Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat

(1)

PENGARUH PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA

TERHADAP MOTIVASI NARAPIDANA

BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB

PANGKALAN BRANDAN KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI Oleh

Nanda Prianto Saragih 111121091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas selesainya skripsi dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat” sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada penulis.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi dan juga selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji 1 dan Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji 2 skripsi.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

5. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan yang telah memberi izin penelitian dan informasi bagi penulis.

6. Kepada kedua orangtua peneliti, ayahanda Sahmaruddin Saragih dan Ibunda Ertina Bukit yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat dan


(4)

motivasi kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar penulis atas seluruh motivasi yang diberikan kepada penulis.

7. Rekan – rekan stambuk 2011 ekstensi pagi isan, syahdam, anita, zainal, tia dan lain-lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih dirasakan kurang sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian proposal ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Februari 2013


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……… i

Prakata ……… ii

Daftar Isi ………. iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Skema ... vi

Abstrak……….. vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 6

3. Tujuan Peneltian ... 7

4. Manfaat Peneltian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penyuluhan ... 9

1.1. Pengertian Penyuluhan ... 9

1.2. Sasaran Penyuluhan ... 10

1.3. Metode dan Media Penyuluhan ... 11

1.4. Pengelolaan Penyuluhan ... 16

1.5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Prilaku ... 18

2. Motivasi ... 19

2.1. Pengertian Motivasi ... 19

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 20

2.3. Teori Motivasi ... 21

2.4. Jenis-Jenis Motivasi ... 24

2.5. Fungsi Motivasi ... 25

2.6. Bentuk-Bentuk Motivasi ... 26

3. Narkoba ... 27

3.1. Pengertian Narkoba ... 27

3.2. Penggolongan Narkoba ... 28

3.3. Penyalahgunaan Narkoba ... 30

3.4. Bahaya Narkoba ... 33

4. Narapidana ... 35

4.1. Pengertian Narapidana ... 35

5. Lembaga Pemasyarakatan ... 36

5.1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ... 36

5.2. Ciri-Ciri Lembaga Pemasyarakatan ... 37


(6)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual ... 39

2. Defenisi Operasional ... 40

3. Hipotesa ……….. 41

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 42

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

2.1. Populasi ... 42

2.2 Sampel ... 43

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 43

5. Instrumen Penelitian ... 44

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

7. Pengumpulan Data ... 46

8. Analisa Data ... 47

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

1. Hasil Penelitian ... 49

2. Pembahasan ... 53

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

1. Kesimpulan ... 57

2. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

DFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Petunjuk Pengisian Kuesioner (Inform Consent) 3. Kuesioner Penelitian

4. Leaflet Penyuluhan Kesehatan 5. Hasil Uji Validitas

6. Hasil Uji Reliabilitas

7. Surat Survey Awal / Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 8. Surat Balasan Survey Awal dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB

Pangkalan Brandan

9. Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan Berandan

10. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan Berandan

11. Jadwal Penelitian 12. Anggaran Biaya 13. Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

……… 50

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, dan Lama Menggunakan Narkoba ………. 50

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Kesehatan ……….. 51

Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Motivasi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Observasi ……… 52 Tabel 5.5 Hasil Uji Dependent t-test untuk Motivasi Sesudah Penyuluhan


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

Judul : Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat.

Peneliti : Nanda Prianto Saragih

NIM : 111121091

Fakultas : Fakultas Keperawatan

Tahun Ajaran : 2012/2013

Abstrak

Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat menggunakan metode Pre Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 42 orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat motivasi narapidana. Dari hasil penelitian didapat sebanyak 31 orang (73,8%) responden memiliki tingkat motivasi tinggi, 10 orang (23,8%) responden memiliki tingkat motivasi sedang, dan 1 orang (2,4%) responden memiliki tingkat motivasi rendah. Peneliti merekomendasikan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat untuk memberikan pendidikan kesehatan secara berkesinambungan Untuk Lebih meningkatkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.


(10)

Judul : Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat.

Peneliti : Nanda Prianto Saragih

NIM : 111121091

Fakultas : Fakultas Keperawatan

Tahun Ajaran : 2012/2013

Abstrak

Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat menggunakan metode Pre Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 42 orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat motivasi narapidana. Dari hasil penelitian didapat sebanyak 31 orang (73,8%) responden memiliki tingkat motivasi tinggi, 10 orang (23,8%) responden memiliki tingkat motivasi sedang, dan 1 orang (2,4%) responden memiliki tingkat motivasi rendah. Peneliti merekomendasikan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat untuk memberikan pendidikan kesehatan secara berkesinambungan Untuk Lebih meningkatkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya ) atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah NARKOBA ( narkotika dan bahan / obat berbahaya ) menurut UU RI Nomor 22 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasaal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

“Say no to drug” adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan sering membuat manusia seolah-olah berpindah ke suatu alam lain sehingga manusia dapat melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya sementara belaka.

Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkoba melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa.


(12)

Penggunaan narkoba secara berlebihan dapat mengakibatkan efek yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat. Menurut Budiarta (2000) narkoba atau obat-obatan terlarang itu merupakan zat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan seringkali dapat membuat manusia seolah-olah berpindah kesuatu alam lain sehingga manusia dapat melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya sementara belaka.

Masalah penyalahgunaan Narkoba semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun di kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai darai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sampai tingkat sosial ekonomi menengah ke atas (Depkes, 2002). Oleh karena itu Narkoba sudah membahayakan kehidupan bangsa karena penyebaranya sudah merata dan menyeluruh sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan Narkoba akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005).

