Profil Penderita Diare Pada Anak Balita Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2013

(1)

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA

DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

PADA TAHUN 2013

Oleh :

FAWZAN MOHAMMAD

110100045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA

DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

PADA TAHUN 2013

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

FAWZAN MOHAMMAD

110100045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada anak balita menurut usia, jenis kelamin, riwayat asi eksklusif, derajat dehidrasi dan status gizi di RSUD dr Pirngadi, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 137 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah balita dengan diare pada anak laki-laki adalah sebanyak 75 orang (55.0%) dan perempuan sebanyak 62 orang (45.0%) berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 50 orang (36.0%) dengan status gizi baik, 68 orang (50.0%) dengan status gizi kurang, 19 orang (14.0%) dengan status gizi buruk. Didapati juga 55 orang (40.0%) ada mendapat ASI eksklusif dan 82 orang (60.0%) tidak mendapat ASI eksklusif. Selain itu 32 orang (23.0%) diare tanpa dehidrasi, 82 orang (60.0%) mengalami dehidrasi ringan-sedang, dan 23 orang (17.0%) mengalami dehidrasi berat.

Kesimpulan. Balita dengan status gizi yang kurang adalah sebanyak 68 orang (50.0%), yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 82 orang (60.0%), dan anak-anak balita ini mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 82 orang (60.0%).


(5)

ABSTRACT

Introduction. Diarrhea is one of the health problem in Indonesia and the 1986

Household Health Survey included diarrhea in 8 of the most diseases in Indonesia. Most (70% -80%) patients were children under five and 1% -2% of patients will fall into dehydration and if not rescued will die.

Method. The purpose of this study was to investigate the characteristics of

patients with diarrhea in children under five years old, by age, sex, history of exclusive breastfeeding, dehydration, and nutritional status in the General Hospital of Doctor Pirngadi, Medan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in this study was designed as a study of cross-sectional and sampling using the total sampling technique.

Results. With a total sample of 137 people, results of the study shows that the

number of children with diarrhea in boys is up to 75 people (55.0%) and girls up to 62 people (45.0%) according to sex, as many as 50 (36.0%) people with good nutritional status, 68 people (50.0%) with fewer nutritional status, 19 people (14.0%) with a poor nutritional status. There are also 55 people (40.0%) is exclusively breast-fed and 82 people (60.0%) do not receive exclusive breastfeeding. In addition, 32 people (23.0%), diarrhea without dehydration, 82 people (60.0%) experienced mild to moderate dehydration, and 23 people (17.0%) experienced serious dehydration.

Conclusion. Children with fewer nutritional status is a total of 68 persons

(50.0%), those which was not given exclusively breastfed were 82 people (60.0%), and children under five whom suffered from mild to moderate dehydration are as many as 82 people (60.0%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Profil Penderita Diare Pada Anak Balita Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2013” sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang dokter umum, proposal peneltian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ini, saya mendapat banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Feraluna Nasution, Sp.A yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

3. Kepada Dr. dr. Amira Permatasari tarigan, Sp.P, dr. Mutiara Indah Sari M.Kes dan dr. Kristina Nadeak Sp.KK sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberi banyak masukan dan saran untuk membuat karya tulis ini menjadi lebih baik.

4. Keluarga tercinta, Ayahanda Ir. Erwin Samad, Ibunda Hj. Normadiah Lubis, dan Abang Audy Mirza ST yang selalu memberikan dukungan serta doa hingga peneliti tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.

5. Kepada teman-teman sejawat yang turut membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu, Feisal Jabbar, Nadyatario Karier Hasyanda, M. Nevino Fachry, Ahmad Syahril Anwar, Aulia Barizon, Aditya Prakoso, M. Archie Amanta, Muhammad Iqbal, Fatin Fatharani Erizal, dr. Wahyu Medsa Yeltas Putra, dr. Riko Radityatama Susilo, dr. Adrian Gustaviano Picauly, Aisha Citra Nissa, Ressa Hana Natasa, Nadhira Lesarina.


(7)

6. Kepada sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan dan semangat, Ilhamdi Fachri, Rezky Persada, Ekky Faldy, Andry Fahreza, Syaiful Siregar, Fadhil Fachri.

