jenis data yang digunakan adalah data primer yakni data yang diperoleh langsung melalui pengamatan, wawancara, serta pertemuan langsung dengan bagian pembelian, bagian akuntansi, bagian persediaan gudang. Data sekunder yakni, data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah oleh pihak lain contohnya dokumen perusahaan tentang prosedur pengendalian dan persediaan. Prosedur pengumpulan data dan pengolahan data menggunakan survey pendahuluan, survey lapangan dan dokumentasi. Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa penerapan SPI persediaan tembakau sudah berjalan cukup efektif dan baik, hal ini didukung dengan adanya aktivitas organisasi perusahaan telah memiliki struktur organisasi serta dalam praktiknya telah melaksanakan tugas sehari-hari sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang diterapkan telah berjalan cukup efektif dan berjalan cukup baik, terdapat praktik yang sehat dalam pengendalian intern, dan karyawan yang mutunya sesuai dengan perusahaan dan memiliki tanggung jawab. Namun masih ada beberapa kekurangan yang harus dibenahi untuk menghindari akan adanya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan dalam kegiatan usaha agar menjadi lebih baik lagi.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Amelia Cindy (2008) dengan judul “Penerapan Metode Harga Eceran FIFO pada Hypermarket X untuk Efisiensi perhitungan Estimasi persediaan akhir”. Dalam penelitian ini


(19)

peneliti menggunakan dua metode dalam penerapannya yaitu: Conventional

retail inventory method dan Nonconventional retail inventory method. Dalam Conventional retail inventory method ini tidak memasukan (mengurangkan)

net markdowns dalam kolom eceran (retail) sebelum perhitungan persentase harga pokok barang yang dijual pada harga pokok terhadap harga eceran, melainkan setelah perhitungan tersebut. Akhirnya nilai persediaan barang yang siap dijual pada harga pokok terhadap harga eceran (sebagai denominator) menjadi lebih besar, sedangkan persediaan barang yang siap dijual pada harga pokok (sebagai numerator) tetap. Dengan demikian, rasio harga pokok barang yang siap dijual pada harga terhadap harga eceran akan cenderung lebih kecil, dan sebagai kosekuensinya taksiran nilai persediaan akhir pada harga pokok juga cenderung lebih kecil. Metode ini sering disebut juga metode harga pokok atau harga pasar mana yang paling rendah (lower of

cost or market). Sedangkan Nonconventional retail inventory method ini

memasukan atau (mengurangkan) net markdowns dalam kolom retail sebelum perhitungan rasio teksiran atau perkiraan harga pokok barang yang siap dijual pada harga pokok terhadap harga ecerannya, yang mengakibatkan nilai persediaan persediaan barang yang siap dijual terhadap harga eceran cenderung lebih kecil dan persediaan akhir pada harga pokok cenderung meningkat. Data yang diperoleh dalam menunjang penelitian ini diperoleh langsung dari hasil pengamatan, wawancara, dan studi pustaka. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Hypermarket X menerapkan metode pencatatan


(20)

persediaan dengan menggunakan metode perpetual dan metode penilaian secara FIFO (First In First Out), metode perpetual FIFO dirasa kurang tepat bagi perusahaan yang bergerak dibidang Retail, penggunaan metode perpetual FIFO dalam Hipermarket X dalam penerapannya mengakibatkan kurang adanya efisiensi waktu, hal ini dikarenakan banyaknya jenis dan jumlah barang yang dimiliki oleh Hypermarket X.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelum-sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang persediaan, sedangkan perbedaannya adalah selain objek yang digunakan berbeda, penelitian ini lebih condong ke pencatatan dan penilaian persediaan sedangkan penelitian sebelumnya lebih mengarah ke sistem pengendalian persediaannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Peran Akuntansi Persediaan

Dengan membantu organisasi membuat keputusan yang lebih baik, akuntan dapat membantu sektor publik untuk merubah dalam cara yang sangat positif yang memberikan nilai peningkatan investasi pembayaran pajak. Hal ini juga dapat membantu untuk mendorong kemajuan dan untuk memastikan bahwa informasi yang berkelanjutan dan efektif dalam jangka panjang, dengan memastikan bahwa sukses adalah tepat diakui dengan kedua sistem reward formal dan informal organisasi.


(21)

Finance terhubung kesebagian besar, jika tidak semua, dari bisnis proses utama dalam organisasi. Perlu kemudi sistem pengawasan dan akuntabilitas yang memastikan bahwa organisasi adalah melakukan usaha dalam cara yang tepat etis. Sangat penting bahwa yayasan yang tegas diletakkan. Begitu sering mereka adalah tes lakmus oleh yang kepercayaan publik dilembaga ini baik menang atau kalah.

Keuangan juga harus menyediakan informasi, analisis dan saran untuk mengaktifkan layanan manajer organisasi untuk beroperasi secara efektif. Ini melampaui keasyikan tradisional dengan berapa anggaran dan berapa banyak telah kita habiskan begitu jauh, berapa banyak yang telah kita habiskan? Ini adalah tentang membantui organisasi untuk lebih memahami kinerja sendiri. Itu berarti membuat koneksi dan memahami hubungan antara masukan yang diberikan dengan sumber daya yang dibawa untuk menanggung serta output dan hasil yang mereka capai. Hal ini juga tentang pemahaman dan pengelolaan resiko dalam organisasi dan aktivitasnya.

2.2.2. Pengertian Persediaan (Inventory)

Persediaan lebih sering dijumpai pada dua jenis usaha yaitu perdagangan dan industri. Namun perusahaan jasa juga memerlukan persediaan dalam menjalankan operasionalnya terlebih pada perusahaan dagang dan industri.


(22)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha internal, merupakan proses produksi atau penjualan, dan bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (IAI, 2000:142, dalam Fatmawati, 2007: 26).

Menurut Munawir persediaan adalah barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, persediaan yang dimiliki ialah:

1. Persediaan barang mentah 2. Persediaan barang dalam proses

3. Persediaan barang jadi. (Munawir 2002:16 dalam Ismansyah 2007:38) Menurut Dyckman (2000:376) dalam Amelia Cindy (2005:7), persediaan adalah barang-barang yang dimiliki suatu bisnis dan disimpan baik untuk digunakan membuat produk atau sabagai produk yang siap untuk dijual. Menurut Kieso dkk (2002:444), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual.

Menurut Rinella Putri, inventory atau persediaan adalah aset berupa barang maupun bahan baku, yang ditujukan untuk dijual, sedang dalam proses produksi, atau akan digunakan untuk proses produksi.


(23)

Menurut Jusup (2005:99) dalam Amelia Cindy (2005:7), persediaan merupakan barang milik perusahaan yang siap dijual kepada para konsumen. Menurut standart akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia (2007:PSAK No.14). Persediaan merupakan aktiva lancar :

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi dan pembelian jasa.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang dagang yang disimpan dan dimiliki oleh suatu perusahaan yang kemudian untuk dijual kembali sebagai kegiatan utama perusahaan, baik barang tersebut untuk diproses lebih lanjut, maupun barang dagangan yang dimiliki langsung dijual tanpa merubah fisik barang tersebut.

2.3. Kategori persediaan

1. Persediaan Barang Dagangan (Merchandise Inventory)

Barang yang terdapat digudang, dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importer atau eksportir untuk dijual kembali kepada para pelanggannya. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya dan dijual kembali.


