Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Pada Bagian Penguraian UD Pusaka Bakti
USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BAGIAN
PENGURAIAN UD PUSAKA BAKTI
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
AFRIANI MELDA DEWI 050403029
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sebagai rasa Syukur tak terhingga penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di industri kecil pembuatan keset kaki dengan nama UD. Pusaka Bakti yang beralamat Desa Telaga Sari No. 36 Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang dijadikan sebagai salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Usulan Perbaikan Fasilitas
Kerja Untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Pada Bagian Penguraian UD Pusaka Bakti”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Medan, Juni 2010
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah yang tak hentinya terucap atas selesainya Tugas Sarjana ini, banyak pihak yang telah membantu baik itu berupa bimbingan ataupun berupa bantuan moril dan materil, sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, teristimewa kepada Ibunda Daimah Nasution, Ayahanda Torkis Harahap dan Adik-adik penulis tercinta Afreri Purnama Dewi, Dewi Roma Widya, Marito Aisyah Dewi, Iqbal Rajamin, Hasna Dewi dan Lena Widya Wati, yang senantiasa ada dan selalu memberikan perhatian, doa dan semangat dalam bentuk apapun kepada penulis.
Pada kesempatan ini pula, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang
telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Dosen Pembimbing I atas
waktu untuk bimbingan, arahan, dan masukan serta ilmu yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
3. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya
meluangkan waktu dan pikiran yang diberikan untuk bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
4. Bapak Ir. Danci Sukatendel, selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah
(9)
5. Pegawai administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Bowo, Kak Dina, Bang Mijo, Bang Nur, Bang Ridho dan Bu Ani yang telah membantu penulis dalam melakukan urusan administrasi di Departemen Teknik Industri USU. Bang Kumis dan Kak Rahma atas kebaikan hatinya meminjamkan buku demi kelancaran pembuatan laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Yatno serta karyawan UD Pusaka Bakti yang telah memberikan izin
untuk mengadakan penelitian dan meluangkan waktu untuk bimbingan penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Bang Andi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan laporan Tugas Sarjana ini.
8. Dwi Indriyani, Nella Siregar, ST, Reviana Riza, ST dan T Fahlani Tiara
Karmen selaku teman terdekat penulis yang tidak bosan selalu memberikan dukungan dan semangat agar laporan ini diselesaikan.
9. Teman-teman seperjuangan di UD Pusaka Bakti Febrin Dina Hutagalung, ST
dan Stephanie Sirait, ST.
10.Gagah Sinaga, ST, Yandre Permana, ST, Rajendra, Khafyan Siregar, ST, Fasti
Fitra, Adelisa, ST, Doddi Trisna, ST, Budi Andryan, ST, Teddy Mahel, ST, Fadillah Amelia, ST, Eka Rizky, ST, Fakhrurrazi Suzli, Ricky Haryadi, Adlin Tambunan, ST, Ardiansyah, ST, Martina Dwi, ST, M. Agustiar, Fauzan, Abdul Hafis, Arih Mende, Andi Priyadi dan SUPER 05 lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu.
11.Rahmatia, Faza Fitriani, Masnun Nova, Rosi Primadanti, Fyta Fradina, Nissa
(10)
12.Mhd Fakhri Akbar, yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan doa serta semangat kepada penulis hingga laporan ini selesai.
13.Abangnda Ihsanul Putra Lubis, ST, Agus Riyanto, ST, Syaiful Azhari Siregar,
ST, Bag Kinantan, ST, Indra S.F. Siregar, ST, Izet Mustakim, ST dan Kakanda Elfrida, ST atas masukan, doa dan semangatnya kepada penulis.
14.Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT dan Bapak Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng selaku
kepala Laboratorium Pengukuran dan Statistik. Teman dan adik-adik seperjuangan di Laboratorium Pengukuran dan Statistik (Velino Aszukra, ST, Budi Rahmadan, Delfandy Putra, Eko Budiono, M. Iman Rzki, Fieley Khorman, Shinta Ernizar, Diky Hajril, Sri Wulandari, Nidia Juneika, Rafika dan Armijal) atas masukan dan dukungan semangatnya dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
15.Pengurus HIMTI periode 2008-2009, adik-adik angkatan 2006, 2007, 2008
dan 2009 atas doa dan semangatnya. Semua dosen-dosen Teknik Industri yang telah memberikan penulis bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga yang nantinya dapat diterapkan oleh penulis.
16.My Best Car ‘Zahra’ yang senantiasa menemani penulis disaat suka maupun duka.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
(11)
DAFTAR ISI
BAB Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
ABSTRAK ... xv
I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-2 1.3. Tujuan Penelitian... I-2 1.4. Manfaat Penelitian... I-3 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-3 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-4
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-1
(12)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-2 2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-3 2.4. Proses Produksi ... II-3 2.4.1. Bahan Baku ... II-4 2.4.2. Bahan Tambahan ... II-4 2.4.3. Bahan Penolong ... II-4 2.4.4. Uraian Proses Produksi ... II-5 2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi... II-7
III LANDASAN TOERI
3.1. Ergonomi... III-1 3.2. Keluhan Muskuloskeletal ...III-3 3.2.1. Standard Nordic Questionaire ...III-5 3.3. Peta Kerja ...III-7 3.3.1. Defenisi Peta Kerja ...III-7 3.3.2. Lambang-lambang yang Digunakan ...III-7 3.3.3. Jenis-jenis Peta Kerja ...III-10 3.3.4. Peta Pekerja dan Mesin (Man Machine Chart)...III-11
(13)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
3.4. Antropometri ...III-13 3.4.1. Antropometri Statis ...III-15 3.4.2. Antropometri Dinamis...III-16 3.4.3. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri...III-16 3.5. Pengukuran Waktu...III-18 3.5.1. Pengukuran Waktu dengan Stop Watch...III-21 3.6. Tahapan Penentuan Waktu Baku...III-23 3.6.1. Uji Keseragaman Data ...III-23 3.6.2. Uji Kecukupan Data...III-24 3.6.3. Penentuan Waktu Standar ...III-25 3.7. Pemanfaatan Data Antropometri Dalam Perancangan Dengan
Menggunakan Konsep Persentil ...III-27 3.7.1. Uji Keseragaman Data ...III-27 3.7.2. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov Smirnov Test...III-27
IV METODOLOGI PENELITIAN...IV-1 4.1.Lokasi Penelitian ...IV-1
4.2. Jenis Penelitian...IV-1 4.3. Objek Penelitian...IV-2 4.4. Variabel Penelitian...IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ...IV-3
