Karakteristik Mata Pelajaran Matematika di SMA

vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.

2.3 Efektifitas, Efesiensi dan Daya Tarik Pembelajaran

2.3.1. Efektivitas

Efektifitas menurut Etzioni 2007:54 bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, dan menurut Steers 2005:7, keefektifan menekankan perhatian pada kepedulian hasil dan tujuan yang dicapai. Menurut Sergovani 2004:134, keefektifan adalah kesesuaian hasil yang dicapai dengan tujuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2005:212 efektifitas adalah keadaan yang berpengaruh, dapat membawa dan berhasil guna usaha, tindakan. Sedangkan menurut Saliman dan Sudarsono 2009 : 61 mengungkapkan bahwa efektifitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Tingkat efektivitas pengembangan pembelajaran diukur melalui pencapaian tujuan pembelajaran Reigeluth Merrill dalam Degeng, 2007: 165. Lebih lanjut Reigeluth Merrill mengatakan bahwa ada empat indikator penting yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai efektivitas pembelajaran. Keempat indikator tersebut adalah sebagai berikut. a. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, b. kecepatan unjuk kerja, c. tingkat alih belajar, d. tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Indikator pertama, kecermatan perilaku yang dipelajari didasarkan pada tingkat kesalahan unjuk kerja siswa. Siswa yang melakukan kesalahan secara minimal makin cermat unjuk kerja siswa. Makin kecil tingkat kesalahan unjuk kerja berarti makin efektif pembelajarannya. Indikator kedua dalam mencapai efektivitas pembelajaran adalah kecepatan unjuk kerja. Kecepatan unjuk kerja dikaitkan dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan unjuk kerja siswa. Dalam hal ini menyitir pendapat Reigeluth Merrill, semakin cepat seorang siswa menampilkan unjuk kerjanya semakin efektif pembelajaran. Sementara itu, kesesuaian dengan prosedur dapat dicapai dengan menampilkan unjuk kerja siswa yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Siswa harus menyajikan unjuk kerja yang telah disepakati, sehingga hasil kerja tidak menyimpang dari aturan. Kuantitas unjuk kerja siswa didasarkan pada banyaknya unjuk kerja yang dihasilkan oleh siswa. Semakin banyak tujuan yang dicapai dalan pembelajaran semakin efektif pula pembelajaran. Selain kuantitas, tolok ukur efektivitas pembelajaran juga didasarkan pada kualitas hasil kerja siswa. Hasil kerja yang berkualitas dapat dijadikan acuan keberhasilan siswa. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran dapat dicapai secara baik. Indikator berikutnya adalah tingkat alih belajar dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Tingkat alih belajar adalah tercapainya penguasaan dari satu konsep ke konsep selanjutnya. Penetapan tingkat alih belajar dapat dilihat dari keberhailan pencapaian indikator- indikator sebelumnya. Tingkat retensi berhubungan dengan lamanya materi yang dikuasai dan direkam dalam ingatan siswa selang periode waktu tertentu. Tingkat retensi lebih mengarah pada kemampuan siswa untuk mengingat kembali sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa.

2.3.2. Efesiensi

Efesiensi menurut Mulyamah 2006:61 merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang diselesaikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya. Menurut H. Emerson 2003:233 Efesiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input masukan dan output hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan, seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Secara garis besar hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Efesiensi menurut Liang Gie 2006: 42 adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Berdasarkan penjelaskan di atas, secara umum efesiensi pembelajaran dikaitkan dengan waktu, personalia dan sumber belajar. Program pembelajaran biasanya dirancang sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan persemester. Oleh karena itu, efesiensi diukur melalui kesesuaian penguasaan materi dengan waktu yang disediakan. Personalia juga sangat menentukan indikator pencapaian efesiensi pembelajaran. Jumlah personalia yang dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dapat dipakai untuk memprediksikan efesiensi pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, sumber belajar juga sebagai penentu efesiensi pembelajaran. Rincian penggunaan masing-masing sumber belajar, seperti ruang, komputer, biaya, media, dan lain sebagainya dapat mengambarkan tingkat efesiensi suatu pembelajaran.

2.3.3. Daya Tarik

Definisi daya tarik belajar siswa menurut Kartono 2006: 131, daya tarik merupakan moment-moment dari kecendurungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif perasaan, emosional yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif emosi yang kuat. Menurut Buchori 2007: 45. Daya tarik juga berkaitan dengan kepribadian, dan pada daya tarik terdapat unsur-unsur pengenalan kognitif, emosi afektif dan kemampuan konatif untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi. Menurut Hardjana 2006: 133. Daya tarik merupakan kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu dan menurut Lockmono 2005:35 daya tarik dapat diartikan kecendrungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Efesiensi menurut Liang Gie 2006: 46 daya tarik berarti sibu, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiaan karena menayadari pentingnya kegiatan itu. Oleh karena itu daya tarik belajar adalah keterlibatan sepenuhnya