Pengertian dan Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia
4. Pengertian dan Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia
Menurut Sudjoko Prasodjo, sebagaimana telah dikutip oleh Dr. Manfred Ziemek, mungkin istilah “pondok” diambil dari khazanah bahasa Arab “funduq” yang berarti ruang tidur, wisma atau hotel sederhana. Dalam dunia pesantren pondok merupakan unsur penting karena fungsinya sebagai tempat tinggal atau asrama santri, sekaligus untuk membedakan apakah lembaga tersebut layak dinamakan pesantren atau tidak. Mengingat terkadang sebuah masjid atau bahkan musholla setiap saat ramai dikunjungi oleh kalangan mereka yang bersungguh- sungguh dalam menuntut ilmu agama, akan tetapi tidak dikenal sebagai pesantren
lantaran tidak memiliki bangunan pondok atau asrama santri. 65
Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe, dan akhiran an, yang berarti tempat untuk tinggal dan belajar para santri. 66 Menurut kamus besar bahasa
Indonesia arti santri adalah orang yang mendalami agama Islam. 67 Pengertian
serupa juga diungkapkan oleh Soegarda Poerbakawatja, menyebutkan kata santri yang berarti orang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren
mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. 68 Tentang
pengertian pesantren ada yang merumuskannya sebagai berikut: “pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara non
65 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta, Penerbit P3M, cet. I, 1986, hal. 98-99.
66 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, hal. 783.
67 Ibid. 68 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta, Gunung Agung, 1976, hal. 223.
klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren
tersebut”. 69
Secara teknis pondok pesantren adalah “tempat tinggal santri”, pengertian ini menunjukkan ciri pondok pesantren terpenting yaitu sebuah lingkungan pendidikan secara total. Pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau
biara dalam hal pengalaman dan kemungkinannya untuk sebuah totalitas. 70 Atau dalam pengertian lain pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem Bandongan dan Sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para
santri biasanya tinggal dalam pondok asrama dalam pesantren tersebut. 71
Lembaga-lembaga pendidikan Islam semisal pesantren telah tumbuh dan berkembang sejak masuknya Islam di Indonesia, dan proses Islamisasi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut. Sekitar abad ke-7 atau ke-8 Masehi, pada daerah tertentu telah menerima ajaran Islam dan telah terdapat tempat-tempat pendidikan Islam, seperti masjid, surau atau langgar. Selanjutnya, pada abad ke-12 dan ke-13, kegiatan penyebaran dan perkembangan agama Islam semakin meningkat dan telah tersebar luas pula
Sudjoko Prasodjo, dkk, Profil Pesantren, Jakarta, Penerbit LP3ES, cet. III, 1985, hal. 44.
70 Dr. Saiful Akhyar Lubis, MA, Konseling Islami, Kyai Pesantren, Yogyakarta, Penerbit eLSAQ Press, cet. I, Agustus 2007, hal. 181.
71 Saridjo (1983: 9), Sejarah Pesantren di Indonesia.
di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Sumatera dan di pulau Jawa. Di pulau Jawa pusat pendidikan Islam itu dinamakan pondok pesantren.
Pondok pesantren pertama sekali berdiri pada masa Walisongo, Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Mahribi dianggap pendiri pondok
pesantren yang pertama di tanah Jawa 72 . Pada periode berikutnya, setelah periode masa wali, berdirinya pondok pesantren tidak lepas dari kehadiran seorang kyai.
Santri calon kyai setelah menamatkan pelajarannya di suatu pondok pesantren, biasanya melanjutkan pelajarannya ke Mekah atau lebih memantapkan ilmunya ke tempat-tempat lain.
Perkembangan lembaga pendidikan Islam tersebut banyak dibantu oleh Pemerintah Kerajaan. Pada waktu itu di berbagai daerah di Indonesia tumbuh kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudera Pasai, Demak, Pajang, dan Mataram.
73 Karakteristik atau ciri-ciri pendidikan di pesantren adalah sebagai berikut :
a. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kyai, kyai memperhatikan sekali kepada para santrinya, dan hal ini dimungkinkan karena sama-sama tinggal dalam satu komplek.
b. Tunduknya santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa menantang kyai selain tidak sopan juga dilarang oleh ajaran agama.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam lingkungan pesantren. Hidup mewah tidak terdapat disana, barangkali hanya sebagian.
Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pondok Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa, Jakarta, Cemara Indah, 1978, hal. 17.
73 Imam Bawani, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, Al-Ikhlas-Surabaya, 1990, hal. 99- 100.
d. Semangat menolong diri sendiri amat terasa di pesantren. Para santri mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri, bahkan tidak sedikit yang memasak makanannya sendiri.
e. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai kehidupan di pesantren. Ini disebabkan selain kehidupan yang merata di kalangan santri, juga karena mereka harus mengerjakan aktivitas atau pekerjaan yang sama, seperti sholat berjamaah, membersihkan masjid dan ruang belajar secara bersama.
f. Disiplin sangat ditekankan. Pagi-pagi kira-kira antara pukul 04.30 sampai
05.00, kyai atau ustadz yang mewakilinya membangunkan para santri untuk sholat shubuh berjamaah. Bahwa pendidikan semacam ini mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan para santri nantinya, tidak perlu diragukan.
g. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan, merupakan salah satu segi pendidikan yang diperoleh para santri di pesantren. Banyak diketahui, mereka terbiasa melakukan sesuatu yang disebut “tirakat” baik dengan puasa sunnah, sholat tahajjud di malam hari, i’tikaf di masjid untuk merenungkan
kebesaran Allah SWT dan bentuk amalan-amalan yang lain. 74
Tetapi yang perlu dicatat disini adalah bahwa apa yang tertera diatas adalah lebih menggambarkan sosok pesantren yang masih murni, atau yang dalam studi ini disebut dengan istilah pesantren tradisional. Sementara, dinamika dan kemajuan zaman telah mendorong terjadinya perubahan terus-menerus pada diri
74 H.A. Mukti Ali, Meninjau Kembali Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Ulama, Majalah
Pesantren, No. 2, Vo. IV, 1987, hal. 19-20.
sebagian pesantren. Karenanya adalah kurang tepat apabila gambaran tersebut diterapkan misalnya, untuk Pondok Pesantren Gontor-Ponorogo, yang dikenal sebagai pesantren modern, Ma’had Al-Zaytun di Indramayu, atau Pesantren Pabelan di Magelang, barangkali termasuk Pondok Pesantren Al-Arifin Denanyar- Jombang yang menjadi objek penelitian penulis.