Keluarga Kelompok Bermain Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Perilaku Seks Siswa SMA Negeri I Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat Tahun 2013

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seks yang salah satunya adalah agen sosialisasi, antara lain :

1. Keluarga

Dalam hal ini terdapat fungsi keluarga diantaranya yaitu pertama adalah fungsi kebutuhan seks dan reproduksi yaitu suami istri tidak kerasan tinggal di rumah serta timbul sikap dingin dan masa bodoh dari pihak istri dalam memenuhi kebutuhan seksual, sehingga kedua pasangan suami istri tidak bisa menikmati pernikahan mereka dan selalu mencari-cari permasalahan. Kedua, fungsi pemeliharaan yaitu dimana orang tua kehilangan atau kurang menjadi kebutuhan psikologis anak. Ketiga, fungsi sosialisasi yaitu dimana anak-anak menjadi terlantar akibat kurang mendapat perhatian orang tua. Keempat, fungsi-fungsi keluarga lainnya yang tidak dapat dijalankan dengan baik. Ketidakharmonisan di dalam struktur keluarga biasanya anggota keluarga saling mempertahankan egonya masing-masing sebagai wujud merasa benar di antara mereka, sehingga banyak di antara mereka mencari pelampiasan dengan melakukan tindakan penyimpangan. Sementara itu anak-anak juga mencari pelampiasan lain seperti salah satunya terlibat dalam pergaulan bebas. Hal itu disebabkan semata-mata karena kontrol keluarga terhadap perilaku anak tidak menjadi perhatian, sehingga anak-anak mencari jati dirinya tanpa bimbingan orang tua. Akhirnya peran keluarga sebagai agen sosialisasi digantikan oleh pihak Universitas Sumatera Utara lain di luar keluarganya, diantaranya adalah peran teman sepermainan lebih dominan memainkan peranan sebagai agen sosialisasi.

2. Kelompok Bermain

Dalam hal ini teman sepermainan mempunyai peranan juga sebagai agen sosialisasi dimana akan memengaruhi perilaku seks seorang remaja. Ketika seorang remaja berkumpul dengan teman sepermainan mereka yang memiliki kebiasaan menyimpang sementara orang tua tidak mengetahui dengan siapa anaknya bergaul, atau tidak memedulikan pergaulan anak, maka keadaan demikian berarti anak telah mempelajari perilaku yang menyimpang tersebut. Seorang anak bisa saja memiliki kecenderungan perilaku seks menyimpang walaupun secara kejiwaan anak tersebut sebenarnya normal hanya dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang memiliki orientasi seks menyimpang. Demikian juga seorang anak yang menjadi anggota kelompok geng tertentu, karena ia telah lama bergabung dengan kelompok geng tersebut. Dalam hal ini juga mereka selalu ingin menemukan sosok pribadi yang utuh, sehingga tidak jarang menjadi manusia yang tidak ada gunanya. Walaupun tidak adanya seseorang yang mengetahui hubungan yang sudah dilakukan, sudah pasti akan menimbulkan rasa yang bersalah karena mengakibatkan pasangan tersebut akan membenci dirinya sendiri dan tidak sanggup menolak tekanan untuk melakukan hubungan seks itu kembali. Universitas Sumatera Utara

3. Media Massa