Usulan Peracangan Alat Bantu Pengambilan Cocopeat pada Stasiun Penguraian untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal pada UD Pusaka Bakti

(1)

USULAN PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN COCOPEAT PADA STASIUN PENGURAIAN UNTUK MENGURANGI

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UD PUSAKA BAKTI

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

REVIANA RIZA 050403039

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah sebagai rasa Syukur tak terhingga penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di industri kecil pembuatan keset kaki dengan nama UD. Pusaka Bakti yang beralamat di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang – Lubuk Pakam No. 36 yang dijadikan sebagai salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Usulan Peracangan Alat Bantu Pengambilan Cocopeat pada Stasiun Penguraian untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal pada UD Pusaka Bakti”’.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah yang tak hentinya terucap atas selesainya Tugas Sarjana ini, banyak pihak yang telah membantu baik itu berupa bimbingan ataupun berupa bantuan moril dan materil, sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, teristimewa kepada Ibunda Ernawati, A.Md Ayahanda Hamidi, S.Pd dan Abangnda Periawan Melpi S.Sos yang senantiasa ada dan selalu memberikan perhatian, doa dan semangat dalam bentuk apapun kepada penulis. “Ini kado terindah buat keluarga kecil yang penulis cintai”.

Pada kesempatan ini pula, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Nazlina, MT, selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu untuk bimbingan, arahan, dan masukan serta ilmu yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang diberikan untuk bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan sebagai Dosen Pembimbing Akademis yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini, dukungan dan motivasi serta perhatian yang diberikan kepada penulis dalam menjalani kegiatan akademis.


(8)

5. Bapak Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng, selaku koordinator bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan.

6. Bapak Prof. DR. Ir. A Rahim Matondang, MSIE dan Ibu Ir. Anizar, M.Kes selaku pembanding yang telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.

7. Pegawai administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Bowo, Kak Dina, Bang Mijo, Bang Nur, Bang Ridho dan Bu Ani yang telah membantu penulis dalam melakukan urusan administrasi di Departemen Teknik Industri USU. Bang Kumis dan Kak Rahma atas kebaikan hatinya meminjamkan buku demi kelancaran pembuatan laporan Tugas Akhir ini.

8. Bapak Yatno serta karyawan UD Pusaka Bakti yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan meluangkan waktu untuk bimbingan penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Bang Andi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Sarjana ini.

10.Afriani Melda Dewi, beserta 1248 JN nya, Dwi Indriyani, Nella Siregar, ST dan T Fahlani Tiara Karmen selaku teman terdekat penulis yang tidak bosan selalu memberikan dukungan dan semangat agar laporan ini diselesaikan.


(9)

12.Silka Hartina, SE, Astrid Tobing, SE, Ayu, Dani, Fitri, Lily dan Lia atas dukungan semangatnya kepada penulis.

13.Abangnda Syaiful Azhari Siregar, ST, Bag Kinantan, ST dan Aufar Ibna, ST atas masukan, doa dan semangatnya kepada penulis.

14.Abang Tersayang, laptop dan printer kesayangan, terima kasih buat waktu dan pikiran, kasih sayang, masukan, ajaran, doa dan dorongan semangat setiap saat kepada penulis.

15.Mhd Fakhri Akbar, atas asisten penulis dalam hal gambar menggambar. Moehammad Rifqi dan Hangga Arenji Fadilla, dukungan moril dan materil serta selalu ada kapan saja penulis butuhkan.

16.E_Community’08, Alamsyah Putra, Binsar Batubara, Chandra Gunawan, Dearly Permata, Eka Fachrizal, Fitra Agil, Mhd Gugi Guntara, Mhd Delvryano Tama, Rezky Kurniawan Syafni, dan Kurnia Tri Sulistio, serta Shinta Pratiwi, atas perhatian, pengertian, dukungan dan bantuan baik itu moril maupun materil serta semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis. 17.Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT, selaku kepala Laboratorium Proses

Manufaktur. Teman dan adik-adik seperjuangan di Laboratorium Proses Manufaktur (Andhy Sijabat, ST, Eka Rizky Kurniawan, Mahandra Putra, ST, Ricky Haryadi, Teddy Mahel, ST, Lila A Damanik, Chalis, Julius, Bebby, Novrizal, Maryani, Wenny, Romy dan Maylando serta Nelsa Junita, Jose, Rudi, Zulham, Lukman dan Audy) atas masukan dan dukungan semangatnya dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.


(10)

18.Pengurus HIMTI periode 2008-2009, adik-adik 2007 atas doa dan semangatnya dan seluruh rekan-rekan angkatan 2006, 2008 dan 2009.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010


(11)

DAFTAR ISI

BAB Halaman LEMBAR PENGESAHAN

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

ABSTRAK ... xxv

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-1 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-1 2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-2 2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-3 2.4. Proses Produksi ... II-3 2.4.1. Bahan Baku ... II-3 2.4.2. Bahan Tambahan ... II-4 2.4.3. Bahan Penolong ... II-4 2.4.4. Uraian Proses Produksi ... II-4 2.4.5. Mesin Produksi ... II-7

III LANDASAN TOERI


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman 3.4. Kaitan Ergonomi dengan Postur Kerja ... III-8 3.4.1. Postur Kerja ... III-8 3.4.2. Rapid Entire Body Assesment (REBA) ... III-10 3.5. Antropometri ... III-16 3.5.1. Antropometri Statis ... III-17 3.5.2. Antropometri Dinamis ... III-18 3.5.3. Tiga Prinsip dalam penggunaan Data Antropometri ... III-19 3.6. Peta Proses Kelompok Kerja ... III-20 3.7. Rumus Pengujian Data ... III-22 3.7.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ... III-22 3.7.2. Uji Keseragaman Data ... III-24 3.7.3. Uji Kecukupan Data ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-4 4.7.1. Data Primer ... III-4 4.7.2. Data Sekunder ... III-4 4.8. Pengolahan Data ... IV-5 4.8. Analisis Pemecahan Masalah... IV-5 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual ... V-1 5.1.2. Data Keluhan Muskuloskeletal... V-6 5.1.3. Data Fasilitas Kerja Aktual ... V-9 5.1.4. Data Antropometri ... V-10 5.2. Pengolahan Data ... V-11 5.2.1. Perhitungan Skor Form SNQ ... V-11


(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman 5.2.3.2. Uji Keseragaman Data ... V-63 5.2.3.3. Uji Kecukupan Data ... V-68 5.2.3.4. Uji Normal dengan Kolmogorov

Smirnov Test ... V-69 5.2.3.5. Perhitungan Persentil ... V-74

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Tingkat Keluhan Muskuloskeletal dan Lingkungan Kerja .. VI-1 6.2. Analisis Postur Kerja Aktual ... VI-2 6.3. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja ... VI-4 6.4. Metode Kerja Aktual dan Metode Kerja Baru ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap ... II-2 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi ... II-7 3.1. Skor Batang Tubuh REBA ... III-11 3.2. Skor Leher REBA ... III-11 3.3. Skor Kaki REBA... III-11 3.4. Skor Beban REBA ... III-12 3.5. Skor Lengan Atas REBA ... III-12 3.6. Skor Lengan Bawah REBA ... III-12 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-13 3.8. Coupling ... III-13 3.9. Tabel A REBA... ... III-13 3.10. Tabel B REBA ... III-14 3.11. Tabel C REBA ... III-15 3.12. Skor Aktivitas REBA ... III-15 3.13. Nilai Level Tindakan REBA ... III-16