7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, seluruh saran dan kritik akan menjadi hal yang berarti dalam pengembangan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Bangsa dan Negara Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 8 Desember 2014

Penulis,

Fawzan Mohammad


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Diare ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Etiologi ... 5

2.1.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko ... 6

2.1.4 Klasifikasi ... 7

2.1.5 Gejala Diare ... 7

2.1.6 Patogenesis ... 9


(9)

2.1.8 Penatalaksanaan ... 12

2.1.9 Pencegahan ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2 Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel ... 20

4.4. Metode Pengumpulan data ... 21

4.5. Metode Deskriptif Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu ... 23

5.1.3. Hasil Deskriptif Data ... 23

5.2. Pembahasan ... 26

5.2.1. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis Kelamin ... 26

5.2.2. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut umur 26 5.2.3. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut asi Eksklusif ... 26

5.2.4. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut status Gizi ... 27


(10)

5.2.5. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut

Derajat dehidrasi ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 199510

3.1 Variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala 16

pengukuran 5.1 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin23 5.2 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan umur 24

5.3 Distribusi pemberian asi eksklusif mengikut jenis kelamin 24

5.4 Status gizi sampel penderita diare pada anak balita 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup

Lampiran 2 Output Data Distribusi Frekuensi SPSS Lampiran 3 Data induk pasien

Lampiran 4 Ethical Clearence

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6 Surat selesai penelitian


(13)

ABSTRAK

Pendahuluan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia. Sebagian besar (70%-80%) penderita adalah anak balita dan 1%-2% dari penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditolong akan meninggal.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada anak balita menurut usia, jenis kelamin, riwayat asi eksklusif, derajat dehidrasi dan status gizi di RSUD dr Pirngadi, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 137 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah balita dengan diare pada anak laki-laki adalah sebanyak 75 orang (55.0%) dan perempuan sebanyak 62 orang (45.0%) berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 50 orang (36.0%) dengan status gizi baik, 68 orang (50.0%) dengan status gizi kurang, 19 orang (14.0%) dengan status gizi buruk. Didapati juga 55 orang (40.0%) ada mendapat ASI eksklusif dan 82 orang (60.0%) tidak mendapat ASI eksklusif. Selain itu 32 orang (23.0%) diare tanpa dehidrasi, 82 orang (60.0%) mengalami dehidrasi ringan-sedang, dan 23 orang (17.0%) mengalami dehidrasi berat.

Kesimpulan. Balita dengan status gizi yang kurang adalah sebanyak 68 orang (50.0%), yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 82 orang (60.0%), dan anak-anak balita ini mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 82 orang (60.0%).


(14)

ABSTRACT

Introduction. Diarrhea is one of the health problem in Indonesia and the 1986

Household Health Survey included diarrhea in 8 of the most diseases in Indonesia. Most (70% -80%) patients were children under five and 1% -2% of patients will fall into dehydration and if not rescued will die.

Method. The purpose of this study was to investigate the characteristics of

patients with diarrhea in children under five years old, by age, sex, history of exclusive breastfeeding, dehydration, and nutritional status in the General Hospital of Doctor Pirngadi, Medan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in this study was designed as a study of cross-sectional and sampling using the total sampling technique.

Results. With a total sample of 137 people, results of the study shows that the

number of children with diarrhea in boys is up to 75 people (55.0%) and girls up to 62 people (45.0%) according to sex, as many as 50 (36.0%) people with good nutritional status, 68 people (50.0%) with fewer nutritional status, 19 people (14.0%) with a poor nutritional status. There are also 55 people (40.0%) is exclusively breast-fed and 82 people (60.0%) do not receive exclusive breastfeeding. In addition, 32 people (23.0%), diarrhea without dehydration, 82 people (60.0%) experienced mild to moderate dehydration, and 23 people (17.0%) experienced serious dehydration.

Conclusion. Children with fewer nutritional status is a total of 68 persons

(50.0%), those which was not given exclusively breastfed were 82 people (60.0%), and children under five whom suffered from mild to moderate dehydration are as many as 82 people (60.0%).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas pada anak. Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun 2000 s.d. 2010 didapatkan angka kesakitan diare balita tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan balita (1.278 per 1000), sedikit menurun di tahun 2003 (1.100 per 1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330 per 1000), dan di tahun 2010 morbiditas kembali menurun (1.310 per 1000). Dilihat dari distribusi umur balita penderita diare di tahun 2010 didapatkan proporsi terbesar adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%. Insiden terjadinya diare pada balita menurut jenis kelamin didapatkan proporsi terbesar adalah laki-laki yaitu sebesar 5,5%, Sedangkan perempuan sebesar 4,9% (Riskesdas, 2013)


(16)

Sementara dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata.