(14)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
4.6. Metode Pengumpulan Data...IV-3 4.7. Pengumpulan Data ...IV-4 4.8. Pengolahan Data ...IV-5 4.8. Analisis Pemecahan Masalah...IV-5 4.9. Kesimpulan dan Saran ...IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Pengumpulan Data ...V-1 5.1.1. Data Elemen Kegiatan ...V-1 5.1.2. Data Penilaian Musculosceletal Disorder Berdasarkan
Standard Nordic Questionaire...V-5 5.1.3. Data Antropometri ...V-8 5.1.4. Defenisi Satu Siklus Penguraian ...V-8 5.1.5. Waktu Siklus ...V-9 5.1.6. Man Machine Chart dan Gang Process Chart ...V-10 5.1.7. Sketsa Tempat Kerja Penguraian ...V-29 5.2. Pengolahan Data ...V-30 5.2.1. Pengolahan Data Hasil Kuisioner SNQ ...V-30 5.2.2. Perhitungan Antropometri ...V-32 5.2.3. Penentuan Waktu Terpilih ...V-41
(15)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH... VI-1
6.1. Analisis Tingkat Keluhan Muskuloskeletal ... VI-1 6.2. Analisis Kondisi Aktual Fasilitas Kerja... VI-2 6.3. Perancangan Fasilitas Kerja ... VI-4 6.4. Metode Kerja Baru... VI-19 6.5. Perbandingan Kondisi Kerja Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Fasilitas KErja Bagian Penguraian ... VI-35
VII KESIMPULAN DAN SARAN...VII-1 7.1. Kesimpulan ...VII-1 7.2. Saran ...VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-3 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi... II-7 5.1. Data Standard Nordic Questionairre Operator... V-7 5.2. Data Antropometri Operator ... V-8 5.3. Waktu Pengamatan Selama 3 Hari... V-9 5.4. Perhitungan Uji Keseragaman Data... V-34 5.5. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Lebar Jari (Lj) Telunjuk ... V-36 5.6. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Lebar Jari (Lj) Tengah ... V-36 5.7. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Lebar Jari (Lj) Manis ... V-37 5.8. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Lebar Jari (Lj) Kelingking ... V-38 5.9. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Tinggi Bahu Berdiri ... V-38 5.10. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Diameter Genggaman Tangan... V-39 5.11. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov Jangkauan Tangan ke Depan... V-39 5.12. Dimensi Tubuh Dengan Prinsip Ekstrim ... V-41 5.13. Penentuan Waktu Terpilih ... V-41 5.14. Allowance Operator ... V-45 6.1. Perbandingan Kondisi Kerja Sebelum dan Sesudah Menggunakan
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Struktur Organisasi UD. Pusaka Bakti... II-2 2.2. Assembly Process Chart Pembuatan Keset Kaki dan Cocopress... II-8 3.1. Standard Nordic Questionaire (SNQ) ...III-6 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian...IV-6 5.1. Stasiun Penguraian... V-1 5.2. Mengambil Sabut Kelapa... V-2 5.3. Membawa sabut Kelapa ... V-2 5.4. Meletakkan Sabut Kelapa ... V-3 5.5. Mengambil Sabut Kelapa... V-3 5.6. Memasukkan Sabut Kelapa... V-4 5.7. Memindahkan Hasil Penguraian Sabut Kelapa... V-4 5.8. Standard Nordic Questionaire (SNQ) ... V-6 5.9. Man Machine Chart... V-11 5.10. Gang Process Chart... V-28 5.11. Sketsa Tempat Kerja Penguraian ... V-29 5.12. Identifikasi Keluhan MSDs Operator 1 ... V-30 5.13. Identifikasi Keluhan MSDs Operator 2 ... V-31 5.14. Identifikasi Keluhan MSDs Operator 3 ... V-31 5.15. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Lebar Jari Telunjuk ... V-33
(18)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Halaman
5.16. Uji Keseragaman Data ... V-43 6. 1. Fasilitas Kerja Aktual 3Dimensi ... VI-2 6. 2. Fasilitas Kerja Aktual Tampak Depan ... VI-3 6. 3. Usulan Fasilitas Kerja Tambahan 3 Dimensi... VI-5 6. 4. Usulan Fasilitas Kerja Tambahan Tampak Atas... VI-5 6. 5. Usulan Fasilitas Kerja Tambahan Tampak Samping... VI-6 6. 6. Usulan Fasilitas Kerja Tambahan Tampak Depan... VI-6 6. 7. Konveyor Tampak Depan ... VI-10 6. 8. Konveyor dan Gear Box Tampak Samping ... VI-10 6. 9. Konveyor dan Gear Box 3 Dimensi... VI-11 6. 10. Bak Penampungan Bawah (a) Tampak Samping (b) Tampak Atas.... VI-12 6. 11. Bak Penampungan Bawah 3 Dimensi... VI-13 6. 12. Bak Penampungan Atas (a) Tampak Depan (b) Tampak Samping ... VI-13 6. 13. Bak Penampungan Atas 3 Dimensi... VI-14 6. 14. Alat Bantu Pemindah Sabut Kelapa Untuk Memasukkan Sabut
Kelapa (a) Tampak Depan (b) Tampak Samping... VI-15 6. 15. Alat Bantu Pemindah Sabut Kelapa Untuk Memasukkan Sabut
Kelapa 3 Dimensi ... VI-15 6. 16. Alat Bantu Pemindah Sabut Kelapa Untuk Memindahkan Keluaran
(19)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
Gambar Halaman
6. 17. Alat Bantu Pemindah Sabut Kelapa Untuk Memindahkan Keluaran
Sabut Kelapa 3 Dimensi ... VI-16 6. 18. Man Machine Chart Usulan... VI-21 6. 19. Gang Process Chart Usulan ... VI-34
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran L.1. Nilai Kolmogorov Smirnov
L.2. Tabel besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh L.3. Lembar Asistensi
L.4. Surat Penjajakan Pabrik L.5. Surat Balasan dari Pabrik L.6. SK Tugas Sarjana
(21)
ABSTRAK
UD. Pusaka Bakti merupakan Industri kecil yang pertama kalinya memproduksi keset kaki dari sabut kelapa. Proses produksi pada UD. Pusaka Bakti sebagian besar dilakukan secara manual dengan posisi tubuh yang tidak
ergonomis. Pada stasiun penguraian operator yang menangani keluaran cocofiber,
mengambil dan memindahkan cocofiber dengan cara membungkuk. Aktifitas
kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama
sehingga menimbulkan musculosceletal disorder. Timbulnya musculosceletal
disorder pada operator dapat mengurangi waktu kerja operator sehingga waktu proses penguraian menjadi lebih panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi musculoskeletal disorder pada
operator sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Untuk itu dilakukan penyebaran SNQ untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal, pengukuran waktu kerja dan pengukuran dimensi tubuh operator.
Hasil SNQ menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang berbeda.
Perbedaan pembagian kerja masing-masing operator dapat dilihat pada man
machine chart dan gang process chart.
Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut
adalah dengan melakukan perbaikan fasilitas kerja, yaitu merancang material
handling berupa konveyor untuk memindahkan serat kelapa dari bak penampungan yang satu ke bak penampungan berikutnya, alat bantu pemindah sabut kelapa, dan dua bak penampung yang masing-masing berfungsi untuk menampung hasil keluaran dari mesin pengurai dan menampung serat kelapa yang
dibawa dari konveyor. Perbaikan juga dilakukan terhadap metode kerja sesuai
dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru.