(24)

2. Persediaan manufaktur (manufacturing inventory)

Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, terdiri dari beberapa macam berikut ini :

a. Persediaan bahan baku

Barang yang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.

b. Persediaan barang dalam proses

Barang-barang yang membutuhkan pemprosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Persediaan barang dalam proses meliputi beberapa macam hal sebagai berikut ini seperti biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.

c. Persediaan barang jadi

Barang-barang manufaktur yang telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manufaktur.


(25)

d. Persediaan perlengkapan manufaktur

Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan pembersih dan barang lainnya merupakan bagian yang kurang penting dari produk jadi.

3. Persediaan Rupa-rupa

Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, adan pengiriman persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan atau umum (selling or general expenses) ketika dibeli.

2.4. Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan 2.4.1. Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Zakli Baridwan (2000:151) dalam Amelia Cindy (2005:21), terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat persediaan barang, yaitu: 1. Metode Periodik/Fisik (Physical Inventory System)

Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang masih tersedia yang nantinya akan diperhitungkan harga pokoknya. Setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian, dan tidak ada catatan mutasi persediaan barang. Dikarenakan hal tersebut, maka harga pokok penjualan juga tidak


(26)

dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.

Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian ,Penjualan dan Retur penjualan. Adapun jurnal dari metode periodik adalah sebagai berikut:

PERIODE AWAL

Perobahan persediaan(Harga Pokok) XXX

Persediaan XXX

PEMBELIAN

Pembelian (Harga Pokok) XXX

Ppn XXX

Utang / Kas XXX

PENJUALAN

Piutang/ Kas /Bank XXX

Penjualan XXX

Ppn XXX

AKHIR PERIODE

Persediaan XXX


(27)

Untuk mendapatkan nilai persediaan secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock Opname).

Adapun masalah yang dapat timbul dengan menggunakan metode periodik adalah apabila menyusun laporan keuangan jangka pendek, seperti laporan keuangan bulanan, maka diharuskan melakukan perhitungan fisik secara bulanan, hal ini dirasakan tidak efisien dan memakan banyak waktu karena harus menghitung fisik persediaan dari berbagai macam jenis persediaan yang terdapat dalam perusahaan tersebut.

2. Metode Perpetual (Continual Inventory System)

Metode perpetual merupakan metode yang setiap jenis jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri dengan menggunakan buku pembantu persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan dimana setiap kolom dirinci untuk kemudahan pengklasifikasian.

Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukkan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian mapun penjualan.


(28)

(www.jurnal/pencatatan persediaan jurnal.htm). adapun jurnal dengan menggunakan metode perpetual adalah sebagai berikut:

WAKTU PEMBELIAN

Persediaan XXX

PPN XXX

Utang/kas/bank XXX

WAKTU DISTRIBUSI (PEMAKAIAN)

Persediaan barang dalam proses XXX

Persediaan bahan baku XXX

PENERIMAAN HASIL PRODUKSI

Persediaan barang jadi XXX

Persediaan dalam proses XXX

PENJUALAN 1. Harga Jual

Piutang/kas/bank XXX

Penjualan XXX

PPn XXX

2. Harga Pokok

Harga pokok penjualan XXX


(29)

PENYESUAIAN AKHIR

1. Jika saldo sementara < STOCK OPNAME

Koreksi persediaan/barang dalam proses XXX

Koreksi pemakaian barang XXX

2. Jika saldo sementara > STOCK OPNAME

Koreksi pemakaian bahan XXX

Persediaan/barang dalam proses XXX

Walaupun sistem perpetual (perpectual) menyediakan data persediaan secara terus menerus namun tetap diperlukan perhitungan fisik yang berfungsi untuk mecocokan fisik untuk mencatat buku.

Penilaian Persediaan

1. Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual/sudah menjadi biaya

2. Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan dineraca)

3. Harga pokok (cost) dalam persediaan adalah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang timbul oleh perolehan penyiapan dan penempatan agar persediaan tersebut dapat dijual

Terdapat beberapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan antara lain harga beli, biaya-biaya pembelian, ongkos angkut,


(30)

pajak, asuransi, pergudangan dan lain-lain, namun harga pokok barang biasanya hanya terdiri dari harga beli ditambah ongkos angkut sedangkan biaya-biaya lain dicatat sebaggai biaya dalam perkiraan tersendiri untuk periode yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri maupun perusahaan dagang, transaksi menyangkut persediaan adalah hal pokok yang menyangkut sebagian besar sistem akuntansi. Untuk itu perlu dibedakan dengan jelas sehingga dapat dipahami bahwa subs sistem inventory hanyalah bagian tertentu dari persediaan. Sub sistem yang secara langsung yang berkaitan dengan persediaan adalah account payable (hutang), account receivable (piutang) sedangkan kas yang telah kita bahas dapat berhubungan secara langsung dan dapat pula tidak berhubungan langsung. Subs sistem inventory,

purchase dan invoice biasa merupakan subs sistem khusus mengolah data

operasional yang menghasilkan output sebagai bukti transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke buku besar buku jurnal. Persediaan dicatat melalui jurnal pembelian dan jurnal penjualan sesuai dengan pilihan metode yang dipilih. Pada aplikasi ini adalah sistem perpetual inventory. Proses menyusun jurnal transaksi dilakukan oleh aplikasi dari file transaksi sehingga pemakai hanya mencatat transaksi pada formulir elektronik yang disediakan selanjutnya adalah tugasnya komputer.


(31)

2.4.2. Metode Penilaian Persediaan atas Dasar Kos

Menurut Zakli Baridwan (2000:178) dalam Sukorini Duwi (2005:24), untuk menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Metode Identifikasi Khusus

Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggaran bahwa arus barang harus sama dengan arus biayanya. Untuk itu perlu dipisah-pisahkan tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Contoh soal:

Persediaan, 31 Agustus - Metode Identifikasi Khusus

1 Agustus Persediaan 50 unit @ Rp. 2.000 Rp. 100.000 8 Pembelian 50 unit @ Rp. 2.200 Rp. 110.000 15 Pembelian 150 unit @ Rp. 2.400 Rp. 360.000 22 Pembelian` 100 unit @ Rp. 2.600 Rp. 260.000 24 Pembelian 150 unit @ Rp. 2.800 Rp. 420.000

Total 500 unit Rp.1.250.000

Penjualan 280 unit


(32)

Pada tanggal 31 Agustus persediaan terdiri dari 50 unit persediaan yang ada di perusahaan pada tanggal 1 Agustus, 100 unit dibeli tanggal 24 Agustus, dan 70 unit dibeli tanggal 31 Agustus. Kos yang telah ditetapkan terhadap persediaan menurut identifikasi spesifik adalah Rp. 536.000 yang ditentukan sebagai berikut:

Persediaan, 31 Agustus - Metode Identifikasi Khusus

50 unit @ Rp. 2.000 Rp. 100.000

100 unit @ Rp. 2.400 Rp. 240.000

70 unit @ Rp. 2.800 Rp. 196.000

220 unit Rp. 536.000

Harga pokok penjualan (cost og good sold) selama bulan Agustus dengan metode indetifikasi khusus ditentukan sebagai berikut:

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp. 1.000.000 Dikurangi Persediaan 31 Agustus Rp. 536.000

Rp. 464.000

2. FIFO (First In First Out)

Metode FIFO adalah sebuah metode yang menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok per unit yang terlama untuk dikeluarkan terlebih dahulu. Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang


(33)

nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli. Pengaruh penggunaan metode FIFO adalah persediaan akhir dinilai menurut perkembangan harga terakhir dan menggunakan harga terdahulu dalam menentukan harga pokok penjualan. Pada peride dimana harga-harga meningkat terus, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang tinggi. Satu-satunya alasan terhadap hasil ini disebabkan dalam usaha dagang selalu meningkatkan harga jual barang apabila harga beli barang naik, walaupun persediaan tersebut dibeli sebelum kenaikan harga.Pengaruh sebaliknya terjadi apabila harga menurun. Dengan demikian, metode FIFO menekankan pengaruh dunia usaha terhadap laba.