Akibat orang yang menggunakan narkoba akan merasakan sakaw (putus zat). Pengguna narkoba pada individu yang merasakan sakaw merasakan tubuhnya terasa nyeri, seperti ditusuk-tusuk pisau dan bahkan yang dirasakan tubuh seperti diinjak-injak kuda. Penggunaan narkoba yang terlalu banyak atau overdosis akan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena prosentase. Semakin banyak konsumsi terhadap narkoba maka akan semakin


(13)

lemah kondisi sistem pertahanan tubuh seseorang. Selain permasalah fisik, narkoba. Dalam hal ini Willy (2007) sebagai anggota badan penelitian narkoba Nasional memberikan bukti nyata banyaknya pengguna narkoba yang meninggal dunia dalam sehari sebanyak 40 orang tewas akibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba). Banyaknya orang yang meninggal ini apabila dikalkulasi dalam jangka waktu setahun 15.000 orang meninggal dunia karena menggunakan narkoba dan kasus kematian karena penggunaan narkoba dalam lima tahun terakhir naik rata-rata 51,3% per tahun.

Hasil penelitian di atas memberikan informasi bahayanya narkoba bagi penggunannya. Wresniwiro dan Sumarna (1996) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan ketergantungan terhadap narkoba. Secara singkat dapat di katakan bahwa faktor-faktor yang dapat memungkinkan penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba adalah faktor individu, faktor obat-obatan atau narkoba, dan faktor lingkungan setempat. Faktor individu meliputi penyakit-penyakit badaniah, keadaan psikologis atau kepribadian individu itu sendiri. Faktor obat yaitu adanya obat-obatan terlarang di pasaran gelap dan sifat farmakologis obatobatan tersebut. Faktor lingkungan misalnya pandangan masyarakat tentang pemakaian obat-obatan terlarang, mode di antara remaja saat ini, gaya hidup (life style), dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat.

Hasil survei prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional menunjukkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam survei BNN sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 adalah 1,99 % dari penduduk Indonesia berumur 10-59


(14)

tahun atau sekitar 3,6 juta orang. Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,21 % atau sekitar 4,02 juta orang. Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 % atau sekitar 5 juta orang.

Pusat Informasi masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) menyebutkan pada tahun 2009 anggka tersangka kejahatan narkoba di Sumatera Utara mencapai 1753 orang. Kota Medan menduduki peringkat pertama dengan jumlah tersangka mencapai 757 orang. Di Kabupaten Langkat pada survey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2012 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan diperoleh total jumlah narpidana adalah 165 orang, dimana 42 orang diantaranya merupakan narapidana kasus narkoba ( LP Kls IIB Pangkalan Berandan ).

Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas, contohnya: pencurian, perampokkan, dan pembunuhan. Pengguna narkoba menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika termasuk tindak kriminalitas. Dilanjutkan oleh Kartono (2003) bahwa tindak kriminalitas ini termasuk kejahatan yang dapat merusak mental dan merugikan orang lain.

Akibat-akibat yang ditimbulkan pengguna narkoba tersebut membuat pemerintah, pemerhati sosial, ataupun tokoh-tokoh masyarakat mengambil


(15)

langkah-langkah untuk dapat mensosialisasikan dampak buruk penggunaan narkoba secara terus-menerus baik itu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya narkoba sehingga pengguna narkoba dapat termotivasi untuk berhenti dari pemakaian narkoba. Adapun bagi orang-orang yang sudah menggunakan narkoba perlu dilakukantindakan dengan cara memotivasi pengguna narkoba untuk lepas dari obat yangmerusak mental tersebut. Pemahaman dan pengertian terhadap dampak negatif yang disebabkan oleh narkoba dapat menimbulkan minat dan memotivasi individu untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba.

Penanggulangan penyalahgunaan narkoba memerlukan pendekatan yang komprehensif, serta keterpaduan lintas sektor pemerintah, komitmen kuat semua pihak, serta peran keluarga dan seluruh masyarakat. Salah satu upaya penanggulangan masalah narkoba yang umumnya dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : Motivasi (knowledge), sikap (attitude) dan praktek (pratice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu


(16)

metode penambahan dan peningkatan Motivasi seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

Dengan melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi yang muncul pada diri pengguna narkoba tidak muncul dengan sendirinya. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi dan keinginan individu untuk terbebas dari jeratan narkoba. Dari kesimpulan tersebut maka peneliti menindaklanjutinya dengan sebuah penelitian yang berjudul : “Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat”.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah : Bagaimanakah pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat?


(17)

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat.

3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

3.2.1 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana sebelum diberikan penyuluhan.

3.2.2 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana setelah diberikan penyuluhan.

3.2.3 Mengidentifikasi perbedaan tingkat motivasi narapidana sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang pentingnya dukungan dari tim kesehatan khususnya perawat pada klien penyalahgunaan narkoba seladma masa tahanan ( rehabilitasi ), sehingga dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang digunakan pada saat pelaksanaan tahanan/rehabilitasi pada klien penyalahgunaan narkoba.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat keluarga dan jiwa dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan


(18)

keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa tahanan/rehabilitasi.

4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat keluarga dan jiwa dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa tahanan/rehabilitasi.

4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup penelitian yang sama.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyuluhan

1.1.Pengertian Penyuluhan

Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi adalah penyuluhan. Teknik pemberian penyuluhan untuk menyampaikan ide dan gagasan adalah suatu tindakan yang paling sering dilakukan oleh komunikator untuk melakukan perubahan perilaku. Penyuluhan juga sering dilakukan oleh petugas kesehatan untuk merubah perilaku pola hidup sehat.