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.5. Skor Beban Reba... V-12 5.6. Tabel A REBA Pembentangan Karung ... V-13 5.7. Skor Lengan Atas REBA Bagian Kiri ... V-13 5.8. Skor Lengan Bawah REBA Bagian Kiri ... V-14 5.9. Skor Pergelangan Tangan REBA Bagian Kiri ... V-14 5.10. Coupling Bagian Kiri ... V-14 5.11. Tabel B REBA Bagian Kiri Pembentangan Karung ... V-15 5.12. Tabel C REBA Bagian Kiri Pembentangan Karung ... V-15 5.13. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Pembentangan Karung ... V-16 5.14. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Pembentangan Karung ... V-16 5.15. Skor Lengan Atas REBA Bagian Kanan ... V-16 5.16. Skor Lengan Bawah REBA Bagian Kanan ... V-17 5.17. Skor Pergelangan Tangan REBA Bagian Kanan ... V-17 5.18. Coupling Bagian Kanan ... V-17 5.19. Tabel B REBA Bagian Kanan Pembentangan Karung ... V-18 5.20. Tabel C REBA Bagian Kanan Pembentangan Karung ... V-18 5.21. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Pembentangan Karung ... V-19 5.22. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Pembentangan Karung ... V-19


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.23. Tabel A REBA Pengambilan Awal Cocopeat dari Mesin

Pengurai ... V-20 5.24. Tabel B REBA Bagian Kiri Pengambilan Awal Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-21 5.25. Tabel C REBA Bagian Kiri Pengambilan Awal Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-21 5.26. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Pengambilan Awal Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-22 5.27. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Pengambilan Awal

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-22 5.28. Tabel B REBA Bagian Kanan Pengambilan Awal Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-23 5.29. Tabel C REBA Bagian Kanan Pengambilan Awal Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-23 5.30. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Pengambilan Awal Cocopeat


(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.32. Tabel A REBA Pengisian Lanjutan Cocopeat dari Mesin

Pengurai ... V-25 5.33. Tabel B REBA Bagian Kiri Pengisian Lanjutan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-26 5.34. Tabel C REBA Bagian Kiri Pengisian Lanjutan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-26 5.35. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Pengisian Lanjutan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-27 5.36. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Pengisian Lanjutan

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-27 5.37. Tabel B REBA Bagian Kanan Pengisian Lanjutan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-28 5.38. Tabel C REBA Bagian Kanan Pengisian Lanjutan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-28 5.39. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Pengisian Lanjutan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-29 5.40. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Pengisian Lanjutan


(20)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.41. Tabel A REBA Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari Mesin

Pengurai ... V-30 5.42. Tabel B REBA Bagian Kiri Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-31 5.43. Tabel C REBA Bagian Kiri Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-31 5.44. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Persiapan Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-32 5.45. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Persiapan Pengangkatan

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-32 5.46. Tabel B REBA Bagian Kanan Persiapan Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-33 5.47. Tabel C REBA Bagian Kanan Persiapan Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-33 5.48. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Persiapan Pengangkatan


(21)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.51. Tabel B REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-36 5.52. Tabel C REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat dari

Mesin Pengurai ... V-36 5.53. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-37 5.54. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Pengangkatan

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-37 5.55. Tabel B REBA Bagian Kanan Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-38 5.56. Tabel C REBA Bagian Kanan Pengangkatan Cocopeat

dari Mesin Pengurai ... V-38 5.57. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Pengangkatan

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-39 5.58. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Pengangkatan

Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-39 5.59. Tabel A REBA Pengangkatan Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-40 5.60. Tabel B REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat


(22)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.61. Tabel C REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-41 5.62. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Pengangkatan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-42 5.63. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Pengangkatan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-42 5.64. Tabel B REBA Bagian Kanan Pengangkatan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-43 5.65. Tabel C REBA Bagian Kanan Pengangkatan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-43 5.66. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Pengangkatan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-44 5.67. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Pengangkatan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-44 5.68. Tabel A REBA Persiapan Meletakkan Cocopeat ke


(23)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.70. Tabel C REBA Bagian Kiri Persiapan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-46 5.71. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Persiapan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-47 5.72. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Persiapan Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-47 5.73. Tabel B REBA Bagian Kanan Persiapan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-48 5.74. Tabel C REBA Bagian Kanan Persiapan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-48 5.75. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Persiapan Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-49 5.76. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Persiapan Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-49 5.77. Tabel A REBA Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-50 5.78. Tabel B REBA Bagian Kiri Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-51 5.79. Tabel C REBA Bagian Kiri Meletakkan Cocopeat


(24)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.80. Skor Aktivitas REBA Bagian Kiri Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-52 5.81. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-52 5.82. Tabel B REBA Bagian Kanan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-53 5.83. Tabel C REBA Bagian Kanan Meletakkan Cocopeat

ke Tempat Penjemuran ... V-53 5.84. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-54 5.85. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Meletakkan

Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-54 5.86. Tabel A REBA Membawa Karung Kosong ke Tempat Penguraian ... V-55 5.87. Tabel B REBA Bagian Kiri Membawa Karung Kosong ke


(25)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.90. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri Membawa Karung

Kosong ke Tempat Penguraian ... V-57 5.91. Tabel B REBA Bagian Kanan Membawa Karung Kosong ke

Tempat Penguraian ... V-58 5.92. Tabel C REBA Bagian Kanan Membawa Karung Kosong ke

Tempat Penguraian ... V-58 5.93. Skor Aktivitas REBA Bagian Kanan Membawa Karung Kosong

ke Tempat Penguraian ... V-59 5.94. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan Membawa Karung

Kosong ke Tempat Penguraian ... V-59 5.95. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA ... V-60 5.96. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai maksimum

dan Minimum Data Antropometri Pekerja... V-63 5.97. Perhitungan Uji Keseragaman Data Antropometri Pekerja... V-64 5.98. Perhitungan Data Lebar Tangan ... V-65 5.99. Perhitungan Data (Tinggi Siku Berdiri-Panjang Lengan Bawah) ... V-66 5.100. Perhitungan Data Diameter Genggaman Tangan ... V-67 5.101. Uji Kecukupan Data Antropometri ... V-69


(26)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.102. Uji Normal Lebar Tangan ... V-71 5.103. Uji Normal (Tinggi Siku Berdiri-Panjang Lengan Bawah) ... V-72 5.104. Uji Normal Diameter Genggaman Tangan ... V-73 6.1. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA ... VI-2 6.2. Perbandingan Penilaian Postur Kerja Aktual dan

Postur Kerja Usulan ... VI-11 6.3. Perbandingan antara Prosedur Kerja Aktual dan


(27)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. Struktur Organisasi UD. Pusaka Bakti ... II-2 3.1. Nordic Body Map ... III-6 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-7 5.1. Pembentangan Karung ... V-1 5.2. Pengambilan Awal Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-2 5.3. Pengisian Lanjutan Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-2 5.4. Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-3 5.5. Pengangkatan Cocopeat dari Mesin Pengurai ... V-3 5.6. Pengangkatan Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-4 5.7. Persiapan Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-5 5.8. Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran ... V-5 5.9. Membawa Karung Kosong ke Tempat Penguraian ... V-6 5.10. Hasil Rekapitulasi SNQ Pekerja ... V-8 5.11. Fasilitas Kerja Aktual 3 Dimensi ... V-9 5.12. Fasilitas Kerja Aktual Tampak Depan ... V-9 5.13. Peta Kontrol Lebar Tangan... V-65 5.14. Peta Kontrol (Tinggi Siku Berdiri-Panjang Lengah Bawah) ... V-66 5.15. Peta Kontrol Diameter Genggaman Tangan ... V-67


