Acara Talk Show Dokter Pintar Di Radio Suara Medan FM Terhadap Kepuasan Khalayak

(1)

ACARA TALK SHOW DOKTER PINTAR DI RADIO

SUARA MEDAN FM TERHADAP KEPUASAN KHALAYAK

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

EDWARD NABABAN 060922066

ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Edward Nababan

Nim : 060922066

Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : Acara Talk Show Dokter Pintar Di Radio Suara Medan Terhadap Kepuasan Khalayak

Medan, Juni 2010

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

(Dra. Dewi Kurniawati, M.Si) ( Drs. Amir Purba, M.A) NIP. 196505241989032001 NIP.195102191987011001

a.n. Dekan Pembantu Dekan I


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh acara Talkshow Dokter Pintar di radio Suara Medan 94,7 FM terhadap kepuasan khalayak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses and Gratifications, yang memusatkan perhatiaan pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang yang dalam penelitian ini adalah pendengar radio Suara Medan yang tersebar namun tergabung dalam fans club radio dan penggunaan media merupakan tujuan utama dan audiens bersifat aktif.

Dalam penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi pada variabel-variabel lain. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Dengan menggunakan total sampling, maka jumlah sampel sebanyak 100 dikarenakan seluruh populasi menjadi sampel dan untuk menentukan sebaran sampel responden digunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus ttest. Kemudian untuk mengetahui besar

kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan Uji Determinasi Korelasi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh Rs=0,26 dimana jika dilihat dalam skala Guilford memiliki hubungan yang rendah sekali. Hasil tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y setelah dilakukan interpolasi diperoleh thitung > ttabel yaitu

10,25 > 1,99. Kemudian besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y sebesar 6,76%. Dengan demikian hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Acara Talkshow Dokter Pintar terhadap kepuasan khalayak pendengar radio Suara Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai ” Acara Talk Show Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM Terhadap Kepuasan Khalayak”.

Terima kasih kepada orang tua, Ayahanda T. Nababan dan Almh. Ibunda tercinta R. Panjaitan atas segala kasih sayang, dukungan berupa do’a, perhatian, baik moral maupun materil serta doa yang tak ada habisnya kepada penulis.

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh pihak-pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

2. Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Humaizi, MA, selaku Pembantu Dekan I, yang telah memberikan masukan serta nasihat-nasihat kepada penulis.

4. Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

5. Bapak Drs. Ahmad Haris Nasution selaku Direktur P.T. Bonita Jaya Suara Medan yang telah bersedia memberi kesempatan untuk penelitian.

6. Bapak Ridho, selaku Personalia di radio Suara Medan.

7. Buat karyawan dan karyawati Radio Suara Medan yang turut memperlancar selama penelitian : ka’Ika boloh, ka’Dhea (Miss merengut), Jabo, Bapak Dharma, Niel, Indri, Nio, Adra, Bokris, Opie, Bibi, Didit, Pija, Hamdi.


(5)

8. Bapak dan Ibu dosen Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini. 9. Untuk staff jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Ros, yang ikut memperlancar pengerjaan skripsi.

10.Buat teman-teman seperjuangan yang selalu memberi masukan, semangat dan dukungan di jurusan Ilmu Komunikasi Ekstension ’06 : Inne, Adi prima, Alin, Tafa Urbach, Maya, Koche, Lena, serta seluruh teman-temanku yang tak bisa disebutkan satu-persatu namanya.

11.Buat teman-teman yang tergabung dalam Gardam Girls & Boys: Dania, Tiwi, Likun, Eva, Rani, Ambon, Jeje, bang Dani, Very, Bogek, Jonggur, yang selalu menghiasi hari-hari dengan penuh tawa dan canda.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2009

Penulis,

Edward Nababan


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah... 4

I.3. Pembatasan Masalah... 5

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

I.4.1 Tujuan Penelitian... 5

I.4.2 Manfaat Penelitian... 6

I.5. Kerangka Teori ... I.5.1. Komunikasi………. 7

I.5.2. Komunikasi Massa………. 9

I.5.1. Teori Uses and Gratifications ... 10

I.5.3. Radio Siaran ... 14

I.5.4. Talk Show………... 15

I.6. Kerangka Konsep ... 16

I.7. Model Teoritis ... 18

I.8. Operasional Variabel ... 19

I.9. Definisi Operasional ... 20

I.10. Hipotesis……….. . 23

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi ... 25

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 25

II.2. Komunikasi Massa ... 29

II.3. Teori Uses and Gratifications... 33

II.4. Radio Siaran ... 39

II.4.1. kekuatan Siaran Radio……….. 41

II.4.2. Karakteristik Siaran Radio……… 42

II.4.3. Fungsi Sosial Radio……….. 43


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian ... 47

III.1.1. Radio Suara Medan 94,7 FM………. 47

III.1.1.1. Sejarah Pendirian Perusahaan……….. 47

III.1.1.2. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan………. 48

III.1.1.3. Struktur Organisasi……….. 49

III.1.1.4. Jadwal Acara………... 50

III.2. Metode Penelitian ... ... 54

III.3. Populasi dan Sampel ... 54

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 55

III.5. Teknik Pengumpulan Data... 55

III.6. Teknik Analisi Data ... 56

III.7. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 58

III.7.1. Tahap Awal………. 58

III.7.2. Pengumpulan Data……….. 58

III.8. Proses Pengolahan data……… 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal………. 60

IV.1.1. Karakteristik Responden………. 60

IV.1.2. Variabel Program Acara Talk Show………….. . 62

IV.1.3. Variabel Kepuasan Khalayak………. . 72

IV.2. Analisa Tabel Silang... . 75

IV.3. Pengujian Hipotesis ... 78

IV.4. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 82

V.2. Saran... 83


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasional Variabel ... 19

Tabel 3.1 Jadwal acara radio Suara Medan……... 50

Tabel 4.1 Usia Responden ……….. 60

Tabel 4.2 Jenis Kelamin ……….. 61

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan ……… . 61

Tabel 4.4 Pekerjaan……….. 62

Tabel 4.5 Kesesuaian Hari Penanyangan……….. 63

Tabel 4.6 Kesesuaian Jam penyiaran ... 63

Tabel 4.7 Lamanya Durasi Penanyangan………. 64

Tabel 4.8 Aktualitas Topik Yang Diangkat……… ... 64

Tabel 4.9 Kesesuaian Format Acara………. ... 65

Tabel 4.10 Kecerdasan Narasumber Dalam Menjawab Pertanyaan Seputar Kesehatan………. 66