Menurut Hop yang di kutip Novianda (2011), hasil penelitian di Vietnam terlihat bahwa lamanya ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi diare dan ISPA.Pada anak dengan ASI eksklusif kurang dari 3 bulan, diare muncul lebih awal dan prevalensinya lebih besar dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI eksklusif lebih dari 3 bulan. Pada anak yang mendapat ASI eksklusif, diare muncul lebih jarang dan bila terjadi diare mempunyai dampak negatif yang lebih sedikit pada status gizi si anak untuk kehilangan berat badan dan terganggu pertumbuhan linearnya lebih kecil.

Keadaan gizi anak juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang mengakibatkan diare akut yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi (Depkes, 2005).

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011).


(17)

Dengan keadaan ini penulis tertarik untuk mengetahui dan menentukan profil penderita diare pada anak balita di RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil penderita diare pada anak balita di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil penderita diare pada anak balita di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin penderita.

2. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut usia penderita.

3. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita yang mendapat ASI eksklusif.

4. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi. 5. Untuk mengetahui jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis

derajat dehidrasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini bagi:

1. Sebagai pengalaman yang sangat berharga sekaligus tambahan pengetahuan bagi penulis.


(18)

2. Bagi rumah sakit, peneliti dapat memberikan informasi mengenai profil penderita diare pada anak balita di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 3. Bagi masyarakat ilmiah, dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mengenai

penyakit diare beserta karakteristik (profil penderita) pada anak balita tahun 2013 sehingga bisa menjadi sumber penelitian-penelitian seterusnya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare 2.1.1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berlendir atau berdarah.Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari dengan atau tanpa lendir dan darah (Kemenkes RI,2011).

Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

2.1.2 Etiologi

Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist dan Camilleri, 2005).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2006).


(20)

Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong, 2009).

2.1.3 Cara Penularan dan Faktor risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku 2. Faktor lingkungan Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis Faktor lingkungan antara lain :

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi


(21)

terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

2.1.4 Klasifikasi

Terdapat beberapa pembagian diare : 1. Berdasarkan lamanya diare :

a. Diare akut, yaitu keluarnya diare satu atau lebih tinja diare per hari selama kurang dari 14 hari (Abraham, 2007).

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut (Suraatmaja, 2007).

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik : a. Diare sekresi (secretory diarrhea)

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea)(Suraatmaja, 2007)

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti alergi dan lain-lain.

2.1.5 Gejala Diare

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh


(22)

usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006).

Menurut Kliegman, Marcdante, dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, diare dapat dibagi menjadi :

Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang- kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut sertakulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai


(23)

apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( ≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

2.1.6 Patogenesis

Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel-sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2006).

2.1.7 Diagnosis 1.Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah : volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya (Juffrie, 2010).


(24)

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie, 2010).

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010).

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010).

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

1.Lihat : Kesadaran umum

Baik, sadar * Gelisah,rewel *Lesu,lunglai atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan Lidah

Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa tidak haus

*Haus, ingin minum banyak

*Malas minum atau tidak bisa


(25)

minum 2.Periksa :

turgor kulit

Kembali cepat *Kembali lambat

*Kembali sangat lambat

3.Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

4.Terapi Rencana Terapi A

Rencana Terapi B

Rencana Terapi C

Sumber: Juffrie, 2010.

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi : a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)

b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.

3.Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine, dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih (Juffrie, 2010).

Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain.


(26)

Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002).

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan 4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1.Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).


(27)

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011).

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).

2.Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.


(28)

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3.Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4.Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5.Pemberian nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah


(29)

a. Diare lebih sering b. Muntah berulang c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.1.9Pencegahan

Menurut Jufflie (2010), upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara : 1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare. Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI c. Penggunaan air bersih yang cukup

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga

f. Membuang tinja bayi dengan benar. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host).

