waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut. Tujuannya adalah untuk mengambil jarak dari masalah agar didapat jalan keluar yang bersifat jangka panjang dan
permanen.
Menurut WALHI, kebijakan moratorium logging yang dicetuskan oleh WALHI ini, cukup efektif untuk mengatasi fenomena penyusutan dan perusakan hutan Indonesia.
Oleh karena itu, WALHI menyerukan kepada pemerintah Indonesia agar segera memberlakukan kebijakan moratorium logging tersebut. Agar penyusutan dan kerusakan
hutan dalam skala massif dapat segera terhindari.
Dengan alasan untuk lebih memahami dan mendalami tentang peran WALHI dalam upaya mencegah laju penyusutan dan perusakan hutan di Indonesia melalui
pencetusan kebijakan moratorium logging tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkajinya lebih mendalam melalui penelitian skripsi ini.
I.2 Perumusan Masalah
Berangkat dari pemaparan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut: •
Bagaimanakah konsep dan tahapan-tahapan dari penerapan kebijakan moratorium logging yang dicetuskan oleh WALHI tersebut?
•
Apakah keuntungan dari diterapkannya kebijakan moratorium logging tersebut dan apakah kerugiannya apabila kebijakan moratorium logging
tersebut tidak segera diterapkan?
•
Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan WALHI dalam menyosialisasikan pencetusan kebijakan moratorium logging terhadap hutan Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
I.3 Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitian tentunya harus memiliki pembatasan masalah yang diteliti, agar ruang masalah yang diteliti tersebut tidak melebar dan meluas. Oleh karena
itu, dalam upaya memfokuskan permasalahan dalam penelitian skripsi ini, penulis mencoba membatasi penelitian ini pada ruang lingkup meneliti dan menganalisis tentang
konsep kebijakan moratorium logging dan peran WALHI dalam pencetusan kebijakan moratorium logging terhadap hutan Indonesia.
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dan adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan WALHI dalam
menyosialisasikan kebijakan moratorium logging terhadap hutan Indonesia tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah tahapan-tahapan dari penerapan kebijakan
moratorium logging tersebut. 3.
Untuk mengetahui apakah manfaat dari di terapkannya kebijakan moratorium logging bagi pelestarian hutan Indonesia.
4. Dan untuk mengetahui apakah kerugian yang akan muncul apabila kebijakan
moratorium logging tersebut tidak segera dilaksanakan.
I.5 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian, diharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu untuk peneliti itu sendiri dan terlebih lagi untuk masyarakat luas. Untuk itu, menurut penulis adapun
manfaat dari penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi penulis sendiri, tentunya penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis
dalam membuat ataupun menyusun sebuah karya ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri dalam membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini
juga dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang di teliti. 2.
Secara akademis, melalui penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian di bidang ilmu politik.
I. 6 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger teori adalah sebuah konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi yang mangandung suatu pandangan
yang sistematis dan fenomena.
30
30
M. Arif. Nasution, Metode Penelitian, Medan, Fisip USU Press, 2008 hal. 76
Penggunaan teori penting kiranya dalam menelaah suatu masalah atau fenomena yang terjadi sehingga fenomena tersebut dapat diterangkan secara
eksplisit dan sistematis. Dan adapun teori-teori yang dipakai dalam penelaahan penelitian ini adalah :
I.6.1 Demokrasi
Demokrasi adalah suatu sistem politik yang paling banyak dianut oleh Negara- negara di dunia saat sekarang ini. Banyak Negara-negara di dunia yang mengklaim bahwa
negaranya adalah penganut demokrasi, tetapi kenyataannya Negara tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai yang ada dalam demokrasi. Demokrasi secara etimologi berasal dari
kata Yunani, demos rakyat dan kratos pemerintahan atau bisa diartikan ‘pemerintahan oleh rakyat’. Ide demokrasi pertama sekali tercetus di kota Athena, Yunani yaitu sekitar
abad V SM.
Universitas Sumatera Utara
Mengacu dari pandangan Robert Dahl yang menyebutkan bahwa demokrasi adalah adanya hak yang sama dan tidak dibedakan antara rakyat yang satu dengan yang lainnya.
