Integrasi Ekonomi Kawasan, Investasi dan Peran Otoritas Moneter 1

5.2 Integrasi Ekonomi Kawasan, Investasi dan Peran Otoritas Moneter 1

Dipersiapkan oleh Haris Munandar, Ferry Kurniawan, Oki Hermansyah (Biro Riset Ekonomi √ Bank Indonesia)

( human capital) adalah vital sifatnya, bukan hanya Dalam kancah perekonomian global,

5.2.1 Latar Belakang dan Motivasi

agar negara dapat bersaing, namun juga agar sejumlah negara sering menggabungkan diri

negara tersebut dapat bertahan hidup, mengingat membentuk suatu kelompok ekonomi yang

penurunan pangsa human capital akan berakibat terintegrasi. Sebagai contoh adalah ke-10 negara

menurunnya output ekonomi yang berarti ASEAN yang membentuk Masyarakat Ekonomi

merosotnya taraf hidup masyarakat negara tersebut. ASEAN pada 2015. Pendirian suatu klub ekonomi

Apabila direnungkan lebih lanjut, strategi yang terintegrasi secara penuh ( fully integrated

peningkatan human capital menuntut implementasi economy) dapat mengubah distribusi output

jangka menengah-panjang yang melibatkan ekonomi negara-negara yang terlibat. Artinya,

komitmen dan implementasi anggaran yang besar dalam suatu gabungan perekonomian yang

serta kerja keras yang terus menerus, terutama dari terintegrasi dimana mobilitas faktor produksi sudah

dunia pendidikan, sehingga dapat dikatakan peran tidak menemui hambatan lagi dan penggunaan

bank sentral pada area ini sangat terbatas. Namun teknologi untuk keperluan produksi boleh

di sisi lain, bank sentral kemungkinan dapat berbuat dikatakan semakin seragam, maka pangsa dari

sesuatu terkait strategi peningkatan stok kapital total output, total modal fisik ( physical capital) dan

fisik. Peningkatan physical capital secara signifikan total sumber daya manusia ( human capital) suatu

membutuhkan investasi yang tinggi, baik dari negara diprediksikan akan identik. Negara yang

sumber domestik (akumulasi tabungan masyarakat) pangsa outputnya kecil akan memiliki proporsi stok

maupun dari luar negeri (melalui aliran masuk FDI). kapital (baik fisik maupun SDM) yang juga kecil. 2 Sejumlah penelitian telah berusaha menyelidiki Implikasi dari adanya hubungan tersebut

kemungkinan hubungan antara kinerja kebijakan adalah bahwa realokasi modal fisik (investasi) ke

moneter (yang merupakan domain bank sentral) suatu negara akan menyebabkan peningkatan

dengan tingkat investasi. Dalam tataran teori, Barro output negara tersebut dan adanya aliran masuk

(1996) menemukan secara konseptual bahwa efek human capital asing atau akumulasi human capital

inflasi terhadap pertumbuhan dan investasi adalah domestik. Akibatnya, kebijakan-kebijakan untuk

negatif dan signifikan, sementara Agenor (2004) menciptakan iklim investasi kondusif serta

menyatakan bahwa membaiknya stabilitas ekonomi meningkatkan kualitas sumber daya manusia

makro akibat kebijakan yang tepat menyebabkan peningkatan tabungan dan investasi. Dalam kaitan

1 Tulisan ini merupakan rangkuman Working Paper DKM No.

ini menjadi penting dan menarik untuk mengkaji

WP/17/2007 berjudul ≈Integrasi Ekonomi Kawasan,

apakah terdapat bukti empiris dari hasil kajian

Mobilitas Faktor Produksi dan Peran Bank Sentral.∆ 2 Seperti pada topical issue 1, kondisi ini disebut sebagai

konseptual tersebut. Pencarian bukti tersebut sangat

hubungan kesamaan-proporsi ( equal-share).