Tabel 4.11 Kemampuan Narasumber Dalam Memberikan Penjelasan Seputar Kesehatan……… 66

Tabel 4.12 Keahlian Narasumber Dalam Memberikan Solusi Kesehatan…. 67 Tabel 4.13 Pengetahuan Narasumber Tentang isu Penyakit Yang Sedang Berkembang ... 67

Tabel 4.14 Kemampuan Narasumber Dalam Memberikan Solusi Kesehatan... 68

Tabel 4.15 Kejujuran Narasumber Dalam memberikan Informasi... 69

Tabel 4.16 Ketulusan Narasumber Dalam Memberikan Jawaban Seputar Pertanyaan Kesehatan…... 69

Tabel 4.17 Sikap Narasumber Dalam Menyampaikan Informasi Kesehatan ………….. ... 70

Tabel 4.18 Kesamaan Persepsi Pendengar Dan Narasumber………. ... 70

Tabel 4.19 Etika Narasumber Dalam Melaksanakan Tugasnya………. 71

Tabel 4.20 Bahasa Yang Digunakan Narasumber……….. ... 71

Tabel 4.21 Tingkat Pengetahuan Responden Setelah Mendengarkan Talkshow Dokter Pintar………... ... 72

Tabel 4.22 Kejelasan Informasi Yang Didapatkan Responden Setelah Mendengarkan Talkshow Dokter Pintar ... 73

Tabel 4.23 Tingkat Pemahaman Responden Mengenai Penyakit Mewabah Setelah Mendengarkan Dokter Pintar………… ... 73

Tabel 4.24 Tingkat Kebutuhan Responden Akan Program Radio Yang Membahas Masalah Kesehatan……… 74

Tabel 4.25 Hubungan Antara Kemampuan Narasumber Memberikan Penjelasan SeputarKesehatan Dengan Kejelasan Informasi Yang Didapatkan Responden Setelah Mendengarkan Talkshow Dokter Pintar………. 75

Tabel 4.26 Hubungan Antara Pengetahuan Narasumber Tentang Isu Penyakit Yang Sedang Berkembang Dengan Tingkat Pemahaman Responden Mengenai Penyakit Mewabah Setelah Mendengarkan Talkshow Dokter Pintar………. 76


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Teori Uses and Gratification ... 13 Gambar 2.1 Model Toeritis... 18 Gambar 4.1 Lambang Radio Suara Medan……….. 41


(10)

LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Score

3. Tabel Fotron Cobol 4. Tabel Distribusi t 5. Biodata


(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh acara Talkshow Dokter Pintar di radio Suara Medan 94,7 FM terhadap kepuasan khalayak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses and Gratifications, yang memusatkan perhatiaan pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang yang dalam penelitian ini adalah pendengar radio Suara Medan yang tersebar namun tergabung dalam fans club radio dan penggunaan media merupakan tujuan utama dan audiens bersifat aktif.

Dalam penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi pada variabel-variabel lain. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Dengan menggunakan total sampling, maka jumlah sampel sebanyak 100 dikarenakan seluruh populasi menjadi sampel dan untuk menentukan sebaran sampel responden digunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus ttest. Kemudian untuk mengetahui besar

kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan Uji Determinasi Korelasi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh Rs=0,26 dimana jika dilihat dalam skala Guilford memiliki hubungan yang rendah sekali. Hasil tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y setelah dilakukan interpolasi diperoleh thitung > ttabel yaitu

10,25 > 1,99. Kemudian besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y sebesar 6,76%. Dengan demikian hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Acara Talkshow Dokter Pintar terhadap kepuasan khalayak pendengar radio Suara Medan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Radio merupakan salah satu jenis media massa yang akrab dengan pemiliknya dan praktis, sehingga tampil sebagai teman pribadi yang bisa didengarkan di rumah, di meja belajar, di kantor, di mobil, di kamar tidur, di dapur dan lain-lain sambil melakukan aktivitas sehingga tidak mengurangi ruang gerak pendengarnya, sesuai dengan salah satu keunggulan radio yaitu bersifat fleksibel. Radio menjadi teman yang tidak saja bisa menghibur, tetapi juga mampu memberitahukan kita semua kejadian di sekitar dan belahan dunia manapun. Masyarakat saat ini bisa menyalakan radio untuk mendengarkan berita, dengan kata lain radio bukan lagi sekedar media hiburan, tempat mendengarkan musik, tetapi juga sumber informasi layaknya surat kabar dan televisi. Bahkan saat seseorang kehilangan dompet atau STNK maupun kehilangan anggota keluarga, radio bisa menjelma menjadi “penolong” yang dapat membantu dalam menyebarkan informasi terhadap khalayak pendengarnya.

Salah satu unsur yang menjadi daya tarik radio adalah musik. Orang menyetel radio untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Selain musik , efek suara dan kata-kata juga merupakan daya tarik yang menjadikan radio semakin hidup ditelinga dan dalam imajinasi pendengar. Suara dan kata-kata yang disampaikan oleh seorang penyiar dalam membawakan program acara kemudian ditambah dengan efek suara seperti suara kereta api, anak nangis, hiruk pikuk orang, hujan, petir dan lain-lain


(13)

mengajak pendengar untuk berimajinasi seolah-olah berada dalam situasi yang diciptakan sehingga semakin menarik untuk didengarkan. Dalam sejarah radio siaran terkenal seorang produser radio siaran yang juga terkenal sebagai bintang film, yakni Orson Welles, yang telah membuat drama radio yang menggemparkan masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1938, suatu adaptasi dari karangan H G. Wells yang berjudul “The War Of The Worlds”, yakni sebuah cerita fiktif tentang penyerbuan makhluk-makhluk planet Mars ke dunia. Program tersebut dilakukan dengan gaya semi pemberitaan dan mengakibatkan suatu kepanikan, walaupun ada pengumuman selama dan setelah program itu disiarkan bahwa cerita itu hanyalah fiksi, tetapi kepanikan tetap berlangsung hingga pagi berikutnya (Prayudha,2005:6). Salah satu contoh peristiwa yang dapat mempengaruhi khalayak tersebut menyebabkan radio mendapat julukan the fifth estate atau kekuatan kelima, dimana radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial.