(28)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

Gambar Halaman 6. 1. (a) Mesin Aktual (b) Fasilitas Usulan 3 Dimensi ... VI-5 6. 2. Fasilitas Usulan Tampak Samping ... VI-5 6. 3. Fasilitas Usulan Tampak Depan ... VI-5 6. 4. Fasilitas Usulan Beko (a) Tampak Samping (b) Tampak Depan ... VI-6 6. 5. (a) Alat Bantu Pengambilan Cocopeat 3D (b) Alat bantu

Pengambilan Cocopeat Tampak Samping ... VI-6 6. 6. Pekerja Mengangkat Beko ... VI-7 6. 7. Pekerja Mengarahkan Cocopeat ke Beko ... VI-8 6. 8. Pekerja Berjalan Menuju Stasiun Penjemuran ... VI-8 6. 9. Pekerja Menuangkan Cocopeat di Tempat Penjemuran ... VI-9 6. 10. Pekerja Berjalan Menuju Stasiun Pengurai ... VI-9


(29)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Assembly Process Chart ... L-1 2. Gank Process Chart ... L-2 3. Penilaian Postur Kerja Usulan dengan Metode REBA ... L-3


(30)

ABSTRAK

UD. Pusaka Bakti merupakan Industri kecil menengah yang pertama kalinya yang memproduksi keset kaki dari sabut kelapa. Proses produksi pada industri UD. Pusaka Bakti sebagian besar dilakukan secara manual dengan posisi tubuh yang tidak ergonomis dan proses pemindahan yang dilakukan secara manual. Pada proses pengambilan cocopeat, pekerja melakukan kegiatan dengan posisi jongkok dan berjalan diatas lutut menyebabkan keluhan-keluhan pada pekerja. Pemindahan cocopeat dengan karung sebagai wadahnya dilakukan dengan bertumpu pada tubuh sebelah kiri pekerja yang juga dapat menyebabkan keluhan-keluhan. Selain itu lingkungan kerja terpapar oleh debu yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Sikap kerja yang tidak ergonomis ini dibuktikan dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengidentifikasi terjadi keluhan muskuloskeletal mulai dari tingkat sangat sakit hingga agak sakit pada anggota tubuh tertentu pada pekerja penguraian. Hasil penelitian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) menunjukkan terdapat beberapa elemen kerja dengan level resiko tinggi. Peta proses kelompok kerja menunjukkan bahwa pekerja melakukan kegiatan bolak balik dari stasiun pengurai ke tempat penjemuran berlangsung dengan intensitas 45 kali dalam sehari. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan perbaikan fasilitas kerja, yakni dengan menambah fasilitas dalam pengambilan cocopeat, material handling untuk memindahkan cocopeat dari stasiun pengurai ke tempat penjemuran sesuai dengan antropometri pekerja dan perbaikan terhadap Standard Operating Procedure (SOP) yang sesuai dengan usulan perancangan fasilitas kerja yang baru. Setelah perbaikan Standard Operating Procedure (SOP) dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pemberian penilaian postur kerja usulan dengan aktivitas pengambilan cocopeat dan memindahannya ke tempat penjemuran dengan metode REBA dan hasilnya adalah tidak ada lagi elemen kegiatan yang berada pada skor level tinggi dan sangat tinggi.

Keyword : Keluhan Musculoskeletal, REBA (Rapid Entire Body Assesment), dan Antropometri


(31)

ABSTRAK

UD. Pusaka Bakti merupakan Industri kecil menengah yang pertama kalinya yang memproduksi keset kaki dari sabut kelapa. Proses produksi pada industri UD. Pusaka Bakti sebagian besar dilakukan secara manual dengan posisi tubuh yang tidak ergonomis dan proses pemindahan yang dilakukan secara manual. Pada proses pengambilan cocopeat, pekerja melakukan kegiatan dengan posisi jongkok dan berjalan diatas lutut menyebabkan keluhan-keluhan pada pekerja. Pemindahan cocopeat dengan karung sebagai wadahnya dilakukan dengan bertumpu pada tubuh sebelah kiri pekerja yang juga dapat menyebabkan keluhan-keluhan. Selain itu lingkungan kerja terpapar oleh debu yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Sikap kerja yang tidak ergonomis ini dibuktikan dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengidentifikasi terjadi keluhan muskuloskeletal mulai dari tingkat sangat sakit hingga agak sakit pada anggota tubuh tertentu pada pekerja penguraian. Hasil penelitian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) menunjukkan terdapat beberapa elemen kerja dengan level resiko tinggi. Peta proses kelompok kerja menunjukkan bahwa pekerja melakukan kegiatan bolak balik dari stasiun pengurai ke tempat penjemuran berlangsung dengan intensitas 45 kali dalam sehari. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan perbaikan fasilitas kerja, yakni dengan menambah fasilitas dalam pengambilan cocopeat, material handling untuk memindahkan cocopeat dari stasiun pengurai ke tempat penjemuran sesuai dengan antropometri pekerja dan perbaikan terhadap Standard Operating Procedure (SOP) yang sesuai dengan usulan perancangan fasilitas kerja yang baru. Setelah perbaikan Standard Operating Procedure (SOP) dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pemberian penilaian postur kerja usulan dengan aktivitas pengambilan cocopeat dan memindahannya ke tempat penjemuran dengan metode REBA dan hasilnya adalah tidak ada lagi elemen kegiatan yang berada pada skor level tinggi dan sangat tinggi.

Keyword : Keluhan Musculoskeletal, REBA (Rapid Entire Body Assesment), dan Antropometri


(32)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa utama di dunia. Pada tahun 2000, luar areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.

Sabut kelapa merupakan hasil samping dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.


(33)

menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku/bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa.

Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama cocopeat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi.

Cocopeat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca.1

UD Pusaka Bakti adalah salah satu industri yang mengolah sabut kelapa menjadi keset kaki di Deli Serdang yang belum menerapkan prinsip-prinsip ergonomi pada pelaksanaan proses produksinya. Proses produksi ini dimulai dari penguraian sabut kelapa, pemintalan, penjalinan dan pembungkusan keset kaki. Salah satu kegiatan pada proses penguraian adalah pengambilan cocopeat hasil dari mesin pengurai, pekerja pada stasiun ini masih mengambil dan memindahkannya secara manual, dengan posisi tubuh pekerja membungkuk bahkan sampai berjalan diatas lutut sebanyak 45 kali dalam sehari kerja, hal ini dapat terjadi karena kurangnya fasilitas kerja dalam melakukan kegiatan penganbilan cocopeat ini. Kegiatan mengangkat cocopeat ini dari mesin pengurai ke tempat penjemuran dilakukan secara manual dengan bertumpu pada bahu sebelah kiri dari pekerja dengan karung yang dijadikan sebagai wadah yang bisa menampung 8 kilogram cocopeat tersebut. Akibat kegiatan ini pekerja mengalami


(34)

keluhan-keluhan saat bekerja, selain itu lingkungan juga terpapar oleh debu halus yang beterbangan sehingga akan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja.

Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluha yang dialami pada bagian-bagian otot skeletal. Salah satu penyebab terjadinya keluhan musculoskeletal adalah aktivitas angkat angkut yang dilakukan secara manual.2

1.2. Perumusan Masalah

Sebagai konsekuensi dari keluhan akibat pekerjaan secara manual dan lingkungan kerja yang tidak alami dan tidak ergonomis, maka dapat terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang disebabkan karena kurang adanya kesesuaian antara rancangan sistem kerja dengan manusia.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dilihat bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu terjadinya keluhan musculoskeletal karena sikap tubuh yang tidak ergonomis saat melakukan kegiatan yang cepat dan berulang-ulang. Maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :


(35)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah memperoleh usulan perbaikan rancangan fasilitas kerja agar dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal dengan mempertimbangkan prinsip antropometri.

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja di stasiun penguraian dengan Standart Nordic Questionnaire (SNQ).

2. Menganalisa dan menilai serta mendapatkan skor dan level resiko postur kerja aktual pekerja di stasiun pengurai dengan menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA).

3. Merumuskan tindakan perbaikan yang mungkin dilakukan terhadap postur kerja aktual sesuai dengan hasil pengolahan SNQ dan REBA.

4. Penentuan dimensi antropometri yang sesuai untuk melakukan perbaikan rancangan fasilitas kerja.

5. Membandingkan fasilitas kerja aktual dengan fasilitas kerja usulan. 6. Perbaikan prosedur kerja di stasiun penguaraian.

7. Membandingkan prosedur kerja aktual dengan prosedur kerja usulan. 8. Merancang SOP sesuai dengan rancangan metode kerja usulan.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(36)

1. Memberi masukan bagi perusahaan dalam perancangan peralatan pengambilan cocopeat pada stasiun penguraian.

2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada perusahaan.

3. Dapat mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan di UD Pusaka Bakti yang berlokasi di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang-Lubuk Pakam No. 36.

b. Pengukuran hanya dilakukan pada stasiun kerja penguraian yakni pada saat pengambilan cocopeat secara manual dengan pekerja wanita.


(37)

f. Data antropometri yang digunakan adalah data dimensi tubuh pekerja pada UD Pusaka Bakti dan data tambahan dari Laboratorium Ergonomi dan Analisa Perancangan Kerja.

g. Proses produksi berlangsung apa adanya tanpa mempertimbangkan alat pelindung diri pada pekerja.

h. Tidak dilakukan perhitungan estimasi biaya terhadap fasilitas kerja yang dirancang.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pekerja dalam keadaan terampil dengan pekerjaan yang dilakukannya dan

bekerja secara normal

b. Proses kerja selama penelitian tidak berubah, sesuai dengan prosedur yang ada.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan.


(38)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan secara umum dan singkat tentang sejarah perusahaan, bidang usaha, organisasi dan manajemen, dan kegiatan proses produksi di perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini disajikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan, teori tentang ergonomi, teori mengenai anthropometri, postur kerja, peta proses kelompok kerja dan teori rumus pengujian data.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan langkah-langkah penelitian yang merupakan gambaran bagaimana penelitian ini akan dilakukan dan merupakan kerangka berpikir yang digunakan untuk mengkaji permasalahan hingga diperoleh kesimpulan dan saran.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai


(39)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.


(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD. Pusaka Bakti merupakan usaha pembuatan keset kaki dari sabut kelapa yang dikelola oleh Bapak Yatno dimana Beliau merupakan pemilik usaha tersebut. UD Pusaka Bakti ini berdiri pada tahun 1971 yang berlokasi di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang – Lubuk Pakam No.36. Bapak Yatno memulai usaha ini dari awal hingga saat sekarang ini.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD. Pusaka Bakti merupakan home industry yang bergerak dalam bidang pembuatan keset kaki, serat press dan cocopeat. Dalam sehari, UD Pusaka Bakti ini memproduksi 3 ton sabut kelapa, yang 20-25% menjadi sabut kelapa yang selanjutnya menjadi bahan baku untuk pembuatan keset kaki, 75-80% akan menjadi cocopeat, yang bisa digunakan untuk makanan ternak dan pupuk.


(41)

tugas yang harus dilakukan, dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.

UD. Pusaka Bakti memiliki struktur organisasi yang berbentuk lini. Bentuk lini atau hubungan garis ditunjukkan dengan hubungan pimpinan (pemilik usaha) kepada operator masing-masing stasiun kerja yang di bawahnya, mereka hanya bertanggung jawab kepada satu pemimpin. Struktur organisasi UD. Pusaka Bakti dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pimpinan (Pemilik Usaha) Bagian Penguraian Bagian Penjalinan Bagian Pemintalan Bagian Pembingkaian

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Pusaka Bakti

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di UD. Pusaka Bakti saat ini adalah 11 orang. Dengan uraian jumlah operator setiap bagiannya seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

Pimpinan 1

Penguraian 4

Pemintalan 3

Penjalinan 2

Pembingkaian 1


(42)

Hari kerja di UD. Pusaka Bakti sebanyak enam hari kerja dari hari Senin sampai hari Sabtu. Jam kerja per hari dari pukul 07.00 WIB sampai 18.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam yaitu dari pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB.

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Upah karyawan dibayar harian dengan sistem tergantung berapa berat atau jumlah produk yang dihasilkan masing-masing operator. Operator tidak diberikan fasilitas tempat tinggal karena rumah operator dekat dengan perusahaan.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

UD. Pusaka Bakti yang merupakan perusahaan pembuatan keset kaki menggunakan teknologi produksi manual dan semi otomatis yaitu selain menggunakan mesin juga masih menggunakan tenaga kerja sebagai operator


(43)

fisik maupun kimia yang langsung ikut di dalam proses produksi sampai dihasilkannya barang jadi.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keset kaki ini adalah sabut kelapa yang telah diurai.

2.4.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses produksi sehingga dapat memberi nilai tambah produk. Bahan tambahan yang digunakan adalah tali plastik pada proses packing.

2.4.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan pada pembuatan keset kaki ini adalah air, air ini disemprotkan pada saat sabut kelapa akan diurai.

2.4.4. Uraian Proses Produksi

Sabut kelapa sebagai bahan baku utama pembuatan keset kaki melewati berbagai tahapan pengolahan (proses produksi) hingga menjadi produk keset kaki yang siap dipasarkan.

A.Proses Pembuatan Keset Kaki


(44)

1. Penguraian

Pada proses ini digunakan mesin pengurai. Sebelum sabut kelapa dimasukkan ke mesin pengurai disemprotkan air terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar sabut tidak telalu kering untuk memudahkan proses penguraian pada mesin pengurai. Proses penguraian ini dilakukan tiga kali agar dihasilkan sabut yang lebih baik.

2. Pemintalan

Proses ini menggunakan semi otomatis, mesin dibantu tenaga manusia sebagai pengendalinya. Sabut yang telah diurai di pintal menjadi tali dalam tiga ukuran, yaitu ukuran kecil (lusi), ukuran sedang (anyam) dan ukuran besar (babat).

3. Penjalinan

Proses ini merupakan penggabungan babat yang telah dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dengan lusi menjadi sebuah keset kaki.