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain :

a. Memberi ASI paling tidak sampai 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2.Definisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala pengukuran

No Variabel Definisi Alat

Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Diare frekuensi buang air besar lebih dari biasa,

yaitu 3 kali atau lebih Rekam medis Membaca Rekam Medis Menderita atau tidak menderita Nomina l

2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin anak balita

Usia

Diare pada Anak Balita Jenis Kelamin Asi Eksklusif Status Gizi Jenis Derajat Dehidrasi


(31)

yang didiagnosis diare di RSUD

dr. Pirngadi Rekam Medis Pengumpulan data Laki-laki, Perempuan Nomina l

3 Umur Bilangan tahun seseorang itu telah hidup Rekam Medis Pengumpulan data 0-27 hari, 28 hari-1 tahun, 1-5 tahun Ordinal

4 Pemberian ASI eksklusif

Balita yang mendapatkan ASI sejak lahir

sampai usia 6 bulan tanpa mendapatkan makanan dan minuman lain Rekam Media Pengumpulan data

- Ya (ASI eksklusif) - Tidak (ASI

non eksklusif)

Nomina l

5 Status gizi Status gizi anak diketahui

melalui panjang badan dan berat badan

sesuai umur (antropometri) Rekam Medis Pengumpulan data -Status gizi baik -Status gizi kurang -Status gizi buruk Ordinal

6 Derajat Dehidrasi

Derajat Dehidrasidenga

n melihat : Kesadaran umum dan turgor kulit Rekam Medis Pengumpulan data - Tanpa dehidrasi : frekuensi diare masih dalam batas toleransi - Ringan-sedang : penderita mengalami Ordinal


(32)

takikardi, kadang muntah, terasa haus,

mata cekung,kuliy

ang dingin dan pucat

- Berat : banyak kehilangan cairan dari

tubuh, takikardi

dengan pulsasi yang

melemah, tidak ada penghasilan

urin, tidak mampu minum dan kesadaranny a menurun


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif cross-sectional. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Cross-sectional karena penelitian ini dilakukan dengan penggunaan sesaat dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan rekam medis di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, dengan alasan rumah sakit tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien relatif banyak, sehingga populasi diperlukan untuk penelitian. Rumah sakit tersebut memiliki data-data rekam medik yang lengkap

4.2.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustussampai dengan bulan November 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini ialah semua penderita anak balita yang didiagnosis menderita diare di RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini


(34)

menggunakan metode total sampling sebagai teknik pengambilan sampel yakni mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Memberi surat izin penelitian ke bagian penelitian RSUD dr. Pirngadi

Meminta rekam medis yang berisi data penderita diare

pada anak balita di RSUD dr. Pirngadi

Mencatat data yang diperlukan seperti

terlampir dalam data

Hasilnya akan dihitung dan disajikan dalam bentuk diagram dan


(35)

4.5. Metode Deskriptif Data

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Data-data yang didapati dianalisa dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 17.0 yang kemudiannya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang merupakan suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota Medan yang berada di Jalan Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan Sumatera Utara.

Rumah sakit ini didirikan pada tanggal 11 Agustus tahun 1928 oleh pemerintah Hindia Belanda dan selesai pada tahun 1930 dengan nama Rumah Sakit Kota RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit kelas B pendidikan sesuai akreditasi Dep. Kes. RI NO: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007. Pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi rumah sakit pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu

Penelitian dilakukan secara deskriptif, pada 1 Januari hingga 31 Desember 2013 dengan mengambil data daripada rekam medis. Berdasarkan teknik total sampling ditemukan sebanyak 137 sampel penderita diare pada balita di ruang rawat anak RSUD dr. Pirngadi Medan yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan yang berumur 0-5 tahun. Serta yang juga diteliti adalah Asi eksklusif, status gizi derajat dehidrasi.

5.1.3. Hasil Deskriptif Data

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 75 55.0

Perempuan 62 45.0


(37)

Berdasarkan tabel 5.1 didapatibahwa laki-laki mempunyai frekuensi sampel yang sedikit lebih tinggi berbanding perempuan yaitu 75 orang (55.0%) untuk laki-laki dan 62 orang (45.0%) untuk perempuan.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%) Umur

0 – 27 hari 0 0

28 hari – 1 tahun 57 42.0

1-5 tahun 80 58.0

Total 137 100

Berdasarkan tabel 5. 2 didapati bahwa umur sampel paling banyak adalah usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 80 orang (58.0%), sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 28 hari – 1 tahun yaitu sebanyak 57 orang (42.0%) dan tidak didapati umur kurang dari 27 hari.