(22)
ABSTRAK
UD. Pusaka Bakti merupakan Industri kecil yang pertama kalinya memproduksi keset kaki dari sabut kelapa. Proses produksi pada UD. Pusaka Bakti sebagian besar dilakukan secara manual dengan posisi tubuh yang tidak
ergonomis. Pada stasiun penguraian operator yang menangani keluaran cocofiber,
mengambil dan memindahkan cocofiber dengan cara membungkuk. Aktifitas
kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama
sehingga menimbulkan musculosceletal disorder. Timbulnya musculosceletal
disorder pada operator dapat mengurangi waktu kerja operator sehingga waktu proses penguraian menjadi lebih panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi musculoskeletal disorder pada
operator sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Untuk itu dilakukan penyebaran SNQ untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal, pengukuran waktu kerja dan pengukuran dimensi tubuh operator.
Hasil SNQ menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang berbeda.
Perbedaan pembagian kerja masing-masing operator dapat dilihat pada man
machine chart dan gang process chart.
Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut
adalah dengan melakukan perbaikan fasilitas kerja, yaitu merancang material
handling berupa konveyor untuk memindahkan serat kelapa dari bak penampungan yang satu ke bak penampungan berikutnya, alat bantu pemindah sabut kelapa, dan dua bak penampung yang masing-masing berfungsi untuk menampung hasil keluaran dari mesin pengurai dan menampung serat kelapa yang
dibawa dari konveyor. Perbaikan juga dilakukan terhadap metode kerja sesuai
dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru.
(23)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bekerja merupakan aktivitas pokok bagi seorang operator didalam sebuah perusahaan. Aktivitas kerja menggunakan fisik, non fisik, atau keduanya dapat menimbulkan ketegangan. Ketegangan tersebut dapat berupa ketegangan otot ataupun ketegangan psikis (mental). Ketegangan otot adalah ketegangan yang ditimbulkan oleh kelelahan dari keadaan fisik. Ketegangan otot tersebut dapat mengakibatkan keluhan-keluhan kelelahan terhadap otot pada saat bekerja, sehingga dapat mengakibatkan cedera atau penyakit pada operator. Sedangkan ketegangan psikis diakibatkan karena kecapekan dan kondisi yang tidak sehat yang dapat menimbulkan stres kerja. Gangguan stres ini biasanya timbul setelah operator bekerja terus menerus dengan tingkat istirahat yang rendah. Bekerja dengan keadaan tubuh yang tidak normal dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja.
UD Pusaka Bakti adalah usaha dagang yang memproduksi keset kaki
yang terbuat dari sabut kelapa dan memproduksi cocopress. Untuk memproduksi
keset kaki, sabut kelapa harus melalaui beberapa tahapan terlebih dahulu, yaitu tahap penguraian, pemintalan dan penjalinan. Pada bagian penguraian, operator
yang menangani keluaran cocofiber mengambil dan memindahkan cocofiber
(24)
Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat
rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah
keluhan yang dialami pada bagian-bagian otot skeletal. Salah satu penyebab terjadinya keluhan musculoskeletal adalah aktivitas angkat angkut yang dilakukan secara manual.1
Timbulnya musculoskeletal disorders pada operator dapat mengurangi
waktu bekerja operator sehingga waktu proses penguraian menjadi lebih panjang. Dalam penelitian ingin dicari solusi permasalahan di bagian penguraian.
1.2. Rumusan Permasalahan
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang fasilitas kerja yang ergonomis pada bagian penguraian sehingga dapat mengurangi
musculoskeletal disorders operator dan operator dapat bekerja dengan EASNE.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengurangi musculoskeletal
disorder pada operator.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi musculoskeletal disorder pada operator.
2. Mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis.
3. Menemukan metode kerja baru yang lebih baik bagi operator sehingga dapat
(25)
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berkut:
1. Sebagai masukan bagi UKM dalam melakukan perancangan peralatan dan
fasilitas kerja, serta metode kerja yang baik.
2. Menjadi sarana untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada perusahaan.
3. Dapat mempererat kerjasama antara UKM yang bersangkutan dengan
Departeman Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Operator dan fasilitas kerja yang diteliti adalah operator bagian penguraian.
b. Tidak dilakukan perhitungan estimasi biaya terhadap fasilitas kerja yang
dirancang.
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Operator sudah paham dan dapat mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik.
b. Proses produksi berjalan normal selama penelitian.
(26)
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, proses produksi serta organisasi dan manajemen perusahaan.
BAB III LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan teori tentang ergonomi, teori tentang
antropometri, teori tentang musculoskeletal disorders dan teori
pendukung lainnya.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan langkah-langkah penelitian yang
merupakan gambaran bagaimana penelitian ini akan dilakukan dan merupakan kerangka berpikir yang digunakan untuk mengkaji permasalahan hingga diperoleh kesimpulan dan saran.
(27)
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
penyebaran Standar Nordic Questionnaire (SNQ) yang berisi
daftar pertanyaan kepada operator bagian penguraian, pengukuran waktu dan dimensi tubuh operator.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi pambahasan dan analisis pemecahan masalah yang
dilakukan adalah untuk mengetahui musculoskeletal disorder pada
bagian penguraian. Sehingga dirancang peralatan yang dapat
mengurangi musculoskeletal disorder dan untuk mendapatkan
metode kerja yang terbaik sehingga produktivitas kerja operator meningkat.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.
(28)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Unit kegiatan masyarakat (UKM) UD Pusaka Bakti adalah sebuah usaha yang tergolong pada usaha kecil. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1971 dengan pemilik dan sekaligus pendiri perusahaan adalah Bapak Yatno. Perusahaan ini beralamat Desa Telaga Sari No. 36 Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Usaha UD. Pusaka Bakti meliputi pembuatan keset kaki, cocopress dan
cocopeat. Dalam sehari, UD Pusaka Bakti mengolah 3 ton sabut kelapa. Sekitar
20-25% akan menjadi cocopress dan keset kaki, dan 75-80% berupa cocopeat,
yang bisa digunakan untuk makanan ternak dan pupuk.
Keset kaki yang diproduksi terbagi atas tiga jenis berdasarkan ukuran dan berat yaitu ½ kg, 1 kg, dan 11/2 kg. Keset kaki yang dihasilkan merupakan hasil
dari pemintalan cocofiber. Ukuran pemintalan dibagi menjadi tiga yaitu, ukuran
pemintalan yang kecil dinamakan lusi, untuk ukuran yang sedang dinamakan anyam, sedangkan untuk ukuran besar dinamakan babat.
(29)
2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu.