31
Demokrasi adalah sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat, artinya kedaulatan ada di tangan rakyat, atau kehendak rakyat merupakan faktor yang menentukan
dalam sistem pemerintahan negara. Untuk mewujudkan demokrasi, setidaknya ada dua perangkat yang harus ada dalam demokrasi tersebut, yakni perangkat keras hardware
dan perangkat lunak software. Hak tersebut diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterima semua pihak legitimate. Kemudian Dahl menyatakan bahwa demokrasi juga harus ditunjukkan dengan adanya partisipasi efektif
yang menunjukkan adanya proses dan kesempatan yang sama bagi rakyat untuk mengekspresikan preferensinya dalam keputusan-keputusan yang diambil. Untuk itu
diperlukan ruang yang memperkenankan publik untuk mengekspresikan kehendak- kehendaknya.
32
31
Muhamad Budairi, Masyarakat Sipil dan demokrasi, Yogyakarta : E-Law Indonesia, 2002, hal 49
32
Riant Nugroho dan Tri Hanurita S, Tantangan Indonesia, Solusi Pembangunan Politik Negara Berkembang, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2005, hal 18
Salah satu perangkat lunaknya adalah adanya kompetensi kecakapan yang harus dimiliki dari masyarakat dalam hal ini yang
direpresentasikan oleh LSMNGO yang menyuarakan aspirasi masyarakat dari bawah. Karena LSM sebagai wadah dari terbinanya Civil Society menjadi subordinasi dari
kekuasaan Negara atau pemerintah. LSM inilah yang nantinya akan menyampaikan aspirasi publik ke badan yang berwenang, seperti yang dikemukakan oleh Anderson
bahwa LSM sebagai Unofficial Participan dalam proses pembuatan kebijakan publik, seperti hal nya keberadaan LSM WALHI di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan WALHI merupakan salah satu representasi dari sistem demokrasi yang dikategorikan sebagai software dalam sistem demokrasi itu sendiri. WALHI
terbentuk melalui persamaan aspirasi masyarakat Indonesia yang khawatir akan kondisi lingkungan hidup di Indonesia. Melalui LSM WALHI ini, masyarakat dapat menggunakan
kedaulatan nya yang diakui dalam sistem demokrasi. Penggunaan kedaulatan itu dapat diwujudkan dengan melakukan penekanan ataupun advokasi tehadap Pemerintah, agar
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menyelamatkan lingkungan hidup di Indonesia.
Bila dikaitkan dengan pandangan Robert Dahl tadi, jelas negara harus membuka ruang-ruang publik bagi rakyatnya untuk mewujudkan kedaulatannya, disinilah apa yang
dimaksud dengan ruang masyarakat sipil civil society, dan disini jugalah letak adanya kompetensi dari masyarakat, jadi dengan adanya demokrasi maka civil society akan
terbentuk.
I.6.2 Masyarakat Sipil Civil Society
Konsep masyarakat sipil berasal dari sejarah peradaban Barat. Ditempat asalnya, Eropa Barat, konsep ini sudah tidak banyak dibicarakan. Masayarakat sipil kembali
mengemuka ketika gerakan solidaritas di Polandia pimpinan Lech Walesa melancarkan perlawanan terhadap dominasi pemerintahan Jenderal Jeruzelski. Dalam perlawanan
tersebut, solidaritas memakai masyarakat sipil sebagai dasar sekaligus arah perjuangan dengan tekanan utama pada perlawanan terhadap otoritarianisme Negara. Pola yang
dipakai solidaritas ini menjalar kebeberapa Negara Eropa Timur Lain, seperti bekas Chekoslovakia, seiring dengan runtuhnya rezim komunis di Uni Soviet. Keberhasilan dari
Universitas Sumatera Utara
gerakan-gerakan tersebut kemudian menjadi pemicu ramainya perbincangan masyarkat sipil diberbagai belahan dunia, termasuk Amerika Utara dan Eropa Barat sendiri.
33
Pengertian lainnya dari masyarakat sipil adalah kemampuan untuk hidup bersama secara umum dan kebiasaan berkumpul itu menggalakkan ketertiban masyarakat dalam
tindakan didalam sebuah kegiatan politik yang demokratik. Ini dikemukakan oleh Adam Ferguson dipertengahan abad ke 18 dengan latar belakang kemunculan masyarakat
kapitalisme yang mengalami pengikisan dari segi tanggung jawab sosial dan berkembangnya pengaruh individualisme. Dengan itu Ferguson mengibaratkan
masyarakat sipil sebagai masyarakat yang hidup dengan ciri-ciri solidaritas yang kuat, bermoral tinggi dan sebagainya.