Contoh soal :

Metode FIFO dalam menentukan kos persediaan digunakan oleh hampir semua usaha, dengan mengabaikan arus barang yang sesungguhnya secara fisik, karena asumsi yang dibuat berhubungan dengan arus kos dan bukan dengan arus barang. Jika persediaan pada tanggal 31 Agustus menjadi Rp. 602.000, bila metode FIFO digunakan jumlah ini dihitung sebagai:

Persediaan, 31 Agustus – Metode FIFO

150 unit @Rp. 2.800 dari pembelian 24 Agustus Rp. 420.000

70 unit @Rp. 2.600 dari pembelian 22 Agutus Rp. 182.000

220 unit Rp. 602.000

Harga pokok penjualan selama bulan Agustus dengan menggunakan metode FIFO menjadi Rp. 648.000, yang ditentukan sebagai berikut:


(34)

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp. 1.250.000 Dikurangi persediaan pada 31 Agustus Rp. 602.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 648.000

3. LIFO (Last In First Out)

Metode LIFO adalah metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok perunit yang terbaru untuk dikeluarkan terlebih dahulu. Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. Kecenderungan memilih metode LIFO disebabkan harga jual dan pendapatan telah meningkat secara cepat dibanding biaya, sehingga mendistorsi harga, serta dalam situasi dimana LIFO sudah menjadi tradisi, seperti stook swalayan dan industri yang dicirikan oleh “stok dasar” konstan seperti industri penyulingan, kimia dan kaca. Metode LIFO memiliki kelemahan antara lain berkurangnya laba, persediaan kurang saji, arus fisik barang, laba biaya berjalan tidak diukur, likuidasi terpaksa, kebiasaan pembelian yang buruk.

Contoh soal:

Metode FIFO dalam menentukan kos persediaan dengan dasar asumsi bahwa kos barang yang terakhir dibeli digunakan sebagai kos barang yang


(35)

pertama dijual atau digunakan dan kos persediaan akhir terdiri dari kos barang yang dibeli lebih dahulu. Dengan menggunakan metode ini, persediaan tanggal 31 Agustus adalah Rp. 996.000 dihitung sebagai berikut:

Persediaan, 31 Agustus – Metode LIFO

50 unit @ Rp. 2.000 dari persediaan tanggal 1/8 Rp. 100.000 50 unit @ Rp. 2.200 dari pembelian tanggal 8/8 Rp. 110.000 120 unit @ Rp. 2.400 dari pembelian tanggal 15/8 Rp. 288.000

220 unit dengan nilai Rp. 498.000

Harga pokok penjualan selama bulan Agustus dengan metode LIFO adalah Rp. 752.000, dihitung sebagai berikut:

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp.1.250.000 Dikurangi persediaan pada 31 Agustus Rp. 498.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 752.000

4. Rata-rata tertimbang (Average)

Metode rata-rata tertimbang mengasumsikan bahwa biaya persediaan ditangan pada akhir periode dan harga pokok penjualan selam periode berjalan mewakili semua biaya yang timbul selama periode tersebut. Pada metode periodik, menggunakan biaya per unit rata-rata tertimbang yang digunakan untuk keseluruhan periode akuntansi. Metode ini memiliki cara penyelesaian denga tiga metode yaitu metode rata-rata sederhana, metode rata-rata tertimbang, dan metode rata-rata bergerak. Metode rata-rata


(36)

tertimbang digunakan pada sistem pencatatan periodik dengan cara sebagai berikut :

Rumus :

Metode rata-rata bergerak biasa digunakan dalam sistem perpetual menggunakan konsep rata-rata bergerak, yaitu memberikan biaya per unit baru pada setiap pembelian.

Contoh soal:

Persediaan, 31 Agustus – Metode Average

1 Agustus Persediaan 50 @ Rp. 2.000 Rp. 100.000 8 Pembelian 50 @ Rp. 2.200 Rp. 110.000 15 Pembelian 150 @ Rp. 2.400 Rp. 360.000 22 Pembelian 100 @ Rp. 2.600 Rp. 260.000 24 Pembelian 150 @ Rp. 2.800 Rp. 420.000

Total 500 unit Rp.1.250.000

Kos rata-rata tertimbang per unit : Rp. 1.250.000 : 500 = Rp. 2.500 Persediaan akhir : 220 unit @ Rp. 2.500 = Rp. 550.000

Harga pokok penjualan bulan Agustus dengan metode kos rata-rata tertimbang adalah:

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp.1.250.000 Biaya persediaan awal + biaya pembelian periode berjalan = biaya per unit


(37)

Dikurangi persediaan, 31 Agustus Rp. 500.000

Hatrga Pokok Penjualan Rp. 700.000

Kos yang diperoleh untuk persediaan akhir dengan menggunakan metode kos rata-rata tertimbang dipengaruhi oleh semua harga yang dibayarkan selama tahun tersebut, artinya naik turunnya kos akan mempengaruhi tingkat laba.

5. Persediaan bersih (minimum)

Persediaan minimum dianggap sebagai elemen yang harus tetap, sehingga dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan besi (minimum) biasanya diambil dari pengalaman yang lalu dimana harga pokok itu nilainya rendah

6. Biaya Standar (Standar Cost)

Persediaan barang dinilai dengan biaya standar yaitu biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Biaya ini ditentukan sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya yang terjadi dengan biaya standarnya. Perbedaan ini adakn dicatat sebagai selisih

7. Harga Pokok Rata-Rata Sederhana (Simple Average)

Harga pokok persediaan ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya. Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan.


(38)

8. Harga Beli Terakhir (Latest Purcahse Price)

Persediaan barang yang ada pada periode akhir dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir.

9. Metode Nilai Penjualan Relatif

Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli. Pembagian biaya bersama dilakukan berdasarkan nilai penjualan relative dari masing-masing penjualan terssebut.

10.Metode Biaya Variabel (Direct Cost)

Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi yang variabbel yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya produksi yang variabel. Biaya produksi tidak langsung yang tidak tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam metode yang bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan.

Namun pada umumnya yang biasanya digunakan ialah 4 metode yakni; metode identifikasi khusus, metode FIFO, metode LIFO, metode rata-rata tertimbang.

2.5. Mengestimasi Harga Pokok Persediaan

Dalam situasi tertentu, persediaan tidak dihargai atau dinilai menurut harga perolehan yang sesungguhnya, melainkan dengan harga yang telah di


(39)

taksir. Keadaan yang mendorong perusahaan untuk menaksir persediaannya adalah sebagai berikut :

1. Manajemen berkeinginan untuk menyusun laporan keuangan bulanan atau triwulanan, tetapi perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan pada akhir tahun saja.

2. Terjadi musibah (misalnya kebakaran atau kebanjiran) yang tidak memungkinkan untuk melakukan perhitungan fisik persediaan. Kebutuhan untuk menaksir persediaan umumnya timbul dalam perusahaan yang menggunakan sestem periodik, karena tidak tersedia catatan persediaan yang terperinci.

2.5.1. Metode Laba Kotor

Menurut Dyckman (2000:464-465) dalam Amelia (2008:12), metode laba kotor adalah salah satu metode penaksiran atau estimasi persediaan yang mengasumsikan bahwa tingkat laba kotor, didasarkan atas kinerja terakhir, rasionalnya adalah tetap dalam jangka pendek.