Jika dibandingkan bidang radio siaran di Indonesia dengan di Amerika Serikat sebagai tempat lahirnya radio siaran dengan Inggris yang juga termasuk Negara yang maju dalam bidang ini, maka Indonesia tidak ketinggalan dalam hal dimulainya radio siaran, meskipun pada kenyataannya waktu itu sedang berada dalam masa penjajahan. Radio siaran yang pertama di Indonesia ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu), yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925, lima tahun setelah di Amerika Serikat, tiga tahun setelah Inggris dan Uni Soviet (Sejarah Radio di Indonesia, Djakarta,1953). Berbeda dengan televisi yang menjaring pemirsa jauh lebih luas dan lebih umum segmennya, dengan program-program sajian on-air yang mereka udarakan, radio telah berkembang menjadi suatu media yang memusatkan


(14)

perhatian pada kelompok-kelompok pendengar yang lebih kecil, dimana kelompok tersebut dijadikan sebagai target pendengar.

Banyak riset yang dilakukan untuk menentukan jenis-jenis program yang menarik dengan tipe-tipe pendengar yang berbeda. Suatu format pada dasarnya merupakan pengaturan elemen-elemen program yaitu musik, identitas stasiun, informasi, dan spot komersil, kedalam suatu susunan yang menarik untuk mempertahankan segmen pendengar yang dicari stasiun penyiaran radio. Stasiun penyiaran radio membentuk formatnya untuk memberikan demografi yang benar seperti yang diharapkan misalnya usia, jenis kelamin, dan status ekonomi sosial.. perbedaan populasi dan demografi pendengar akan dipengaruhi oleh ketertarikan pendengar terhadap program-program yang disajikan, misalnya di pagi hari membutuhkan info kemacetan lalu lintas, berita-berita dalam maupun luar negeri, dan lain lain. Radio merupakan sumber informasi dan sekaligus sebagai sarana hiburan. Dua sisi inilah yang menjadi kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan radio.

Salah satu radio yang memberikan informasi dan hiburan di kota Medan adalah Radio Suara Medan FM dengan gelombang 94,7 FM yang dipancarluaskan dari JL. Setia Budi No. 102 Medan mampu menghadirkan program-program yang bervariasi.

Radio Suara Medan beroperasi sejak Juli 2003 dan hadir dengan format musik dangdut dengan sasaran khalayak status ekonomi sosial golongan B, C, D dan E. jangkauan siaran mencakup ke segala penjuru kota dan kabupaten disekitarnya, diorentasikan untuk mengcover wilayah Sumatera Utara ke bagian Timur. Dua tahun Suara Medan mengudara sudah mampu menarik perhatian khalayak pendengar radio yang dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh AC Nelson 21 September


(15)

2005 dan berada di peringkat ke empat untuk kategori Status Ekonomi Sosial C D E. format musik dangdut 98% dan Melayu/India 2% menjadikan Radio Suara Medan menjadi pilihan untuk memperoleh hiburan sekaligus informasi bagi penggemar musik dangdut yang sebahagian besar pendengarnya adalah kalangan menengah kebawah. Namun kebutuhan akan hiburan dan informasi tetap saja akan dibutuhkan setiap kalangan. Berdasarkan hal tersebut Radio Suara Medan dengan segmen pendengar masyarakat menengah kebawah ini menyajikan salah satu acara yang bersifat informasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar kesehatan melalui Talk Show yang diberi nama Dokter Praktek Interaktif Melalui Telepon yang disingkat dengan Dokter Pintar.

Acara Dokter Pintar hadir setiap hari sabtu pukul 12.00 – 13.00 Wib yang dipandu oleh seorang penyiar, dimana menghadirkan seorang dokter yang menjadi narasumber dalam acara tersebut. Dokter Pintar merupakan sebuah acara talk show yang disampaikan secara sederhana yang menghadirkan narasumber tetap yaitu dr. H. Sutoyo Eliandy dari tim PEDIS (PEDULI INFORMASI MEDIS). Hadirnya program Dokter Pintar dikarenakan radio Suara Medan merasa perlunya menyampaikan informasi kepada pendengar selain hiburan guna untuk menambah tingkat pengetahuan masyarakat khususnya seputar kesehatan. Setiap minggunya topik yang dibawakan selalu berbeda-beda, diantaranya penyakit asma, Keluarga Berencana, kanker payudara, luka bakar, penyakit keputihan, maupun isu mengenai penyakit yang sedang hangat dibicarakan pada saat itu, dan lain-lain. Selama acara berlangsung pendengar diberikan kesempatan untuk bertanya seputar kesehatan baik mengenai topik yang diangkat maupun yang tidak berkaitan, yang disampaikan melalui telepon dan sms.


(16)

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah acara Dokter Pintar di radio Suara Medan memberikan kepuasan kepada khalayak dalam hal ini adalah pendengar radio yang tergabung dalam fans club. Adapun alasan mengapa fans club yang akan menjadi objek penelitian karena pendengar yang tergabung dalam fans club adalah pendengar yang frekuensi mendengarkan radio lebih tinggi dan juga bersifat heterogen yang terdiri dari berbagai usia, agama, suku, pendidikan, dan mata pencaharian yang menurut peneliti akan sangat membantu dalam pengambilan data.

I.2. Perumusan Masalah

Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan menjadi penuntun dalam mengkonstruksi suatu hipotesis (Mantra, 2004:48). Dalam merumuskan masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah-masalah yang terkandung dalam suatu fenomena. Perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode penelitian. Bentuk perumusan masalah dapat berupa pertanyaan atau suatu pernyataan yang menggugah perhatian (Ginting, 2005:52).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana acara Talk Show Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM Medan terhadap kepuasan khalayak?”


(17)

Guna menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan program acara Talk Show dalam penelitian ini yakni nara sumber, informasi dan frekuensi penyiaran.

2. Yang dimaksud dengan kepuasan khalayak yakni memperoleh pengetahuan, informasi, pemahaman.

3. Objek penelitian adalah pendengar yang bergabung dalam Fans Club Suara Medan. 4. Penelitian dilakukan bulan Oktober - November 2009.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara program acara Talk Show Dokter Pintar dan kepuasan khalayak.

b. Untuk mengetahui kemampuan radio Suara Medan FM dalam memenuhi kebutuhan informasi kesehatan masyarakat melalui acara Talk Show Dokter Pintar.

I.4.2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini berguna bagi radio Suara Medan FM apakah program acara yang disiarkan menarik minat masyarkat.

b. Penelitian ini berguna bagi dokter selaku narasumber apakah solusi yang diberikan dapat memenuhi kepuasan khalayak.


(18)

c. Secara praktis, penelitian ini akan berguna bagi radio Suara Medan FM sebagai bahan masukan dalam memproduksi setiap acara, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi khalayak.

I.5. Kerangka Teori

Kerangka teori pada prinsipnya bukan sekedar kumpulan definisi dari berbagai macam buku, namun lebih pada upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan hakekat dari gejala yang ditelitinya. Teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data (Prasetyo,2005:64-65).