Konsep masyarakat sipil digunakan sebagai konsep deskriptif untuk menilai keseimbangan antara kuasa Negara dan persatuan atau badan privat. Bagi tradisi liberal,
masyarakat sipil yang sehat dan kuat merupakan ciri penting dari demokrasi liberal dan liberal klasik khususnya memiliki panduan moral dari masyarkat sipil terhadap negara
yang diterjemahkan melalui keinginan untuk meminimalkan ruang kuasa Negara dan memaksimalkan ruang privat, kelompok-kelompok relawan, pergerakan sosial, media
massa, dan institusi diluar kerajaan yang dapat berfungsi tanpa pengawasan Negara.
Dalam penggunaan tradisionalnya, istilah masyarakat sipil adalah transliterasi literal dari kata Romawi, societas civilis. Masyarakat sipil adalah arena bagi warga yang
aktif secara politik. Ia juga memuat arti masyarakat beradab civilized , masyarakat yang menata aturan-aturannya berdasarkan sistem hukum, bukan berdasarkan seorang despot.
34
33
Hendro Prasetyo, dkk, Islam dan Civil Society, Pandangan Muslim Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 1-2
34
Munafrizal Manan, Gerakan Rakyat Melawan Elite, Yogyakarta : Resist Book, 2005, hal 25
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Ernest Gellnerr memberi pengertian bahwa masyarakat sipil sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai institusi non pemerintah yang cukup kuat
mengimbangi negara. Walaupun tidak menghalangi negara dalam memenuhi dan dan melaksanakan perannya sebagai penjaga keamanan dan keselamatan serta bertindak
sebagai hakim antara negara dan rakyat. Masyarakat sipil tetap dapat menghalangi usaha- usaha negara dalam mendominasi warganya. Gerakan masyarakat sipil dikenal sebagai
wadah penyaluran aspirasi rakyat dalam berbagai kegiatan seperti politik, sosial dan ekonomi disamping mampu memberi kepada hubungan negara dan rakyat.
35
Dengan demikian masyarakat sipil bukanlah entitas sosial yang terdiri dari kumpulan manusia. Ia juga bukan manifetasi dari sistem komunal yang dikenal luas dalam
masyarakat tradisional. Masyarakat sipil merupakan ruang publik yang berisikan manusia sebagai individu-individu dengan segala atribut intrinsiknya. Oleh karena itu, masyarakat
sipil memiliki karakteristik yang juga terdapat dalam konsep manusia sebagai individu. Jika individu merupakan ruang pribadi, masyarakat sipil merupakan ruang publik. Karena
itu, didalam masyarakat sipil juga harus terdapat kebebasan, kesederajatan dan nilai-nilai yang terkait seperti otonomi, kesukarelaan atau keseimbangan. Ciri-ciri tersebut harus
terwujud dalam gerak anggota yang ada didalam maupun dalam relasi masyarakat sipil dengan masyarakat sipil lainnya dan bahkan dalam hubungannya dengan negara.
36
Kelompok penekan merupakan kelompok yang dapat mempengaruhi segala kebijakan didalam setiap pemerinatahan. Kelompok penekan hanya melancarkan pengaruh
kepada atas mereka yang sedang berkuasa, memberikan tekanan atas orang-orang tersebut.
1.6.3 Kelompok Penekan Pressure Groups
35
Anwar Ibrahim, Masyarakat Madani vs Masyarakat Sipil, http:syaitan wordpress.com. diakses pada tanggal 6 Mei 2009
36
Hendro Prasetyo, Op Cit, hal 5
Universitas Sumatera Utara
Itulah sebabnya mereka dinamakan kelompok penekan. Kelompok penekan mewakili suatu jumlah yang terbatas yang mempunyai kepentikangan khusus. Orang yang masuk
dalam kelompok ini sebagai pekerja, sebagai seorang Agamawan, sebagai penentang bom atom, sebagai anak muda dan sebagai apa saja yang ada dikelompoknya, bukan hanya ia
sebagai seorang warga negara. Dengan demikian kelompok penekan mempunyai sifat organisasi ”kooperarif” dalam arti yang sudah lumrah seperti sekarang ini.
