Gempa Bumi Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pemasaran

kerja yang dapat diserap atau lebih-lebih yang dibangun bersifat padat karya 3 Apabila barang yang dihasilkan Negara Indonesia sudah memenuhi standart eksport, maka akan meningkatkan devisa Negara. 4 Dengan adanya industri dapat meningkatkan pendapatan perkapita. 5 Adanya industri secara tidak langsung dapat ikut serta mendukung pembangunan nasional di bidang ekonomi terutama sektor industri

6. Gempa Bumi

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami cobaan yang datang silih berganti. Diantaranya adalah ancaman letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan yang sangat memprihatinkan adalah bencana gempa bumi pada Mei 2006 lalu, yang berkekuatan 5,9 skala richter. Jaringan infrastruktur seperti gedung, sekolah, rumah dan fasilitas umum lain roboh, bahkan rata dengan tanah hingga tidak dapat dihuni lagi. Kegiatan sektor perekonomian, pendidikan, perdagangan, pariwisata dan aktivitas lain menjadi terganggu dan tidak berjalan normal seperti biasanya. Menurut Yusman Hestiyanto 2002 : 117 mendefinisikan gempa bumi adalah “Getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama yang berasal dari dalam lapisan-lapisan bumi”. Gempa bumi merupakan aktivitas lempeng tektonik yang sering terjadi. Jika semua guncangan , mulai dari yang lemah sampai yang keras dihitung, gempa bumi terjadi sekitar sejuta kali setiap tahun. Secara umum gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: gempa tektonis, gempa vulkanis, dan gempa runtuhan. a. Gempa Tektonis Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh proses tektonik, yaitu gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi secara tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergeseran. Menurut teori lempeng tektonik, pusat gempa tektonis terdapat di zona subduksi yaitu pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng samudera. Pinggir depan lempeng samudera masuk ke bawah lempeng benua. b. Gempa Vulkanis Gempa vulkanis adalah gempa yang disebabkan oleh adanya letusan atau retakan yang terjadi di dalam struktur gunung berapi. Gempa vulkanis terjadi karena magma atau betuan yang meleleh menerobos ke atas kerak bumi. Gempa bumi vulkanis sangat terasa di daerah sekitar gunung berapi, tetapi pengaruhnya tidak terasa pada daerah yang cukup jauh. Hal itu disebabkan intensitas gempa bumi vulkanis berkisar dari lemah sampai sedang. c. Gempa Runtuhan Terjadinya gempa runtuhan antara lain disebabkan oleh adanya longsoran massa batuan, misalnya dari lereng gunung atau dari atas atau sisi gua, dan adanya tanah ambles. Intensitas gempa runtuhan sangat kecil sehingga tidak terasa pada jarak yang jauh. Gempa runtuhan juga disebut gempa terban. Berdasarkan berita dalam httpm.s.wikipedia.orgwikigempabumi. gempa bumi didefinisikan sebagai “Getaran yang terjadi di permukaan bumi”. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi lempeng bumi. Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gerakan kerak bumi menyebabkan adanya gelombang gempa bumi dengan intensitas dari yang sangat lemah sampai sangat kuat. Gerakan kerak bumi yang lemah sulit untuk dirasakan. Adanya gerakan itu baru dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukur gerakan yang peka, yakni seismograf. Seismograf dapat mencatat getaran-getaran dan gerakan gelombang gempa bumi serta dapat digunakan untuk menunjukan pusat terjadinya gempa. Dalam kejadian gempa, guncangan yang pertama kali kita rasakan, pada dasarnya adalah gelombang primer yang longitudinal. Sementara gelombang sekunder sering dikenal sebagai gelombang susulan. Getaran gelombang sekunder biasanya lebih kecil daripada gelombang primer. Gempa-gempa susulan intensitasnya selalu lebih kecil dari gempa utama. Hal ini disebabkan karena jalannya yang lambat, dan alam perjalanan sudah mengalami banyak hambatan. Sumber gempa dapat berada di jalur-jalur perbatasan antara dua lempeng litosfera yang saling bertemu, atau saling bergesekan. Di selatan Jawa terdapat batas interaksi antara lempeng India – Australia yang mendesak ke utara lempeng Eurosia. Desakan lempeng ini yang selanjutnya menghasilkan tataan geologis yang kompleks, antara lain menciptakan zona-zona lemah yang jika bergeser menimbulkan sesar. Sesar-sesar ini bila bergerak dapat menimbulkan gempa. Terkait dengan ancaman gempa bumi, sebenarnya yang paling penting adalah memahami siklusitasnya, yakni kapan peristiwa gempa akan terulang lagi. Gempa-gempa katastofi di Indonesia bagian barat pada umumnya menunjukan siklus antara 20 tahunan hingga 100 tahunan. Gempa besar di Yogyakarta pernah terjadi pada tahun 1923, bearti sudah sekitar 80 tahun yang lalu. Diperkirakan gempa di Yogyakarta berasal dari suatu sesar lama yang teraktifkan kembali. Pengaktifan kembali sesar tersebut, tidak terlepas dari adanya dorongan tenaga tektonik interaksi antara lempeng India – Australia dan lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Terdapat perbedaan antara gempa di laut dan di darat, sedangkan bumi terdiri dari lempengan-lempengan. Ada lempengan Samudera, terdapat juga lempengan Benua. Indonesia terletak di lempengan Eurasia, di selatannya ada lempengan Australia dan di utara ada lempengan Pasifik. Lempengan tersebut saling menghujam dan saling bertubrukan dan petemuan lempeng tersebut berada di laut. Pertemuan lempeng tersebut dapat menimbulkan gempa yang cukup besar, tetapi biasanya jauh berada di bawah tanah. Semakin jauh dari pertemuan lempengan semakin dalam pada letak pusat gempa di permukaan tanah.

B. Kerangka Pemikiran