4. Pembingkaian

Ini merupakan proses akhir sebelum di packing. Proses ini dilakukan pada setiap sisi keset hasil panjalinan dengan menggunakan anyam yang telah dijalin sebagai pembingkainya. Proses ini dilakukan dengan bantuan


(45)

sudah menyelesaikan dua puluh buah, dan untuk ukuran 0,35 cm X 0,70 cm akan di packing bila memenuhi sepuluh buah keset kaki.

B.Proses Pembuatan Serat Press

Uraian proses produksi dari pembuatan serat press adalah sebagai berikut : 1. Penguraian

Sama seperti proses penguraian pada pembuatan keset kaki. Sabut disemprotkan air agar sabut tidak kering pada saat diurai. Proses penguraian dilakukan sebanyak tiga kali.

2. Penjemuran

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di dalam sabut hasil dari proses penguraian.

3. Pengayakan

Proses pengayakan ini dilakukan untuk mempermudahkan proses pengepresan sabut kelapa.

4. Pengepresan

Sabut hasil dari proses pengayakan akan dipress yang kemudian akan menghasilkan serat press dan selanjutnya akan dipacking.

Assembly Process Chart proses pembuatan keset kaki dan serat press dapat dilihat pada lampiran.


(46)

2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi

Mesin yang digunakan di UD. Pusaka Bakti untuk produksi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Mesin dan Peralatan Produksi

Nama Fungsi Spesifikasi Jumlah

Mesin Pengurai

Mengubah sabut kelapa menjadi sabut kelapa

Kapasitas 1 ton CF/7 jam kerja, dengan tenaga solar

1 unit

Alat Pemintal

Memintal serabut menjadi lusi, anyam dan babat

- 1 unit

Mesin Pengayak

Memisahkan cocopeat dari

cocofiber

Kapasitas 200 kg CF/jam 1 unit

Mesin Pengepress

Mengepress cocofiber

menjadi bal

Kapasitas 1 bal/ 20 menit 1 unit

Timbangan Duduk

Menimbang berat hasil pintalan dan pengepresan

Kapasitas 1000 kg 1 unit

Pisau Potong Memotong babat - 3 unit

Alat Penjalinan

Menjalin babat, anyam dan


(47)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi3

3.1.1. Tujuan Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Salah satu definisi ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah dikemukakan oleh Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999). Mereka menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien.

4

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan


(48)

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.1.2. Aplikasi Ergonomi

Ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk ataupun operasi kerja sehari-harinya. Contoh aplikasi ergonomi untuk efisiensi, efektivitas dan produktivitas yaitu:

1. Penentuan batas beban yang diangkat secara manual oleh manusia, jam istirahat pekerja dan shift kerja.

2. Dimensi meja dan kursi kerja. 3. Bentuk meja dan kursi. 4. Pengaturan sikap kerja.

5. Perancangan lingkungan kerja.

6. Semua fasilitas kerja seperti peralatan material harus diletakkan di depan dan berdekatan (jarak jangkauan normal) dengan posisi pekerja bekerja.


(49)

3.2. Keluhan Musculoskeletal5

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.

Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka; 2004). Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilakan dengan keluhan

Musculoskeletal Disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.


(50)

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain = LBP).

Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut.

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal.

2. Aktivitas berulang


(51)

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai metode yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Body Map Questionnaire.

3.3. Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS) (Tarwaka; 2004). Dengan


(52)

melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1 maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.


(53)

7 = Sakit pada pinggang 8 = Sakit pada bokong 9 = Sakit pada pantat 10 = Sakit pada siku kiri 11 = Sakit pada siku kanan

12 = Sakit pada lengan bawah kiri 13 = Sakit pada lengan bawah kanan 14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 = Sakit pada tangan kiri

17 = Sakit pada tangan kanan 18 = Sakit pada paha kiri 19 = Sakit pada paha kanan 20 = Sakit pada lutut kiri 21 = Sakit pada lutut kanan 22 = Sakit pada betis kiri 23 = Sakit pada betis kanan

24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 = Sakit pada kaki kiri

27 = Sakit pada kaki kanan

Cara ini merupakan cara yang cukup sederhana dan mengandung nilai subjektivitas yang tinggi. Untuk menekankan bias yang terjadi, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja.

3.4. Kaitan Ergonomi dengan Postur Kerja6

Ilmu yang mempelajari interaksi antara lingkungan kerja dan manusia atau sebaliknya disebut dengan ergonomi. Dengan menerapkan ergonomi yang baik,


(54)

diharapkan seorang pekerja dapat bekerja secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien, sehingga produktivitas kerjanya dapat meningkat. Dari pengertian ergonomi tersebut dapat dilihat bahwa ergonomi mempelajari manusia dan apabila ada kesalahan tentang gerakan ataupun fasilitas yang digunakan manusia maka akan dapat diperbaiki dengan menggunakan ilmu ergonomi, misalnya : apabila postur kerja seorang pekerja salah atau tidak benar maka dapat dievaluasi dan diperbaiki dengan menggunakan metode OWAS, REBA, RULA maupun QEC yang dipelajari dalam ilmu ergonomi. Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja baik itu postur kerja yang berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan menjamin kesehatan fisik pekerja.

3.4.1. Postur Kerja

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis keefektifan dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh pekerja sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang akan diperoleh oleh pekerja tersebut adalah hasil yang baik. Akan tetapi sebaliknya bila postur kerja


(55)

Performance kerja merupakan fungsi dari postur kerja dan produktifitas kerja. Dengan postur kerja yang ergonomis, maka seorang pekerja akan dapat bekerja dengan EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman dan Efisien), sebaliknya apabila postur kerjanya tidak benar, maka kinerja orang tersebut akan menurun sehingga tidak dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena postur kerja dapat menimbulkan rasa sakit dan cepat lelah yang lebih cepat dibandingkan dengan postur kerja yang ergonomis. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dan performance kerja adalah posisi dari postur kerja seseorang, oleh karena itu diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang gerakan, kerja seseorang yang berinteraksi terhadap lingkungan kerjanya atau sebaliknya.

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.

Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu:


(56)

1. Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) 2. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

3. Rapid Entire Body Assesment (REBA) 4. The Quick Exposure Check (QEC)

3.4.2. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu :

1. Grup A, terdiri atas : a. Batang tubuh (trunk) b. Leher (neck)

c. Kaki (legs) 2. Grup B, terdiri atas :

a. Lengan atas (upper arm) b. Lengan bawah (lower arm) c. Pergelangan tangan (wrist)


(57)

Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20-600 3

>600 4

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

b. Leher (neck)

Tabel 3.2. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

c. Kaki (legs)

Tabel 3.3. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

d. Beban (load)

Tabel 3.4. Skor Beban REBA Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat 5-10 kg 1

>10 kg 2


(58)

Grup B:

a. Lengan atas (upper arm)

Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1

+1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat lengan >200 (ke belakang) atau 20-450 2

45-900 3

>900 4

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

b. Lengan bawah (lower arm)

Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

c. Pergelangan tangan (wrist)

Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan


(59)

d. Coupling

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan, kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

Tabel 3.9. Tabel A REBA

Neck Leg Trunk

1 2 3 4 5

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 8

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9


(60)

Tabel 3.10. Tabel B REBA Lower

Arm Wrist

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 2 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 3

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

Skor A = Tabel A + Skor Beban = 5 + 0 =5 Skor B = Tabel B + Skor Coupling =4 + 0 = 4

Tabel 3.11. Tabel C REBA Skor

B

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12


(61)

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

Tabel 3.12. Skor Aktivitas REBA

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik -1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan

+1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

Skor REBA = Tabel C + Skor Aktivitas = 5+1=6

Tabel 3.13. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

Sumber: Handbook Of Ergonomic “Nevil Stanton” 2005

3.5. Antropometri

Istilah antropometri barasal dari anthro yang berarti manusia dan metri

yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan


(62)

ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antar lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja.