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori tediri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (suyanto dkk,2005:34).

Sedangkan Kerlinger dalam Jalaluddin Rakhmat (2002:6) menyebutkan bahwa teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.


(19)

Teori memiliki dua fungsi, yakni merupakan alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan sebagai pembimbing dalam penelitian. Dari teori dapat dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat menguji mana diantara teori-teori tersebut yang benar (Rakhmat, 2002:6-7).

Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :

I.5.1. Komunikasi

Kata komunkasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. . (Mulyana, 2005:41)

Harold Lasswell dalam karyanya Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (who says what in which channel to whom and with what effect) (Effendy,2000:10). Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Lasswell ada lima yaitu: 1. Komunikator (communicator, source, sender)

2. Pesan (message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence)


(20)

Wibur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya, “Communication Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy,2000:13)

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati.

Jadi komunikasi itu akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku dari si komunikan.

I.5.2. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut diketahui bahwa komunikasi massa tersebut disampaikan kepada khalayak yang banyak dan menggunakan media massa seperti radio siaran, dan televisi, surat kabar dan majalah serta media film (Rakhmat, seperti yang dilansir Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner.


(21)

Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). (Ardianto, 2004:3)

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:  Komunikator terlembaga

 Pesan bersifat umum

 Komunikannya anonim dan heterogen  Media massa menimbulkan keserempakan

 Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan  Komunikasi massa bersifat satu arah

 Stimulasi alat indra “terbatas”  Umpan balik tertunda

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film (Suprapto, 2006:11).

Tak diragukan lagi bahwa komunikasi melalui media massa dapat menembus bagian kehidupan. Disaat mendengarkan radio siaran, membaca surat kabar, menonton televisi walaupun motif setiap orang dalam terpaan diri pada isi media berbeda-beda.


(22)

I.5.3. Teori Uses and Gratification

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,2003:181).

Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratifications (Rakhmat,2002:65).

Uses dan Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada pengguna (Uses) media untuk mendapatkan kepuasan (Gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia


(23)

secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Elvinaro Adrianto dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” mengatakan bahwa Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk,2004:70).

Teori Uses and Gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media. Artinya manusia punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin,2004:181). Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media.

Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri.

Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif seleksi media berlaku untuk semua jenis media baik media cetak maupun media elektronik, seperti radio. Unsur motif dalam tindakan seleksi media biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan.

Media massa yang ada saling bersaing untuk memberikan kepuasan terbaik bagi para penggunanya. Mereka saling berkompetisi dengan sumber informasi lainnya dalam memberikan kepuasan kepada khalayak.

Katz, Blumler, Gurevitch menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and gratification sebagai berikut: (1) kondisi sosial psikologis seseorang


(24)

menyebabkan adanya (2) kebutuhan yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4) media massa dan sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya dalam buku Teori Komunikasi:Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (Severin, 2001:355).

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan oleh seseorang (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial .

Mengapa khalayak aktif memilih media? Alasannya adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya. Televisi Metro TV tentu akan banyak dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan informasi dan berita dibanding dengan khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian dari rasa khawatir. Orang yang senang sinetron akan memanfaatkan dan mencari kebiasaan pada media yang bisa memberikan kebutuhannya tersebut dibanding media lain. Ini berarti pemirsa menjadi pihak yang aktif dalam memanfaatkan media massa.

Keaktifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan, dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan dan motif.


(25)

Menurut Nurudin (2004:183) teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan berikut ini:

Gambar 1

Katz, Blumer & Gurevitch dalam Ardianto (2004:71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemiliham media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana

Kebutuhan khalayak: 1.Kognitif 2.Afektif 3.Integratif Personal 4.Integratif Sosial 5.Pelepasan ketegangan/ melarikan diri dari kenyataan Lingkungan Sosial: 1.Ciri-ciri demografis 2.Afiliasi kelompok 3.Ciri-ciri kepribadian Sumber pemuasan non media: 1.Keluarga, teman 2.Komunikasi interpersonal 3.Hobi, tidur

Penggunaan media massa:

1.Jenis media: SK, TV, Radio, buku 2.Isi media 3.Terpaan media 4.Konteks sosial dan terpaan media Pemuasan media: 1.Informasi 2.Hiburan 3.Identitas sosial 4.Hubungan sosial


(26)

kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

I.5.4. Radio siaran

Radio siaran digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa yang yang selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Pada tahun 1916 Lee De Forest dianggap sebagai pelopor radio siaran karena melalui radio siaran eksperimennya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga dijuluki the father of radio siaran atau bapak radio siaran yang menyiarkan berita radio siaran, sedangkan eksperimen menyiarkan music adalah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999) (Ardianto, 2004:117)

Karakteristik radio siaran sebagai berikut :

1. Imajinatif, karena hanya indra pendengar yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi.

2. Auditori, sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio


(27)

siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.

3. Akrab, sehari-hari kita jarang mendengarkan acara radio secara khusus duduk dan telinga kita didekatkan pada pesawat radio. Pada umumnya kita mendengarkan radio sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.

4. Gaya Percakapan, komukator radi siaran seolah-olah bertamu kerumah atau menemani pendengarnya dimanapun berada, maka dalam keadaan demikian tidak mungkin ia berbicara secara bersemangat dan berteriak. Sekalipun pesannya didengar oleh ribuan orang, tetapi pendengar berada ditempat yang terpisah dan bersifat pribadi.

I.5.5. Talk Show

Talk show merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara dalam talk show memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara (Wahyudi.1996:90).

Metode talk show menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talk show skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :

1. Mengambil Keputusan

2. Menyusun Topik dan Pertanyaan Dengan Cepat

3. Memotong Pembicaraan Narasumber Yang Melenceng


(28)

5. Memadukan Kemasan Program Secara Interaktif.

Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara berita adalah talk show bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel. Talk show dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk show, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran). Dua komponen yang selalu ada dalam program talk show adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001:44-45).

I.6. Kerangka Konsep

Variabel penelitian yang terdapat pada judul atau masalah penelitian perlu dibatasi pengertiannya untuk menghindari salah maksud dalam menafsirkan konsep tersebut antara peneliti dan pembaca hasil penelitiannya, serta untuk membatasi penelitian itu sendiri. Tidak semua judul atau masalah dibatasi konsepnya secara harafiah, tetapi hanya konsep yang akan diuji. Pembatasan konsep dalam penelitian tidak saja menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dan membatasi penelitian, tetapi batasan konsep amat diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel (Bungin,2005:92).