Struktur organisasi UD. Pusaka Bakti adalah struktur organisasi lini. Dimana wewenang dan kebijakan pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya menurut garis vertikal (lini). Struktur organisai pada UD . Pusaka Bakti dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Pusaka Bakti
2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang dimiliki oleh UD Pusaka Bakti berjumlah 10 orang dengan pembagian pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
(30)
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Jenis Pekerjaan Jumlah
Pimpinan 1 orang
Penguraian 4 orang
Pemintalan 3orang Penjalinan 2orang
Pengayakan 1 orang
Sumber : hasil wawancara
Pekerja bekerja dari hari Senin hingga Sabtu dengan jam kerja mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Pekerja istirahat pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.
2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Pada UD. Pusaka Bakti, upah karyawan dibayar harian. Besar upah karyawan ditentukan oleh banyaknya produk yang diselesaikan oleh pekerja pada satu hari. Operator tidak diberikan fasilitas lain karena semua pekerja bertempat tinggal di sekitar perusahaan.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
(31)
mengggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada, dan menghasilkan nilai tambah dari suatu barang.
2.4.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama (memiliki komposisi terbesar dari semua bahan) dalam proses produksi dimana sifat dan bentuk bahan tersebut akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan adalah sabut kelapa.
2.4.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang dihasilkan pemakaiannya relatif sedikit.. Bahan tambahan yang digunakan adalah tali plastik
pada proses packing.
2.4.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang membantu proses produksi tetapi tidak ikut dalan dalam produk akhir. Adapun bahan penolong yang digunakan antara
lain air yang berfungsi untuk membantu proses penguraian cocofiber dan
membantu agar cocopeat mudah dikumpulkan sehingga lingkungan kerja dapat
(32)
2.4.4. Uraian Proses Produksi
Sabut kelapa sebagai bahan baku utama pembuatan keset kaki melewati berbagai tahapan pengolahan (proses produksi) hingga menjadi produk keset kaki yang siap dipasarkan.
A.Proses Pembuatan Keset Kaki
Uraian proses produksi dari pembuatan keset kaki adalah sebagai berikut :
1. Penguraian
Pada proses ini digunakan mesin pengurai. Sebelum sabut kelapa dimasukkan ke mesin pengurai disemprotkan air terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar sabut tidak telalu kering untuk memudahkan proses penguraian pada mesin pengurai. Proses penguraian ini dilakukan tiga kali agar dihasilkan cocofiber yang lebih baik.
2. Pemintalan
Proses ini berlangsung semi otomatis, mesin dibantu tenaga manusia sebagai pengendalinya. Sabut yang telah diurai di pintal menjadi tali dalam tiga ukuran, yaitu ukuran kecil (lusi), ukuran sedang (anyam) dan ukuran besar (babat).
3. Penjalinan
Proses ini merupakan penggabungan lusi dengan babat yang telah dipotong menjadi bagian yang lebih kecil sehingga membentuk keset kaki.
(33)
4. Pembingkaian
Proses ini dilakukan pada setiap sisi keset hasil panjalinan dengan menggunakan anyam yang telah dijalin sebagai pembingkainya. Proses ini dilakukan dengan menggunakan jarum rajutan dan diikuti proses perataan. 5. Packing
Proses ini merupakan akhir dari pembuatan keset kaki, dilakukan setelah keset kaki dibingkai. Proses ini dibedakan berdasarkan ukuran dari keset
kaki yang dihasilkan. Ukuran 0,35 cm X 0,50 cm akan di packing bila
sudah menyelesaikan dua puluh buah, dan untuk ukuran 0,35 cm X 0,70 cm akan di packing bila memenuhi sepuluh buah keset kaki.
B.Proses Pembuatan Cocopress
Uraian proses produksi dari pembuatan cocopress adalah sebagai berikut :
1. Penguraian
Sama seperti proses penguraian pada pembuatan keset kaki. Sabut disemprotkan air agar sabut tidak kering pada saat diurai. Proses penguraian dilakukan sebanyak tiga kali.
2. Penjemuran
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di dalam sabut hasil dari proses penguraian.
3. Pengayakan
Proses pengayakan ini dilakukan untuk mempermudah pengepresan
(34)
4. Pengepresan
Cocofiber hasil dari proses pengayakan akan dipress yang kemudian akan menghasilkan cocopress dan selanjutnya akan dipacking.
Assembly Process Chart proses pembuatan keset kaki dan cocopress dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan yang digunakan di UD. Pusaka Bakti untuk berproduksi dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi
Nama Fungsi Spesifikasi Jumlah
Mesin Pengurai Mengubah sabut kelapa menjadi cocofiber
Kapasitas 1 ton CF/7 jam
kerja, dengan tenaga solar 1 unit
Alat Pemintal Memintal serabut menjadi
lusi, anyam dan babat - 1 unit
Mesin Pengayak Memisahkan cocopeat dari
cocofiber Kapasitas 200 kg CF/jam 1 unit
Mesin Press Mengepress cocofiber menjadi
bal Kapasitas 1 bal/ 20 menit 1 unit
Timbangan Duduk Menimbang berat hasil
pintalan dan pengepresan Kapasitas 1000 kg 1 unit Pisau Potong Memotong babat - 3 unit
Alat Penjalinan Menjalin babat, anyam dan
lusi menjadi sebuah keset kaki - 1 unit
Jarum Bingkai Mengkaitkan bingkai pada
setiap sisi hasil penjalinan - 1 unit Sumber : Hasil observasi
(35)
(36)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien2.
Pada penerapan ergonomi, diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan penyelidikan-penyelidikan. Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi dikelompokkan atas 4 bidang penyelidikan yaitu :
1. Penyelidikan tentang tampilan (display)
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang
menyajikan informasi tentang keadaaan lingkungan dan kemudian mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka-angka, lambang dan sebagainya. Informasi tersebut dapat disajikan dalam bentuk dinamis yang menggambarkan perubahan menurut waktu sesuai dengan variabelnya, misalnya speedometer.
(37)
2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia dilakukan ketika manusia mulai melakukan aktivitas kerja dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan objek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.
3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja
Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran (dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja
Penyelidikan tentang lingkungan kerja meliputi kondisi fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, seperti pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur, getaran, dan lain-lain yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.
3.2. Keluhan Musculoskeletal3
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
3
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan produktivitas. UNIBAS Press. Surakarta
(38)
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilakan dengan
Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.
Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain = LBP).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
(39)
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20%. Peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Bila suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut.
1. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhakan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal.
2. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan
(40)
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
4. Faktor penyebab sekunder
Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekwensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dpat dilakukan dengan berbagai cara mulai metoda yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Questionnaire.
3.2.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mualai dari Tidak Sakit (TS), agak sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
(41)
Cara ini merupakan cara yang cukup sederhana dan mengandung nilai subjektivitas yang tinggi. Untuk menekankan bias yang terjadi, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja. Cara ini dilakukan agar dapat diketahui perbedaan dan perbandingan sebelum dan sesudah berkerja.
Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
KETERANGAN
NO JENIS KELUHAN
1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri
3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri
(42)
3.3. Peta Kerja4
3.3.1. Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Dengan menggunakan peta–peta kerja ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh benda kerja mulai masuk ke pabrik yang berbentuk bahan baku, kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti : transportasi operasi, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau produk setengah jadi. Dengan menggunakan peta kerja ini, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Peta kerja merupakan alat yang baik untuk menganalisa dan memperbaiki kesalahan, dan akan sangat bermanfaat dalam perencanaan sistem kerja.
3.3.2. Lambang-lambang yang Digunakan
Peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberth. Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Kemudian pada tahun berikutnya jumlah lambang-lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya tinggal 5 jenis lambang. Penyederhanaan ini memudahkan pembuatan suatu peta kerja dimana setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang mempunyai kandungan arti yang sangat luas.
(43)
American Society of Mechanical Engineers (ASME) pada tahun 1947 membuat standar lambang-lambang yang terdiri dari 5 macam lambang. Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan oleh Gilberth. Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Lambang-lambang tersebut diuraikan sebagai berikut:
Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Contohnya:
- Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut.
- Pekerjaan merakit.
- Pekerjaan mengeraskan logam.
Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik dari segi kualitas, maupun segi kuantitas. Contohnya:
- Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap
(44)
Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Contohnya:
- Benda kerja dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas
- Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk mengalami
operasi berikutnya.
Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Contoh:
- Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain
- Peti menunggu untuk dibongkar
Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contohnya:
- Dokumen-dokumen/ catatan-catatan disimpan sebagai arsip
(45)
Aktivitas Gabungan (Operasi dan Inspeksi)
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
3.3.3. Jenis-jenis Peta Kerja
Peta-peta kerja pada dasarnya dibagi atas dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu :
1. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.
Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu : a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)
d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)
e. Diagram Aliran (Flow Diagram)
2. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.
Yang termasuk peta kerja setempat yaitu :
a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang
(46)
biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan adalah untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, di mana satu sama lainnya saling berhubungan dan kelancaran proses produksi secara keseluruhan tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja.
3.3.4. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
Peta pekerja dan mesin merupakan peta pertama yang termasuk kelompok kegiatan setempat. Peta pekerjaan dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu
menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menganggur.
Kegunaan peta pekerja dan mesin antara lain berupa informasi waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, dimilki data yang baik untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan terhadap suatu sistem kerja.
Peningkatan efektifitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan cara :
1. Merubah tata letak tempat kerja
2. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja
3. Merancang kembali mesin dan peralataan
(47)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat peta pekerja dan mesin, yaitu : nyatakan identifikasi peta yang dibuat, kemudian diikuti oleh informasi pelengkap yang meliputi: nomor peta, nama pekerjaan, metode sekarang atau usulan, tanggal dipetakan dan nama orang pembuat peta. Setelah semua identifikasi lengkap langkah berikutnya menguraikan semua elemen pekerjaan yang terjadi.
Lambang-lambang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Menunjukkan waktu menganggur
Menunjukkan kerja tak bergantungan (independent)
Menunjukkan kerja kombinasi
3.3.5. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)
Peta ini dapat digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Jenis pekerjaan atau tempat kerja yang mungkin memerlukan analisa melalui peta proses kelompok kerja misalnya pekerjaan-pekerjaan pergudangan, pemeliharaan, atau pekerjaan-pekerjaan pengangkutan material lainnya.
(48)
Setiap peta aliran proses dipetakan dalam arah mendatar, sehingga paralel satu sama lain, yang satu di atas atau di bawah yang lainnya. Jelaslah disini bahwa satu seri pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang operator sangat erat sekali hubungannya dengan seri operator-operator lainnya. Karena adanya kebergantungan tiap aktivitas, maka dalam peta proses kelompok kerja biasanya banyak dijumpai lambang-lambang kelambatan, yang menunjukkan bahwa suatu aktivitas sedang menunggu aktivitas lainnya.
Peta ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Masalah utama jika terjadi kerja sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas dengan lainnya saling bergantung adalah banyaknya dijumpai aktivitas-aktivitas menunggu (delay). Tujuan utama yang harus dianalisa
dari kelompok kerja adalah meminimumkan waktu menunggu (delay). Dengan
berkurangnya waktu menunggu berarti dapat tercapai tujuan lain yang lebih nyata di antaranya dapat mengurangi ongkos produksi atau proses dan dapat mempercepat waktu penyelesaian produk atau proses. Keuntungan-keuntungan di atas bisa dicapai setelah dilakukan analisa yang teliti.
3.4. Antropometri5
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
(49)
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja,
komputer dan lain-lain.
d. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.
2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah usia tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
(50)
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa merupakan ras kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan ras Mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk ras Kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk ras Mongoloid.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan/dilatih akan mengakibatkan otot tersebut berukuran lebih besar. Misalnya: dimensi seorang buruh pabrik, dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.
3.4.1 Antropometri Statis
Antropometri statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension). Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri atau duduk,
(51)
3.4.2. Antropometri Dinamis
Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Jadi, pengukuran dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data antropometri dinamis. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan kursi mobil. Dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara atap mobil harus menggunakan data antropometri dinamis.
3.4.3. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri
Agar rancangan suatu poduk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:
(52)
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti
90-th, 95-th, atau 99-th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa
dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat, dan lain-lain.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam contoh penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu (adjustable)
Di sini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang
(53)
bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai denagn 95-th percentile.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dibuat dan dirancang untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang berukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
3.5. Pengukuran Waktu
Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi ke dalam dua bagian, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung dapat dilakukan di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dilakukan. Dua metode yang termasuk pengukuran waktu secara langsung adalah metode jam henti (stop watch time study) dan sampling kerja (work sampling).
Sampling kerja (work sampling) merupakan suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu tertentu secara acak yang dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas dimana pengamatan yang dilakukan menggunakan sampel yang diambil secara random. Pengambilan sampel dibenarkan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tidak memungkinkan kita untuk melakukan pengamatan terhadap seluruh anggota populasi.
(54)
Yang dicari dengan melakukan pengukuran pengukuran ini adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk meyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran pengukuran yang sangat banyak (sampai tak terhingga kali, misalnya), karena dengan demikianlah diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika hanya dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar, tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukuran akan hilangan sebagian kepastian akan ketetapan/rata rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur; Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakkan pengukuran yang sangat banyak.
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari). Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam
(55)
bahwa pengukur memperbolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.
Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan
terjadi hanya dengan kemungkinan 5% (= 100%-95%). Sebagai contoh,
katakanlah rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan adalah 100 detik. Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika dilakukan tak terhingga kali pengukuran. Paling jauh yang didapat dilakukan adalah memperkirakannya dengan melakukan sejumlah pengukuran. Dengan pengukuran yang tidak sebanyak itu maka rata-rata yang diperoleh, mungkin tidak 100 detik, tetapi suatu harga yang lain, misalnya 88, 96, atau 105 detik. katakalah rata-rata pengukuran yang didapat 96 detik. Walaupun rata rata sebenarnya (=100 detik) tidak diketahui, jika jumlah pengukuran yang dilakukan memenuhi untuk ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%, maka pengukur mempunyai keyakinan 95% bahwa 96 detik itu terletak pada interval harga rata rata sebenarnya dikurangi 10% dari rata rata ini, dan harga rata rata sebenarnya ditambah 10% dari rata rata ini. Mengenai pengaruh tingkat tingkat ketelitian dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan.