Eksistensi kelompok penekan untuk mempengaruhi kekuasaan, sementara mereka sendiri tidak terlibat didalamnya. Mereka melancarkan tekanan-tekanan atas kekuasaan
yang sedang berjalan dari sinilah asal mula nama Pressure Groups yang diperkenalkan di Perancis pada tahun 1962 dari ungkapan Amerika Pressure Groups. Kelompok penekan
ini berusaha mempengaruhi orang-orang yang memegang dan menjalankan kekuasaan, bukan untuk menempatkan orang-orang mereka sendiri dalam posisi yang memegang
kekuasaan. Tetapi, kelompok-kelompok penekan tertentu sebenarnya mempunyai wakil- wakil mereka dipemerintahan dan dibadan-badan legislatif, tetapi hubungan antara para
individu-individu tersebut dengan kelompok yang mereka wakili masih sangat rahasia atau hati-hati.
37
Suatu kelompok penekan itu bersifat eksklusif istimewa ; lain dari yang lain bila ia hanya menyangkut soal mengambil tindakan dalam bidang politik saja, dengan
memberikan tekanan atas kekuasaan politik. Yaitu organisasi-organisasi yang mengadakan campur tangan dengan pekerjaan-pekerjaan para senator dan anggota-anggota kongres,
dengan anggota kabinet dan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan lainnya. Sebaliknya
I.6.3.1 Penentuan Kelompok Penekan a. Kelompok Eksklusif dan Kelompok Parsial
37
Maurice Duverger., Partai Politik dan Kelompok Penekan, Yogyakarta : Bina Aksara, 1984, hal. 119
Universitas Sumatera Utara
sebuah kelompok penekan dikatakan Parsial, apabila kegiatan politik hanyalah merupakan salah satu bagian saja dari aktivitasnya, bila kelompok ini mempunyai alasan-alasan lain
untuk eksistensinya dan mempunyai rencana tindakan lain maka dapat melakukan suatu gerakan besar seperti turun ke jalan-jalan. Artinya disini, kelompok manapun atau
organisasi apapun dapat saja terjangkit untuk melancarkan tekanan politiknya pada suatu ketika dalam masa-masa rangkaian aktivitasnya. Gereja pun masuk dalam kategori ini
karena gereja ikut menyampuri masalah otoritas, demikian juga persatuan para filosof, kelompok budaya dan intelektual. Dalam prakteknya, perbedaan antara kedua macam
kelompok tersebut tidaklah mudah untuk diselidiki.
b. Kelompok Resmi dan Kelompok Swasta
Terdapat dua jenis kelompok resmi. Pertama, badan-badan resmi pemerintahan yang bertindak sebagai kelompok penekan untuk membela kepentingan-kepentingan
badan yang diwakilinya. Kedua, terdiri atas pejabat-pejabat pemerintahan yang membentuk suatu persaudaraan diantara mereka yang berlangsung secara rahasia, yang
merencanakan untuk membentuk monopoli pos-pos jabatan tertinggi dalam administrasi negara, sehingga keberadaannya dapat menimbulkan pengaruh yang besar.
Berbeda dengan kelompok resmi, kelompok swasta ini cenderung didirikan sebagai perpanjangan tangan pihak asing agar dapat ikut terlibat dalam perputaran
ekonomi, politik atau sub kehidupan lain di suatu negara yang ditunjuk. Tekanan-tekanan yang datang dari kelompok asing juga menciptakan suatu ketergantungan yang sifatnya de
facto. Tetapi ketergantungan itu bukanlah antara pemerintahan yang satu dengan pemerintahan yang lain melainkan ketergantungan suatu pemerintahan asing pada suatu
organisasi swasta. Pemerintahan asing tersebut yang kemudian menyediakan dana operasional, program kerja, training dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
I.6.3.2 Berbagai Jenis Kelompok Penekan
Orgnanisasi-Organisasi Profesional
Merupakan organisasi yang kegiataanya didasarkan pada kemampuan ahli ataupun aktivitas tertentu.
Organisasi Pertanian Farm Organization
Organisasi para petani merupakan kelompok penekan massa, kecuali untuk sekelompok tuan tanah atau asosiasi profesional pada tingkat yang lebih tinggi.
Organisasi Para Pekerja
Mereka berkembang akibat dari industrialisasi dan diikuti oleh pembentukan kaum proletariat. Dalam masyarakat yang sangat maju, telah mendorong pekerja industri
menjadi golongan minorotas. Dari seluruh jenis kelompok penekan, organisasi buruh inilah yang paling banyak massa pendukungnya.