Objek kajian dipahami dan ditata berdasarkan konsep-konsep. Setiap objek dan setiap hubungan antar objek mempunyai nama dan nama itulah yang disebut konsep. Konsep adalah suatu makna yang berbeda di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk kedunia empiris,


(29)

dan bukan merupakan refleksi sempurna dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri (Suyanto,2005:49).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel dapat dijelaskan sebagai ciri atau aspek dari fakta sosial yang dapat dibuat bervariasi, dengan kata lain variabel adalah fakta sosial yang memiliki nilai lebih dari satu. Variabel adalah suatu konsep. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua kosep dapat dinyatakan sebagai variabel. Variabel adalah suatu konsep yang dapat mewujud kedalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (Suyanto,2005:46).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Anteseden, adalah variabel yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat. Keberadaan variabel antara variabel bebas dan variabel terikat tergantung dari keberadaan variabel ini karena variabel bebas harus mempengaruhi variabel antara terlebih dulu baru kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel terikat (Prasetyo,2005:69-70). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, yaitu pendengar radio yang tergabung dalam fans club yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

b. Variabel Bebas (X), yakni merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:67).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program acara Talkshow Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM.


(30)

c. Variabel Terikat (Y), adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:68).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan khalayak pendengar radio yang tergabung dalam fans club radio Suara Medan terhadap Talkshow Dokter Pintar.

I.7. Model Teoritis

Gambar 2. Model Teoritis Variabel Bebas (X)

Acara Talkshow Dokter Pintar

Variabel Bebas (Y)

Kepuasan khalayak

Variabel Anteseden (Z)


(31)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasionalisasi

Variabel Bebas (X)

Program Acara Talkshow Dokter

Pintar

1. Narasumber:

a. Kredibilitas

 Keahlian

 Cerdas

 Mampu

 Ahli

 Tahu banyak

 Kepercayaan

 Jujur

 Etis

 Sopan

 Tulus

b. Attraksi

 Kesamaan persepsi

 Bahasa

2. Informasi/tema


(32)

 Hari

 Jam penyiaran

 Durasi 4. Format

Variabel Terikat (Y)

Kepuasan khalayak

1. Mendapat pengetahuan tentang kesehatan

2. Mendapat informasi tentang permasalahan kesehatan

3. Dapat memahami permasalahan kesehatan Variabel Anteseden

Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Tingkat Pendidikan

4. Pekerjaan

I.9. Definisi Operasional

Dalam penelitian lapangan konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat atas prosedur penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan diteliti, sebagaimana digambarkan menurut konsepnya memang betul-betul ada. Definisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasional jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya (Suyanto,2005:50-51).


(33)

Adapun definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Variabel Bebas (X)

1. Narasumber, merupakan individu yang menjadi sumber informasi dalam acara Talkshow Dokter Pintar di radio Suara Medan FM.

a. Kredibilitas, merupakan seperangkat persepsi responden terhadap sifat-sifat narasumber.

 Keahlian adalah merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang narasumber.

 Cerdas adalah kecerdasan yang dimiliki oleh narasumber dalam menjawab pertanyaan seputar kesehatan.

 Mampu adalah kemampuan narasumber dalam menjelaskan informasi seputar kesehatan.

 Ahli adalah keahlian narasumber dalam memberikan solusi kesehatan.  Tahu banyak adalah pengetahuan narasumber mengenai isu atau informasi

mengenai dunia kesehatan.

 Kepercayaan, merupakan suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang narasumber.

 Jujur adalah kejujuran narasumber dalam menyampaikan informasi kesehatan.

 Etika adalah etika yang dimiliki narasumber dalam menyampaikan informasi.

 Sopan adalah perlakuan sopan yang dimiliki narasumber dalam menjawab pertanyaan pendengar.


(34)

 Tulus adalah ketulusan narasumber dalam menyampaikan informasi kepada pendengar.

b. Atraksi, merupakan daya tarik yang dimiliki oleh seorang narasumber.

 Kesamaan adalah kesamaan persepsi antara narasumber dan responden dalam membahas masalah kesehatan.

 Bahasa adalah bahasa yang digunakan, dalam arti responden mengerti apa yang disampaikan narasumber.

2. Informasi atau tema merupakan keseluruhan informasi kesehatan yang disampaikan di program acara Talkshow Dokter Pintar.

- Terkini, dalam arti isi informasi yang disampaikan merupakan topik yang sedang hangat dibicarakan

3. Frekuensi penayangan, merupakan waktu program acara Talkshow Dokter Pintar tersebut disiarkan.

 Hari, apakah pemilihan hari sudah sesuai dengan waktu pendengar.

 Jam penyiaran, merupakan pemilihan waktu penyiaran dalam menayangkan acara Talkshow

 Durasi, merupakan lamanya waktu yang penayangan dalam memberikan pemenuhan informasi bagi pendengar.


(35)

2). Varibel Terikat (Y)

o Mendapat pengetahuan tentang kesehatan, Bagaimana pengetahuan masyarakat

setelah mendengarkan Program Wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

o Mendapat informasi tentang permasalahan kesehatan, Apakah masyarakat

mendapatkan informasi yang jelas tentang permasalahan kesehatan dari narasumber melalui Program wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

o Dapat memahami permasalahan kesehatan, bagaimana pemahaman masyrakat

tentang permasalahan kesehatan setelah mendengarkan Program wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.

3). Variabel Antara (Karakteristik Responden)

Merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

a. Jenis Kelamin: penggolongan seks responden yang terbagi atas pria atau wanita. b. Usia: umur responden saat mengisi kuesioner, antara 20-65 tahun.

c. Tingkat Pendidikan: pendidikan terakhir dari responden pada saat mengisi kuesioner.


(36)

I.10. Hipotesis

Hipotesis dipandang sebagai kongklusi yang sifatnya sementara atau jawaban sementara bagi masalah yang dihadapi. Hipotesis juga mempunyai fungsi sebagai pengarah yang memberikan batasa-batasan mengenai macam-macam data yang harus dikumpulkan, cara-cara pengumpulan data, dan model analisis yang digunakan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis hubungan yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, yang memerlukan pembuktian secara empiris (Mantra,2004:59).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ηо : Tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar dengan kepuasan khalayak.

Ηạ : Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar dengan kepuasan khalayak.


(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005 : 34).

Sebelum menguraikan teori-teori tersebut, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu pengertian dari komunikasi massa sebagai dasar ilmu dari penelitian ini.

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang berarti “sama” atau dalam bahasa Inggris : common. Komunikasi dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima (Terence, 2002:163). Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi makhluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan relasi dengan pihak lain. Oleh sebab itu terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak ada


(38)

komunitas. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunikasi juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunikasi tersebut.