(56)
3.5.1. Pengukuran Waktu dengan Stop Watch6
Pengukuran waktu dengan jam henti (stop watch) pertama kali
diperkenalkan oleh Frederick W. Taylorsekitar abad 19 yang lalu. Metode ini terutama baik sekali diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung
singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Defenisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaaian pekerjaan,
seperti layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan dan lain-lain.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
(57)
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, uji pula keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan
untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance
operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka
performance dianggap normal (100%).
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukkan oleh
operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan-kebutuhan personil yanga bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material dan lain-lainnya.
9. Tetapkan waktu kerja baku (Standard Time) yaitu jumlah total antara waktu
normal dan waktu longgar.
Berdasarkan lagkah-langkah di atas terlihat bahwa pengukuran waktu dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang objektif karena di sini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak cuma sekedar diestimasi secara subjektif. Di sini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
(58)
1. Metoda dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini dengan pekerjaan yang serupa.
2. Operator harus memahami benar prosedur dan metoda pelaksanaan kerja
sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
3. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan
kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
4. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada.
3.6. Tahapan Penentuan Waktu Baku 3.6.1. Uji Keseragaman Data7
Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan yaitu:
a. Lakukan pengukuran waktu dalam beberapa hari dimana data waktu yang berasal dari hari yang sama dikelompokkan ke dalam subgroup yang sama.
(59)
b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan : n X X n i i
1Dimana n = jumlah subgrup yang terbentuk
i
X = harga rata-rata dari subgrup ke-i c. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:
Untuk sampel : Untuk populasi :
1 ) ( 2
n X Xi N X X s
i 2 ) (
dimana:
N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan Xi = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i
d. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus:
Dimana n = jumlah subgroup
c. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)
dengan rumus:
X
Z X
BKA
X
Z X
(60)
Dimana Z diperoleh dari tabel distribusi normal untuk luas sebesar tingkat keyakinan.
3.6.2. Uji Kecukupan Data
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu yang telah diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi oleh: a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari hasil
pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.
b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya probabilitas bahwa data yang didapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan.
Rumus uji kecukupan data:
2 1 2 1 1 2 '
n i i n i i n i i X X X N s z N Keterangan:N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup
(61)
3.6.3. Penentuam Waktu Standar
Sebelum menentukan waktu standar, terlebih dahulu ditentukan waktu
longgar (allowance). Waktu longgar (allowance) yang dibutuhkan akan bisa
diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatique allowance dan delay
allowance.
1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Pribadi
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif ringan, dimana operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5 % (atau 10 sampai 24 menit) akan dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat personil.
2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan fikiran banyak (lelah mental) dan lelah fisik. Di sini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan dan factor-faktor lainnya. Barangkali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari lama waktu periode yang diberikan berkisar 5 samapai 15 menit.
(62)
Keterlambatan bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan, tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari.
Dengan demikian waktu baku dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus:
Waktu Standar
% %
100
% 100
Allowance x
Normal Waktu
3.7. Pemanfaatan Data Antropometri Dalam Perancangan Dengan Menggunakan Konsep Persentil
3.7.1. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data perlu untuk pengendalian proses bagian data yang
ditolak atau tidak seragam (out of control) karena tidak memenuhi batas yang
telah ditetapkan.
Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat digunakan dalam menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan rata-rata. Batas kontrol atas (BKA) serta bata kontrol bawah (BKB) dicari dengan formulasi sebagai berikut:
2 XBKA BKB X2
3.7.2. Uji Kenormalan Data dengan Komlogorov Smirnov Test
Uji kesesuaian antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan, yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi
(63)
dapat juga digunakan uji kolmogorov smirnov. Suatu alternatif dari uji kesesuaian ini dikemukakan oleh A. Kolmogorov dan NV Smirnov matematis Bangsa Rusia yang meletakkan dasar teoritis dari alternatif uji kesesuaian.
Dalam uji kolmogorov-smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi kumulatif yang diharapkan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah :
1. Data dari hasil pengamatan disusun mulai dari nilai pengamatan terkecil
sampai nilai pengamatan terbesar.
2. Nilai pengamatan tersebut kemudian disusun membentuk distribusi frekuensi
kumulatif relatif, dan notasikan dengan Fa(X).
3. Hitung nilai Z dengan rumus
2
X Xi Z
Keterangan : Xi = data ke-i
X = nilai rata-rata
= standar deviasi
4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan kurva normal) dan
notasikan dengan Fe(X)
5. Ambil selisih antara Fa(X) dengan distribusi normal Fe(X)
6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D
D = Max Fa(X) – Fe(X)
7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai Dα dari table uji
(64)
Kriteria pengambilan keputusannya adalah : Ho diterima apabila D < Dα
Ho ditolak apabila D > Dα
Ho artinya data berdistribusi normal. Data yang sudah berdistribusi normal dapat digunakan dalam konsep persentil.
(65)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di UD. Pusaka Bakti yang berlokasi Desa Telaga Sari No. 36 Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. UD. Pusaka Bakti ini merupakan usaha dagang yang memproduksi keset kaki yang terbuat dari cocofiber dan memproduksi cocopress.
Peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian pendahuluan ke UD. Pusaka Bakti pada Tanggal 7 desember 2009 sampai tanggal 10 desember 2009 untuk mengetahui kondisi awal di perusahaan dan untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat di perusahaan tersebut. Setelah mengetahui kondisi awal dan permasalahan pada perusahaan tersebut, maka dilakukan pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian melalui cara wawancara dan observasi langsung. Penelitian berlangsung selama 4 bulan.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya pada kegiatan penguraian sabut kelapa di UD Pusaka Bakti. Penelitian ini mencoba memberikan gambaran kondisi eksisting pada proses penguraian sabut kelapa. Gambaran kondisi eksisting yang diperoleh dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat
(66)
menghasilkan metode kerja baru yang ergonomis dan dapat meningkatkan produktivitas kerja operator. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari penurunan level (tingkatan) keluhan musculoskeletal pada operator dan pengurangan jumlah operator yang dibutuhkan dalam proses penguraian.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja pada bagian penguraian, fasilitas kerja dan tata letak komponen pada bagian penguraian.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Data keluhan muskuloskeletal operator di bagian penguraian.
2. Data antropometri operator diukur dengan human body martin yaitu:
a. Lebar jari, digunakan untuk menentukan lebar pegangan alat pemindah
sabut kelapa.
b. Diameter genggaman tangan, digunakan untuk menentukan diameter
tongkat alat pemindah sabut kelapa.
c. Tinggi bahu berdiri, digunakan untuk menentukan tinggi alat pemindah
sabut kelapa.
