lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan anak yang lebih buruk daripada 160. Orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter berarti tajam penglihatannya 1300. Terkadang mata hanya dapat melihat adnya sinar saja dan
tidak dapat melihat lambaian tangan, keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1tak terhingga dan bila sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 atau buta total. Bila penglihatan tidak maksimal pada kedua pemeriksaan untuk hipermetropia
dan miopia dimana penglihatan tidak mencapai 66 atau 2020 maka lakukan uji pinhole dengan uji pinhole diletakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji
kemudian diminta membaca huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya. Bila tidak terjadi perbaikan penglihatan maka mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut
karena hal ini akibat media penglihatan keruh atau terdapat kelainan pada retina atau saraf optik dan apabila terjadi perbaikan penglihatan maka ini berarti terdapat
astigmatisme atau silinder pada mata tersebut ataupun kelainan refraksi yang lain miopia, hipermetropia yang belum dikoreksi Ilyas, 2006.
7. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
penurunan visus dan data kelainan refraksi dan tidak kelainan refraksi yang merupakan hasil pemeriksaan kartu Snellen dan Pinhole. Pertama adalah dengan
melakukan pengecekan kelengkapan data dan penjumlahan pada seluruh data dari tiap responden, kemudian memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi.
Data yang diperoleh dari pengecekan kelainan refraksi pada usia sekolah SD dan SMP Era Ibang Medan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
persentase.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1
. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Januari 2012. Penelitian yang berjudul “Kelainan Refraksi Pada Anak Usia Sekolah
Di SD Dan SMP Era Ibang Tahun 2011” yang melibatkan sebanyak 79 responden dan didapat hasil distribusi responden berdasarkan ketajaman penglihatan dan
penurunan visus akibat kelainan refraksi dan tidak kelainan refraksi yang diuraikan sebagai berikut:
1.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Siswai Yang Kelainan Refraksi Dan Tidak Kelainan Refraksi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 52 orang siswai SD terdapat 19 orang 36,5 dan dari 27 orang siswai SMP terdapat 11 orang 40,7
mengalami penurunan visus dan pada table 5.1. diketahui bahwa dari 19 siswai SD yang mengalami penurunan visus terdapat 5 orang 26,3 yang mengalami kelainan
refraksi dan selebihnya yaitu 14 orang 73,7 tidak mengalami kelainan refraksi. Sedangka pada 11 siswai SMP yang mengalami penurunan visus terdapat 8 orang
72,7 yang mengalami kelainan refraksi dan selebihnya yaitu 3 orang 27,7 tidak mengalami kelainan refraksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelainan refraksi
dari penurunan visus lebih tinggi atau yang mendominasi pada siswai SMP 72,7, n=8 dibandingkan dengan siswai SD 26,3, n=5.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara