sesungguhnya upaya paksa hanya dapat dilakukan pada tahap penyidikan. Karena penyelidikan itu menurut beliau belum sampai pada penegakan hukum pidana.
Pengaturan upaya paksa secara eksplisit tercatat pada Pasal 112 ayat 1 dan ayat 2 dalam Kitab Undang-Undang Acara Pidana.
1. Penangkapan
Pasal 1 Angka 20 KUHAP memberi definisi “Penangkapan” sebagai berikut:
“Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan sementara waktu tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini”.
32
Yang berwenang melakukan penangkapan adalah: a.
Penyidik; b.
Penyidik Pembantu, dan c.
Penyelidik atas perintah Penyidik. Menurut Pasal 11 KUHAP, yang dimaksud penyelidik atas perintah penyidik,
termasuk juga perintah Penyidik Pembantu. Pelimpahan wewenang untuk melakukan penangkapan kepada penyidik pembantu hanya diberikan apabila
perintah dari penyidik tidak dimungkinkan berhubung karena sesuatu hal atau dalam keadaan yang sangat diperlukan. Atau dalam hal terdapat hambatan
perhubungan di daerah terpencil atau tempat yang belum ada petugas penyidik. Dan dalam hal lain yang dapat diterima menurut kewajaran.
33
Pelaksanaan tugas penangkapan diatur dalam Pasal 18 sebagai berikut:
32
Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 128.
33
Darwan Prinst, 2002, Hukum Acara Pidana, Djambatan, Jakarta, hlm. 50.
1 Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian
negara Republik Indonesia dengan memperlihatka surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang
mencantumkan identitas
tersangka dan
menyebutkan alasan
penangkapan serta
uraian singkat
perkara kejahatan
yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Surat perintah penangkapan
dikeluarkan oleh pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang berwenang dalam melakukan penyidikan di daerah hukumnya.
2 Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat
perintah, dengan ketentuan bahwa penangkapan harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada
penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.
3 Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana mana dimaksud
dalam ayat 1 harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan.
Penangkapan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 di atas dapat dilakukan untuk paling lama satu hari. Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak
diadakan penangkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah Pasal 19.
34
2. Penahanan
Definisi Penahanan sebagaimana ketentuan Pasal 1 Angka 21 KUHAP adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh Penyidik atau
Penuntut Umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-undang ini.
Penahanan yang dilakukan terhadap tersangkaterdakwa oleh pejabat yang berwenang dibatasi oleh hak-hak tersangkaterdakwa dan peraturan-peraturan
yang harus dilaksanakan secara limitatif sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam KUHAP. Adapun pihak-pihak yang berwenang melakukan penahanan dalam
34
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 359.