Kieso dkk (2002:520) Metode laba kotor didasarkan pada tiga asumsi :

1. Persediaan awal yang ditambahkan pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan.

2. Barang yang belum terjual harus berada ditangan

3. Jika penjual, dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.


(40)

Untuk mengetahui lebih jelasnya lagi, dapat diambil contoh sebagai berikut, asumsikan bahwa sebuah perusahaan memiliki tingkat laba kotor 40% dari penjualan, dan prosentase biayya adalah 60% (100%-40%) dari penjualan. Apabila memerlukan markup atas penjualan, dapat dikonversi ke

markup atas biaya berdasarkan hubungan. Rumus yang dapat digunakan untuk

perhitungan laba kotor :

Penjualan =HPP + Laba Kotor Atau

1= HPP + Laba Kotor

Penjualan Penjualan

Tabel 2.1 Metode Laba Kotor

Data Diketahui Perhitungan

Pendapatan penj bersih……. $10000 100%

Harga pokok penjualan : Persediaan awal……….. Ditanbah : pembelian ………… Barang tersedian untuk dijual... Dikurangi : pers.Akhir…………. HPP………... Tingkat Laba Kotor………..

$ 5.000 $ 8.000 $13.000 ?

40% ?

? $13.000-$6.000=$7.000 $10.000-$4.000=$6.000 40% x $10.000=$4.000


(41)

Sumber : Dyckman (2000:466)

Jadi markup atas biaya adalah (1,0 - 0,6) : 0,6 = 0,4 : 0,6 = 0,6667 atau 66,67%

Metode laba kotor digunakan untuk :

1. Untuk menguji kelayakan penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara lainnya, seperti perhitungan fisik persediaan atau dari catatan persediaan perpetual,

2. Untuk mengestimasi persediaan akhir pada laporan keuangan interim yang disiapkan sepanjang tahun ketika tidak praktis untuk menghitung secara fisik persediaan dan sistem persediaan perpetual tidak digunakan.

3. Untuk mengestimasi biaya persediaan yang musnah karena kecelakaan seperti, kebakaran atau badai. Penilaian kerugian persediaan adalah perlu untuk mencatat kecelakaan tersebut, dan menetapkan dasar klaim asuransi dan pajak penghasilan. Ini adalah contoh kasus dimana akan sangat membantu untuk mengetahui markup atas biaya selama biaya itu digunakan untuk klaim asuransi dan menetapkan kerugian pengenaan pajak.

4. Untuk mengembangkan estimasi anggaran dari harga pokok penjualan, laba kotor, dan persediaan yang konsisten dengan anggaran pendapatan penjualan.


(42)

2.6. Penilaian Persediaan dengan Haga Terendah antara Harga Beli dan Harga Pasar

2.6.1. Metode Penggunaan LCM (Lower of Cost or Market)

Bisnis yang tidak menngunakan LIFO, sering menerapkan metode LCM untuk menuliskan nilai buku untuk mengakhiri persediaan mereka yang telah menurun nilai ekonominya. Berdasarkan metode akuntansi, bisnis menentukan nilai pasar persediaan pada akhir dari pajak tahun usaha (umumnya biaya penggantian atau reproduksi atau sebanding penjualan item), dan kemudian menulis ke bawah yang nilai persediaannya lebih rendah dari biaya persediaan asli atau nilai pasar saat ini.

LCM merupakan metode yang penting dalam mempengaruhi kemerosotan ekonomi, seperti lingkungan ekonomi saat ini. Tanpa metode ini, bisnis dilarang mengakui kerugian ekonomi yang nyata, dan metode ini memungkinkan bisnis untuk mengakui kerugian pada tahun yang terjadi.

Metode-metode dasar yang terdapat pada metode LCM adalah metode menurut jenis barang dan metode kategori utama.

2.6.1.1. Metode Menurut Jenis Barang (Item by Item Method)

Bila metode menurut jenis barang yang digunakan, harga beli dan harga pasar dibandingkan untuk setiap jenis barang pada persediaan. Tiap-tiap jenis barang tersebut dinilai dengan harganya yang terendah.


(43)

LCM dengan metode menurut jenis barang per unit

Qt Harga Pokok Harga Pasar LCM

Barang A 400 Rp. 5.000 Rp. 5.400 Rp. 2.000.000 Barang B 500 Rp. 4.000 Rp. 3.600 Rp. 1.800.000 Barang C 1.000 Rp. 5.000 Rp. 5.200 Rp. 5.000.000 Barang D 1.200 Rp.10.000 Rp. 9.000 Rp.10.800.000

Total Rp.29.600.000

2.6.1.2. Metode Kategori Utama (Major Category Method)

Pada metode kategori utama, total, menurut harga beli dan harga pasar untuk setiap kategori dibandingkan. Tiap kategori dinilai dengan harga terendah.

LCM dengan menggunakan kategori utama

Per unit Per unit

Qt Harga Beli Harga Pasar Harga Beli Harga Pasar LCM Kategori

A 400 Rp. 5.000 Rp. 5.400 Rp. 2.000.000 Rp. 2.160.000 B 500 Rp. 4.000 Rp. 3.600 Rp. 2.000.000 Rp. 1.800.000 C 1.000 Rp. 5.000 Rp. 5.200 Rp. 5.000.000 Rp. 5.200.000


(44)

3.1. Jenis penelitian

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi atas pencatatan dan penilaian persediaan sebagai alat pengukuran pencatatan dan penilaian persediaan pada objek penelitian, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian Kualitatif pada dasarnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988 : 55 dalam Sugiyono, 2008 : 180 dalam Wirdiyanto, 2009 : 25 ). Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah sistem pelaporan atas pencatatan dan penilaian persediaan serta bentuk data persediaan yang disajikan, yaitu dengan mengarahkan metode yang tepat dalam pencatatan dan penilaian persediaan. Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Penggunaan metode kualitatif ini, karena memang permasalahan lebih tepat datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif.


(45)

Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, dan secara mendalam, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diarahkan pada dua hal yakni; 1. Pencatatan Persediaan


(46)

1. Bagaimana penerapan metode laporan persediaan barang dagang pada Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur?

Q1:untuk mengetahui pentingnya laporan persediaan dengan menggunakan metode pencatatan yang tepat

1. Siapakah penaggung jawab laporan persediaan Giri Mart?

2. Siapakah pembuat laporan persediaan Giri Mart? 3. Siapakah yang melakukan pencatatan persediaan

pada Giri Mart?

4. Laporan persediaan dibuat menggunakan periode apa? (thn/bln/mingguan/harian)

5. Metode apakah yang digunakan pencatatan persediaan? (fisik/perodik atau perpetual) 6. Jika Periodik

- bagaimana cara menghitung HPP nya? - bagaimana cara menghitung PPN nya?

- bagaimana cara menghitung persediaan yang ada di gudang?


(47)

No Research Question Justification Daftar Pertanyaan 2. Bagaimana penyajian laporan

persediaan barang dagang pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur?

Q2: untuk mengetahui bentuk penyajian laporan persediaan barang dagang yang ada pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur.

7. Jika Perpetual

- Apakah setiap persediaan dibuat rekening tersendiri?

- Apakah diperlukan ayat jurnal penyesuaian? - Apakah setiap akun persediaan setiap kolom

dirinci dan diklasifikasi?

- Bagaimana cara menghitung PPn nya? - Bagaimana rumus atau cara menghitung HPP


(48)

3. Apakah metode yang digunakan sudah efektif dalam pencatatan dan penilaian persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur?