Penyuluhan adalah suatu upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan Edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat. (Suhardjo, 2003).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang biasa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).


(20)

Melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).

1.2Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan terutama di lembaga pemasyarakatan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).


(21)

1.3Metode dan Media Penyuluhan

1.3.1. Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmojo (2003), menguraikan ada beberapa metode pendidikan yang bisa digunakan untuk penyuluhan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Ceramah

Cara ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi. Cara ini menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok

Cara yang dipersiapkan untuk 5-20 peserta (sasaran) yang akan membahas suatu topik yang telah disiapkan dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat

Cara yang memungkinkan setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan dalam pemecahan masalah yang terpikir oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang telah dikemukakan.


(22)

4. Metode Panel

Cara yangdirencanakan didepan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5. Metode Bermain Peran

Cara yang dilakukan dengan memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi

Cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7. Metode Simposium

Cara yang dilakukan dengan ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.


(23)

8. Metode Seminar

Cara ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas dengan suatu penyajian (persentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dimasyarakat.

1.3.2. Media /Alat Bantu Penyuluhan

Yang dimaksud dengan alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran, berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam peroses pendidikan/ pengajaran (Notoatmodjo 2003). Media sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih mudah untuk diterima atau dipahami oleh masyarakat, untuk itu media yang bisa digunakan sangat bervariasi antara lain (Luice, 2005) :

1. Leaflet

Adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembar yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis.


(24)

Kelemahan dari leafleat adalah : tidak cocok untuk sasaran individu per , tidak tahan lama dan mudah hilang, dan akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.

2. Flift Chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana setiap lembar berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisikan kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

Keunggulan dari penyuluhan dengan menggunakan media ini antara lain mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efesien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.

Kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar serta mudah sobek dan tercabik.

3. Film dan Video

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita yang memungkinkan sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, dan dapat merepleksikan kepada diri mereka tentang keadaan yang benar-benar terjadi.

Kelemahan media ini antara lain, memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, dan perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar


(25)

mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya karena menggunkan alat-alat yang canggih.

4. Slide

Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Kelemahan media ini antara lain memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, serta memerlukan sumber daya manusia yang terampil dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

5. Transparan OHP

Keunggulan media ini antara lain dapat dipakai untuk mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan efesien karena alatnya mudah didapat dan digunakan untuk sasaran yang relatif kecil maupun besar, peralatannya mudah digunakan dan dipelihara.

Kelemahan media ini antara lain memerlukan aliran listrik, sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat menghalangi pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat duduk komunikan yang tidak baik.

6. Papan Tulis

Keunggulan media ini antara lain murah dan efesien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali.


(26)

Kelemahan media ini antara lain terlalu kecil untuk sasaran dalam jumlah relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik.

1.4Pengelolaan Penyuluhan

1.4.1. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dituangkan kedalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Tahap perencanaan itu ditata secara sistimatis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Luice, 2005).

Perencanaan berarti pula bagaimana dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efesien dengan memperlihatkan keadaan sosial budaya, psikis dan biologi dari sasaran penyuluhan (Luice, 2005).

Menurut Lucie (2005) ada pun langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan, adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data keadaan

b. Analisis data dan evaluasi fakta-fakta atau keadaan


(27)

d. Pemilihan masalah yang ingin dipecahkan

e. Perumusan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai

f. Perumusan alternatif pemecahan masalah

g. Penetapan cara menyampaikan tujuan atau rencana kegiatan

h. Pengesahan program penyuluhan

i. Pelaksanaan kegiatan

j. Perumusan rencana evaluasi

k. Rekonsiderasi

1.4.2. Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan minat untuk mengadopsi suatu informasi atau Motivasi sehingga dapat merubah perilaku seseorang menjadi kearah yang lebih baik. Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan oleh peneliti (Luice, 2005).

1.4.3. Evaluasi Penyuluhan

Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Pelaksanaan evaluasi harus dipersiapkan pedoman evaluasi yang jelas, dan


(28)

terukur, dilengkapi dengan indikator keberhasilannya. Sebaiknya, pada saat perencanaan program, sudah ada suatu gambaran tentang rencana evaluasi yang akan dilakukan, sehingga antara keinginan perencanaan program dengan target sasaran yang telah dicapai dapat diukur dengan indikator yang jelas (Luice, 2005).

1.5Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Prilaku

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan Motivasi saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Luice, 2005).

Penyuluhan menduduki peranan yang penting sekali. Ia tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis. Masing-masing pesan penyuluhan diarahkan kepada pembentukan perilaku yang mudah diamati dan diukur. Penyuluhan sebagai pendekatan edukatif dijalankan secara tatap muka, baikperorang maupun kelompok. Ini akan lebih berhasil lagi, apabila disamping itu ditunjang dengan penyuluhan lewat media masa (Suhardjo, 2003).

Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan Motivasi seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Proses perubahan prilaku


(29)

akan menyangkut aspek Motivasi, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai malalui pembangunan kesehatan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan sarana yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambunngan (Lucie, 2005).

2. Motivasi

2.1Pengertian Motivasi

Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001).

Menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Sedangkan menurut Nursalam (2002) mendefenisikan motivasi sebagai karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan beraksi yang bersifat dinamis dan


(30)

merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, sehingga mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang ada.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Stoner & Freeman (1995, dalam Suarli 2009), berdasarkan bentuknya motivasi terdiri dari :

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:

1. Hasrat individu sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi dan keinginan yang kuat dari dalam diri. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk bertindak.

2. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya

3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi


(31)

sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

b. Faktor Eksternal;

Faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:

1. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya;

2. Sistem penghargaan yang diterima; imbalan yang berupa karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan atau penghargaan.

2.3. Teori Motivasi

2.3.1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Swansburg, 2001)

Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting


(32)

setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

c. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) d. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari

bahaya)

e. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki).

f. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan).

g. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

2.3.2. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg (Swansburg, 2001)

Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor ekstrinsik dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya, sedangkan faktor intrinsik memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai


(33)

kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah pengakuan dan kemajuan tingkat kehidupan.

2.3.3. Teori Motivasi Harapan Vromm

Teori ini menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :

h. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

i. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).

j. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

2.3.4. Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland (Swansburg, 2001)

Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

a.Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement) b.Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation) c.Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power)


(34)

2.3.5. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)

B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di mada lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam suatu proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Penguatan adalah sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh penguatan.

2.4. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dilihat dari dasar pembentukan :

2.4.1. Motivasi Bawaan

Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang sebagai konsekuensi logis manusia.

2.4.2. Motivasi Yang Dipelajari

Motivasi ini akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.

2.4.3. Motivasi Kognitif

Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik.


(35)

2.4.4. Motivasi Ekspresi Diri

Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan tersebut.

2.5.Fungsi Motivasi

Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :

2.5.1. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat

Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

2.5.2. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan

Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.

2.5.3. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

2.5.4. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.


(36)

2.6. Bentuk-Bentuk Motivasi 2.6.1. Memberi Angka

Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, tetapi harus didukung dengan dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan pencapaian angka yang tinggi tersebut.

2.6.2. Memberi Hadiah

Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan kegiatannya.

2.6.3. Menjadikan Kompetisi

Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.

2.6.4. Memberi Evaluasi

Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar dan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk dapat belajar.


(37)

2.6.5. Memberikan Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan harus pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.

2.6.6. Memberikan Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan bermakna kalau diberikan dengan prinsip-prinsip yang benar. Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan menjadi keberhasilan yang tertunda.

3. Narkoba

3.1Pengertian Narkoba

Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan.

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa


(38)

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika).

3.2Penggolongan Narkoba : 3.2.1 Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan : a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.


(39)

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006).

3.2.2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan : a. Golongan I

Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).

b. Golongan II

Psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan metapetamin.


(40)

c. Golongan III

Psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.

d. Golongan IV

Psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono, 2006).

3.2.3. Zat Adiktif

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan keraj biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan mengkomsumsi terus menerus. Didalam Undang-Undang no.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, jenis obat yang memiliki zat adiktif antara lain : amfetamin, amobarbital, flunitrazeam, diahepam, bromazepam, fenobarbital, minuman beralkohol, tembakau, halusinogen, bahan pelarut (solvent, bensin, thiner, cariaqn lem dan cat ) (Wreswiniro dkk,1999). 3.3. Penyalahgunaan Narkoba

3.3.1. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan


(41)

tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif (Hawari, 2000:16)

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika dan pasal 84, 85 dan 86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika.

Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali oleh penggunaan coba-coba sekedar mengikuti teman atau mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, kelelahan, ketegangan jiwa, atau sebagai hiburan, atau untuk pergaulan. Bila taraf coba – coba tersebut disajikan secara terus – menerus akan berubah menjadi ketergantungan.

Dalam penyalahgunaan narkoba terdapat ganggun prilaku dan perbuatan anti sosial, seperti : berbohong, membolos, minggat, malas, sex bebas, melanggar aturan dan disiplin, merusak, melawan orang tua, mencuri, suka mengancam dan suka berkelahi, sehingga menggangu ketertiban, ketentraman serta keamanan masyarakat. (Mardani, 2008: 99). 3.3.2. Golongan Penyalahgunaan Narkoba

Secara umum dalam Penyalahgunaan NAZA (Narkoba) dapat dibagi dalam tiga golongan besar (Mardani, 2008: 101), yaitu :

1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepripaadian yang tidak stabil;


(42)

2. Ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan NAZA (narkoba) sebagai slah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang yang dengan kepribadian psikopatik (antisosial), krimnal dan pemakaian NAZA (narkoba) untuk kesenagan semata

3. Ketergantungan reaktif yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer group pressure).

Menurut Sudarsono, bahwa penyalahgunaan narkoba dilatarbelakangi oleh beberapa sebab (Mardani ; 2008: 101), yaitu :

1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan – tindakan yang berbahaya seprti ngebut da bergaul dengan wanita. 2. Menunjukkan tindakan menentang orang tua, guru, dan norma

sosial

3. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seks

4. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalamn – pengalaman emosional

5. Mencari dan menemukan arti hidup 6. Mengisi kekosongan dan kesepian hidup

7. Menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepet hidup

8. Mengikuti kemauan kawan – kawan dalam rangka pembinaan solidaritas


(43)

3.3.3. Faktor – Faktor Penyalahgunaan Narkoba

Menurut pendapat Sumarno Ma’sum, bahwa factor terjadinya penyalahgunaan NAZA (narkoba) secara garis besar dikelompokkam kepada tiga bagian, (Mardani, 2008: 108) yaitu :

1. Obat kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status hukumannya yang masih lemah dan obatnya mudah menimbukan ketergantungan dan adiksi.

2. Kepribadian meliputin pekerbangan fisik dan mental yang labil, kegagalan cita – cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain – lain, menutup diri dengan dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertulang dengan sensasi yang penuh resiko dalam mencari identiias kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim.

3. Lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman.

3.4.Bahaya Narkoba

Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. (Makaro,dkk,2003:44) Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang.


(44)

1. Secara fisik :

a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses),

alergi, eksim

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu

tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya


(45)

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis bisa menyebabkan kematian

2. Secara Psikis :

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3. Secara Sosial :

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram 4. Narapidana

4.1Pengertian Narapidana

Pengertian narapidana berasal dari dua suku kata yaitu Nara = orang dan Pidana = hukuman dan kejahatan (pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, narkoba, korupsi dan sebagainya). Jadi pengertian narapidana menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai orang hukuman (orang yang menjalani hukuman) karena melakukan tindak pidana (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:612).


(46)

Menurut UU no. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga permasyarakatan, sedangkan Wilson (2005) mengatakan bahwa narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.

Menurut Harsono (1995), narapidana adalah manusia yang tengah berada di persimpangan jalan karena narapidana harus memilih akan meninggalkan atau tetap pada perilakunya yang dahulu dan tengah mengalami krisis disosialisasi dengan masyarakat. Harsono juga mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman atau sanksi, yang kemudian akan ditempatkan di dalam sebuah bangunan yang disebut rutan, penjara atau lembaga pemasyarakatan. Bangunan penjara dirancang secara khusus sebagai tempat untuk membuat jera para pelanggar pidana, baik secara fisik maupun psikologis.

5. Lembaga Pemasyarakatan

5.1Pengertiam Lembaga Pemasyarakatan

Pengertian lembaga, lebih menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus juga mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri daripada lembaga tersebut.

Norma-norma dalam masyarakat: yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma tersebut


(47)

apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia dinamakan social-organization. Di dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan manusia seperti misalnya; kebutuhan hidup, kekerabatan, kebutuhan pencaharian hidup, kebutuhan akan pendidikan, dsb. Misalnya kebutuhan hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti keluarga batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dll. Kebutuhan pencaharian hidup menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pertanian, peternakan, koperasi, industry (Soekanto, 1995:217).

5.2Ciri-Ciri Lembaga Pemasyarakatan

Gillin di dalam tulisannya yang berjudul General feature of Social Institution yang dipetik dari Soerjono Soekanto 1995 telah menguraikan beberapa ciri umum daripada lembaga kemasyarakatan :

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi daripada pola-pola pemikiran dan pola-pola-pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga


(48)

kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya, setelah mengalami suatu masa percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama sekali, oleh karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara (Ibid, hal. 230).

5.3Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Fungsi-fungsi lembaga kemasyarakatan antara lain:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokoknya.

2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian tingkah laku anggota-anggotannya (Ibid. hal. 219).


(49)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat, namun untuk mengetahui tingkat motivasi sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana pengaruh penyuluhan tersebut dilakukan post-test.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian tentang “ Pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat

Pre-Test : Tingkat Motivasi

Narapidana

Penyuluhan Bahaya Narkoba

Post-Test Tingkat Motivasi

Narapidana PROSES


(50)

2. Defenisi Operasional

No Variabel

Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Motivasi narapidana

Suatu yang mendorong narapidana untuk mencapai suatu tujuan dalam hal ini memiliki dorongan untuk berhenti menggunakan narkoba . Kuesioner dengan 20 pernyataan tertutup, dimana skor untuk jawaban : a. Ya: 1 b.Tidak:0

14-20 = tinggi

7-13 = sedang

0-6 = rendah


(51)

2. Penyuluhan bahaya narkoba

Upaya atau kegiatan yang memberikan informasi

mengenai bahaya penggunaan narkoba.

Evaluasi leaflet

Dilakukan, Tidak dilakukan

3. Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut yaitu :

3.1. Ha : Ada pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. .


(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design (quasi eksperimental) dengan pretest-postest group untuk mengetahui pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat.

Model rancangannya adalah sebagai berikut ( Arikunto, 2006 ) :

Keterangan :

01 = pre-test kelopok observasi 02 = post-test kelompok observasi X = pendidikan kesehatan (intervensi)

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat yang berjumlah 42 orang narapidana.


(53)

2.2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total populasi (total sampling) dengan jumlah 42 orang responden yang merupakan narapidana dengan kasus narkoba.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Jika calon responden bersedia maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara lisan (verbal). Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data langsung.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua


(54)

informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun secara terstruktur. Pada bagian pertama instrumen penelitian berisi data domegrafi yang meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lama menggunakan narkoba. Dimana responden hanya memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda check list ( √ ) terhadap alternatif jawaban.

Bagian kedua instrumen dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Bagian instumen ini berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba. Bagian ini terdiri dari 20 pernyataan yang menggunakan bentuk pernyataan tertutup (closed ended). Dari 20 pernyataan tersebut terdiri dari 10 pernyataan positif nomor 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20 dan 10 pernyataan negatif nomor 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19.

Dalam pertanyaan ini hanya disediakan dua jawaban/alternatif yaitu Ya atau Tidak (skala guttman), dan responden hanya memilih satu diantaranya. Dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda check list ( √ ) terhadap alternatif jawaban yang dipilih benar atau salah.

Bobot nilai yang diberikan bagi pertanyaan untuk jawaban ya = 1, dan tidak = 0, Total skor adalah 0 – 20. Semakin tinggi jumlah skor maka semakin


(55)

tinggi pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan terhadap tiga puluh orang responden yang memenuhi kriteria yang sama dengan sampel. Responden yang digunakan adalah narapidana. Instrument pada penelitian ini dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang diteliti.

Dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dengan meminta bantuan pada ahli dalam bidangnya (terlampir). Selain itu juga dilakukan uji validitas Untuk mengukur sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan dan kesahihan suatau alat ukur dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variable dengan skor total variable pada analisis reliability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid. Nilai r tabel untuk jumlah responden 30 orang dengan taraf signifikan 5% adalah 0,444. Hasil r hitung dari 25 pernyataan terdapat 5 pernyataan yang tidak valid sehingga pernyataan tersebut tidak digunakan (hasil terlampir), maka peryataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pernyataan.

Uji reliabilitas instrument menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data


(56)

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil akan tetap sama (Arikunto, 2005). Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2004). Nilai r tabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95% maka untuk sampel 30 orang yang di uji nilai r-tabelnya adalah sebesar 0,6. Setelah dilakukan uji reliabilitas pada kuesioner yang digunakan diperoleh hasil 0,959. maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan (hasil terlampir).

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan) Universitas Sumatera Utara, setelah itu surat izin yang diperoleh, diajukan ke Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. Kemudian peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria, maka akan dipilih sabagai responden sesuai dengan keinginan peneliti.


(57)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responeden melalui kuesioner.

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah narapidana kasus narkoba dan data lain yang mendukung yang diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan.

Sebelum melakukan intervensi peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tingkat motivasi narapidana sebelum dilakukan intervensi. Setelah itu peneliti melakukan intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya narkoba kepada responden selama lebih kurang 1 jam, dan kemudian dilanjutkan oleh asisten peneliti untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang dampak pemakaian narkoba. Asisten peneliti dalam penelitian ini adalah tim kesehatan yang ada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan. Hal ini dimaksudkan, asisten peneliti untuk membantu menambahkan topik pendidikan kesehatan dan dikarenakan oleh keterbatasan peneliti. Setelah itu, peneliti melakukan post-test dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi narapidana setelah diberikan intervensi.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data


(58)

yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudakan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi (Danim, (2003).

Setelah dilakukan pemeriksaan dan tabulasi data, maka dilakukan analisa data yaitu sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi tunggal. Analisa univariat dilakukan untuk mendapat gambaran data tentang demografi dan tingkat motivasi responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi yang selanjutnya dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

b. Analisis Bivariat.

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis bivariat terlebih dahulu diuji distribusi normal data untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat motivasi responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, dan kemudian akan dilakukan uji analisis statistik Dependent t-test.


(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat dengan jumlah responden 42 orang.

1.1. Karakteristik Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah narapidana kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kab. Langkat, karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan lama menggunakan narkoba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 30.76. Mayoritas responden adalah laki-laki sebesar 92.9% (39 orang) , lebih dari setengah responden beragama Islam sebesar 61.9% (26 orang) , lebih dari setengah responden bersuku batak sebesar 66,7% (28 orang), setengah responden bertingkat pendidikan SMA sebesar 52,4% (22 orang), lebih dari setengah responden telah menggunakan narkoba selama 3-6 Bulan sebesar 64,3% (27 orang), dan lebih dari setengah responden tidak bekerja sebesar 78.6% (33 orang).


(60)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n=42)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 18 46 30.76 8.189

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, dan Lama Menggunakan

Narkoba (n=42)

Karaktersitik Jumlah

F %

1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2. Agama Islam Kristen 3. Suku Batak Melayu Jawa Aceh 4. Pendidikan SD SMP SMA Sarjana

5. Lama menggunakan 3-6 Bulan

7-12 bulan > 12 Bulan 6. Pekerjaan Wiraswatsta Pegawai Swasta Tidak bekerja 39 3 26 16 28 10 3 1 3 16 22 1 27 8 7 4 5 33 92.9 7.1 61.9 38.1 66.7 23.8 7.1 2.4 7.1 38.1 52.4 2.4 64.3 19.0 16.7 9.5 11.9 78.6


(61)

1.2. Motivasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Pada Kelompok Observasi

Hasil penelitian sebelum dilakukan penyuluhan menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden mempunyai motivasi sedang sebesar 69% (29 orang) untuk berhenti menggunakan narkoba, kurang dari setengah responden mempunyai motivasi rendah sebesar 16.7% (7 orang), dan kurang dari setengah responden mempunyai motivsi tinggi sebesar 14.3% (6 orang) untuk berhenti menggunakan narkoba.

Hasil penelitian sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden mempunyai motivasi tinggi sebesar 73.8% (31 orang) untuk berhenti menggunakan narkoba, kurang dari setengah responden mempunyai motivasi sedang sebesar 23.8% (10 orang), dan kurang dari setengah responden mempunyai motivasi rendah sebesar 2.4% (1 orang) untuk berhenti menggunakan narkoba.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan

Kesehatan (n=42)

Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan

Narkoba

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

F % f %

Rendah Sedang Tinggi 7 29 6 16.7 69.0 14.3 1 10 31 2.4 23.8 73.8


(62)

1.3. Perbedaan Motivasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Observasi

Hasil penelitian sebelum dilakukan penyuluhan (Pre-test) menunjukkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba diperoleh nilai mean 1.98, nilai standar deviasi 0,563, dan nilai standar error 0,087.

Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan (Post-test) menunjukkan motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba diperoleh nilai mean 2.71, nilai standar deviasi 0,508, dan nilai standar error 0,078.

Tabel 5.4

Hasil Pengukuran Motivasi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Observasi

Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba

Pre-test Post-test

Mean SD SE Mean SD SE 1.98 0.563 0.087 2.71 0.508 0.078

Hasil penelitian dengan menggunakan uji dependent didapat bahwa nilainya sebesar – 0,738. Artinya ada peningkatan motivasi setelah diberikan intervensi.

Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar – 6,512 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata tingkat motivasi sebelum dengan sudah intervensi.


(63)

Tabel 5.5

Hasil Uji Dependent t-test untuk Motivasi Sesudah Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Observasi

Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan

Narkoba

Mean SD SE t Sig.

(2-tailed)

-0.738 0.734 0.113 -6.512 0.000

2. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 42 orang responden menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi tinggi untuk berhenti menggunakan narkoba sebanyak 31 orang (73,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sarwono (2000) bahwa motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan sehingga mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang ada.

Menurut Kompasiana (2012) motivasi merupakan dorongan yang besar dalam diri untuk mencapai sesuatu yang diimpikan, dan motivasi merupakan salah satu fenomena psikologis yang ada dalam diri setiap manusia. Motivasi merupakan daya dan kekuatan dalam diri yang mendorong diri tersebut untuk melakukan tindakan, sementara tindakan tersebut, berangkat dari alam pikiran yang terkonstruk dalam tiap-tiap pikiran diri sendiri, dapat dilihat bahwa responden mengalami perubahan setelah dilakukan penyuluhan.


(64)

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu seperti hasrat individu sendiri, kebutuhan dan harapan serta adanya faktor eksternal yang berupa situasi lingkungan, dan sistem penghargaan yang diterim (Suarli, 2009).

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa narapidana memiliki motivasi tinggi untuk berhenti menggunakan narkoba dalam hal ini sesuai dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow pada tingkatan ketiga hirarki kebutuhan Maslow yaitu motivasi yang tinggi akan memenuhi kebutuhan maslow pada tingkatan kebutuhan akan penghargaan yang berupa pengakuan dan mendapat dukungan. Pencapaian kebutuhan tersebut dapai diraih dengan mendorong motivasi narapidana untuk berhenti menggunakan.narkoba Swansburg (2001).

Menurut Suprihanto (2003) bahwa perubahan motivasi seseorang juga dapat diperoleh berdasarkan pendekatan penyuluhan melalui komunikasi dapat dilihat melalui perubahan sikap yang timbul perubahan motivasi yang ditimbulkan akibat proses penyuluhan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kredibilitas, daya tarik dan kekuatan komunikator serta isi dari pesan atau penyuluhan itu sendiri dan perubahan motivasi dapat dilihat dari perubahan sikap responden.

Penyuluhan merupakan sebagai proses perubahan perilaku yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan motivasi saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan


(65)

menguntungkan (Luice, 2005). Sejalan dengan pendapat Effendy (2003) penyuluhan kesehatan merupakan gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang biasa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan

Hasil dari pemberian penyuluhan kepada responden dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap motivasi berhenti menggunakan narkoba. Penyuluhan yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup penyuluhan bahaya menggunakan narkoba. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan motivasi seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku yang menyangkut aspek motivasi, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan alasan penyebab responden menggunakan narkoba antara lain untuk mendapatkan kesenangan sebesar 69%, karena penasaran terhadap narkoba sebesar 64,3%, sebagai salah satu penyelesaian masalah sebesar 47,6%, karena ingin diperhatikan oleh orang lain sebesar 33,3%, karena narkoba mudah didapat 35,7%, pengaruh teman sebesar 45,2%. Hasil ini sesuai oleh pendapat Mardani (2008) bahwa faktor-faktor penyalahgunaan narkoba disebabkan karena narkoba mudah didapat, perkembangan fisik dan mental yang labil, kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain,


(66)

menutup diri dengan dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertulang dengan sensasi yang penuh resiko dalam mencari identiias kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim, serat pengaruh lingkungan yang meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman.


(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat didapat bahwa 73,8% (31 orang) narapidana mempunyai motivasi yang tinggi setelah diberikan intervensi.

Rata-rata umur responden 30,7, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 92,9% (39 orang), mayoritas agama responden Islam sebesar 61,9% (26 orang), mayoritas suku responden batak sebesar 66,7% (28 orang), mayoritas tingkat pendidikan responden SMA sebesar 52,4% (22 orang), mayoritas pekerjaan responden tidak bekerja sebesar 78,6% (33 orang), dan berdasarkan lama menggunakan narkoba mayoritas responden 3-6 bulan sebesar 64,3% (27 orang).

2. Saran

2.1.Pendidikan keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat pendidik untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami bagaimana cara


(68)

melakukan penyuluhan kesehatan yang baik supaya mahasiswa dapat menerapkannya di lingkungan masyarakat.

2.2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini didapat bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terkait bahaya narkoba terhadap motivasi berhenti menggunakan narkoba. Oleh sebab itu dalam praktik keperawatan, perawat dapat memberikan suatu kiat-kiat khusus pada saat pemberian penyuluhan kesehatan dimana dari penyuluhan tersebut diharapkan terjadi suatu proses perubahan perilaku yang berkesinambungan, agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan motivasi saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik.

2.3. Penelitian Selanjutnya

Untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya peneliti menyarankan agar pada saat penelitian menggunakan instrumen penelitian yang sudah dilakukan uji validitas secara bertahap dan melibatkan orang-orang yang ahli dibidangnya. Kemudian pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali intervensi dalam hal ini berupa penyuluhan kesehatan terhadap responden sehingga menurut peneliti tidak memberikan suatu proses perubahan perilaku yang berkesinambungan jadi untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperhitungkan hal tersebut.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Abdallah, R, 2008. Bahaya Narkoba Dikalangan Remaja. http://www.wikimu.com/news/displaynewremaja. Diakses tanggal 26 Agustus 2009.