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya.. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang”.

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu.

Definisi komunikasi dari John B. Hoben misalnya, mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”. Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “Komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana,2005:54).


(39)

Komunikasi menurut Everet M. Rogers (Cangara, 2000:19) adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

1. Komunikator : atau sering disebut sumber, pengirim, pembicara atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

2. Pesan : apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen : makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet, dan sebagainya). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapam mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung , tarian, dan sebagainya.

3. Komunikan : orang yang menerima atau menterjemahkan pesan. Sering juga disebut sasaran/tujuan, penyandi balik, khalayak, pendengar, penafsir.

4. Media : atau saluran, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada


(40)

bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bias juga mengggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat media cetak atau media elektronik.

5. Efek : apa yang terjadi pada penerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi sedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya.

Dalam proses penyampaian informasi, komunikator menggunakan media dalam melancarkan komunikasinya. Media merupakan alat atau sarana untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Pentingnya peranan media disebabkan efesiensinya dalam mencapai komunikan. Penyebaran informasi sebagai salah satu aktivitas sosial jelas akan dapat menimbulkan efek, baik itu efek yang diinginkan ataupun efek yang tidak diinginkan. Komunikasi dalam penerapannya bukan hanya bersifat normatife yaitu orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima satu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar tidak terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan.

Ada yang berpendapat komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan


(41)

komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan (berupa lambing, suara, gambar dan lain-lain) dari sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Demikian pula komunikasi melalui radio siaran. Pesan dalam komunikasi yang demikian tentu saja disampaikan dalam sarana itu baik berupa ucapan penyiar, lagu-lagu atau bentuk-bentuk siaran kata lainnya. Menurut Wilbur Scharmm dalam Suprapto (2006: 3-4) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), yaitu “komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi (commonness) dengan seseorang yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian yang sama terhadap sesuatu pesan tertentu”.

II.2. Komunikasi Massa

Sekarang kita tidak bisa lagi menyamakan “komunikasi massa” atau “media massa” dengan “jurnalisme” dalam menyebut media selain Koran dan majalah. setiap komunikasi membutuhkan medium atau sarana pengirim pesan seperti kolom di koran atau gelombang siaran. Namun komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, koran , majalah, stasiun pemancar, yang mampu menyampaikan pesan-pesan kejutaan orang nyaris serentak.

Oleh sebab itu komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi massa untuk semua orang. Media tetap cenderung


(42)

memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayakpun memilih-milih media (Peterson dkk, 2003:18).

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film (Suprapto, 2006:11).

Pengertian komunikasi massa merupakan bentuk komuniksi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh dan terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Ahli komunikasi Joseph A. Devito dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan defenisinya dalam dua item : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang dirtujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau audio visual (Ardianto,2004:6).

Rahmat merangkum defenisi komunikasi massa tersebut menjadi “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. (Ardianto dkk, 2004:3-7).


(43)

Menurut Severin dan Tankad yang dikutip Suprapto dalam bukunya “Pengantar Teori Komunikasi” (2006 : 13-14) bedasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1. berlangsung satu arah.

Bandingkan dengan komunikasi antar pesona yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung. Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberikan konsekuensi umpan balik yang sifatnya tertunda atau tidak langsung.

2. komunikator pada komunikasi masssa melembaga.

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud adalah menyerupai sebuah sistem. Yang dimaksud sistim disini adalah “sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stastiun radio, majalah atau penerbit buku). Media


(44)

massa ini bisa disebut organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang bertanggung jawab dalam proses komunikasi massa tersebut. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri kumpulan individu, dalam komunikasi individu tersebut terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, dan apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomi.

3. pesan-pesan bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus, yang artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. melahirkan keserempakan.

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khayalak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Hanya karena wilayah jangkauannya saja yang berbeda memungkinkan perbedaan penerimaan. Tetapi, komunikator dalam media massa itu berupaya meyiarkan informasinya secara serentak.


(45)

5. komunikasi-komunikasi massa bersifat heterogen.

Kemajemukan audience komunikasi massa menyebabkan pelaksana komunikasi massa harus benar-benar mempersiapkan semua ide atau informasi yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan.

Disamping memiliki cir-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dlam bukunya “Komunikasi massa suatu pengantar” (2004 : 15-18) adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan (surveillance)

Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang memperkerjakan pengawasan.

2. Interpretasi ( Interpretation).

Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau siaran televisi.

3. Hubungan (linkage).

Media massa mampu menghubungkan unsu-unsur yang terdapat didalam.

masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Fungsi hubungan yang dimiliki media yang sedemikian berpengaruhnya kepada masyarakart yang dijuluki “public making” ability of the mass media atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa.


(46)

4. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku atau nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

5. Hiburan (entertainment)

Fungsi hiburan sangat jelas tampak pada televisi, film, radio dan rekaman suara. Fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membacara berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.3. Teori Uses and Gratifications

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,2003:181).


(47)

Pada awal kemunculan media massa, khalayak dianggap sebagai korban dari kekuatan media. Dengan kata lain, khalayak akan menerima setiap informasi yang disajikan oleh media massa, tanpa ada selektivitas. Teori ini dikenal dengan Teori Magic Bullet. Pandangan ini kemudian digantikan oleh Teori Limited Effect, yang menyebutkan efek perorangan anggota individu berbeda dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang berbeda, kekuatan media dibentuk oleh faktor perorangan seperti tingkat intelgensia dan penghargaan diri, dimana kekuatan media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan dalam kelompok. Namun demikian, teori ini tetap memandang bahwa khalayak bersifat pasif.

(

Di tahun 1942, teori ini dikritik oleh Herta Herzoa dan Paul Lazasfield. Ketika itu mereka mempelajari bahwa pendengar radio memiliki kebutuhan yang berbeda dan mempunyai selektivitas dalam penggunaan radio. Penilitian inilah merupakan reaksi terhadap Teori Magic Bullet, yang kemudian digunakan sebagai dasar Teori Uses and Gratification. Penelitian ini menegaskan khalayak media aktif, meghancurkan ketentuan paradigma efek media yang dominant pada tahun 1950-an. Tidak ada lagi yang berkata “apa yang dilakukan media kepada khalayak (what media do it the people)”, tertapi “apa yang dilakukan khalayak kepada media (what people do to the media)”. Teori ini sendiri diperkenalkan oleh Ellihu Katz akhir tahun 1950.

(

Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa


(48)

yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratification (Rakhmat, 2002:65).

Uses and Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. khayalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatka kepuasaan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan pehatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk, 2004:70).

Model Uses and Gratifications membahas juga motif-motif dan alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaian besar individu mempunyai kebutuhan dasar untuk mengadakan interaksi sosial, yang kemudian berharap bahwa konsumsi dan penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya. Hal ini menuntun pada kegiatan menonton program televisi, membaca majalah atau surat kabar dan juga mendengarkan radio. Kegiatan ini menghasilkan gratifikasi kebutuhan, tetapi dapat pula menimbulkan ketergantungan dan perubahan kebiasaan pada individu. Dalam hal ini penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternative fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya.


(49)

Teori uses dan Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain (http://www.Teory uses & gratifications « Nengnongnengdee’s Weblog.htm).

Menurut Nurudin (2004:183) teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan berikut ini:

Kebutuhan khalayak: 6.Kognitif 7.Afektif 8.Integratif Personal 9.Integratif Sosial 10. Pelepa san ketegangan/ melarikan diri dari kenyataan Lingkungan Sosial: 4.Ciri-ciri demografis 5.Afiliasi kelompok 6.Ciri-ciri kepribadian Sumber pemuasan non media: 4.Keluarga, teman 5.Komunikasi interpersonal 6.Hobi, tidur

Penggunaan media massa:

5.Jenis media: SK, TV, Radio, buku 6.Isi media 7.Terpaan media 8.Konteks sosial dan terpaan media Pemuasan media: 5.Informasi 6.Hiburan 7.Identitas sosial 8.Hubungan sosial


(50)

Katz, Blumer & Gurevitch dalam Ardianto (2004:71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications:

6. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

7. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemiliham media terletak pada khalayak.

8. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

9. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

10.Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori uses and gratifications.

Janji Imbalan

--- = probabilitas seleksi Upaya yang Diperlukan

Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khayalak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tersedia tidaknya


(51)

media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, maka akan memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Nurudin,2003:182).

Ada berbagai macam riset yang berangkat dari model Uses & Gratifications, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset Uses & Gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang mengggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh model Palmgreen ini lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses & Gratifications, yaitu teori Expectancy Values (nilai pengharapan). Gratifications Sougth adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv, Koran). Gratification sougth adalah motif yang mendorong seseorang mengkonsumsi media. Sedangkan gratification obtained kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (Palmgreen, 1985:27). Dengan kata lain menurut Palmgreen, gratifications sougth dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seesorang mengenai isi media. Gratification obtained mempertanyakan hal-hal yang khusus mengenai apa saja yang telah diperoleh setelah menggunakan media dengan menyebutkan acara atau rubrik tertentu secara spesifik.


(52)

Bisa dikatakan bahwa Uses & Gratifications bukanlah proses komunikasi linier yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun eksternal, yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang. (Kriyantono,2006:206).

II.4. Radio Siaran

Dari kajian literature kepenyiaran, Chester, Garisson, dan willis dalam bukunya “Television and Radio”menyatakan bahwa penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi dengan sinyal yang mampu diterima ditelinga atau didengar dan dilihat publik. Tipe penyiaran dibagi dua yaitu penyiaran berbunyi standar atau AM (Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frequency Modulation) bentuk ketepatan tinggi dari bunyi pancaran; televise: pancaran dari gambar dan bunyi.(Prayudha, 2004 : 2). Guglielmo Marconi, seorang jenius Italia yang pertama mengirimkan pesan menggunakan gelombang (radio) elektromagnetik. Para penemu teknologi tanpa kabel lainnya memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penyempurnaan yang sangat berarti bagi penyempurnaan alat temuan Marconi. Gelombang elektromagnetik membawa transmisi penyiaran (frekuensi radio) dari stasiun ke alat penerima. Fungsi alat transmisi adalah membangkitkan dan membentuk gelombang radio agar sesuai dengan frekuensi stasiun yang telah ditunjuk oleh Komisi Komunikasi Federal (Federal Communication Commission/FCC). Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa kemudian disebut sebagai radio siaran (keith, 2002 : 16).

Pesawat radio yang pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari baterai yang


(53)

berukuran besar. Tahun 1926 perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis, menggunakan dua knop untuk mencari sinyal, antena dan penampilannya yang lebih menyerupai peralatan furnitur. Tahun 1925 sampai sampai dengan tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa. Radio awalnya cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru tersebut hanya terpusat pada sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita yang lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum. (Morissan, 2008 : 3).

Radio siaran yang pertama di Indonesia adalah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Sampai akhir tahun 1966 adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada massa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya serta teknologi, maka bermunculan radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan.

Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi control sosial seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan


(1)

38

50 14

36 1296

39

51 15

36 1296

40

50 15

35 1225

41

50 14

36 1296

42

56 14

42 1764

43

49 16

33 1089

44

51 16

35 1225

45

50 16

34 1156

46

50 15

35 1225

47

52 14

38 1444

48

43 13

30 900

49

46 15

31 961

50

52 14

38 1444

51

54 15

39 1521

52

44 15

29 841

53

45 15

30 900

54

45 15

30 900

55

47 16

31 961

56

45 15

30 900

57

48 13

35 1225

58

48 15

33 1089

59

48 14

34 1156

60

46 15

31 961

61

45 13

32 1024

62

48 15

33 1089

63

48 13

35 1225

64

48 15

33 1089

65

48 14

34 1156

66

48 14

34 1156

67

48 15

33 1089

68

52 15

37 1369

69

54 15

39 1521


(2)

74

33 1089

75

47 14

33 1089

76

50 13

37 1369

77

48 14

34 1156

78

57 16

41 1681

79

50 15

35 1225

80

46 12

34 1156

81

45 14

31 961

82

52 14

38 1444

83

49 16

33 1089

84

47 15

32 1024

85

49 14

35 1225

86

50 15

35 1225

87

50 16

34 1156

88

50 15

35 1225

89

54 15

39 1521

90

51 14

37 1369

91

52 15

37 1369

92

49 15

34 1156

93

48 14

34 1156

94

58 16

42 1764

95

54 14

40 1600

96

56 14

42 1764

97

54 16

38 1444

98

53 16

37 1369

99

47 15

32 1024

100

52 13

39 1521

 

2

1


(3)

Tabel Ranking Acara Talk Show Dokter Pintar Di Radio Suara Medan Terhadap

Kepuasan Khalayak

No.

X

Y

Rx

(Acara Talk Show

Dokter Pintar)

Ry

(Kepuasan

Khalayak)

d

1

= Rx-Ry

 

2 1

d

1

43 12

1

1 0 0

2

44 13

2.5

7 −4.5 20.25

3

44 13

2.5

7 −4.5 20.25

4

45 13

7

7 0 0

5

45 13

7

7 0 0

6

45 13

7

7 0 0

7

45 13

7

7 0 0

8

45 13

7

7 0 0

9

45 13

7

7 0 0

10

45 13

7

7 0 0

11

46 13

13

7 6 36

12

46 13

13

7 6 36

13

46 14

13

31 −18 324

14

46 14

13

31 −18 324

15

46 14

13

31 −18 324

16

47 14

20

31 –11 121

17

47 14

20

31 –11 121

18

47 14

20

31 –11 121

19

47 14

20

31 –11 121

20

47 14

20

31 –11 121

21

47 14

20

31 –11 121

22

47 14

20

31 –11 121

23

47 14

20

31 –11 121

24

47 14

20

31 –11 121

25

48 14

34.5

31 3.5 12.25

26

48 14

34.5

31 3.5 12.25

27

48 14

34.5

31 3.5 12.25

28

48 14

34.5

31 3.5 12.25


(4)

34

48 14

34.5

31 3.5 12.25

35

48 14

34.5

31 3.5 12.25

36

48 14

34.5

31 3.5 12.25

37

48 14

34.5

31 3.5 12.25

38

48 14

34.5

31 3.5 12.25

39

48 14

34.5

31 3.5 12.25

40

48 14

34.5

31 3.5 12.25

41

48 14

34.5

31 3.5 12.25

42

48 14

34.5

31 3.5 12.25

43

48 14

34.5

31 3.5 12.25

44

48 14

34.5

31 3.5 12.25

45

49 14

48.5

31 17.5 306.25

46

49 14

48.5

31 17.5 306.25

47

49 14

48.5

31 17.5 306.25

48

49 14

48.5

31 17.5 306.25

49

49 14

48.5

31 17.5 306.25

50

49 15

48.5

69 −20.5 420.25

51

49 15

48.5

69 −20.5 420.25

52

49 15

48.5

69 −20.5 420.25

53

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

54

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

55

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

56

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

57

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

58

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

59

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

60

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

61

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

62

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

63

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

64

50 15

58.5

69 –10.5 110.25

65

51 15

68

69 −1 1

66

51 15

68

69 −1 1

67

51 15

68

69 −1 1

68

51 15

68

69 −1 1

69

51 15

68

69 −1 1

70

51 15

68

69 −1 1

71

51 15

68

69 −1 1


(5)

73

52 15

78

69 9 81

74

52 15

78

69 9 81

75

52 15

78

69 9 81

76

52 15

78

69 9 81

77

52 15

78

69 9 81

78

52 15

78

69 9 81

79

52 15

78

69 9 81

80

52 15

78

69 9 81

81

52 15

78

69 9 81

82

52 15

78

69 9 81

83

52 15

78

69 9 81

84

52 15

78

69 9 81

85

53 15

86.5

69 17.5 306.25

86

53 15

86.5

69 17.5 306.25

87

53 15

86.5

69 17.5 306.25

88

53 15

86.5

69 17.5 306.25

89

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

90

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

91

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

92

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

93

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

94

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

95

54 16

90

94.5 –4.5 20.25

96

55 16

96

94.5 1.5 2.25

97

56 16

97.5

94.5 3 9

98

56 16

97.5

94.5 3 9

99

57 16

99

94.5 4.5 20.25

100

58 16

100

94.5 5.5 20.25

 

2

1


(6)

A.

PENELITI

Nama

:

Edward Nababan

NIM

: 060922066

Tempat/Tanggal Lahir

: Pematang Siantar/ 19 Desember 1982

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Kristen Protestan

Anak ke

: 3 dari 4 Bersaudara

Alamat

: Jl. Binjai km.12. Gg. Balai Desa

Email :

e2_rd82@yahoo.com

Pendidikan

: SD Methodist P.Siantar (1989 -1995)

SLTP Bintang Timur P.Siantar (1995-1998)

SMUN 3 P.Siantar (1998-2001)

Diploma III Bahasa Jepang (2001-2004)

B. ORANG TUA

Nama Ayah

: Tigor Nababan

Pekerjaan Ayah

: Pensiun BUMN

Nama Ibu

: Almh. Rospita Panjaitan

Pekerjaan Ibu

: PNS

Alamat Ayah/Ibu

: Jl Kenari I No. 164/42 Perumnas Batu VI

Pematang Siantar


Dokumen yang terkait

Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

0 37 133

APLIKASI RADIO STREAMING BERBASIS ANDROID PADA SUARA SAKTI FM (SS FM).

0 5 6

TALK SHOW DAN KESENJANGAN KEPUASAN

1 7 144

KEPUASAN KHALAYAK TERHADAP SIARAN BERITA INFORMASI DAN MUSIK ANDA (BIMA) DI RADIO KOMUNITAS SPIRITUAL KEPUASAN KHALAYAK TERHADAP SIARAN BERITA INFORMASI DAN MUSIK ANDA (BIMA) DI RADIO KOMUNITAS SPIRITUAL HINDU YOGADHIPARAMAGUHYA FM (Studi Kuantitatif Kep

0 3 17

KEPUASAN PENDENGAR AKTIF RADIO SONORA FM (Studi Deskriptif Tentang Kepuasan Pendengar Aktif Terhadap Program Acara Voice de Campus di Radio SONORA FM Surabaya).

0 0 111

MOTIF PENDENGAR AKTIF RADIO PRAMBORS FM SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pendengar Radio Prambors FM Surabaya Dalam Program Acara “Afternoon Show”).

2 4 78

Proses produksi acara talk show Jogja forum di radio Trijaya FM Yogyakarta FABIANUS WIDIYARTO

0 0 94

KEPUASAN PENDENGAR AKTIF RADIO SONORA FM (Studi Deskriptif Tentang Kepuasan Pendengar Aktif Terhadap Program Acara Voice de Campus di Radio SONORA FM Surabaya)

0 0 25

KEPUASAN REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA TALK SHOW “TONIGHT SHOW” (Studi Deskriptif Kuantitatif Kepuasan Remaja Surabaya Menonton Program Acara Talk Show “TONIGHT SHOW” Di NET TV) SKRIPSI

0 4 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - KEPUASAN REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA TALK SHOW “TONIGHT SHOW” (Studi Deskriptif Kuantitatif Kepuasan Remaja Surabaya Menonton Program Acara Talk Show “TONIGHT SHOW” Di NET TV)

1 3 8