Kesalahan-Kesalahan Majelis Hakim

2. Kesalahan-Kesalahan Majelis Hakim

  Penulis tidak setuju dengan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yang memutuskan perkara hanya berdasar kepada nilai- nilai yang bersifat formal dan subyektif, tidak melihat pula pada sisi nilai nonformal dan obyektif. Kesalahan-kesalahan Majelis Hakim adalah tidak memandang pada hal-hal berikut ini :

2.1 Nilai Limit Lelang

  Hakim tidak memperhatikan prosedur lelang yang baik terkait dengan harga yang diajukkan oleh Tergugat-II, sangat jauh dari harga pasaran dari obyek jaminan yang pada saat penulis menulis karya ilmiah ini ditaksir telah mencapai Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), karena berada pada lokasi yang sangat strategis. Sedangkan

  harga limit lelang yang diajukkan oleh Tergugat-II adalah Rp. 109.800.000 (seratus Sembilan juta delapan ratus ribu rupiah), yang mana hal ini jelas merugikan bagi pihak Penggugat karena harga yang ditetapkan sangat rendah dari harga pasar saat ini. Namun, pihak Tergugat-II memberikan tanggapan mengenai harga lelang yang ditetapkan telah sesuai dengan metode yang dapat dipertanggung jawabkan oleh tim penaksir yang diberi kepercayaan oleh Tergugat-II, dengan memperhatikan nilai pasar dan risiko penjualan lelang, seperti bea lelang, penguasaan dan penyusutan. Penulis tidak setuju terhadap tanggapan Tergugat-II akan hal ini, karena dalam rangka menciptakan keadilan bagi para pihak seharusnya Majelis Hakim mempertimbangkan terhadap penetapan nilai lelang obyek jaminan yang diatas Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) harus menggunakan Apraiser Independen, yaitu perusahaan penilai yang tidak terikat dengan bank dan debitur untuk melakukan kegiatan penilaian berdasarkan Kode Etik Penilaian Indonesia, serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan oleh Dewan Penilai Indonesia, yang memiliki izin usaha dari instansi

  berwenang 78 . Penilaian dari Apraiser Independen setidaknya adalah

  80 (delapan puluh persen) dari harga pasar obyek jaminan.

  78 Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2.2 Peningkatan SKMHT ke APHT

  Peningkatan SKMHT ke APHT harus memperhatikan pula pada ketentuan jangka waktu diperbolehkan, yaitu apabila hak atas tanah belum terdaftar maka harus dipenuhi dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, atau dalam masa 90 (Sembilan puluh) hari dan apabila sudah terdaftar harus dipenuhi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan,

  atau dalam masa 30 (tiga puluh) hari 79 . Namun fakta dalam persidangan, peningkatan SKMHT yang dibuat oleh Penggugat Budi

  Kabul (melalui marketing Bank Danamon Salatiga) dipenuhi dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun dengan dibuktikan pada Sertifikat Hak Tanggungan No.092005 tertanggal 11 Januari 2015 atas nama

  PT Bank Danamon Indonesia 80 .

2.3 Penilaian Hakim

  Mengenai cara pandang dan penilaian hakim, menurut penulis penilaian hakim dalam memberikan penilaian terhadap permasalahan ini sangat jauh dari hukum progresif dan keadilan substansial. Hukum progresif itu sendiri menurut Guru Besar Ilmu Hukum UGM Yogyakarta yang juga Wakil Menteri Hukum dan Ham periode 19 Oktober

  Denny Indrayana

  mengkolaborasikannya ke dalam 13 (tiga belas) karakter yang antara lain hukum progresif bukan hanya teks, tetapi juga konteks. Hukum progresif mendudukan kepastian, keadilan dan kemanfaatan dalam

  79 Pasal 15 Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996. 80 Dikutip dari Turunan Putusan No. 04Pdt.G2016PN.Slt., h. 10.

  satu garis. Hukum yang terlalu kaku akan cenderung tidak adil. Hukum progresif bukan hanya taat pada formal procedural, tetapi

  juga pada material-substantif 81 . Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Moh. Mahfud MD memberikan pendapat mengenai hukum progresif

  bagi seorang hakim, adalah hukum yang bertumpu pada keyakinan hakim, dimana hakim tidak terbelenggu pada rumusan undang- undang. Dengan hukum progresif, seorang hakim berani mencari dan memberikan keadilan dengan melanggar undang-undang, apalagi tak

  selamanya undang-undang itu adil 82 . Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, penulis melakukan analisis keputusan yang

  diambil oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga dengan hukum progresif dan keadilan substansi, maka penulis berkesimpulan bahwa putusan dan penilaian hakim tersebut belum menunjukkan adanya penerapan hukum progresif dan keadilan yang substansial (berkaitan dengan hukum materil). Oleh sebab itu menurut penulis, hakim belum dapat memberikan penilaian yang tepat, karena tidak dapat menciptakan keadilan, kepastian dan kemanfaatan.

2.4 Penerapan Asas Dalam Peradilan

  Majelis Hakim dalam pelaksanaan peradilan menurut pandangan penulis belum sepenuhnya memenuhi asas-asas hakim dalam peradilan. Berikut adalah beberapa asas yang tidak didasarkan oleh hakim dalam mengambil keputusan :

  81 http:m.hukumonline.comberitabacalt529c62a965ce3menggali-karakter-hukum-

  progresif dikunjungi pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 15.53.

  82 Ibid.

  a. Asas Tidak Berpihak (Imparsialitas) Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan bahwa Pengadilan seharusnya mengadili menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang. Hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara harus berlaku obyektif dan netral. Namun dalam hal ini Majelis Hakim tidak berlaku obyektif. Majelis Hakim tidak mempertimbangkan mengenai harga pasar yang sebenarnya dengan harga limit lelang yang diajukkan Tergugat-II Bank Danamon Salatiga yang terlalu rendah dari harga pasar dan menyebabkan ketidak adilan bagi Penggugat Budi Kabul.

  b. Asas Ex Aequo Et Bono (Putusan Yang Adil) Putusan yang adil bagi kedua belah pihak yang berperkara harus di dasarkan dengan mendengarkan keterangan dari kedua belah pihak. Hakim dalam melakukan penilaian harus mempertimbangkan hal- hal yang prosedural dan substansial secara seimbang. Apabila hanya menerapkan salah satu di antara kedua hal tersebut maka dapat dipastikan aka nada keadilan yang tidak tercapai dalam putusan yang diambil oleh seorang hakim. Berdasarkan analisis penulis bahwa hakim hanya mempertimbangkan dari hal-hal yang bersifat procedural saja, akibatnya ada hak dan keadilan bagi salah satu pihak yang dirugikkan, yaitu hak bagi Penggugat untuk memperoleh harga jual obyek jaminan yang dirasa patut dan pantas, dengan berdasarkan pada nilai obyektif.

  c. Asas Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman Negara menjamin adanya kebebasan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dengan maksud agar terbebas dari pengaruh dan campur tangan kekuasaan lain di luar kehakiman, kecuali terhadap hukum dan keadilan. Namun pada kenyataannya peradilan di Indonesia menjadi subordinasi dari lembaga lainnya. Promosi dan mutasi nasib serta kesejahteraan para hakim berada di tangan departemen-departemen eksekutif yang secara psikologis,

  hakim harus tunduk atas perintah eksekutif 83 . Hal ini menyebabkan hakim tidak berani mengambil keputusan yang keluar dari

  subyektif dan bunyi hukumnya. Hal ini pula yang ada dalam keputusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga, yang hanya bertumpu pada bunyi hukumnya saja, tidak pada keadilannya.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22