3. Data dimensi fasilitas kerja
(67)
4.5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :
1. Wawancara
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara dengan pemilik usaha dan operator.
2. Standad Nordic Questionnaire
Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dialami operator di bagian
penguraian. 3. Kamera
Untuk melihat kondisi gerakan kerja operator di bagian penguraian. 4. Human body martin dan Kursi Antropometri
Untuk mengukur dimensi tubuh operator.
5. Meteran
Untuk mengukur dimensi fasilitas kerja 6. Stopwatch
Untuk mengukur waktu proses penguraian.
4.6. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan kuesioner. Observasi merupakan kegiatan berupa kunjungan secara berkala ke bagian penguraian. Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan operator bagian penguraian dan pemilik perusahaan. Sedangkan kuesioner
(68)
merupakan penyebaran Standar Nordic Questionnaire (SNQ) yang berisi daftar pertanyaan kepada operator bagian penguraian yaitu sebanyak tiga operator untuk mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal.
4.7. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Merupakan data yang dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau eksperimen. Data primer yang dikumpulkan berupa:
a. Data keluhan musculoskeletal dengan melakukan penyebaran SNQ
(standard nordic questionnaire). Data ini berisi kategori keluhan berdasarkan sangat sakit, sakit, agak sakit dan tidak sakit yang diberi bobot untuk masing-masing kategorinya, dimana sangat sakit diberi bobot 3, sakit diberi bobot 2, agak sakit diberi bobot 1 dan tidak sakit diberi bobot 0.
b. Data antropometri operator.
c. Data waktu operasi aktual penguraian
d. Metode kerja aktual.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari laporan-laporan perusahaan yang ada, yang meliputi data dari perusahaan
(69)
4.8. Pengolahan Data
Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan, yaitu :
a. SNQ (Standard Nordic Questionaire) untuk menentukan bagian tubuh yang
mengalami MSDs (Musculoskeletal Disorders).
b. MMC (Man Machine Chart) dan GPC (Gang Process Chart) untuk
mengetahui metode kerja eksisting.
c. Pengolahan data untuk mendapatkan waktu standar dengan tahapan uji
keseragaman data, uji kecukupan data, dan penentuan waktu siklus.
d. Pengolahan data dimesi tubuh dengan tahapan uji keseragaman data, uji
kenormalan data, dan penentuan prinsip perancangan dengan persentil.
4.9. Analisis Pemecahan Masalah
Data yang telah selesai diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah untuk memngetahui
musculoskeletal disorder pada bagian penguraian. Sehingga dirancang peralatan
yang dapat mengurangi musculoskeletal disorder dan untuk mendapatkan metode
kerja yang terbaik sehingga produktivitas kerja operator meningkat.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap akhir dari penelitian ini ditarik kesimpulan dari hasil penelitian dan masukan yang dianggap penting untuk menindaklanjuti hasil penelitian.
(70)
(71)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Data Elemen Kegiatan
Gambar stasiun penguraian dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Stasiun Penguraian
Data elemen kegiatan pada setiap operator dapat dilihat pada Gambar 5.2. sampai Gambar 5.7.
(72)
Operator yang bertugas memindahkan sabut kelapa ke dekat mesin pengurai
a.Operator mengambil sabut kelapa untuk dipindahkan ke dekat mesin pengurai
Gambar 5.2. Mengambil Sabut Kelapa
b. Operator membawa sabut kelapa untuk dipindahkan ke dekat mesin pengurai
(73)
c. Operator meletakkan sabut kelapa di dekat mesin pengurai
Gambar 5.4. Meletakkan Sabut Kelapa
Operator yang bertugas memasukkan sabut kelapa ke dalam mesin pengurai
a. Operator mengambil sabut kelapa dari tumpukan sabut kelapa.
(74)
b. Operator memasukkan sabut kelapa ke dalam mesin pengurai
Gambar 5.6. Memasukkan Sabut Kelapa
Operator yang bertugas memindahkan hasil keluaran mesin pengurai Operator memindahkan hasil penguraian sabut kelapa
(75)
5.1.2. Data Penilaian Musculoskeletal Disorders Berdasarkan Standard Nordic Questionaire
Standard Nordic Questionnaire diberikan kepada ketiga operator stasiun penguraian untuk mengetahui musculoskeletal disorders. Penilaian untuk keluhan pada bagian tubuh diberikan berdasarkan skala likert, yaitu:
a. Untuk tidak ada keluhan diberikan nilai 0 b. Untuk keluhan agak sakit diberikan nilai 1 c. Untuk keluhan sakit diberikan nilai 2
d. Untuk keluhan sangat sakit diberikan nilai 3
Data yang telah dikumpulkan disajikan pada Tabel 5.1. untuk ketiga operator stasiun penguraian. Bentuk pengumpulan data untuk mengetahui keluhan-keluhan
musculoskeletal dari operator dengan menggunakan Standard Nordic Qustionare
(76)
Standard Nordic Qustionaire (SNQ)
Nama : ……….
Umur : ………... tahun
Jenis kelamin : Pria / Wanita
Status keluarga : Kawin / Belum kawin
Pengalaman kerja : ……… tahun ……… bulan
Pekerjaan : ……… Stasiun ..………..
Apa yang Anda rasakan sakit/lelah/keluhan ketika : jam kerja Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia dibawah ini.
TINGKAT KELUHAN NO JENIS KELUHAN
Tidak sakit
Agak sakit
Sakit Sanga t sakit
0 Sakit kaku di leher bagian atas
1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah
2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah
kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki
kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan
(77)
Tabel 5.1. Data Standard Nordic Questionaire Operator Operator
No Dimensi
Tubuh 1 2 3
0 1 1 1
1 2 2 1
2 2 3 3
3 2 2 3
4 2 2 1
5 1 1 2
6 2 2 1
7 2 2 2
8 1 1 2
9 1 1 2
10 1 1 1
11 1 1 1
12 2 1 1
13 2 1 1
14 3 1 1
15 3 1 1
16 3 1 1
17 3 1 1
18 1 1 1
19 1 1 3
20 1 2 3
21 1 2 3
22 2 2 3
23 2 2 3
24 2 2 1
25 2 2 1
26 2 1 1
27 2 1 1
(78)
5.1.3. Data Antropometri
Berdasarkan hasil rekapitulasi data SNQ, dapat ditentukan dimensi tubuh yang diukur sesuai dengan keluhan dan rancangan alat yang akan diperbaiki. Pada Tabel 5.2. disajikan data dimensi tubuh operator.