Abraham H. Maslow. (1994). Motivasi dan Kepribadian 1 ( Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan manusia). Jakarta : PT.PBP

Anggaraeni, A. (2010). Pengaruh Pengendalian diri, Motivasi dan Minat Belajar. Diakses pada 22 April 2012 . http//www.fkep.unpad.01/10-pengendaliandiri-motivasi-minatbelajar.pdf

Anonim. (2011). Data tersangka SUMUT 2009. http://pimansu.com. Diakses 5 Mei 2012.

Arep, Ishak & Tanjung Hendri. (2003). Manajemen Motivasi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Armelia, H.(2003). Tentang Penyalahgunaan Narkoba Dan Akibat Yang Ditimbulkan, Reksa. Jakarta

Azwar, Syarifuddin. (1999). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Effendy, N. (2003). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed. Ke-2,

Jakarta : EGC.

Firani, Suci D. (2011). BNN : Pemakai Narkoba di Indonesia Meningkat.

Harsono, Hs, C.I. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Jembatan, 1995. Hasibuan, S.P. (1996). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara

Hawari, D, 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.

Heriyanti, A, 2003. Karakteristik Penyalahgunaan Narkotika, Psikitropika Dan Zat Adiktif (Napza) Di Pusat Pendidikan Anti Narkoba Sibolangit Center Tahun 2001-2003. Skripsi, FKM Universitas Sumatera Utara, Medan. Kistyarini. (2011). BNN : 5 Juta Pengguna Narkoba di Indonesia.


(70)

Kurniawan, J, (2008). Arti Definisi & Pengertian Narkoba Dan Golongan/Jenis Narkoba Sebagai Zat Terlarang. http://juliuskurnia.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Mei 2008.

Luice, S. (2005). Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia : Bogor.

Martono, dkk, (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Balai Pustaka, Jakarta.

Martua, Y. (2009). Minat dan Motivasi serta mutu pendidikan siswa memilih SMK. Diakses pada 18 April 2012. http//www.repository.usu.ac.id.02/09- minat dan motivasi serta mutu pendidikan siswa memilih SMK-pdf

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Pimansu ( Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara)

Robbins. (2001), Teori Motivasi McClelland dan Teori Dua Faktor Hezberg. Jakarta Sadang, Prof,Dr. (2000). Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakrta : PT. Bina Aksara

Samosir, 2009. Pengguna Narkoba Sumut No 3. http:// www. sumutprov.go.id/lengkap.php?id=1765. Diakses tanggal 26 Agustus 2009.

Sari, L, L, 2003. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Melalui Pendekatan

Psikologis Kriminal. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sarwono, S.W. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survey. LP3ES : Jakarta.

Stevenson, Nancy. (2001). Seni Motivasi. Penerjemah Dwi Prabantini. Edisi 1. Yogyakarta: Andy

Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Kesehatan. Bumi Aksara : Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika.


(71)

Surat Persetujuan Resmi (Informed Concent)

PENGARUH PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA TERHADAP MOTIVASI NARAPIDANA BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PANGKALAN BERANDAN KABUPATEN

LANGKAT

Saya Nanda Prianto Saragih NIM: 111121091 mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat. Agar tercapainya tujuan dari penelitian ini, saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi saudara sebagai responden. Saya sebagai peneliti menjamin kerahasiaan identitas saudara, serta tidak akan menyakiti fisik dan psikologis, dan tidak menimbulkan serta meninggalkan kecacatan fisik maupun psikologi saudara. Informasi yang saya dapatkan dari saudara akan dipergunakan dalam mengembangkan Ilmu Keperawatan.

Apabila saudara tidak bersedia menjadi bagian dari responden selama penelitian saya, saudara berhak menolak untuk tidak ikut berperan serta dalam penelitian ini, anda tidak akan diberikan sanksi dan saya akan menjaga dan menghormati hak-hak anda. Apabila saudara bersedia menjadi responden selama penelitian saya, maka saudara dipersilahkan menandatangani formulir di bawah ini.

Peneliti: Tanda Tangan :

Nanda Prianto Saragih Tanggal :


(1)

(2)

(3)

(4)

JADWAL DEFENITIF PENELITIAN

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyesun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan proposal penelitian

8 Mengajukan sidang proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal penelitian

11 Mengajukan izin penelitian

12 Pengumpulan data

13 Analisa data

14 Penyusunan laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang skripsi

16 Ujian sidang

17 Revisi

18 Mengumpulkan skripsi


(5)

RINCIAN DANA PENELITIAN

1. Persiapan skripsi dan perbaikan

- Biaya kertas print 200.000,-

- Fotocopi sumber-sumber tinjauan pustaka 100.000,-

- Transportasi 100.000,-

- Biaya Internet 200.000,-

- Perbanyak skripsi dan penjilitan 200.000,-

- Konsumsi saat sidang skripsi 300.000,-

2. Pengumpulan data dan Pengolahan data

- Penggandaan Kuesioner 150.000,-

3. Biaya tidak terduga 100.000,- +


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Nanda Prianto Saragih

Tempat, tanggal lahir : Tanjung Pura, 11 April 1991

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Securai Utara Kec. Babalan Kab. Langkat

Riwayat pendidikan :

1.

SD Negeri 30 Pangkalan Beranda

(1996 – 2002)

2.

SMP Negeri 1 Pangkalan Berandan

(2003 – 2005)

3.

SMA Negeri 1 Babalan Pkl. Berandan

(2006 – 2008)