UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce

Sebagai salah satu alternatif bagi pemerintah untuk segera mungkin dapat memberikan suatu model law bagi pengaturan e-commerce atau suatu model law dari kontrak e-commerce. Dengan adanya perkembangan kebutuhan yang lebih meningkat di dalam perdagangan saat ini maka sudah saatnya bagi Indonesia untuk dapat memiliki peraturan e-commerce. Beberapa peraturan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pembuatan dari peraturan e-commerceadalah :

1. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce

13 b. Dalam hal hukum mengharuskan adanya suatu informasi harus dalam keadaan tertulis maka suatu data elektronik dapat memenuhi syarat untuk itu artikel 6 UNCITRAL Model Law on E-Commerce, “where the law requires information to be in writing, the requirement is met by a data massage if the information contained there in is accessible so as to be useble for subsequent reference”. Suatu bentuk model law yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-bangsa untuk memberikan aturan yang dapat digunakan oleh negara-negara baik yang menganut sistem hukum kontinental maupun sistem hukum anglo saxon. Beberapa ketentuan prinsip utama yang digariskan dalam UNCITRAL Model Law on E-Commerce yang merupakan dasar hukum yang sangat penting adalah bahwa: a. Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat dikatakan memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan hukum. Information shall not be denied legal effect, validity or enforce ability solely on the grounds that it is in the form of data message. 13 Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce Tinjauan Dari Aspek Keperdataan, Makalah Seminar Nasional Tentang Cyber Law, Pusat Study Hukum dan Kemasyarakatan, Graha Kirana dan PEG, Medan, 30 Januari 2001, hal. 24. Universitas Sumatera Utara Jika melihat pembebanan pembuktian dan daluarsa, bahwa yang merupakan alat bukti salah satunya adalah bukti tertulis. Apabila hal ini digunakan maka data elektronik dapat dijadikan sebagai bukti yang sah. c. Dalam hal kekuatan pembuktian data yang bersangkutan maka pesan data data message memiliki kekuatan pembuktian. Dalam hal ini data message merupakan informasi yang diperoleh, dikirim, diterima ataupun disimpan biasanya dalam bentuk Electronic data Interchange EDI, pesan elektronik, telegram, teletext ataupun telecopy. 2. Singapore Electronic Transaction Act ETA 1998 Peraturan ini dikeluarkan untuk memfasilitasi perkembangan e-commerce. Terdapat beberapa hal yang digariskan dalam ETA ini yaitu : 14 Terdapat adanya beberapa hal yang penting diperhatikan khususnya mengenai masalah kontrak ini bahwa : a. Tidak ada perbedaan antara data elektronik dengan dokumen kertas. b. Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis. c. Para pihak dapat melakukan kontrak secara elektronik. d. Jika suatu data elektronik telah diterima oleh para pihak maka mereka harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data tersebut. 3. EU Model Law on E-Commerce 8 Juni 2000 15 14 Ibid, hal. 26. 15 Ibid, hal. 27. Universitas Sumatera Utara a. Setiap negara-negara anggota akan memastikan bahwa sistem hukum mereka memperbolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan sarana elektronik. b. Namun para negara anggota dapat pula mengadakan pengecualian terhadap ketentuan di atas dalam hal : 1 Kontrak dalam hal menciptakan atau melakukan pengalihan hak real estate. 2 kontrak yang diatur dalam hukum keluarga. 3 kontrak penjaminan 4 kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan. c. Setiap negara harus dapat memberikan pengaturan yang relevan atas kontrak elektronik yang berlangsung. Di Indonesia sendiri peraturan khusus tentang ini tidak ada diatur oleh sebab itu yang menjadi landasan aspek hukum dari bisnis e-commerce adalah KUH Perdata, dan perundang-undangan positif lainnya seperti : 1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi 2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 4. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas 5. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 6. Undang-Undang tentang Hak Milik Kekayaan Intelektual 7. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-undang No. 36 Tahun 1999 dan PP No. 52 Tahun 2000 tentang Telekomunikasi khususnya mengatur setiap orang atau institusi yang menggunakan Universitas Sumatera Utara internet, membuka warung internet, menggunakan jaringan area lokal local area network dan sejenisnya harus meminta izin dari pemerintah. Hal ini menjadikan dasar hukum dan melatarbelakangi kegiatan bisnis e-commerce untuk dapat berdiri dan bergerak walaupun aspek hukum yang ditimbulkan oleh e-commerce sendiri belum ada pengaturannya sehingga harus mengacu pada analogi peraturan positif yang ada. Baru pada awal tahun 2008, pemerintah Indonesia yang digawangi oleh Depkominfo membidani lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU ITE lebih khusus lagi pada Bab V Pasal 17 sampai dengan Pasal 22 menciptakan suatu rezim aturan baru dibidang transaksi elektronik yang selama ini kosong. Meskipun aturan tentang transaksi elektronik tidak diatur secara khusus dalam suatu undang-undang, keberadaan pasal ini sangat penting untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pengguna sarana e-commerce. Terlebih saat ini pemerintah tengah mematangkan lahirnya Peraturan Pemerintah di bidang Transaksi Elektronik. Perlindungan hukum dalam transaksi elektronik pada prinsipnya harus menempatkan posisi yang setara antar pelaku usaha online dan konsumen. Transaksi elektronik dalam e-commerce tentu saja melibatkan pelaku usaha dan konsumen. Meskipun terlihat sebagai sebuah transaksi maya, transaksi elektronik dalam e-commerce di Indonesia harus tetap tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Keberadaan UU ITE dapat dijadikan partner hukum UUPK untuk saling mendukung satu sama lainnya. Universitas Sumatera Utara BAB III SISTEM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN KERAHASIAAN INFORMAL

A. Arti Perlindungan Konsumen dan Kerahasiaan Informal 1. Perlindungan Konsumen