Q3:untuk mengetahui keefektifan metode yang digunakan dalam pencatatan dan penilaian persediaan pada UPN “Veteran Jawa Timur sehingga dapat mempermudah bagi pengguna laporan dalam mengetahui posisi persediaan toko.

8. Biaya biaya apa sajakah yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan? (harga beli, biaya-biaya pembelian, ongkos angkut, pajak, asuransi, pergudangan) 

9. Bagaiman cara menghitung harga pokok barang di Giri Mart? 

10.Apakah Giri Mart telah mencatat persediaan melalui jurnal pembelian dan jurnal penjualan sesuai dengan pilihan metode? 

11.Apakah Giri Mart hanya mencatat transaksi pada formulir elektronik( komputer)? 

12.Metode apa yang digunakan dalam mencatat persediaan ? (metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO, average, persediaan bersih , biaya standart, harga pokok sederhana, harga beli trakhir, metode penjualan relatif, metode biaya variabel) 


(49)

Mart? (boleh lebih dari 3) 

14.Rumusnya seperti apa yang digunakan pada Giri Mart? 

15.Apakah Giri Mart dalam menentukan harga poko persediaan dengan estimasi/ tapsiran, mengapa? 16.Keadaan seperti apa yang menyebabkan Giri Mart

melakukan estimasi/ tapsiran persediaan? Jelaskan 17.Metode apakah yang digunakan dalam estimasi

persediaan?asumsinya seperti apa?

18.Sehubungan dengan estimasi persediaan apakah Giri Mart memiliki penilaian kerugian persediaan? 19.Kerugian persediaan seperti apakah yang dapat

dimasukkan/ dilaporkan?

20.Apakah Giri Mart telah menggunaka metode yang sesuai dengan ketetapan yang berlaku?


(50)

(51)

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowladge)

Alasan ketertarikan peneliti adalah peneliti mencoba kepekaan akan keadaan sekitar. Permasalahan ini berawal dari berdirinya sebuah usaha mini market yang bekerjasama dengan pihak koperasi dari universitas, peneliti merasa tertarik karena bentuk usaha ini merupakan mini market namun juga berbentuk koperasi. Sehingga pada dasarnya sistem penjualan pada mini market menggunakan sistem tunai / cash akan tetapi mini market ini juga menggunakan sistem kredit / credit dikarenakan mini market ini juga merupakan unit usaha dari koperasi primer UPN Veteran Jawa Timur.

Dengan ketertarikan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dari segi pencatatan dan penilaian persediaan, karena mini market ini menjual barang dagangan baik dari produsen besar, mahasiswa maupun dari dosen UPN Veteran Jawa Timur.

3.3. Informan

Setelah melakukan observasi secara umum pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur selama satu bulan, maka objek yang ditetapkan sebagai informan berjumlah tiga informan.

1. Informan pertama atau informan kunci adalah Ibu Ir. Sri Risnoyati Ningsih. Mpd selaku ketua koperasi. Informan ini dipilih karena informan merupakan ketua koperasi yang bertanggung jawab atas aktivitas perusahaan dibawah pengawasannya.


(52)

2. Informan kedua adalah Sukimah selaku bendahara koperasi. Informan ini dipilih karena informan merupakan bagian yang bertanggung jawab atas bagian keuangan dari Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur.

3. Informan ketiga adalah Andi selaku kepala toko. Informan ini dipilih karena informan mengetahui aktivitas Girimart dan yang

meng-handle semua laporan serta aktivitas keluar masuknya barang dalam

Girimart.

4. Informan keempat adalah karyawan dari Giri Mart. Informan ini dipilih karena informan mengetahui proses dan aktivitas dari keluar masuknya barang di Giri Mart.

5. Informan kelima adalah konsumen. Informan ini dipilih karena informan dapat menilai keadaan barang serta menilai tingkat kepuasan yang dapat diperoleh dari transaksi yang telah dilakukannya di Giri Mart

3.4. Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan atau sumber di dalam perusahaan dagang, seperti laporan pareto, laporan penjualan, laporan posisi persediaan


(53)

b. Data Sekunder

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut.

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori


(54)

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan

Huberman dan Spradley.

Miles dan Huberman (1984) dalam Wirdiyanto (2009),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Selanjutnya menurut Spradley dalam Wirdiyanto

(2009) teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour

question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap

menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.


(55)

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara : 1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali, karena pada periode I dan II, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I dan II ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan perpanjangan pengamatan sampai tiga kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam,


(56)

sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar dan dapat dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah karyawan dari pihak Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari (Wirdiyanto, 2009: 33). Dengan triangulasi dalam pengumpulan data, maka akan dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.

   


(57)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

4.1Sejarah Berdirinya Koperasi

Berdasarkan Akta pendirian dari Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia menyatakan primer koperasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang beralamat di Jalan Raya Rungkut Madya Kec. Gunung Anyar Kotamadya Surabaya Propinsi Jawa Timur, terdaftar pada tanggal 14 September 1989 di Surabaya dengan di tandatangani oleh Drs. Ec. Soeparlan Pranoto, Ak, Drs. Ec. Anak Agung Gede Taman, beserta Drs. Ec. Harijanto, Soekandar B. Sc, dan Santoso atas kuasa Rapat Pembentukan pada tanggal 29 November 1988. Pada tanggal 22 November tahun 1995 dengan Nomor : 6574 A/BH/II/89 terjadi perubahan anggaran dasar koperasi dengan berita acara perubahan anggaran dasar. Rapat anggota khusus perubahan anggaran dasar primer koperasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang beralamat di Jalan Raya Rungkut Madya Kec. Gunung Anyar Kotamadya Surabaya Propinsi Jawa Timur, tanggal 03 April 1995, anggota yang hadir 140 orang dengan jumlah 176 orang anggota. Rapat tersebut syah menurut pasal 29 ayat 1 anggaran dasar koperasi, dengan suara bulat, rapat memutuskan koperasi merubah dan mengesahkan perubahan anggaran dasarnya sehingga berbunyi sebagai berikut:


(58)

Pada bab I menggenai nama dan tempat kedudukan, dan bab II mengenai landasan dan azas koperasi yaitu berlandaskan pancasila dan UUD 1945, serta koperasi berazaskan kekeluargaan. Bab III berisikan maksud dan tujuan koperasi yaitu koperasi bermaksud menggalang kerjasama untuk memajukan kepentingan ekonomi aanggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnyaa serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasilan dan UUD 1945. Bab IV tentang usaha, untuk mencap[ai maksud dan tujuan tersebut, maka kooperasi menyelenggarakan usahaa-usaha sebagai berikut:

a. Mewajibkan dan menggiatkan anggota untuk menyimpan pada koperasi secara teratur.

b. Mengusahakan barang/bahan kebutuhan terutama bagi anggota-anggotanya.

c. Memberikan pinjaman untuk memajukan usaha anggotanya.

d. Mengadakan kegiatan rekanan dengan lembaga lain untuk keperluan anggotanya.


(59)

f. Mengadakan atau melaksanakan kegiatan usaha jasa pelaksanaan konstruksi (kontraktor) dibidang pekerjaan bangunan sipil diseluruh wilayah Jawa Timur.

g. Mengadakan kegiatan usaha percetakan, pengetikan dan penjilitan.

h. Mengadakan kegiatan usaha cleaning service.

i. Meningkatkan pengetahuan anggota tentang perkoperasian.

