Pembuatan Pewarna Alternatif Filtrat Syzygium cumini
3. Pembuatan Pewarna Alternatif Filtrat Syzygium cumini
dan Pengaplikasiannya pada Media Preparat Squash Mitosis
Tanaman Syzygium cumini mudah ditemui di wilayah Indonesia yang beriklim tropis, tumbuh di dataran rendah, banyak ditanam di pinggir jalan, di pematang sawah dan pagar rumah. Berbunga sekitar bulan April- Oktober (Steenis, et al., 2008). Buah yang matang berwana merah tua keunguan akan dipanen dan biasa dikonsunsumsi segar. Buah yang terlampau matang dan tidak dipanen akan jatuh ke tanah tidak dimanfaatkan penduduk hanya dibiarkan begitu saja menjadi sampah. Selama ini, pemanfaatan tanaman S. cumini umumnya hanya sebatas sebagai bahan obat (Ayyanar dan Babu, 2012). Pemanfaatan buah S. cumini sebagai pewarna alternatif alami dalam pembuatan preparat mitosis dapat menekan biaya pembuatan preparat serta mempertinggi nilai manfaat buah S. cumini.
Bagian buah Syzygium cumini yang digunakan sebagai bahan utama pewarna alami adalah kulit buah. Kulit buah S. cumini banyak mengandung sianidin (Sah dan Verma, 2011). Kulit buah digerus kemudian ditambahkan asam asetat glasial (CH3COOH) 95% sebagai pelarut. Hasil campuran kemudian disaring menggunakan kertas
saring setelah itu ditambah dengan iron alum [Fe(NH 4 ) (SO 4 ) 2 ·12 H 2 O], diaduk hingga homogen dan berubah saring setelah itu ditambah dengan iron alum [Fe(NH 4 ) (SO 4 ) 2 ·12 H 2 O], diaduk hingga homogen dan berubah
Struktur molekul sianidin (C 15 H 10 O 6 ) cenderung tidak stabil terhadap perubahan pH. Ketidakstabilan struktur sianidin menyebabkan warna sianidin dapat berubah- ubah pada pH larutan yang berbeda-beda. Pada keadaan terlarut dengan pH 7-8, sianidin tampak berwarna merah lembayung, gugus orto-hidrokuinon molekul sianidin membebaskan ion H + menjadi 1-hidro-2-oksi-quinon seperti pada gambar 4.6.3. Quinon merupakan senyawa berwarna yang mempunyai gugus chromophore (-C=O-) dan auxochrome (-OH). Gugus chromophore berfungsi menyerap radiasi elektromagnetik di daerah panjang gelombang ultraviolet sedangkan gugus auxochrome akan memengaruhi
batokromik ke panjang gelombang yang lebih panjang (λ max ) sehingga akan mengintensifkan warna (Mehta dan Mehta, 2005; Watson, 2005; Cairns, 2004).
pergeseran
Gambar 4.6.3 Molekul Sianidin Kation
Gambar 4.6.1
Gambar 4.6.2
Molekul Sianidin Anion (C 15 H 11 O 6 ) berwarna
Molekul Sianidin
(C 15 H 10 O 6 ) dalam bentuk (C 15 H 9 O 6 ) dalam bentuk merah pada pH < 3
terlarut berwarna merah
terlarut berwarna biru
lembayung pada pH 7-8
pada pH >11
Gambar 4.6 Struktur kimia molekul antosianidin dalam Syzygium cumini, sianidin, sianidin anion (Sumber: Minghui, et al., 2009)
Penambahan asam asetat glasial (CH3COOH) 95% (pH larutan < 3) membuat molekul sianidin dalam keadaan stabil dengan menangkap ion H + sehingga terbentuk struktur sianidin kation yang tampak berwarna merah. Sianidin yang dilarutkan dengan menambahkan mordan iron alum, akan membentuk kompleks iron sianidin ((CyFe) 2+ ).
Iron alum [Fe(NH 4 )(SO 4 ) 2 ·12H 2 O] yang dilarutkan dalam air akan membebaskan kation besi (III) (Fe 3+ ). Ikatan terjadi diawali dengan tereduksinya kation H + pada 1-hidro-2-oksi-quinon oleh ion Fe 3+ sehingga terbentuk komplek sianidin ((CyFe) 2+ ) dengan dua elektron bebas pada atom Fe (Gambar 4.10). Elektron yang tidak dipakai bersama pada ikatan rangkap atom O akan didonorkan pada Fe 3+ dan Fe 3+ juga mendonorkan satu elektron pada ikatan tunggal atom O, sehingga membentuk cincin beranggota lima (Minghui, et al., 2010). Dua ion Fe 3+ yang bebas bertindak sebagai elektron donor kepada atom O pada ikatan anion fosfat seperti pada gambar 4.10 (Kiernan, 2010). Dalam proses pemulasan kromosom, kompleks (CyFe) 2+
bertindak sebagai penyumbang elektron dengan adanya elektron bebas dari atom Fe akan menyumbangkan satu ion Fe 3+ (bertindak sebagai basa Lewis) pada fosfat anion (bertindak sebagai asam Lewis). Kompleks pewarna sianidin yang mengikat mordan Fe ini disebut ligan, Fe 3+ akan bertindak sebagai pengkelat pada senyawa kelat (ikatan kompleks pewarna sianidin, mordan iron alum dan fosfat anion pada polinukleotida).
Suasana asam, mencegah terjadinya ikatan antara logam dengan jaringan tapi dapat memperkuat ikatan di dalam nukleus daripada lainnya. Gugus fosfat pada Suasana asam, mencegah terjadinya ikatan antara logam dengan jaringan tapi dapat memperkuat ikatan di dalam nukleus daripada lainnya. Gugus fosfat pada
Gambar 4.7
Mekanisme reaksi antara pewarna cyanidin (CyFe) 2+ dengan fosfat anion (Sumber: Minghui, et al. (2009) dan Kiernan (2010))
Pada tahap pembuatan pewarna alternatif filtrat Syzygium cumini dan pengaplikasiannya pada media preparat squash mitosis ditemui kendala. Kendala dalam tahap ini adalah Syzygium cumini yang tidak dapat setiap saat ditemukan sehingga pewarna alami ini hanya dapat Pada tahap pembuatan pewarna alternatif filtrat Syzygium cumini dan pengaplikasiannya pada media preparat squash mitosis ditemui kendala. Kendala dalam tahap ini adalah Syzygium cumini yang tidak dapat setiap saat ditemukan sehingga pewarna alami ini hanya dapat