Tabel 5.2. Data Antropometri Operator
Dimensi jari
Telunjuk Jari Tengah Jari Manis Kelingking
No
Lebar (cm) Lebar (cm) Lebar (cm) Lebar (cm)
Tbb (cm)
Jktd (cm)
Diameter Genggaman
Tangan (cm)
1 1,25 1,40 1,30 1,00 124,50 67,00 2,95
2 1,40 1,40 1,25 1,10 121,00 66,00 2,70
3 1,45 1,50 1,30 1,20 123,00 68,00 3,45
4 1,30 1,50 1,35 1,10 142,00 70,30 3,08
5 1,30 1,45 1,35 1,10 122,00 60,30 3,20
6 1,25 1,30 1,10 1,00 132,00 65,00 3,32
7 1,25 1,20 1,25 1,10 126,00 64,00 3,70
8 1,40 1,50 1,30 1,10 121,40 65,80 3,82
9 1,15 1,35 1,10 1,00 136,60 68,10 3,58
10 1,40 1,50 1,30 1,00 141,60 74,00 3,08
Sumber : Hasil Pengukuran
5.1.4. Definisi Satu Siklus Penguraian
Dimulai dari uraian I operator 1 memasukkan sabut kelapa ke dalam mesin pengurai secara terus menerus hingga bahan baku habis dimasukkan, operator 2 memindahkan hasil keluaran dari mesin pengurai hingga keluaran terakhir ke tempat penampungan sementara. Operator 1 mematikan mesin pengurai, operator 3 memindahkan hasil keluaran dari tempat penampungan sementara ke dekat mesin pengurai sedangkan operator 2 menyiram hasil keluaran yang dipindahkan
(79)
dalam mesin pengurai secara terus menerus,operator 3 terus memindahkan hasil keluaran ke dekat mesin hingga selesai. Operator 2 memindahkan hasil keluaran ke tempat penampungan sementara. Setelah hasil urai kedua selesai diurai, operator 1 mematikan mesin, operator 3 memindahkan hasil keluaran dari tempat penampungan sementara ke dekat mesin pengurai sedangkan operator 2 menyiram hasil keluaran yang dipindahkan ke dekat mesin pengurai yang selanjutnya diurai untuk terakhir kalinya. Operator 1 menghidupkan mesin pengurai setelah itu langsung memasukkan serat kelapa ke dalam mesin pengurai secara terus menerus, operator 3 terus memindahkan hasil keluaran ke dekat mesin hingga selesai. Operator 2 memindahkan hasil keluaran ke tempat penampungan sementara. Setelah selesai memindahkan hasil urai ke dekat mesin pengurai, operator 3 memindahkan hasil uraian ketiga ke tempat penjemuran.
5.1.5. Waktu Siklus
Setelah dilakukan pengamatan selama 3 hari dengan kapasitas bahan baku sebesar 100 Kg maka diperoleh waktu siklus sebagai berikut
Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Selama 3 Hari
No Pengamatan Hari
Pertama(menit)
Pengamatan Hari Kedua(menit)
Pengamatan Hari Ketiga(menit)
1 30,25 30,40 30,28
2 29,55 31,00 30,15
3 30,30 31,05 30,32
(80)
Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Selama 3 Hari (Lanjutan)
No Pengamatan Hari
Pertama(menit)
Pengamatan Hari Kedua(menit)
Pengamatan Hari Ketiga(menit)
5 31,05 30,05 30,50
6 30,40 30,30 30,25
7 30,10 30,25 30,40
8 30,30 30,27 31,00
9 30,00 30,30 31,05
10 30,20 31,00 30,35
11 31,00 30,45 31,00
12 30,50 30,30 30,44
Sumber : Hasil Pengukuran
5.1.6. Man Machine Chart dan Gang Process Chart
Man Machine Chart merupakan peta untuk melihat produktivitas pekerja
dengan mesin dan Gang Process Chart untuk melihat keseimbangan kerja
diantara anggota regu kerja. Pada mesin penguraian ini, terdapat 3 orang operator dan 1 mesin penguraian. Metode kerja pada stasiun ini akan dijabarkan terlebih
dahulu untuk membuat Man Machine Chart.
a. Operator 1: memasukkan serat kelapa kedalam mesin urai
Mula-mula operator 1 menghidupkan mesin penguraian. Jarak antara panel untuk menghidupkan mesin pengurai dengan mesin pengurai adalah sekitar 3m. Setelah mesin dihidupkan maka tugas operator 1 adalah memasukkan serat kelapa ke dalam mesin penguraian. Kegiatan ini berlangsung terus menerus selama mesin hidup.
(81)
b. Operator 2: mengambil serat kelapa dari mesin
Operator bekerja mengambil serat kelapa hasil keluaran dari mesin urai kemudian meletakkannya ke tempat penumpukan. Kegiatan ini berlangsung terus menerus selama mesin hidup.
c. Operator 3: Menempatkan bahan baku ke dekat mesin pengurai
Memindahkan bahan baku dari tempat bahan baku ke dekat mesin pengurai. Kegiatan ini berlangsung terus menerus selama mesin dihidupkan.
Setelah penjabaran dari kegiatan masing-masing operator maka dapat dilihat
Man Machine Chart pada stasiun penguraian pada Gambar 5.9. dan Gang Process Chart pada Gambar 5.10.
MAN MACHINE CHART Pekerjaan : Mengurai sabut kelapa
Stasiun : Penguraian Nomor Peta : 01
Peta Sekarang
Sekarang Usulan
Dipetakan Oleh : Afriani Melda Dewi Tanggal dipetakan : 13 April 2010
Op.1 Simbol Waktu Op.2 Simbol Waktu Op.3 Simbol Waktu Mesin Simbol Waktu
Menghidupkan
msin 7 Idle 7
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
7 Mesin hidup 7
Memasukkan sabut 10 Idle 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Gambar 5.9. Man Machine Chart √
(82)
MAN MACHINE CHART Pekerjaan : Mengurai sabut kelapa
Stasiun : Penguraian Nomor Peta : 01
Peta Sekarang
Sekarang Usulan
Dipetakan Oleh : Afriani Melda Dewi Tanggal dipetakan : 13 April 2010
Op.1 Simbol Waktu Op.2 Simbol Waktu Op.3 Simbol Waktu Mesin Simbol Waktu
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
Memasukkan sabut 10 Mengambil keluaran
mesin (serabut) 10
Mengambil bahan baku dari tempat bahan
baku ke dekat mesin pengurai
10 Mengurai 10
(1)
Kelonggaran (allowance) ditentukan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh, seperti berikut ini: 1. Tenaga yang diperlukan
Sangat ringan (bekerja berdiri, beban 0-25 kg, pria) = 6,75% 2. Sikap kerja
Berdiri di atas dua kaki = 1, 75%
3. Gerakan kerja
Normal = 0%
4. Kelelah mata
Pandangan yang terputus-putus (pencahayaan baik) = 0% 5. Keadaan temperatur kerja
Sedang (13 -22 derajat celcius) = 2,50% 6. Keadaan atmosfere
Baik (memakai air conditioner) = 0% 7. Keadaan lingkungan yang baik
Faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas = 2,50%
8. Kebutuhan pribadi (pria) = 1,25
Jumlah =14,75%
Ditambah dengan kelonggaran untuk menghilangkan fatique (kelelahan) = 1,25% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan = 3%, sehingga total allowancenya = 19%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)