Serta ketentuan yang tertuang dalam Bab selanjutnya yaitu Bab V pasal 5 hingga bab XXIII pasal 61 yang antara lain menyangkut syarat keanggotaan, hak dan kewajiban anggota, anggota luar biasa, rapat anggota, pengurus, pengelola, pengawas, dewan penasehat, pembukuan koperasi, modal perusahaan koperasi, simpanan anggota, jangka waktu berdirinya koperasi, sisa hasil usaha, sanksi, tanggungan anggota, bimbingan dan pembinaan, perselisihan, pembubaran, dan anggaran rumah tangga dan peraturan khusus.

4.2Sejarah Berdirinya Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur

Berdasarkan perjanjian wara laba Giri Mart dibuat di Surabaya, pada tanggal 1 oktober 2009 oleh Sinarman Jonathan selaku direktur utama mewakili PT. Inti Cakrawala Citra yang berkedudukan di Jakarta sebagai pihak pertama (Frenchisor), sedangkan pihak kedua yaitu Drs. Patrap Wiprapto selaku ketua Pimkop UPN “Veteran” Jawa timur yang berkedudukan di Surabaya.


(60)

Isi dalam perjanjian menjelaskan bahwa pihak pertama adalah pemilik hak wara laba (frenchisor) atas pengomprasian toko yang menggunakan sistem dan jaringan distribusi penjualan eceran dengan nama atau merk dagang OMI dan pihak kedua hendak mempergunakan sebidang tanah dan bangunan untuk tempat usaha sebagai toko OMI dengan nama Giri Mart dan kedua pihak telah merundingkan segala hal, persyaratan, dan ketentuan pemberian hak wara laba toko OMI.

Tempat usaha yang dipakai pihak kedua tersebut terletak di jalan raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya Jawa Timur. Dalam isi perjanjian disebutkan bahwa kewajiban pihak pertama dalam periode praoperasi toko pihak pertama akan membantu pihak kedua dalam hal rekomendasi kelayakan lokasi toko yang dimaksud, perencanaan, pelaksanaan, dan supervisi, renovasi toko sesuai standart disain dan interior toko, pengadaan dan pemasangan seluruh peralatan toko sesuai dengan standart toko.

4.3Pengelolaan Barang Dagang

Penentuan barang dagang, termasuk komposisi jenis dan sumber barang dagang toko merupakan hak pihak pertama. Sesuai lokasi, luas dan potensi toko pihak kedua, pihak pertama menetapkan dan mengevaluasi tingkat persediaan barang dagang yang wajib dipenuhi oleh pihak kedua.

Pihak kedua wajib membeli seluruh barang dagang toko dari pihak pertama (kecuali untuk barang dagang free rack yang ditentukan kemudian


(61)

dalam perjanjian ini), dengan ketentuan bahwa harga barang dagang yang dibeli dari pihak pertama maksimal seharga yang tercantum dalam daftar harga barang dagang yang berlaku saat itu dari suplier pihak pertama ditambahkan dengan biaya distribusi (distribution fee) sebasar 2% yang tercantum dalam setiap struk pengiriman barang dagang. Untuk barang dagang berupa telur ayam curah (baik telur ayam kampung maupun telur ayam negeri), air minum dalam kemasan 19 liter (galon), dan gas LPG, pihak kedua diperkenankan untuk menyediakan dan membeli sendiri dari pihak lain sampai pihak pertama mampu menyediakannya untuk pihak kedua. Pihak kedua, tidak dapat melakukan retur barang kepada pihak pertama khusus untuk barang-barang yang disediakan sendiri oleh pihak kedua.

Atas pembelian barang dagang dari pihak pertama, pihak kedua wajib membayar pajak pertambahan nilai (PPN) sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Bagi pihak kedua yang merupakan pengusaha kena pajak maka pihak pertama akan memberikan faktur pajak standart.

Barang-barang dagang dibeli oleh pihak kedua akan dikirim oleh pihak pertama dengan menggunakan dus-dus atau kontainer penampungan berbagai jenis barang eceran ke toko pihak kedua, dimana barang-barang tersebut diserah terimakan kepada petugas toko pihak kedua untuk dipajang dan disimpan, selanjutnya dus atau kontainer penampung barang tersebut langsung dikembalikan kepada pihak pertama.


(62)

Pihak pertama meberikan saran harga jual dan presentase gross margin kepada pihak kedua, dengan batasan pihak kedua dapat menambah atau mengurangi prosentase gross margin sampai batas maksimum 25% dari saran pihak pertama, kecuali yang sudah tercetak di leaflet (belanja hemat).

Pihak pertama memberikan jangka waktu pembayaran kepada pihak kedua sesuai kondisi pembelian yang diperolehnya dari para pemasok dengan memberikan pertimbangan kemudahan administrasi toko dan jatuh tempo pembayaran barang dagang ditentukan sebagai berikut:

 Pembayaran untuk pengisian persediaan barang dagang pertama (sebagai stock awal toko) untuk pembukuan, harus dilakukan secara tunai /langsung lunas.

 Sedangkan pembayaran untuk pengiriman barang dagangan selanjutnya wajib telah dilakukan selambat-lambatnya tujuh hari setelah tanggal pengiriman.

 Pihak kedua wajib melakukan pembayaran sesuai dengan nilai tagihan yang tercantum pada struk/faktur tagihan, pihak kedua dilarang mengurangi atau melebihkan nilai pembayaran yang tercantum pada struk/faktur tagihan dari pihak pertama.


(63)

Pihak pertama akan menyusun jabwal pengiriman barang ketoko, dengan mempertimbangkan efisiensi biaya kirim, kondisi para pemasok dan potensi tingkat penjualan. Kehilangan dan atau kerusakan barang dagangan saat pengiriman hanya dapat diklaim kepihak pertama pada saat serah terima barang dari sopir pengirim pihak pertama yang menerima barang pihak kedua.

Untuk mengurangi jumlah barang yang tidak laku dijual, maka pihak pertama akan melakukan evaluasi berkala terhadap tingkat pergerakan seluruh barang dagangan yang ada ditoko yang wajib dibeli oleh pihak kedua dari pihak pertama. Hasil evaluasi tersebut diatas akan diinformasikan secara tertulisoleh pihak pertama kepada pihak kedua sebagai dasar penentuan barang dagangan yang dapat diretur oleh pihak kedua, dengan ketentuan barang dagangan tersebut dalam kondisi layak jual dan sejumlah satuan jual terkecil para pemasok.

Pihak kedua wajib memeriksa kondisi kelayakan jual atas seluruh barang makanan dalam toko.Pihak pertama berhak menentukan tata letak rak atas susunan barang dagangan ditoko, pihak kedua tidak diperkenankan untuk merubah tata letak rak dan susunan barang dagangan tersebut. Untuk keperluan penentuan tata letak rak dan penyusunan barang dagangan ditoko, pihak kedua dengan ini menunjuk pihak pertama untuk mengelola atau menyewakan tempat pemajangan dan/atau counter di toko pihak kedua kepada para pemasok barang dagangan, termasuk pula untuk menerima pembayaran dari para pemasok barang dagangan atas biaya


(64)

sewa tersebut. Besarnya biaya sewa yang menjadi hak pihak kedua akan dituangkan dalam bentuk informasi tertulis.

Atas jasa penentuan jenis dan jumlah barang dagangan, serta program sewa tempat pemajangan dan/atau sewa counter didalam toko pihak kedua, maka pihak pertama berhak atas merchendising fee sebesar 50% (lima puluh persen) dari seluruh jumlah uang sewa tempat pemajangan dan;atau sewa counter ditoko.

Pihak kedua diperkenankan untuk menerima, menyimpan, dan memajang barang-barang dalam toko termasuk pula pemasangan materi promosi penjualan dalam bentuk apapun juga maupun mengadakan aktivitas komersial di lingkungan toko, dengan ketentuan dan syarat bahwa seluruh wajib dilakukan oleh pihak kedua sesuai dengan stadart dan prosedur yang telah dilakukan oleh pihak pertama.

Pihak kedua wajib melaksanakan administrasi barang dagangan sesuai ketetapan dalam pedoman praktis pengelolaan toko dan bertanggung jawab atas aktivitas administrasi toko.

Sesuai potensi toko yang ada, pihak kedua wajib memberikan masukan kepada pihak pertama, mengenai informasi barang, pesaing dan hal-hal lain yang berhubungan dengan toko yang dimilikinya.

Untuk kelancaran operasional toko selama perjanjian ini berlangsung, pihak kedua dengan ini berjanji dan mengikatkan diri kepada pihak pertama untuk tidak menjaminkan secara bagaimana pun juga


(65)

kepada pihak lain manapun juga selain tidak terbatas pada rak, komputer (termasuk pula didalamnya central processing unit, layar monitor, keyboart, mouse, printer, UPS, Modem, dan scanner), air conditioner (AC), cooler atau chiller atau derby, serta seluruh barang dagangan didalam toko yang masih terutang. Biaya atas pembuatan akta fidusia sebagaimana dimaksud diatas, termasuk pula biaya pendaftaran dan atau pengesahannya kepada instansi terkait wajib ditanggung dan dibayar oleh pihak kedua.

Dalam hal pihak kedua lalai melaksanakan kewajiban pembayaran hutang barang dagangan kepada pihak pertama, maka pihak pertama denga ini diberi hak prioritas oleh pihak kedua untuk mengambil peralatan toko dan barang dagangan yang difidusiakan kepada pihak pertama tersebut.

Apabila jumlah hutang barang dagangan pihak kedua masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah peralatan toko dan barang dagangan yang dijaminkan secara fidusia kepada pihak pertama, maka dengan ini pihak kedua memberi kuasa penuh kepada pihak pertama, kuasa mana tidak dapat ditarik dan/atau dicabut kembali, untuk mengambil peralatan toko dan barang-barang dagangan milik pihak kedua sampai sejumlah sisa hutang pihak kedua kepada pihak pertama, dan dengan ini pihak kedua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada pihak pertama atas semua tindakannya tersebut diatas.


(66)

Khusus untuk barang dagangan free rack, pihak kedua diperkenankan oleh pihak pertama untuk membeli barang dagangan tersebut dari pihak lain selain pihak pertama (maksimal sampai dengan 50 item barang) untuk dijual ditoko, dengan ketentuan dan syarat sebagai berikut:

Barang dagangan free rack tersebut jenisnya tidak sama dengan barang dagangan lain yang didalam toko, serta belum dan/atau tidak dapat disediakan oleh pihak pertama.

Barang dagangan free rack tersebut secara resmi dan sah diperkenankan untuk dijual belikan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku diwiliyah republik indonesia, serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

 Pihak kedua telah memenuhi segala dokumen dan/atau perijinan yang diwajibkan oleh pemerintah untuk menjual barang dagangan free rack tersebut.

Segala resiko atas penempatan dan/atau pemajangan dan penjualan barang dagangan free rack tersebut menjadi beban dan tanggung jawab pihak kedua sepenuhnya.

Apabila ternyata dikemudian hari barang dagangan free rack tersebut dapat disediakan oleh pihak pertama, maka dengan sendirinya barang dagangan yang bersangkutan tidak lagi masuk dalam kategori


(67)

barang dagangan free rack, dan untuk barang yang bersangkutan berlaku ketentuan dan syarat untuk barang dagangan toko yang ditentukan dalam perjanjian ini.

Pihak kedua berhak untuk menentukan margin penjualan barang dagangan free rack, dengan ketentuan dan syarat bahwa margin penjualan tersebut wajar dan sesuai dengan harga pasar yang berlaku untuk barang yang bersangkutan.

Untuk penempatan dan/atau pemajangan barang dagangan free

rack, pihak kedua wajib menyediakan satu unit rak terpisah yang letaknya

didalam toko akan ditentukan bersama-sama dengan pihak pertama. Pihak kedua tidak diperkenankan untuk menempatkan barang dagangan free rack bersama-sama dengan barang dagangan toko yang dibeli dari pihak pertama.

Seluruh transaksi barang dagangan ditoko, termasuk tetapi tidak terbatas pada barang free rack wajib dicatat oleh pihak kedua didalam komputer kasir dengan program (software) yang telah disediakan oleh pihak pertama, dan hasil penjualan seluruh barang dagangan tersebut akan diperhitungkan dalam hasil penjualan bulanan toko secara komulatif.


(68)

Susunan Personalia Pengurus dan Pelaksana Primkop adalah sebagai berikut:

Ketua : Ir. Sri Risnoyatiningsih, M.Pd

Sekertaris : Ir. Pancadewi S,. MT

Bendahara : Ir. Yuliatin Ali S.,MM

Kepala Toko : Andi Noveriyanto

Karyawan 1 : Galuh Irma Sari

Karyawan 2 : Ruth Hariatyningsih.

4.4Aktivitas Giri Mart

Girimart yang berdiri sejak tahun 2009 memiliki aktifitas berupa penyediaan barang dagang yang terdiri atas:

1. Bahan pokok (beras, gula, minyak goreng, susu, teh, gas LPG, dll)

2. Alat-alat tulis (bolpen, pensil, penghapus, kertas, buku, dll)

3. Makanan ringan (coklat, roti, wafer, permen, dll)

4. Minuman ringan (aqua, freste, fanta, coca-cola, pulpy orange, dll)


(69)

6. Perlengkapan mandi ( sabun, pasta gigi, shampo)

7. Kosmetik (bedak, pembersih muka, lipglos, dll)

8. Rokok

9. Serta kebutuhan - kebutuhan lain

Giri Mart melakukan transaksi penjualan secara langsung dengan pembayaran secara tunai maupun kredit. Pembayaran secara kredit dilakukan secara khusus bagi para anggota koperasi karena mengingat Giri Mart merupakan salah satu bagian usaha dari koperasi, sehingga walaupun Giri Mart berupa mini market yang dikelola secara frencais namun Giri Mart memiliki fungsi sebagai badan usaha milik koperasi Primer UPN Veteran Jawa Timur.


(70)

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Persediaan merupakan salah satu aset terpenting bagi jenis usaha

ritail, hal ini dikarenakan penjualan atas persediaan merupakan sumber

utama pendapatan bagi perusahaan dagang karena perusahaan dagang tidak perlu mengolah kembali persediaan yang telah ada.

Laporan persediaan yang dihasilkan oleh masing-masing mini market tentu memiliki tujuan tertentu, yaitu:

1. Untuk memberikan informasi laporan serta posisi persedian yang dapat dipercaya yang terdapat di gudang mini market.

2. Untuk memberikan informasi serta estimasi untuk dapat menentukan serta menetapkan harga barang yang akan di jual kepada konsumen.

3. Untuk menentukan metode akuntansi yang digunakan serta menentukan nilai pasar persediaan pada akhir dari pajak tahun usaha (umumnya biaya penggantian atau reproduksi atau sebanding penjualan item).

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi.


(71)

5. Untuk mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan persediaan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut mini market. Informasi persedian harus menyajikan semua fakta keuangan yang penting sekaligus menyajikan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak akan menyesatkan para pembacanya. Jadi, harus ada klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan persediaan. Demikian pula, semua fakta atau informasi tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan harus diungkapkan dengan jelas, itulah yang terjadi dengan Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur yang belum dapat menyediakan informasi persediaan yang dimaksudkan diatas.

