Mengidentifikasi Makna Kata dan Makna Bentuk Lingual Lain

C. Mengidentifikasi Makna Kata dan Makna Bentuk Lingual Lain

Tujuan Pembelajaran

Anda diharapkan mampumembedakan kata-kata yang bersinonim, berantonim, berhomonim, berhomograf, berhomofon, berhiponim, berpolisemi, mengalami peyorasi, ameliorasi, perluasan dan penyempitan makna, serta menentukan makna asosiasi dan sinestesia.

158 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa

1. Membedakan Kata Bersinonim, Berantonim, Berhomonim, Berhomograf, Berhomofon, Berhiponim, dan Berpolisemi

a. Kata yang Bersinonim Suatu kata yang mempunyai makna yang sama dan dapat saling meng- gantikan disebut dengan sinonim. Contoh: benar = betul Contoh dalam kalimat: - Jawaban Anda benar. - Jawaban Anda betul. Kadang ada juga kata-kata yang awalnya bermakna sama, tetapi kemudian menjadi berbeda makna karena pengaruh makna konotasi yang terkandung dalam kata itu. Contoh: kata buruh, pegawai, karyawan. Kata-kata jenis ini termasuk kata bersinonim yang bernuansa.

b. Kata yang Berantonim Antonim maksudnya adalah kata yang berbeda atau berlawanan maknanya. Jenis-jenis kata antonim ini dapat dibedakan menjadi berikut ini.

1) Antonim kembar, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara dua kata. Contoh: hidup >< mati

2) Antonim majemuk, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara banyak kata.

Contoh: - Sepatu itu tidak merah. Oleh karenanya, kalimat itu mencakup pengertian bahwa sepatu itu putih, sepatu itu cokelat, dan sebagainya.

3) Antonim gradual, yaitu pertentangan dua kata dengan melibatkan beberapa tingkatan. Contoh: - Rumah itu sederhana.

Contoh kalimat di atas bisa bermakna: tidak mewah dan sangat sederhana.

4) Antonim hierarkis, yaitu pertentangan antara kata-kata yang maknanya berada dalam posisi bertingkat. Contoh: Januari-Februari-Maret, April, dan sebagainya.

5) Antonim relasional, yaitu pertentangan antara dua buah kata yang kehadirannya saling berhubungan.

Contoh: suami-istri

c. Kata Berhomonim Kata- kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna

yang berbeda disebut dengan kata berhomonim. Contoh: - kata genting Contoh dalam kalimat: - Karena terjadi kerusuhan, Kota Ambon dalam keadaan genting. (gawat) - Ayah sedang memperbaiki genting yang bocor. (atap)

Membangun Bangsa Melalui Pendidikan 159 Membangun Bangsa Melalui Pendidikan 159

e. Kata yang Berhomofon Kata-kata yang cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya berbeda sering disebut dengan homofon. Contoh: kata bang Contoh dalam kalimat: - Bang Yogi naik sepeda motor. - Ayah pergi ke bank untuk menyetor tabungan.

f. Kata yang Berhiponim Kata-kata yang mempunyai hubungan antara makna spesifik dan makna

generik. Contoh: - ayam, kucing, kelinci, kuda merupakan hiponim dari hewan - melati, mawar, anggrek, kenanga merupakan hiponim dari bunga

g. Kata yang Berpolisemi Dalam bahasa Indonesia, sering dijumpai kata-kata yang menanggung beban makna yang begitu banyak. Inilah yang disebut polisemi. Misalnya, kata kepala. Dari kata kepala ini dapat dijabarkan menjadi berikut ini.

1) Bagian atas suatu benda, contoh: kepala surat.

2) Sebagai kiasan atau ungkapan, contoh: kepala batu.

3) Berarti pemimpin, contoh: kepala negara.

2. Membedakan Kata yang Mengalami Peyorasi-Ameliorasi dan

Perluasan-Penyempitan Makna

Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalami perubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian, perendahan, dan sebagainya.

a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya.

Contoh: - kroni Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawan dari seorang penjahat.

160 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa 160 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa

- wanita Kata asalnya lebih rendah daripada perempuan, tetapi makna baru menjadi lebih tinggi daripada perempuan.

c. Perluasan Makna Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya. Contoh: kata ibu Makna asalnya berarti emak, sedangkan makna baru berarti setiap perempuan dewasa.

d. Penyempitan Makna Hal ini terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya. Contoh: kata sarjana Makna asalnya berarti cendekiawan, sedangkan makna bari berarti gelar dari lulusan sebuah universitas.

3. Menentukan Makna Asosiasi dan Sinestesia

Selain keempat perubahan makna kata yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi jenis perubahan makna kata yang lain, yaitu sebagai berikut.

a. Asosiasi, yaitu perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat Contoh: - kata amplop Makna kata asalnya berarti tempat untuk memberi uang, sedangkan makna baru berarti suap.

b. Sinestesia, yaitu perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan.

Contoh: - berwajah manis Makna asalnya berarti indra perasa, sedangkan makna baru berarti indra

penglihatan.

Membangun Bangsa Melalui Pendidikan 161