59 bersumber pada hal tersebut. Selain empat pilar diatas, dalam Undang-Undang RI
No. 20 BAB II Pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional pemerintah Indonesia memandang perlu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab,
sehingga perlu ditambah pilar kelima yaitu” learning to trust in God”
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan sebagai pembanding dan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas penelitian adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas VI Sekolah Tunas Mekar Bandar Lampung
20082009 1 Terjadi peningkatan prestasi belajar IPA kelas 6 Sekolah Tunas Mekar
Indonesia Bandar Lampung dari Siklus I sampai dengan Sklus 3. Pada Siklus I nilai rata-rata siswa kelas 6A adalah 71,79. Pada Siklus II nilai
rata-rata siswa kelas 6A adalah 76,62 yang berarti meningkat 6,73 pada kelas 6A dari nilai rata-rata Siklus I. Pada Siklus III nilai rata-rata siswa
kelas 6A adalah 78,32 yang berarti mengalami peningkatan sebesar 2,2 pada kelas 6A dari Siklus II atau mengalami peningkatan 9,01 pada
kelas 6Adari Siklus I pembelajarn IPA dengan Pembelajaran Kontekstual. Selain itu, terjadi peningkatan ketuntasan yang signifikan, pada siklus I
pada kelas 6A hanya terdapat 14 atau 60,87 siswa yang mencapai ketuntasan, sedangkan pada siklus III terdapat 23 siswa atau 100 siswa
60 yang mencapai ketuntasan, yang berarti mengalami peningkatan sebesar
64,29. 2 Terjadi peningkatan prestasi belajar IPA kelas 6B Sekolah Tunas Mekar
Indonesia Bandar Lampung dari Siklus I sampai dengan Sklus III. Pada Siklus I nilai rata-rata 6B adalah 72,22. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa
kelas 6B adalah 78,65 yang berarti meningkat 8,90 pada kelas 6B dari nilai rata-rata Siklus I. Pada Siklus III nilai rata-rata siswa 6B adalah 79,46 yang
berarti mengalami peningkatan sebesar 1,03 dari Siklus II atau mengalami peningkatan 10,03 dari Siklus I pembelajarn IPA dengan
Pembelajaran Kontekstual. Selain itu, terjadi peningkatan ketuntasan yang signifikan, pada siklus I pada kelas 6B hanya terdapat 14 atau 60,87
siswa yang mencapai ketuntasan, sedangkan pada siklus III masing-masing terdapat 23 siswa atau 100 siswa yang mencapai ketuntasan, yang berarti
mengalami peningkatan sebesar 64,29. Berdasarkan penelitian tersebut ternyata prestasi belajar dapat ditingkatkan
melalui pendekatan pembelajaran CTL walaupun pada mata pelajaran IPA. Hal ini memungkinkan terjadi peningkatan pembelajaran yang serupa
pembelajaran bahasa, termasuk prestasi belajar menulis deskripsi berbahasa Lampung.
2. Jurnal Teknologi Pendidikan Unila, Volume 04 No 03- Maret 2008. Penelitian Nuraeni Erdawati, dengan judul Penerapan Strategi Contextual Teaching and
Learning CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS SD. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada
61 tiap siklus, serta peningkatan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran
menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan sebagai alternatif penerapan model pembelajaran IPS, terutama pada materi peta tematik keragaman,
kenampakan alam dan buatan.
Merujuk hasil penelitian tersebut ternyata prestasi belajar IPS dapat ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran CTL. Hal ini memungkinkan
terjadi peningkatan pembelajaran yang serupa pada pembelajaran bahasa, termasuk prestasi belajar menulis deskripsi berbahasa Lampung kelas V SDN
1 Sukarame Dua Bandar Lampung.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode classroom action research atau Penelitian
Tindakan Kelas PTK, dengan penekanan terhadap proses pembelajaran menulis deskripsi Bahasa Lampung di kelas V. Pemilihan metode ini didasarkan pendapat
bahwa penelitian tindakan kelas mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran
di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa Hopkins, 1993: 34.
Penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah penelitian melalui refleksi diri atau
Self-reflective inquiry, yaitu guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri, guru mencoba melihat kembali apa yang dikerjakannya, apa dampak tindakannya
bagi siswa dan guru harus memikirkan mengapa dampak tersebut timbul. Berdasarkan hasil renungannya itu kemudian ditemukan kelemahan dan kekuatan
tindakan yang dilakukannya, kemudian memperbaiki kelemahan, mengulang dan menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik.
Data dalam penelitian tindakan kelas dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari
sumber data yang lain. Data dikumpulkan dari guru yang terlibat dalam kegiatan penelitian, sehingga guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai peneliti dan
sebagai guru, guru bukan hanya sekedar pelaksana pembelajaran tetapi juga