Tabel 5.3 Distribusi Pemberian Asi Eksklusif

ASI Ekslusif Frekuensi (n) Persen (%)

Ya 55 40.0

Tidak 82 60.0

Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa lebih banyak sampel tidak mendapat asi eksklusif yaitu sebanyak 82 orang berbanding dengan 55 orang sampel yang mendapat asi eksklusif. Dari 55 orang sampel yang mendapatasi eksklusif ini, didapatkan bahwa bilangan perempuan lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan bilangan sampel laki-laki. Didapatkan juga bilangan anak


(38)

laki-laki yang tidak mendapat asi eksklusif adalah lebih tinggi berbanding anak perempuan yaitu dengan laki-laki sebanyak 48 orang dan 18 orang untuk perempuan.

Tabel 5.4 Status Gizi Sampel Penderita Diare Pada Anak Balita Status Gizi Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 50 36.0

Kurang 68 50.0

Buruk 19 14.0

Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 didapati bahwa sebanyak 68 orang (50.0%) mempunyai gizi kurang. 50 orang (36.0%) datang dengan gizi baik, dan 19 orang (14.0%) datang dengan gizi buruk.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Dehidrasi Jenis Dehidrasi Frekuensi (n) Persen (%) Tanpa Dehidrasi 32 23.0

Ringan – Sedang 82 60.0

Berat 23 17.0

Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa paling banyak sampel mengalami dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 82 orang dari 137 orang sampel. Sampel yang mengalami dehidrasi berat merupakan paling sedikit dengan 23 orang yang mengalaminya dari 137 orang sampel.


(39)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara mengkaji data dari rekam medis. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin

Dilihat dari jenis kelamin penderita, pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kasus diare pada anak balita yang terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki- laki yaitu sebesar 55.0%, diikuti dengan perempuan yaitu sebanyak 45.0%. Namun dari penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan jumlah kasus antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian Adisasmito yang mengemukakan bahwa jenis kelamin bukanlah salah satu dari faktor resiko untuk terkena diare akut pada anak balita (Adisasmito, 2007).

5.2.2. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut umur

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah dari 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 58.0%, dan kelompok umur 28 hari – 1 tahun sebanyak 42.0%. Sedangakan pada kelompok umur 0-27 hari tidak didapati kejadian diare. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Juffrie (2011), bahwa sebagian besar diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 sampai 11 bulan, pada saat diberikan pendamping ASI.

5.2.3. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut asi eksklusif

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar anak balita yang menderita tidak mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, yaitu sebesar 60.0% yang terdiri dari 82 orang. Sedangkan anak balita yang menderita diare dalam penelitian yang ada mendapatkan ASI eksklusif yaitu 40.0% terdiri dari 55 orang. Hasil ini sesuai dengan Hop yang di kutip Novianda (2011), hasil penelitian di Vietnam terlihat bahwa lamanya ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi


(40)

diare. Pada anak dengan ASI eksklusif kurang dari 3 bulan, diare muncul lebih awal dan prevalensinya lebih besar dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI eksklusif lebih dari 3 bulan. Pada anak yang mendapat ASI eksklusif, diare muncul lebih jarang dan bila terjadi diare mempunyai dampak negatif yang lebih sedikit pada status gizi si anak untuk kehilangan berat badan dan terganggu pertumbuhan linearnya lebih kecil.

5.2.4. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa anak balita yang mengalami diare paling banyak mempunyai status gizi yang kurang yaitu sebanyak 50.0%, diikuti dengan status gizi baik yaitu 36.0% dan akhirnya status gizi buruk yaitu sebanyak 14.o%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa anak dengan status gizi baik tetap juga bisa mengalami. Hal ini didukung dengan penelitian Simatupang di mana status gizi tidak termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita (Simatupang M., 2004). Diare dapat disebabkan oleh infeksi, virus, atau parasit, malabsorbsi makanan, keracunan makanan dan juga alergi (Harianto, 2004).

Keadaan gizi anak juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang mengakibatkan diare akut yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi.

(Depkes, 2005).

5.2.5 Jumlah kasus diare pada anak balita menurut derajat dehidrasi

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis dehidrasi yang paling banyak dialami oleh anak balita dengan diare akut ini adalah dehidrasi ringan-sedang yaitu sebesar 60%, diikuti dengan tanpa dehidrasi yaitu sebesar 23% dan sebagian kecil mengalami dehidrasi berat yaitu sebesar 17%.

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004).


(41)

Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi berat (Harianto, 2004).


