2. Pengelolaan limbah
a. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula adalah pucuk tebu, daun kering, tebu yang tercecer,
ampas tebu bagas, blotong, dan abu sisa pembakaran ampas. Pucuk tebu, daun kering, dan tebu yang tercecer jumlahnya sedikit
sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Sementara ampas tebu bagas, blotong, dan abu ketel jumlahnya banyak dan
memerlukan penanganan khusus agar tidak mencemari manusia dan lingkungan sekitar. Limbah padat yang paling banyak
dihasilkan pada industri gula kristal putih adalah ampas tebu bagas.
1 Ampas tebu berasal dari stasiun penggilingan. Ampas tebu
berupa cacahan tebu kering yang telah terpisah dari cairannya nira. Limbah padat ini oleh PG. Madukismo
dimanfaatkan sebagai bahan bakar stasiun ketelan untuk menghasilkan energi uap dan energi listrik. Energi
digunakan untuk mendukung proses produksi. Ampas tebu juga dapat digunakan sebagai pakan ternak atau dicampur
dengan blotong dan abu ketel untuk digunakan sebagai pupuk.
2 Blotong merupakan endapan yang dihasilkan dari proses
pemurnian nira pada stasiun pemurnian. Nira disaring PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan rotary vacuum filter untuk memisahkan nira dengan blotong. Blotong memiliki kadar air 50 sehingga
perlu ditambahkan sedikit ampas tebu kemudian ditekan sehingga blotong yang dihasilkan bersifat padat dan remah
dengan kadar air 30 . Blotong yang padat dan remah ini ditampung dalam dump truck untuk didistribusikan ke lahan
pertanian dan pabrik pupuk. 3
Abu ketel dari boiler terdiri dari dua yaitu abu yang keluar melalui cerobong dan ditangkap dengan alat dust collector
dan abu ketel yang keluar dari hasil pembersihan dapur boiler. Abu ketel merupakan sisa pembakaran gorek dapur
ketel. Abu ketel sebagian besar mengandung unsur karbon, disamping unsur mikro lainnya. Abu ketel berfungsi untuk
urug tanah dan bahan pembuatan batako.
b.
Limbah cair Limbah cair yang dihasilkan PG. Madukismo adalah air
pendingin, air bekas pencucian lantai, ceceran nira, air kurasan, larutan soda bekas dan kapur, air bekas cucian evaporator, air
jatuhan kondensor, tetesmolasses, dan air penangkap abu boiler. Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi gula ditangani
dengan IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah. Limbah cair berupa ceceran nira merupakan limbah organik, sehingga
penanganan limbah
ini menggunakan
sistem biologis
menggunakan bakteri inola sp. Limbah cair berupa tetesmolasses menjadi bahan utama dari PS. Madukismo dan limbah cair dari
stasiun produksi diolah secara terpisah dengan prinsip pengendapan pada kolam IPAL yang tersedia. Setelah pencemar
dalam limbah tersebut hilang, maka yang tersisa adalah air bersih yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali untuk proses
produksi gula.
c. Limbah Gas
Selain menghasilkan limbah dalam bentuk padatan dan cairan, proses produksi gula PG. Madukismo juga menghasilkan
limbah gas yang dapat mencemari udara. PG. Madukismo mempunyai 6 unit boiler tersebut sangat berpotensi untuk
mencemari lingkungan, karena emisi cerobongnya mengeluarkan gas buang sisa pembakaran yang mengandung CO
2
dan partikel abu, sehingga menimbulkan polusi udara. Oleh karena itu dari 6
unit boiler tersebut pada masing-masing boiler dilengkapi dengan alat penangkap debu Dust Collector dengan sistem Dry Cyclone.
Untuk mengontrol efektivitas Dust Collector tersebut pada masing-masing cerobong dilengkapi lubang untuk mengambil
sample emisi tempat sampling. Dari hasil beberapa sample emisi gas cerobong menunjukkan bahwa parameter yang telah