Organisasi Lingkungan dan Sumber Daya
Maraknya isu tentang global warming menjadikan masyarakat dunia mulai peduli kepada lingkungan tempat tinggalnya.
I.6.3.3 Kelompok-Kelompok Penekan Lainnya
Organisasi Politik Yang Khusus
Organisasi yang didirikan diarahkan ke tujuan politik yang khusus, seperti membatalkan penggunaan bom atom di luar hukum, perlucutan senjata,
memelihara perdamaian dunia, menentang diskriminasi RAS, reformasi di bidang agraria, subsidi untuk sekolah-sekolah , dan sebagainya.
Kelompok-Kelompok Intelektual
Universitas Sumatera Utara
Mencakup persatuan pegawai pemerintahan, para insinyur, akademisi universitas, , mahasiswa, dan sebagainya.
Asosiasi Veteran
Kelompok ini mempunyai sifat ganda. Yakni membela kepentingannya sendiri Misalnya dana pensiun, tujangan kesehatan dan juga kepentingan sebagai
kelompok ideologi.
Gerakan Pemuda Merupakan gerakan perpaduan antara beberapa aliansi di kalangan mahasiswa. Isu
yang dibahas seputar kebijakan pemerintah terhadap publik.
Gerakan Wanita dan Organisasi Keluarga Gerakan ini berlangsung diseputar masalah membela eksistensi kampung
minoritas, masalah alkoholisme, gender, pendidikan kewarganegaraan, seks dan sebagainya.
Kelompok Ideologi dan Agama
Membela kepentingan-kepentingan ideologi tertentu dan juga masalah moralitas generasi muda, free seks, pornografi dan pornoaksi dan sebagainya.
Bila dikorelasikan semua ciri-ciri kelompok penekan seperti yang disebut dari uraian teori kelompok penekan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwasannya WALHI
juga merupakan salah satu bagian dari kelompok penekan. Hal ini dapat dilihat dari peran WALHI dalam mempengaruhi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
WALHI cenderung akan melakukan upaya-upaya penekanan terhadap pemerintah untuk mempengaruhi setiap kebijakan-kebijakannya dalam mengelola lingkungan hidup di
Indonesia yang apabila kebijakan tersebut dirasa akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup Indonesia. Agar kebijakan tersebut tidak menjadi polemik dan tidak
Universitas Sumatera Utara
hanya menguntungkan pihak tertentu dan sesuai dengan keinginan rakyat. Berdasarkan klasifikasi dari berbagai jenis kelompok penekan tersebut diatas, maka WALHI
merupakan salah satu kelompok penekan dengan jenis Organisasi Lingkungan dan Sumber Daya.
I.6.4 Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam kegiatan akademis, atau dalam kuliah-kuliah ilmu politik. Pada
dasarnya, terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik public policy dalam literatur ilmu politik. Masing-masing definisi
tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing- masing ahli mempunyai latar belakang pemikiran yang berbeda-beda.
Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone. Menurut Robert Eyestone kebijakan publik adalah hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya.
38
Namun konsep yang ditawarkan Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti. Karena, apa yang dimaksud dengan kebijakan publik
seharusnya dapat mencakup banyak hal. Adalagi definisi kebijakan publik yaitu di kemukan oleh Thomas R. Dye. Ia mengatakan bahwasannya kebijakan publik adalah
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.
39
38
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta : Media Pressindo, 2004, hal. 15
39
Ibid
Walau batasan definisi yang diberikan oleh Thomas R. Dye ini agak tepat, namun batasan ini
tidak cukup memberi pembedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Definisi kebijakan pubilk yang lainnya yaitu diberikan oleh James Anderson. Menurut Anderson, kebijakan publik adalah merupakan suatu arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan.
40
Menurut James Anderson, sifat kebijakan publik terbagi dalam beberapa kategori yaitu : seperti policy demands tuntutan-tuntutan kebijakan, policy decisions keputusan-
keputusan kebijakan, policy statements pernyataan-pernyataan kebijakan, policy outputs hasil-hasil kebijakan, dan outcomes dampak-dampak kebijakan.
Menurut James Anderson, kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah. Definisi kebijakan publik yang diberikan James Anderson diatas, memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan apa yang diusulkan atau yang
dimaksudkan.