2. Perancangan perlatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi dan meja. 4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dalam perancangan produk, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, antara lain:7

1. Umur

Secara umum tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga mempengaruhi dimensi tubuh manusia. 2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul.

3. Suku bangsa

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya.


(63)

3.5.1. Antropometri Statis8

Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Jadi, pengukuran dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data antropometri dinamis. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan Antropometri statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension). Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile

tertentu seperti 5-th dan 95-th percentile.


(64)

kursi mobil. Dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara atap mobil harus menggunakan data antropometri dinamis.

3.5.3. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri

Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara:


(65)

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam contoh penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu (adjustable)

Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai denagn 95-th percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dibuat dan dirancang untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang berukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.


(66)

3.6. Peta Proses Kelompok Kerja9

Peta ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Masalah utama jika terjadi kerja sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas dengan lainnya saling bergantung adalah banyaknya dijumpai aktivitas menunggu (delay). Tujuan utama yang harus dianalisa dari Peta ini dapat digunakan dalam sautu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Jenis pekerjaan atau tempat kerja yang mungkin memerlukan analisa melalui peta proses kelompok kerja misalnya pekerjaan-pekerjaan pergudangan, pemeliharaan, atau pekerjaan-pekerjaan pengangkutan materila lainnya.

Setiap peta aliran proses dipetakan dalam arah mendatar, sehingga paralel satu sama lain, yang satu diatas atau dibawah yang lainnya. Jelaslah disini bahwa satu seri pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang pekerja sangat erat sekali hubungannya dengan seri pekerja lainnya. Karena adanya kebergantungan tiap aktivitas, maka dalam peta proses kelompok kerja biasanya banyak dijumpai lambang-lambang kelambatan, yang menunjukkan bahwa suatu aktivitas sedang menunggu aktivitas yang lainnya.


(67)

mempercepat waktu penyelesaian produk atau proses. Keuntungan-keuntungan di atas bisa dicapai setelah dilakukan analisa yang teliti.

3.7. Rumus Pengujian Data10

Yang dicari dengan melakukan pengukuran pengukuran ini adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk meyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran pengukuran yang sangat banyak, karena dengan demikianlah diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika hanya dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar, tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukuran akan hilangan sebagian kepastian

3.7.1. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan

Berbicara tentang tingkat ketelitian, tingkat keyakinan, sebenarnya adalah pembicaraan tentang pengertian-pengertian statistik. Karenanya untuk memahaminya secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik. Tetapi sungguhpun demikian apa yang dikemukakan ini adalah pembahasan kearah pengertian yang diperlukan dengan cara sederhana.


(68)

akan ketetapan/rata rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur; Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak.

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari). Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur memberoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.

Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5% (= 100%-95%). Sebagai contoh, katakanlah rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan adalah 100 detik. Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika dilakukan tak terhingga kali pengukuran.


(69)

pengukuran yang dilakukan memenuhi untuk ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%, maka pengukuran mempunyai keyakinan 95% bahwa 96 detik itu terletak pada interval harga rata rata sebenarnya dikurangi 10% dari rata rata ini, dan harga rata rata sebenarnya ditambah 10% dari rata rata ini. Mengenai pengaruh tingkat tingkat ketelitian dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan.

3.7.2. Uji Keseragaman Data

Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan yaitu:

a. Membagi data ke dalam suatu sub grup (kelas)

Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3 , 3 log N

dimana N = jumlah data.

b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :


(70)

c. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:

Untuk sampel : Untuk populasi :

1 ) ( 2 − − =

n X Xi σ N X X

s =

i

2

) (

dimana:

N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan Xi = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i

d. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus:

Dimana n =ukuran rata-rata satu sub grup

e. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus:


(71)

b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan.

Rumus uji kecukupan data:

Keterangan:

N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup


(72)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada UD Pusaka Bakti yang beralamat di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada bagian penguraian. Adapun waktu penelitian untuk pengambilan data yang diperlukan adalah selama Bulan Februari 2010.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini termasuk kedalam metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.


(73)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal-hal apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah fasilitas kerja pada proses penguraian dengan pekerja perempuan di UD Pusaka Bakti yang memiliki aktivitas pengangkatan beban secara manual hasil dari mesin pengurai ke tempat penjemuran. Tujuan perancangan fasilitas kerja ini agar dapat digunakan oleh pekerja yang bekerja di UD Pusaka Bakti, maka pengambilan data menggunakan metode sensu yang mana semua populasi yang ada di UD Pusaka Bakti yang berjumlah 10 orang dijadikan objek penelitian.

4.4. Variabel Penelitian

Variable-variabel yang dibutuhkan dalam pengukuran adalah:

1. Data keluhan muskuloskeletal pekerja di stasiun penguraian. Diukur dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire.

2. Postur kerja aktual pekerja pada stasiun penguraian. Diukur dengan menggunakan REBA.

3. Data antropometri pekerja, yaitu :

a. Lebar jari, digunakan untuk menentukan panjang pegangan fasilitas kerja usulan. Diukur dengan menggunakan human body martin.

b. Tinggi siku berdiri dan panjang lengan bawah, digunakan untuk menentukan tinggi fasilitas kerja usulan. Diukur dengan menggunakan

human body martin.


(74)

4. Data dimensi fasilitas kerja

5. Data waktu dan urutan proses kerja aktual pada stasiun penguraian. Diukur dengan menggunakan stopwatch.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk membantu dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Form Standart Nordic Questionnaire (SNQ), digunakan untuk identifikasi bagian tubuh yang terasa sakit saat bekerja.

2. Form REBA, digunakan untuk mengetahui penilain postur kerja yang mengalami resiko gangguan saat bekerja.

3. Software SPSS 17,0 For Windows untuk melakukan uji normal dengan Chi-Square.

4. Software manequin untuk melakukan analisa postur kerja usulan. 5. Kamera Handphone Sony Ericsonn

6. Martins human body measuring instrumen Model YM-1 yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh pekerja pada UD Pusaka Bakti.


(75)

melakukan penyebaran kuesioner SNQ kepada responden dan penilaian postur kerja dengan metode REBA.

4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prosedur kerja aktual

2. Data hasil keluhan bagian tubuh pekerja yang sakit saat bekerja berdasarkan SNQ

3. Penilaian Postur kerja pekerja aktivitas aktual 4. Data dimensi tubuh pekerja

4.7.2. Data Sekunder

Selain menggunakan data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Gambaran umum da sejarah perusahaan.

b. Organisasi dan manajemen perusahaan.

