10
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa
dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif
sintifik, dan abstrak reflektif. a
Pemikiran Deduktif Hipotesis Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik
dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasanargumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil
kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real.
Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan
remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak. b
Pemikiran Induktif Sintifik Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan
sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama. c
Pemikiran Abstraksi Reflektif Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai
abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak disimpulkan dari pengalaman.
b. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajarai hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan
continuum konkret-abstrak
dan kaitannya
dengan penggunaan
media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film
iconic
11 representation of experiment
kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata
symbolic representation
. Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, bahwa sebenarnya nilai
dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling
abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kmeudian menuju siswa sebagai
pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat
kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman
cone of experience
.
Gambar 2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan materi pelajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk
menghindari verbalisme yang masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale.
Kerucut pengalaman menjadi acuan secara luas untuk menentukan alat bantu atau media pembelajaran apa yang sesuai agar siswa memperoleh
pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh
12
Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari,
proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret media pembelajaran yang
digunakan siswa dalam proses pembelajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya
semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa.
Efektifitas penggunaan media pembelajaran bukan ditentukan oleh seberapa canggih dan modernnya alat yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, melainkan kesesuaian media tersebut dengan materi pelajaran yang diajarkan. Sangat dimungkinkan guru mengajar tanpa bantuan media
pembelajaran, karena materi yang disajikan adalah materi atau konsep yang sederhana dan tidak terlalu abstrak. Sehingga cukup dengan memberi penjelasan
secara verbal saja materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan baik.
3. Landasan Teknologis