I.6.4.1 Sifat-sifat Kebijakan Publik
41
Sementara itu, policy decisions didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan
Policy demands adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik.
Tuntutan-tuntutan itu berupa desakan agar pejabat-pejabat pemerintah mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan mengenai suatu masalah tertentu. Biasanya
tuntutan-tuntutan ini diajukan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat dan mungkin berkisar antara desakan secara umum bahwa pemerintah harus berbuat sesuatu sampai
usulan agar pemerintah mengambil tindakan mengenai suatu persoalan.
40
Ibid, hal.16
41
Ibid, hal.19
Universitas Sumatera Utara
substansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Termasuk dalam kegiatan ini adalah menetapkan undang-undang, memberikan perintah-perintah eksekutif atau pernyataan-
pernyataan resmi, dan mengumumkan peraturan-peraturan administratif.
Sedangkan policy statements adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi- artikulasi kebijakan publik. Yang termasuk dalam kategori ini adalah undang-undang
legislatif, perintah-perintah dan dekrit presiden, maupun pernyataan-pernyataan atau pidato-pidato pejabat-pejabat pemerintah yang menunjukkan maksud dan tujuan
pemerintah dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Lalu policy outputs lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik, hal-
hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan. Dalam hal ini lebih difokuskan pada masalah-masalah seperti pembayaran
pajak, pembangunan jalan-jalan raya, penghilangan hambatan-hamabatan perdagangan, maupun pemberantasan usaha-usaha penyelundupan barang. Dan yang terakhir adalah
outcomes. Outcomes ini lebih merujuk kepada akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya
tindakan pemerintah.
I.6.4.2 Tahapan-tahapan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang sangat kompleks. Karena, melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa
ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik, membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini
adalah untuk memudahkan kita didalam mengkaji kebijakan publik.
42
42
Charles Lindblom, Proses Penetapan Kebijakan Publik, Jakarta : Airlangga, 1996, hal. 3
Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik, William Dunn mengemukakan bahwa ada
Universitas Sumatera Utara
beberapa tahap analisis yang harus dilakukan yaitu agenda setting penetapan agenda kebijakan, policy formulation formulasi kebijakan, policy adoption adopsi kebijakan,
policy implementation implementasi kebijakan, dan policy assasment evaluasi kebijakan.
43
Policy Formulation
Adapun tahapan-tahapan tersebut digambarkan oleh William Dunn sebagai berikut :
Agenda Setting
Policy Adoption
Policy Implementation
Policy Assasment
Gambar I.1 Skema Tahapan-Tahapan Kebijakan Publik
Adapun tahapan-tahapan dari proses kebijakan publik tersebut diatas dijelaskan sebagai berikut :
1. Agenda Setting
Tahap penetapan agenda kebijakan ini, yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan masalah publik yang akan dipecahkan. Pada hakekatnya permasalahan
43
Hessel Nogi S Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, : Konsep, Strategis, dan Kasus, Yogyakarta : Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia YPAPI, 2003, hal. 7-8
Universitas Sumatera Utara
ditemukan melalui proses problem structuring. Menurut William Dunn problem structuring memiliki 4 fase yaitu : pencarian masalah problem search, pendefinisian
masalah problem definition, spesisfikasi masalah problem spesification, dan pengenalan masalah problem setting.
44
2. Policy Formulation
Sedangkan teknik yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah adalah analisis batasan masalah, analisis klarifikasi, analisis hirarki
dan brainstroming, analisis multi perspektif, analisis asumsional serta pemetaan argumentasi.
Pada tahap formulasi kebijakan ini, para analis harus mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prosedur forecasting untuk
memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih. Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing
untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah
terbaik.
3. Policy Adoption
44
Ibid, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang telibat. Tahap ini dilakukan setelah
melalui proses rekomendasi dengan langkah-langkah sebagai berikut
45
a. Mengidentifikasikan altenatif kebijakan policy alternative yang dilakukan
pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan langkah terbaik dalam upaya mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan
masyarakat luas. :
b. Pengidentifikasian kriteria-kriteria tertentu dan terpilih untuk menilai alternatif
yang akan direkomendasi.
c. Mengevaluasi altenatif-alternatif tersebut dengan menggunakan kriteria-kriteria