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil penderita diare pada balita di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Jenis kelamin pada anak balita penderita diare didapatibahwa laki-laki mempunyai frekuensi sampel untuk laki-laki yaitu 75 orang (55.0%) dan 62 orang (45.0%) untuk perempuan.

b. Umur pada anak balita penderita diare didapati bahwaumur sampel paling banyak adalah usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 80 orang (58.0%), sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 28 hari – 1 tahun yaitu sebanyak 57 orang (42.0%) dan tidak didapati umur kurang dari 27 hari. c. Asi eksklusif didapati bahwa yang mendapatkan Asi eksklusif sebanyak

55 orang (40.0%), sedangkan yang tidak mendapatkan Asi eksklusif sebanyak 82 0rang (60.0%).

d. Status gizi didapati bahwa anak balita yang gizi baik sebanyak 50 orang (36.0%), gizi kurang sebanyak 68 orang (50.0%), dan gizi buruk sebanyak 19 orang (14.0%).

e. Derajat dehidrasi didapati bahwa anak balita penderita diare yang paling banyak mengalami dehidrasi ringan-sedang sebanyak 82 orang (60.0%), tanpa dehidrasi sebanyak 32 orang (23.0%), dan yang mengalami dehidrasi berat sebanyak 23 orang (17.0%).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita

Tetap memberikan ASI dan menyusui bayinya bila Asi dan jangan membuangnya. ASI sebaiknya diberikan selama 6 bulan pertama karena merupakan ASI eksklusif yang kaya dengan nutrisi dan imunitas yang penting bagi anak serta ASI bisa diberikan sehingga 2 tahun kepada anak. Ibu juga harus


(43)

diberi nasehat tentang cara memberikan cairan dan obat dirumah dan kapan harus membawa balita ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.

6.2.2. Bagi peneliti

Bagi peneliti dimasa akan datang dapat dilakukan dibeberapa lokasi dan dilakukan penelitian lebih dalam mengenai karakteristik dan profil penderita diare pada anak balita atau hubungan dengan status gizi.

6.2.3. Bagi petugas kesehatan

Tenaga kesehatan bisa mempertahankan dan meningkatkan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif, menurunkan angka kejadian diare yang tinggi pada anak balita, serta cara mengobservasi status gizi pada anak balita. Dalam pengukuran antropometri juga disarankan supaya panjang badan balita diambil supaya status gizi dapat diukur dengan menggunakan skala panjang badan sesuai berat badan anak (TB/BB).

6.2.4. Bagi masyarakat

Peningkatan upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya upaya peningkatan gizi balita, perawatan kesehatan dan pertumbuhan balita, penggunaan air bersih yang memenuhi syarat, penggunaan jamban keluarga yang memnuhi syarat, serta perilaku pencegahan yang dapat menghindari balita dari diare seperti pemberian Asi yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping Asi, membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W., 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Ahlquist D.A, and Camilleri M., 2005. Diarrhea and Constipation. In: Harrison’s Principles Of Internal Medicine 16th ed. USA: McGraw Hill. 224-233.

Ahmad., 2010. Profil Penderita Diare Pada Anak Balita Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah, Medan : FK USU.

Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta : EGC, 1354-1361.

Departemen Kesehatan RI,2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.

Hadi, S., 2002. Gastroenterologi. Bandung : Penerbit Alumni.

Harianto, 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Juffrie, M., 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit IDAI.


(45)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela, Data dan Informasi Kesehatan.

Kliegman R.M., Marcdante K.J., and Behrman R.E., 2006. Nelson Essentials of Pediatric. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Novianda, 2011. Determinan Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-6 Bulan Terhadap Pemberian Susu Formula di Kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2011. Skripsi, Medan : FKM USU.

Rudolph Abraham M., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol.2 Edisi 20. Jakarta: EGC.

Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.

WHO, 2009. Diarrhoea. Available from :

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html [ Accessed 20 April 2014 ]

Wong, L.D., Eaton, H.M., Wilson, D., Winkelstein, L.M., dan Schwart, P., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.


