Tidak diijinkan adanya penurunan settlement tiang yang dapat merusak struktur tower di area switchyard pada jangka waktu yang lama.
Keadaan tanah yang berada pada pinggir pantai yang umumnya sedikit kurang stabil, sehingga diperlukan faktor keamanan yang besar pada saat perencanaan.
2.4. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:
a. Pondasi sumuran pier foundation yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondsi tiang Gambar 2.1d, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana
pondasi sumuran DfB 4 sedangkan pondasi dangkal DfB ≤ 1, kedalaman
Df dan lebar B. b.
Pondasi tiang pile foundation, digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah
kerasnya terletak pada kedalaman yang sangat dalam Gambar 2.1e. Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang
dibanding dengan pondasi sumuran Bowles, 1991
Gambar 2.1 Macam-macam tipe pondasi dalam : a Pondasi sumuran, b Pondasi tiang Hardiyatmo, 1996
a b
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang berdasarkan pemakaian bahan beton dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
2.5.1. Pondasi tiang pancang beton
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton. Tiang pancang ini dapat dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya Bowles, 1991 yaitu:
a. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton bekisting yang setelah cukup keras kemudian
diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus
diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced
Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tiang pancang beton precast concrete pile Bowles, 1991 b.
Precast Prestressed Concrete Pile Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang beton
yang dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti pembuatan beton prestess, yaitu dengan menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah beton mengeras
seperti dalam Gambar 2.3. Untuk tiang pancang jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan
langsung sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile Bowles, 1991
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara membuat lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada
Cast in Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas. 2
Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
2.5.2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu :
A. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam acuan beton bekisting, kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari : 1.
Cara penumbukan, dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penumbukan oleh alat penumbuk hammer.
2. Cara penggetaran, dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah
dengan cara penggetaran oleh alat penggetar vibrator. 3.
Cara penanaman, dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun
lagi dengan tanah.
B. Tiang yang dicor ditempat cast in place pile
Tiang yang dicor ditempat cast in place pile ini menurut teknik penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas, yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian
pipa baja tersebut dicor dengan beton.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara penggalian, cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang
digunakan antara lain : a.
Penggalian dengan tenaga manusia, penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah penggalian lubang pondasi yang masih sangat
sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada
kedalaman tertentu. b.
Penggalian dengan tenaga mesin, penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga
mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.
2.6. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul hammer mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang
hanya dijatuhkan.
A. Pemukul Jatuh drop hammer
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian
alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
Universitas Sumatera Utara
B. Pemukul Aksi Tunggal single-acting hammer
Pemukul aksi tunggal berbentung memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh
beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh Gambar 2.4a.
a b
Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : a Pemukul aksi tunggal single acting hammer, b Pemukul aksi double double acting hammer.
C. Pemukul Aksi Double double-acting hammer
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya Gambar 2.4b. Kecepatan pukulan dan
energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
D. Pemukul Diesel diesel hammer
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan
bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan Gambar2.4c.
Universitas Sumatera Utara
c d
Gambar 2.4 c Pemukul diesel diesel hammer, d Pemukul getar vibratory hammer Hardiyatmo, 2002
E. Pemukul Getar vibratory hammer
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi dan dapat dilihat pada Gambar 2.4d.
2.7. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu,
biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dipancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan tiang pancang harus diangkat dengan hati-hati guna menghindari
retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir final set.
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan. 5.
Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok. 6.
Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras
yang diharapkan belum tercapai. Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama. b.
Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu. c.
Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat 7.
Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama.
B. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok
titik pancang yang telah ditentukan. 2.
Tiang di angkat dan didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
3. Ujung bawah tiang didudukkan tepat diatas patok pancang yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil
diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada
dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
5. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
kontinyu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
C. Metode pengangkatan tiang pancang
1. Pengangkatan tiang untuk disusun dengan dua tumpuan
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya dilaksanakan pada saat penyusunan tiang pancang. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat
dari kepala tiang adalah 15 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat
tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah
dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh
gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
D i a g r a m M o m e n D i a g r a m L i n t a n g
+ +
+ -
-
K e p a l a t i a n g
p e r m u k a a n t a n a h u j u n g t i a n g
K a b e l b a j a p e n g a n k a t
1 3
L
2 3
L
Gamb ar 2.5 Pengangkatan Tiang Dengan Dua tumpuan
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah
ditentukan di lapangan.
Gambar 2.6 Pengangkatan Tiang Dengan Satu Tumpuan
Universitas Sumatera Utara
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L3. Untuk mendapatkan
jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter. 3.
Final set Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
a b
c Gambar 2.7 Urutan pemancangan : a Pemancangan tiang, b Penyambungan tiang,
c Calenderingfinal set
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test CPT seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes
yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir
ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang pile, data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung bearing capacity dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung
ultimit dari tiang pancang. Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian
sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Aoki dan De Alencar dengan persamaan sebagai berikut :
Q
u
= Q
b
+ Q
s
= q
b
A
b
+ f.A
s
.............................................................. 2. 1 dimana :
Q
u
= Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang. Q
b
= Kapasitas tahanan di ujung tiang. Q
s
= Kapasitas
tahanan kulit.
q
b
= Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas. A
b
= Luas di ujung tiang. f
= Satuan tahanan kulit persatuan luas. A
s
= Luas kulit tiang pancang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit Q
u
dipakai Metode Aoki dan De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas q
b
diperoleh sebagai berikut : q
b
=
b ca
F base
q ................................................................................. 2. 2
dimana : q
ca
base = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan F
b
adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.
Tahanan kulit persatuan luas f diprediksi sebagai berikut : F = q
c
side
s s
F
............................................................................... 2. 3 dimana :
q
c
side = Perlawanan konus rata-rata pada lapisan sepanjang tiang.
F
s
= Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah. F
b
= Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah. Faktor F
b
dan F
s
diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik α
s
diberikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Faktor empirik F
b
dan F
s
Titi Farsakh, 1999
Tipe Tiang Pancang F
b
F
s
Tiang Bor
3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda Titi Farsak1999
Tipe Tanah
α
s
Tipe Tanah
α
s
Tipe Tanah
α
s
Pasir 1,4 Pasir
berlanau 2,2
Lempung berpasir
2,4 Pasir kelanauan
2,0 Pasir berlanau
dengan lempung 2,8
Lempung berpasir
dengan lanau 2,8
Pasir kelanauan dengan
lempung 2,4 Lanau 3,0
Lempung berlanau
dengan pasir 3,0
Pasir berlempung
dengan lanau 2,8
Lanau berlempung
dengan pasir 3,0
Lempung berlanau
4,0
Pasir berlempung
3,0 Lanau
berlempung 3,4 Lempung 6,0
Pada umumnya nilai α
s
untuk pasir = 1,4 persen, nilai α
s
untuk lanau = 3,0 persen dan nilai
α
s
untuk lempung = 1,4 persen Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian
sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Mayerhof. Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = q
c
x A
p
+JHL x K
11
.......................................................... 2. 4 dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
q
c
= Tahanan ujung sondir. A
p
= Luas penampang tiang. JHL
= Jumlah hambatan lekat. K
11
= Keliling
tiang.
Universitas Sumatera Utara
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus : Q
ijin
= 5
3
11
JHLxK xA
q
c c
................................................................. 2. 5
dimana : Q
ijin
= Kapasitas daya dukung ijin pondasi. q
c
= Tahanan ujung sondir. A
p
= Luas penampang tiang. JHL
= Jumlah hambatan lekat. K
11
= Keliling
tiang.
2.9. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT