10
d. Siklus hidup
Symphylid meletakkan telur secara berkelompok antara 4-25 butir, pada kedalaman 9-12 inci di bawah permukaan tanah. Telur menetas dalam waktu
sekitar 10 hari menjadi nimfa dengan 6 pasang kaki dan 6 segmen antennal. Seluruh siklus hidup berkisar 45-60 hari. Selama cuaca panas, symphylid
bergerak ke dalam lapisan tanah. Symphylid sangat peka terhadap cahaya dan bergerak cepat di tanah, bersembunyi dengan cepat ketika diganggu Flint, 1990.
Gambar 3. Telur symphylid Sumber: Ralph Berry, 1973
e. Pengendalian symphylid
Secara alami populasi symphylid dikendalikan oleh faktor lingkungannya. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tergenangnya lahan selama lebih 1 minggu
dapat menekan populasi symphylid. Berbagai musuh alami symphylid yang ada di alam yaitu, lipan, tungau, kumbang tanah merupakan hewan predator bagi
symphylid. Beberapa jamur juga dapat menjadi musuh alami symphylid Flint, 1990. Namun, belum banyak laporan jenis jamur tertentu yang efektif menekan
populasis symphylid.
11
2.2 Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Bals. Vuill.
Salah satu jamur entomopatogen yang sangat potensial dalam pengendalian beberapa spesies serangga hama yaitu B. bassiana Balsamo Vuillemin.
Gillespie 1988 menyatakan jamur B. bassiana sebagai agensi hayati sangat efektif mengendalikan sejumlah spesies serangga hama termasuk kutu putih,
rayap, dan beberapa jenis kumbang. Secara sederhana taksonomi jamur B. bassiana Bals. Vuill. menurut Hughes 1971 seperti berikut:
Filum : Ascomycota
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Clavicipitaceae
Genus : Beauveria
Species : Beauveria bassiana Balsamo Vuill.
B. bassiana merupakan cendawan tanah yang sangat umum di temukan di seluruh dunia. Cloyd 2003 melaporkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 750
spesies jamur entomopatogen dari sekitar 100 generasi jamur.
Jamur B. bassiana bersifat polifag dengan miselia bersekat dan berwarna putih, di dalam tubuh serangga yang terinfeksi terdiri atas banyak sel dengan diameter
4µm, sedang di luar tubuh serangga ukurannya lebih kecil yaitu 2 µm Utomo dan Pardede, 1990. Konidia jamur bersel satu, berwarna hialin dengan diameter 2-3
µm. Konidiofor berbentuk zigzag merupakan ciri khas genus Beauveria Barnett, 1960.