penting bila dikaitkan dengan akan segera

56 Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008 56 Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008

ekonomi di suatu periode terhadap pertumbuhan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

investasi di periode berikutnya. Nilai koefisien b 1 kinerja kebijakan moneter (terutama inflasi) dengan

atau b 2 yang signifikan akan mengkonfirmasi kinerja investasi di negara-negara ASEAN (utamanya

keberadaan hubungan yang dimaksud. Secara aliran masuk FDI). Bila memang hubungan tersebut

teoretis nilai b 1 negatif (inflasi tinggi mengurangi ditemukan, maka otoritas moneter memang dapat

investasi) dan nilai b 2 positif (pertumbuhan ekonomi berperan untuk meningkatkan stok kapital fisik

akan lebih mendorong pertumbuhan investasi). ( physical capital) suatu negara yang bermuara pada

Analisis jangka panjang menggunakan cross- pengingkatan pangsa output ekonomi (baca:

section data aliran masuk FDI (inward FDI) negara kemakmuran) negara tersebut. Dengan kata lain,

tahun 2006 serta cross-section data rata-rata otoritas moneter dapat berperan secara positif dalam

inward FDI periode 2002-2006 dari ke-7 negara menyongsong pembentukan Masyarakat Ekonomi

ASEAN diatas. Penggunaan rata-rata tersebut ASEAN (MEA).

bertujuan untuk meminimumkan volatilitas yang tinggi dari data FDI. Terlihat di sini bahwa tahun

2006 dipakai sebagai tahun referensi. Untuk Untuk meneliti keberadaan hubungan

5.2.2 Data dan Metode Analisis

masing-masing data cross-section, dihitung inflasi tersebut di atas, Bank Indonesia telah melakukan

jangka panjang menggunakan rata-rata inflasi suatu studi empiris yang melibatkan data ekonomi

tahunan (CPI) periode 1991-2005 sedangkan makro negara-negara ASEAN-7 (Filipina, Indonesia,

instabilitas ekonomi makro didekati dengan standar Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, dan

deviasi pertumbuhan PDB nominal juga pada Vietnam) pada periode 1991-2006. Tahap pertama

periode 1991-2005. Tingkat investasi dalam analisis dalam studi tersebut adalah dilakukannya analisis

jangka panjang menggunakan data aliran masuk jangka pendek menggunakan data investasi, inflasi

FDI dari International Monetary Fund. Model regresi dan GDP riil tahunan tiap negara, dimana data

jangka panjang tersebut dibuat sebagai berikut: diperoleh dari International Monetary Fund (IMF)

Model 4: y i =c 1 +d 1 x 1,i +e 3 ,

Model 5: y i =c 2 +d 2 x 2,i +e 4 , jangka pendek, spesifikasi model yang digunakan

dan Asian Development Bank (ADB). 3 Dalam

dimana y i adalah aliran masuk FDI ke negara adalah sebagai berikut:

1,i i, x inflasi jangka panjang negara i, x 2,i tingkat

Model 1: y t =a 1 +b 1 x 1,t-1 +e 1 ,

instabilitas ekonomi makro negara i, dimana e 3 dan

e 4 diasumsikan memiliki properti IID. Spesifikasi dimana y t

Model 2: y t =a 2 +b 2 x 2,t-1 +e 2 ,

adalah pertumbuhan investasi diatas berusaha menangkap pola hubungan antara pada tahun t, x 1,t-1

adalah inflasi pada tahun inflasi jangka panjang dan stabilitas ekonomi makro sebelumnya dan x 2,t-1 adalah pertumbuhan GDP Riil

terhadap besarnya aliran masuk FDI di negara- pada tahun sebelumnya .e 1,t diasumsikan memiliki

negara ASEAN. Nilai koefisien d 1 atau d 2 yang properti IID. Spesifikasi di atas berusaha menangkap

signifikan akan mengkonfirmasi keberadaan

hubungan yang dimaksud. Secara teoretis, inflasi

3 Data IMF yang digunakan adalah International Financial

Statistics (IFS) berbagai tahun.

jangka panjang yang rendah akan mendorong

Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008 57 Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008 57

yang tinggi akan menghambat inward FDI.

Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2

5.2.3 Analisis Jangka Pendek

Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)

-0.017 Ω 0.038 Ω

Hasil analisis regresi untuk jangka pendek

(0.8380) Ω (0.1042) Ω

Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω 0.014 Ω 0.012 (0.2882)

(tahunan) ditampilkan pada Tabel 5.1 sampai

Ω (0.0638)

5.7. Di beberapa negara (termasuk Indonesia

Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; p-value p-value p-value p-value

dan Thailand), terlihat bahwa inflasi tahunan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan yang rendah dan peningkatan GDP riil

Kinerja Ekonomi Makro Malaysia Kinerja Ekonomi Makro Malaysia Kinerja Ekonomi Makro Malaysia Kinerja Ekonomi Makro Malaysia Kinerja Ekonomi Makro Malaysia berasosiasi dengan tumbuhnya investasi.

Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006

Namun ternyata hubungan tersebut kurang

Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2

meyakinkan di beberapa negara ASEAN lain

yang diteliti (Kamboja, Malaysia, Filipina, Ω

Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)

0.036 Ω 0.019 Ω (0.2049)

Ω (0.6281)

Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω 0.011 Ω 0.013

Singapura, Vietnam) sehingga tidak dapat

Ω (0.1636) Ω (0.2173)

Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value p-value p-value p-value diperoleh suatu hasil yang konklusif. p-value Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan

Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Thailand Kinerja Ekonomi Makro Thailand Kinerja Ekonomi Makro Thailand Kinerja Ekonomi Makro Thailand Kinerja Ekonomi Makro Thailand

Kinerja Ekonomi Makro Filipina Kinerja Ekonomi Makro Filipina Kinerja Ekonomi Makro Filipina Kinerja Ekonomi Makro Filipina Kinerja Ekonomi Makro Filipina Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006

Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2

Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 0.000

Ω 0.007 Ω Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)

Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) (0.8086) Inflasi Tahunan (-1) Ω (0.0696) Ω Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) (0.9981) Ω (0.3104) Ω Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω

-0.006

-0.035

Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω -0.017 Ω -0.010 Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1)

Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; p-value p-value p-value p-value Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; p-value p-value p-value p-value

Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Indonesia Kinerja Ekonomi Makro Indonesia Kinerja Ekonomi Makro Indonesia Kinerja Ekonomi Makro Indonesia Kinerja Ekonomi Makro Indonesia

Kinerja Ekonomi Makro Vietnam Kinerja Ekonomi Makro Vietnam Kinerja Ekonomi Makro Vietnam Kinerja Ekonomi Makro Vietnam Kinerja Ekonomi Makro Vietnam Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006

Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2

Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2 Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)

(0.4570) Ω (0.0000) Ω Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω

(0.0023)

Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)

Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω -0.024 Ω 0.007 (0.2783)

Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; p-value p-value p-value p-value Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value p-value p-value p-value p-value

Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Hasil analisis jangka pendek di atas harus Kinerja Ekonomi Makro Kamboja Kinerja Ekonomi Makro Kamboja Kinerja Ekonomi Makro Kamboja Kinerja Ekonomi Makro Kamboja Kinerja Ekonomi Makro Kamboja

dilihat dengan hati-hati. Di satu sisi, hasil yang

Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 1992-2006

diperoleh bergantung dari siklus bisnis masing-

Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 1 Model 1 Model 2 Model 1 Model 1 Model 2 Model 2 Model 2 Model 2

masing negara sehingga sulit dicari pola yang

Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1) -0.028

-0.005

seragam dalam lingkup ASEAN. Di sisi lain, hal

(0.0250)

(0.0023)

Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1) Ω

0.070

0.012

yang menarik dari integrasi ekonomi adalah

(0.2783)

(0.0124)

efeknya dalam jangka panjang, bukan jangka

Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; Pertumbuhan Investasi; p-value p-value p-value p-value

