4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber pada faktor sumberdaya manusia, sistem dan prosedur organisasi. Termasuk
dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan
organisasi. Menurut Kaplan dan Norton 1996, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari tiga prinsip, yaitu :
a. Kemampuan Pekerja. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang
dimiliki oleh perusahaan telah menyebabkan perusahaan dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada
pekerjanya untuk lebih meningkatkan efesiensi dalam mencapai tujuan perusahaan. Tolak ukur yang dapat digunakan adalah
tingkat kepuasan pekerja, tingkat perputaran tenaga kerja, besarnya pendapatan perusahaan per karyawan dan nilai tambah
dari tiap karyawan. b.
Kemampuan Sistem Informasi SI, ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka
waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. c.
Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran. Agar dapat menciptakan motivasi karyawan diperlukan iklim organisasi
yang mampu menciptakan informasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Aspek keberhasilan ini dapat dilihat dari
jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk
mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahan.
2.5.2. Keunggulan BSC
Menurut Mulyadi 2001, BSC sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki empat keunggulan, yaitu :
1. Komprehensif. BSC mencakup perspektif nonkeuangan seperti
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran. BSC mengarahkan perusahaan ke dalam sarana-
sarana strategik dalam ketiga perspektif menjadi penyebab utama dihasilkannya kinerja keuangan.
2. Koheren. Adanya hubungan sebab akibat antara keluaran yang
dihasilkan sistem perumusan strategi dan keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik.
3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
4. Terukur, merupakan keterukuran perspektif pelanggan, proses
bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pratama 2006 melakukan penelitian dengan judul Analisa Manajemen Strategis dengan Pendekatan Balanced Scorecard BSC pada
Perum Perhutani, Jakarta. Penelitian ini merumuskan sasaran strategik dan indikator hasil kinerja perusahaan dan merancang metode pengukuran
kinerja perum perhutani berdasarkan pendekatan empat pendekatan BSC. Siti Choeriah 2008 melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja
pada PT Bank Negara Indonesia Persero, Tbk Cabang Bogor dengan pendekatan BSC. Salah satu tujuan penelitian ini adalah mengukur
pencapaian kinerja PT BNI Persero, Tbk Cabang Bogor pada tahun 2007 dengan pendekatan BSC. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja
BNI Cabang Bogor pada tahun 2007 termasuk dalam kategori baik dengan total skor kinerja dari seluruh perspektif, yaitu 84,63. Perspektif pelanggan
memberikan kontribusi terbesar 34,98, menyusul perspektif keuangan 29,7. Sedangkan untuk proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan hanya memberikan kontribusi masing-masing 8,8 dan 11,15. Pencapaian target terendah pada perspektif proses bisnis internal
yang hanya mencapai 70,25. Hal ini menunjukkan BNI Cabang Bogor harus lebih memperhatikan proses operasi yang berjalan di perusahaan,
terutama terkait dengan efisiensi waktu tunggu atau antrian.