4.8. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(76)

2. Rekapitulasi kuesioner Standard Nordic Questioner

3. Nilai postur kerja dengan REBA untuk memperoleh gambaran tentang postur kerja

4. Perancangan fasilitas kerja

5. Analisis data antropometri dalam hal ini dilakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data.

6. Penerapan dimensi antrhopometri pada fasilitas kerja.

4.9. Analisis Pemecahan masalah

Setelah data dikumpulkan dan diolah, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dan evaluasi. Analisis dilakukan terhadap hasil kriteria usulan peralatan kerja berdasarkan efisiensi produksi dari rancangan yang dihasilkan dan membandingkannya dengan keadaan yang ada di lapangan.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dapat ditarik melalui hasil analisa yang dilakukan yang menghasilkan perubahan metode kerja pada stasiun penguraian bagi UD Pusaka Bakti. Dengan demikian dapat diberikan saran-saran dan masukan demi


(77)

Studi Pendahuluan - Observasi Langsung - Wawancara

Perumusan Masalah

Perancangan Fasilitas Kerja di Stasiun Penguraian untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskoletal

Penetapan Tujuan

- Mengetahui Bagian tubuh yang Memiliki Keluhan Muskulokoletal pada proses pemindahan secara manual cocopeat di stasiun penguraian

- Mengetahui Penilaian postur tubuh yang perlu dilakukan perbaikan - Merancang Fasilitas Kerja yang Ergonomis

Pengumpulan Data

- Informasi Mengenai Perusahaan (Wawancara)

- Prosedur Kerja

(Pengamatan dan Wawancara)

- Keluhan Rasa Sakit yang diderita Pekerja (Penilaian Form SNQ)

- Postur Kerja Pekerja

(Analisa dengan Metode REBA) - Dimensi Tubuh Pekerja (Pengukuran Anthropometri)

Pengolahan Data

Analisa Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Studi Literatut - Jurnal Internet - Buku Pendukung

Gambar 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian


(78)

Penentuan kegiatan pekerja yang diamati

Penilaian keluhan MSDs dengan form SNQ

Pemberian skor form SNQ

Perhitungan skor form SNQ Identifikasi Keluhan Muskuloskeletal

dengan SNQ

Pengamatan postur kerja pekerja saat bekerja

Pembobotan nilai pada tabel skor REBA

Penilaian level tindakan REBA Analisa Postur Kerja dengan Metode

REBA

Data antropometri hasil pengukuran Penentuan nilai rata-rata, standart deviasi,

minimum dan maksimum Uji keseragaman data antropometri Pangukuran Data Antropometri


(79)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual

Data elemen kegiatan pekerja merupakan elemen kegiatan yang akan dinilai postur kerja pada saat melakukan aktivitas pengambilan cocopeat. Gambar elemen kegiatan pada kondisi aktual dapat dilihat pada Gambar 5.1 sampai Gambar 5.9.

1. Pembentangan Karung

Tahap pertama dalam kegiatan ini adalah membentang karung. Karung berfungsi sebagai wadah untuk membawa cocopeat ke penjemuran.


(80)

2. Pengambilan Awal Cocopeat dari Mesin Pengurai

Pekerja mengambil cocopeat yang baru keluar dari mesin pengurai dengan posisi jongkok.

Gambar 5.2. Pengambilan Awal Cocopeat dari Mesin Pengurai

3. Pengisian Lanjutan Cocopeat dari Mesin Pengurai

Pekerja terus mengisi karung dengan cocopeat dengan posisi yang berbeda untuk mengambil cocopeat yang berada jauh dari jangkaunnya.


(81)

4. Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari Mesin Pengurai

Pekerja dalam posisi membungkuk menyatukan ujung ke ujung karung untuk persiapan mengangkat cocopeat yang ada di dalam karung.

Gambar 5.4. Persiapan Pengangkatan Cocopeat dari Mesin Pengurai

5. Pengangkatan Cocopeat dari Mesin Pengurai

Pekerja dalam posisi berdiri tegak mengambil ujung ke ujung karung untuk mengangkat cocopeat yang ada di dalam karung.


(82)

6. Pengangkatan Cocopeat ke Tempat Penjemuran

Pekerja membawa karung yang berisi cocopeat dengan manual, posisi karung bertumpu pada bahu kiri pekerja.

Gambar 5.6. Pengangkatan Cocopeat ke Tempat Penjemuran

7. Persiapan Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran

Ini merupakan kegiatan persiapan untuk meletakkan cocopeat di tempat penjemuran. Karung yang berada di bahu sebelah kiri pekerja langsung diturunkan dengan bantuan tangan kiri.


(83)

Gambar 5.7. Persiapan Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran

8. Meletakkan Cocopeat ke Tempat Penjemuran

Kegiatan ini meletakan cocopeat yang ada didalam karung untuk dijemur. Pekerja menggunakan kedua tangannya untuk membantu mengeluarkan

cocopeat dari dalam karung.


(84)

9. Membawa Karung Kosong ke Tempat Penguraian

Setelah cocopeat diletakkan di penjemuran, selanjutnya pekerja kembali ke mesin pengurai untuk kembali melakukan kegiatan yang sama seperti yang telah diuraikan di atas.

Gambar 5.9. Membawa Karung Kosong ke Tempat Penguraian

Setelah penjabaran dari elemen kegiatan ini, maka dapat dilihat Peta Proses Kelompok Kerja di stasiun penguraian pada lampiran.


(85)

fasilitas kerja yang dapat meminimalkan rasa sakit tersebut. Melalui kuesioner SNQ ini menerjemahkan bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari:

a. Tidak Sakit (TS) bagian tubuh pekerja tidak terasa nyeri sedikitpun (dalam keadaan normal).

b. Agak sakit (AS) bagian tubuh pekerja mulai terasa nyeri namun tidak menyebabkan cepat lelah atau jenuh.

c. Sakit (S) bagian tubuh pekerja terasa nyeri dan menyebabkan kelelahan

d. Sangat Sakit (SS) bagian tubuh pekerja terasa nyeri dan menyebabkan tingkat kelelahan yang tinggi.

Dengan nilai bobot pada masing-masing kategori tersebut yaitu: Tidak sakit : bobot 0

Agak sakit : bobot 1 Sakit : bobot 2 Sangat sakit : bobot 3

Untuk lebih jelasnya hasil penyebaran dari SNQ akan ditunjukkan pada Gambar 5.10.


(86)

18 3 3 23 0 2 6 8 9 4 7 10 11 15 20 21 13 24 25 26 27 17 14 16 12 5 4 0 5 3 18 19 22 23 1 6 2 8 9

10 7 11

20 21 12 14 16 13 17 24 25 26 27 15

Gambar 5.10. Hasil Rekapitulasi SNQ Pekerja


(87)

5.1.3. Data Fasilitas Kerja Aktual

Gambar fasilitas kerja aktual dari penguraian ini dapat dilihat pada gambar 5.11 dan 5.12.

Gambar 5.11. Fasilitas Kerja Aktual 3 Dimensi


(88)

Keterangan :

1. Tempat memasukkan sabut kelapa 2. Tempat mengeluarkan cocopeat

3. Motor mesin pengurai 4. Pondasi mesin pengurai

5.1.4. Data Antropometri

Data dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.1. Data ini akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji keseragaman data, kecukupan data dan uji kenormalan data.