58 Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008

Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008

pendek. Di samping itu, fokus dari kebijakan investasi negara umumnya adalah pada aliran masuk dari luar negeri mengingat investasi dalam negeri yang cenderung sudah stabil. Dari segenap investasi luar negeri, FDI merupakan yang paling diminati karena efek dari FDI yang lebih langsung terasa ke sektor riil (dibandingkan dengan efek dari investasi portofolio yang cenderung tinggal di pasar keuangan saja). Jadi, bagaimana menarik FDI sebanyak-banyaknya merupakan tujuan dari banyak negara berkembang, termasuk negara- negara ASEAN. Analisis jangka panjang berikut diharapkan dapat memberi penjelasan atas sejumlah issue tersebut.

5.2.4 Analisis Jangka Panjang

Hasil analisis jangka panjang ditampilkan pada Tabel 5.8 dan 5.9 di bawah. Kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara inflasi yang rendah dengan

tingkat inward FDI yang tinggi. Negara-negara yang berhasil mencapai tingkat inflasi yang rendah secara konsisten akan memperoleh aliran masuk FDI yang tinggi. Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan yang kuat antara stabilitas ekonomi makro dan aliran masuk FDI. Negara- negara dengan ekonomi makro yang stabil memiliki aliran masuk FDI yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Kedua hasil tersebut berlaku untuk seluruh negara-negara ASEAN.

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan bank sentral yang bertujuan mencapai dan mempertahankan inflasi yang rendah serta ekonomi makro yang stabil adalah kebijakan moneter yang pro-investasi!

5.2.5 Kesimpulan

Integrasi ekonomi kawasan akan menghasilkan distribusi ekonomi yang bergantung dari distribusi faktor produksi baik kapital fisik maupun sumber daya manusia ( human capital) tiap negara. Peran investasi menjadi semakin sentral dan langsung menentukan posisi kesejahteraan suatu negara relatif terhadap peer-nya di kawasan. Bank sentral melalui kebijakan moneternya dapat berperan mempengaruhi kinerja investasi: inflasi yang rendah dan ekonomi makro yang stabil mendorong investasi secara signifikan. Dengan kata lain kebijakan moneter menuju inflasi rendah dan ekonomi makro yang stabil merupakan kebijakan monter yang pro-investasi. Adanya integrasi ekonomi kawasan menjadikan peran bank sentral dalam meningkatkan investasi menjadi semakin esensial.

Model 3 Model 3 Model 3 Model 3 Model 3

Model 4 Model 4 Model 4 Model 4 Model 4

Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005)

Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005)

Note: Variabel dependen adalah Inward FDI 2006 Inward FDI 2006 Inward FDI 2006 Inward FDI 2006 Inward FDI 2006; nilai dalam kurung adalah p-value p-value p-value p-value p-value

Tabel 5.8 Tabel 5.8 Tabel 5.8 Tabel 5.8 Tabel 5.8 Inward FDI Inward FDI Inward FDI Inward FDI Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro - Tahun Referensi 2006 - Tahun Referensi 2006 - Tahun Referensi 2006 - Tahun Referensi 2006 - Tahun Referensi 2006

Model 3 Model 3 Model 3 Model 3 Model 3

Model 4 Model 4 Model 4 Model 4 Model 4

Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang Inflasi Jangka Panjang (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005)

Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro Instabilitas Ekonomi Makro (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005) (1991-2005)

Note: Variabel dependen adalah Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; nilai dalam kurung adalah p-value p-value p-value p-value p-value

Tabel 5.9 Tabel 5.9 Tabel 5.9 Tabel 5.9 Tabel 5.9 Inward FDI Inward FDI Inward FDI Inward FDI Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro dan Kinerja Ekonomi Makro - Periode Referensi 2002-2006 - Periode Referensi 2002-2006 - Periode Referensi 2002-2006 - Periode Referensi 2002-2006 - Periode Referensi 2002-2006