6. Untuk mengetahui keputusan yang diambil untuk jangka panjang mini market. Hal ini juga tentang pemahaman dan pengelolaan resiko dalam organisasi dan aktivitasnya.

5.2 Analisis Pembahasan

Analisis dokumentasi dilakukan selama penelitian berlangsung tentang struktur organisasi, peraturan yang berlaku, dan mekanisme yang diterapkan, metode yang digunakan, serta cara penyajian dan perhitungan persediaan yang terdapat di Giri Mart. Selain itu penulis membandingkan dengan literatur yang ada terutama mengenai persediaan. Dari observasi


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Metode Pencatatan dan Penilaian atas Persediaan pada Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur dalam pencatatan persediaan secara Fisik/Periodik dan penilaian persediaan dengan metode FIFO (First In First Out) yaitu sebuah metode yang menentukan harga pokok persediaan dengan cara membebankan harga pokok per unit yang terlama untuk dikeluarkan terlebih dahulu. FIFO (first in first out) juga memiliki pengertian Masuk Pertama, Keluar Pertama, yang abstak dalam cara mengatur dan manipulasi data yang relatif terhadap waktu dan prioritas. Ungkapan ini menjelaskan prinsip dari teknik pemrosesan atau melayani permintaan bertentangan dengan memesan proses pertama datang, pertama-dilayani (FCFS) perilaku: apa yang masuk pertama adalah menangani pertama, apa yang datang di depan menunggu sampai pertama selesai. Jika di Giri mart memakai FIFO sebab persediaan barang dagangan di Giri mart merupakan barang-barang yang mudah kadaluarsa. Sehingga digunakan metode ini dalam penilaian persediaan barang dagangan.


(2)

66 

 

2. Giri Mart UPN Veteran Jawa Timur belum efektif menyajikan catatan atas laporan persediaan, ini terbukti dari temuan-temuan yang didapatkan dari hasil wawancara dan data-data yang telah diberikan seperti:

a. Pencatatan laporan posisi persediaan yang masih dicatat secara global atau dikelompok-kelompokan secara umum serta tidak ada penjelasan lengkap atau rincian tentang produk-produk yang masuk didalamnya sehingga kurangnya informasi mengenai posisi persediaan awal dan posisi persediaan akhir untuk tiap item barang yang ada di Giri Mart UPN “Veteran” Jawa Timur.

b. Tidak adanya keterangan pendapatan lain-lain selain penjualan barang dagang di Giri Mart, contohnya keterangan pendapatan dari hasil penjualan dus-dus bekas yang ada di Giri Mart, pendapatan lain-lain yang diperoleh di luar penjualan barang dagang seharusnya tetap dicantumkan dalam laporan, karena akan mempengaruhi informasi serta penghitungan pendapatan sehingga tidak ada selisih.

3. Posisi persediaan atau penempatan barang dagangan di dalam Giri Mart masih kurang baik, karena produk makanan penempatannya bersebelahan dengan produk pembasmi serangga dan pengharum ruangan, dan produk minuman yang ditempatkan diantar produk bayi dan pengharum pakaian, kapur barus, sabun pencuci piring dan alat


(3)

pembersih porselen (dapat dilihat pada lampiran) itu dirasa kurang efektif dan higienis sebab akan mempengaruhi bau dan rasa makanan. Jikalau smua itu tidak bisa dilakukan, hendaknya dari pihak Omi atau pihak Giri mart memberikan sekat khusus untuk memisahkan produk makanan dan minuman dengan produk sabun, detergen, kapur barus, anti nyamuk tersebut.

6.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan serta masukan bagi pihak Giri Mart, yaitu :

 Giri Mart hendaknya menyajikan laporan khusus dari pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan yang dilakukan diluar penjualan pokok Giri Mart. Serta memberikan kejelasan siapakah yang berhak menjual dus-dus bekas yang ada di Giri mart UPN “veteran” Jawa Timur, jika pihak Omi yang berhak dalam hal ini hendaknya diberikan laporan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil penjualan dus-dus tersebut.

 Perlu adanya pelatihan dan peningkatan jumlah sumber daya manusia ( karyawan) agar dapat menyusun laporan persediaan


(4)

68 

 

secara cepat dan tepat, serta menghindari adanya tugas berganda serta manipulasi data.

 Perlu adanya peningkatan pengawasan didalam proses pembelanjaan, misalnya menambahkan kamera pengintai (CCTV) untuk menghindari kehilangan barang yang biasa terjadi di Giri Mart.

 Perlu adanya perluasan tempat di Giri Mart agar tingkat pengawasan bisa lebih diefektifkan lagi dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja agar lebih leluasa, juga untuk mencegah tercampurnya produk makanan dan minuman dengan produk detergen atau pengharum ruangan, misalnya jarak antara makan dan minuman harus lebih jauh dengan sabun, detergen, kapur barus, anti nyamuk, dll. Jikalau smua itu tidak bisa dilakukan, hendaknya dari pihak Omi atau pihak Giri mart memberikan sekat khusus untuk memisahkan produk makanan dan minuman dengan produk sabun, detergen, kapur barus, anti nyamuk tersebut.

 Perlu adanya peningkatan pengawasan khusus bagi persediaan barang yang ada di Giri Mart terhadap kondisi barang yang masih layak jual dengan barang-barang yang tidak layak jual (rusak atau kadaluarsa).


(5)

Hypermarket X untuk Efisiensi perhitungan Estimasi persediaan akhir, Universitas Surabaya, Surabaya.

Anonim, 2009, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Anonim,2009, Akuntansi untuk Persediaan (Inventory), www.managementfile.com.

Anonim, Jurnal Pencatatan Persediaan, www.pencatatan/persediaan/ jurnal.com.

Anonim, 2010, Penilaian Persediaan dan Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan Metode FIFO, www.google.com

Anonim, Materi1 Persediaan,

http://downloads.ziddu.com/downloadfiles/12555315/Materi1Persediaanfix. pd

Djanegara, H. Moermahadi S., 2004, Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya dengan Harga Pokok Penjualan Studi Kasus pada Cabang PT CLI, Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol 4, No 1, April 2004: 7-14, http://www.stiekesatuan.ac.id/new/index.php?type=art&aid=71.

Fatmawati, Ika, 2007, Pengendalian Intern atas Sistem Persediaan Tembakau Pada PT.X Di Jember, STIE “Perbanas” Surabaya.

Hastoni, 2004, Evaluasi atas Akuntansi Persediaan dan Pengaruhnya terhadap Laba Rugi dalam Laporan Keuangan PD Usaha Meubel, Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol 4, No 1, April 2004: 11-24, www.stiekesatuan.ac.id/new/_download/7%20Hastoni.pdf.

Ismansyah, Fatriana Ayu, 2007, “Pengaruh Perubahan Persediaan, Piutang Dagang, Hutang Dagang, Dan Laba Bersih Terhadap Perubahan Arus Kas Operasi Pada Perusahaan Automotive And Components Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. Kairupan, Anthony Yedidyah, 2008, Pengembangan Sistem Informasi

Akuntansi dalam Peningkatan Pengendalian Persediaan pada Toko Buku Y, Universitas Airlangga, Surabaya.


(6)

Niawati, 2007, Pentingnya Pengendalian Intern atas Sistem Persediaan Bahan Medis pada RSUD DR Mohammad Soewandhie

Wardhany, Kusuma, 2007, Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk, STIE Perbanas, Surabaya.

Yuhertiana, Indrawati, 2009, Panduan Penelitian Kualitatif bagi Pemula, Eureka Smart Publishing.