Tabel 5.1. Data Antropometri Pekerja

No. Lt TsB Plb (TsB-Plb) DGT

1 6.9 92.6 39.1 53.5 2.95

2 7.3 88 39.6 48.4 3.21

3 7.1 95 39 50.1 3.08

4 7.3 94 38.4 55.6 3.08

5 7.8 91 37.6 53.4 3.20

6 7.2 94.1 38.1 56 3.32


(89)

Keterangan :

Lt = Lebar Tangan TsB = Tinggi Siku Berdiri Plb = Panjang Lengan Bawah DGT = Diamater Genggaman Tangan

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Perhitungan Skor Form SNQ

Hasil pengolahan data SNQ pada Gambar 5.10 dapat diketahui masing-masing kategori rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja pada bagian tubuh tertentu. Pekerja ini merasakan sangat sakit pada pinggang, pada paha kiri dan paha kanan. Merasakan sakit pada lengan atas kiri, punggung, lengan atas kanan, bokong, pantat, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan. Merasakan agak sakit pada leher bagian bawah, punggung, telapak tangan kanan, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan.

5.2.2. Penilaian Postur Kerja Awal

Penilaian postur kerja dilakukan dengan metode REBA, tujuannya agar mengetahui gerakan yang menyebabkan terjadinya keluhan, dengan ini gerakan tersebut dapat dihilangkan atau diperbaiki. Penilaian postur kerja dapat dilihat untuk setiap elemen kegiatan dapat dilihat sebagai berikut :


(90)

1. Pembentangan Karung Grup A:

e. Batang tubuh (trunk)

Tabel 5.2. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20-600 3

>600 4

f. Leher (neck)

Tabel 5.3. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2

g. Kaki (legs)

Tabel 5.4. Skor Kaki REBA


(1)

3. Spesifikasi fasilitas kerja usulan yang diperbaiki adalah sebagai berikut : a. Tinggi Pengangan Beko (TPB) = 64,81 cm

b. Panjang Pegangan Beko (PPB) = 7,47 cm

c. Besar Diameter Pegangan Beko (BDPB) = 3,32 cm

d. Besar Diamater Pegangan Alat Bantu Pengambilan Cocopeat = 3,32 cm 4. Perbaikan yang dilakukan dalam hal ini merancang fasilitas kerja lama

dengan penyesuaian dimensi tubuh pada operartor yang ada pada UD Pusaka Bakti. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi keluhan yang terjadi pada operator saat melakukan kegiatan pengambilan cocopeat sehingga operator dapat bekerja sesuai dengan postur tubuh yang ergonomis.

5. Elemen kegiatan yang dilakukan oleh operator saat melakukan pekerjaan dengan fasilitas baru yaitu meletakkan beko, mengisi beko hingga penuh, membawa beko ke tempat penjemruran, membuang cocopeat di tempat penjemuran dan kembali ke tempat penguraian.

6. Dengan berubahnya prosedur yang dirancang untuk perbaikan fasilitas kerja pengambilan cocopeat hasil penguraian maka akan berkurang pula keluhan

musculoskeletal yang terjadi pada operator dan postur kerjanya pun akan


(2)

1. Perbaikan metode kerja sesuai dengan hasil perancangan perlu diterapkan untuk menciptakan kondisi kerja dan kesehatan kerja yang baik bagi para pekerja.

2. Usulan perbaikan metode kerja harus didukung oleh pihak perusahaan dengan diadakannya sosialisasi bagaimana cara penggunaannya fasilitas kerja usulan tersebut.

3. Untuk menjaga kesehatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan menggunakan masker.

4. Sebelum alat ini diaplikasikan di perusahaan, disarankan terlebih dahulu untuk menyemen lantai produksi pada stasiun penguraian.

5. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk pembahasan beko dari segi biomekanika.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya : Guna Widya

Stanton, Neville, dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics

Methods. New York : CRC Press.

Sutalaksana, Iftikar Z. Anggawisastra, Ruhana dan Jann H. Tjakraatmadja. 2005.

Teknik Perancangan Sistem Kerja. Departemen Teknik Industri ITB.

Tarwaka, Bakri. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2003 Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: Guna Widya

.


(4)

(5)

PETA PROSES KELOMPOK KERJA PEKERJAAN : Mengurai sabut kelapa

NOMOR PETA :

-DIPETAKAN OLEH : Reviana Riza TANGGAL DIPETAKAN : 12 April 2010 SEKARANG USULAN

Pekerja Satu Siklus

Uraian Pekerjaan

W 7 5 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10

J 3

Operator 1 Memasukkan sabut ke dalam mesin pengurai Waktu kerja 99.60% Waktu menganggur 0.40%

10 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10

W 7 5 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 20

J

Operator 2 Mengambil hasil uraian Waktu kerja 96.54% Waktu menganggur 3.46%

10 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10

2

10

W 7 5 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10

J

Operator 3

Memindahkan bahan baku dari tempat penampungan ke dekat mesin pengurai

Waktu kerja 94.70% Waktu menganggur 5.30%

10 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

1 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

10

10 10 10 10 10 10 10 5 2 5 10

3 3

10

10 10 10 10 10 10 10 5 2 5 10

10

10 10 10 10 10 10 10 5 2 5 10

6 6 6 6 6 6 6

6 11 13 5 16 11 1

5 1

3

5 1

5 1

2 2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 15 15 18

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 10 10 10 10 10 13 13 13 13 13 13

12 15 15

Operator 1 menghidupkan mesin pengurai 1

2 Operator 2 menunggu

Sumber : Hasil Pengukuran

Keterangan :

W 7 5 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10

J

Operator 3 Mengangkat cocopeat hasil penguraian ke tempat penjemuran

Waktu kerja 86,61% Waktu menganggur 13,39%

10 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10 10 10 10 10 10 10 8 12 10 10 10 10 10 10 10 10 10 8 10 10 10 10 5 2 5 10 5 1

9 9 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

9 9 9 9 9 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 8 8 8 9 9 9

4 4 4 4 4 4 8 8 8

10 10 10 6 7 3 10

8 8 8 8 9 9 9 9

10 3 10 10 13 15 10

9 17 17 17

16

10 11


(6)

ASSEMBLY PROCESS CHART Pekerjaan :

Peta :

Dipetakan Oleh :

Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Keset Kaki, Cocopeat dan Serat Press Sekarang

Reviana Riza

S-2

Air

Di penampungan Di bawa ke stasiun penguraian melalui pipa

S-1

Sabut Kelapa

Di tempat penyimpanan bahan baku Di bawa ke stasiun penguraian secara manual

Di bawa serabut hasil penguraian ke tempat penjemuran

Di bawa ke stasiun pemintalan secara manual

Dibawa lusi ke tempat penjalinan

S-6

S-3

Di urai tiga kali

Di jemur

Dipintal

Dibawa anyam ke tempat penjalinan

Dibawa babat ke tempat penjalinan Di jalin sampai terbentuk keset dengan berat 0,5 Kg, 1 Kg, dan 1,5 Kg Di bingkai Di bawa ke tempat penyimpanan sementara Di tempat penyimpanan sementara

Di bawa ke stasiun pengayakan Di ayak Di bawa ke stasiun pengepresan Di press

Di bawa ke gudang produk jadi

Di gudang produk jadi

Di bawa hasil penguraian berupa cocopeat ke tempat penjemuran Di jemur Di bawa cocopeat ke tempat penyimpanan Di tempat penyimpanan

SIMBOL KETERANGAN JUMLAH Storage Transportation Operation Inspection Inspection Operation TOTAL 6 14 8 -26 T-1 O-1 T-2 T-3 O-2 T-4 T-5 O-3 T-6 O-4 T-8 O-5 T-9 S-5 T-10 O-6 T-11 O-7 T-12 T-13 O-8 T-14

Dibawa sisa ayakan berupa cocopeat ke tempat penyimpanan Di tempat penyimpanan

T-7