(46)

(47)

Distribusi frekuensi sampel berdasarkan umur Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 28hari-1tahun 57 41.6 41.6 41.6

1-5tahun 80 58.4 58.4 100.0

Total 137 100.0 100.0

Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 75 54.7 54.7 54.7

perempuan 62 45.3 45.3 100.0

Total 137 100.0 100.0

Distribusi frekuensisampelberdasarkanasieksklusif Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 55 40.1 40.1 40.1

tidak 82 59.9 59.9 100.0

Total 137 100.0 100.0

Distribusi frekuensi sampel berdasarkan status gizi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 50 36.5 36.5 36.5

kurang 68 49.6 49.6 86.1

buruk 19 13.9 13.9 100.0

Total 137 100.0 100.0


(48)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tanpadehidrasi 32 23.4 23.4 23.4

ringansedang 82 59.9 59.9 83.2

berat 23 16.8 16.8 100.0


(49)

DATA INDUK PASIEN

Umur Jenis Kelamin Asieksklusif Statusgizi

Derajat Dehidrasi

>1tahun perempuan tidak baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan ya baik ringansedang 28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun perempuan ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang >1tahun perempuan tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki ya buruk ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya baik ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak buruk ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk ringansedang 28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya buruk berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki ya baik ringansedang


(50)

28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun perempuan ya buruk ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan ya kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun perempuan ya kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun Laki-laki ya buruk tanpadehidrasi >1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya buruk tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki ya baik berat

>1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun perempuan ya kurang ringansedang >1tahun perempuan tidak buruk ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang berat

28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak kurang berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan ya kurang berat

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya baik berat

28hari-1tahun perempuan ya baik berat

28hari-1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki tidak baik berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang


(51)

>1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun perempuan tidak buruk ringansedang >1tahun perempuan tidak kurang berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki ya baik berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk ringansedang >1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan tidak buruk ringansedang >1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun perempuan ya kurang berat

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk berat

28hari-1tahun perempuan ya buruk ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan ya baik tanpadehidrasi 28hari-1tahun perempuan ya kurang ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak baik berat

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang 28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang 28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak buruk berat

>1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki ya buruk ringansedang >1tahun perempuan tidak kurang berat

>1tahun Laki-laki ya kurang berat


(52)

>1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun perempuan ya baik ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak kurang berat

>1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan ya kurang berat

>1tahun perempuan ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun perempuan tidak baik ringansedang >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak baik berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang >1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi >1tahun perempuan ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang >1tahun Laki-laki tidak kurang berat

>1tahun perempuan tidak baik ringansedang >1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi >1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang >1tahun perempuan ya kurang berat


(53)

(54)

(55)

(1)

28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

>1tahun perempuan ya buruk ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan ya kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

>1tahun perempuan ya kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang

>1tahun Laki-laki ya buruk tanpadehidrasi

>1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki ya buruk tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan ya baik ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki ya baik berat

>1tahun perempuan ya baik ringansedang

>1tahun perempuan ya kurang ringansedang

>1tahun perempuan tidak buruk ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang berat

28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak kurang berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan ya kurang berat

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki ya baik berat

28hari-1tahun perempuan ya baik berat

28hari-1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi

28hari-1tahun Laki-laki tidak baik berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang


(2)

>1tahun perempuan ya baik ringansedang

>1tahun perempuan tidak buruk ringansedang

>1tahun perempuan tidak kurang berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki ya baik berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk ringansedang

>1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan tidak buruk ringansedang

>1tahun perempuan ya baik ringansedang

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun perempuan ya kurang berat

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik berat

28hari-1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak buruk berat

28hari-1tahun perempuan ya buruk ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan ya baik tanpadehidrasi

28hari-1tahun perempuan ya kurang ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki ya kurang tanpadehidrasi

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak baik berat

28hari-1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

28hari-1tahun perempuan tidak baik ringansedang

28hari-1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki tidak buruk berat

>1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki ya buruk ringansedang

>1tahun perempuan tidak kurang berat

>1tahun Laki-laki ya kurang berat


(3)

>1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

>1tahun perempuan ya baik ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki tidak kurang berat

>1tahun Laki-laki tidak kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan ya kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan ya kurang berat

>1tahun perempuan ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang

>1tahun perempuan tidak baik ringansedang

>1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak baik berat

>1tahun perempuan tidak kurang ringansedang

>1tahun perempuan tidak kurang tanpadehidrasi

>1tahun perempuan ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki ya kurang ringansedang

>1tahun Laki-laki tidak kurang berat

>1tahun perempuan tidak baik ringansedang

>1tahun perempuan tidak baik tanpadehidrasi

>1tahun Laki-laki tidak baik ringansedang


(4)

(5)

(6)