respon terhadap situasi pekerjaan, hal itu dapat menjadi masalah dalam diri individu yang menyebabkan gangguan kesehatan yang memburuk dan
penampilan kerja.
4. Masalah Kesehatan Cadangan emosional korban burnout terkuras dan kualitas hubungannya
memburuk, ketahanan fisik mereka juga menurun. Mereka tampaknya berada dalam keadaan tegang atau stres kronis. Lebih sering terkena penyakit ringan,
seperti pilek, sakit kepala, insomnia dan sakit punggung. Korban burnout mengalami frustrasi, perasaan bersalah, bahkan depresi. Korban burnout rentan
mengalami masalah kesehatan, mulai dari pilek, flu, serangan alergi, insomnia, gangguan kardiovaskular dan gangguan pencernaan, serta masalah kesehatan
serius lainnya.
5. Kinerja Menurun Tingkat energi yang tinggi, kesehatan yang baik, dan kondisi prima yang
diperlukan untuk bekerja dengan kinerja tinggi semuanya bisa habis akibat burnout. Efisiensi dan kualitas kerja mengalami penurunan. Kinerja menurun
mengakibatkan bekerja menjadi lebih menyakitkan dan kurang menguntungkan, absensi juga akan meningkat, selain itu korban burnout sering mengalami kondisi
emosional. Tinggal menunggu waktu saja sampai terjadi penurunan yang cukup besar dalam kualitas kinerja. Hasilnya adalah penurunan produktivitas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penderita burnout mengalami emosi negatif sehingga menjadi murung dan gampang marah; frustasi
dengan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan; depresi berupa kelelahan emosional dan spiritual dimana individu merasa seperti kehabisan energi; masalah kesehatan
seperti flu, insomnia, gangguan kardiovaskular dan gangguan pencernaan; penurunan kinerja yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas.
2.1.3 Perbedaan Burnout dan Stres
Pengertian stres berbeda dengan burnout. Burnout adalah jenis depresi dalam pekerjaan dan disebabkan oleh perasaan ketidakberdayaan. Hal itu tidak disebabkan
oleh stres meskipun orang yang mengalami burnout juga merasakan stres. Burnout merupakan bagian dari masalah motivasi. Seseorang yang mengalami burnout akan
kehilangan motivasi, putus asa dan depresi. Lain halnya dengan stres, seseorang dengan stres tingkat tinggi cenderung bertindak emosional secara berlebihan. Hal
tesebut diungkap oleh Potter 2005. Penjelasan lain oleh Smith, Gill, Segal Segal 2008 menjelaskan perbedaan antara stres dan burnout yang terlihat dalam tabel
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbedaan antara Stres dan Burnout
Stres Burnout
- Emosi sangat berlebihan - Emosi tumpul
- Menghasilkan kondisi yang mendesak dan tindakan yang
berlebihan - Menghasilkan
ketidakberdayaan dan keputusasaan
- Kehilangan energy - Kehilangan motivasi,
cita-cita dan harapan - Menyebabkan gangguan
kecemasan - Mengarah pada
paranoid, sikap acuh- tak acuh dan depresi
- Kerusakan utama pada fisik - Kerusakan utama
berupa ketidakstabilan secara emosional
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi burnout berbeda dengan stres. Pekerja yang mengalami burnout akan cenderung diam dan terlihat
tanpa daya dan pesimis, hal ini terjadi akibat hilangnya motivasi dan semangat yang berakibat pada ketidakberdayaan. Pada kondisi stres, pekerja cenderung menjadi lebih
aktif dan agresif secara emosional. Penderita burnout maupun stres sama-sama mengalami masalah terutama dalam pekerjaan, namun responnya berbeda - beda.
Stres yang berkepanjangan dapat berpotensi menjadi burnout, sedangkan kondisi burnout yang dialami oleh pekerja belum tentu disebabkan oleh stres.
Sintesis:
Yang dimaksud dengan burnout adalah istilah yang menggambarkan kondisi emosional seseorang yang merasa lelah dan jenuh secara mental, emosional dan fisik
sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat. Indikatornya adalah: 1 Tingkat Kejenuhan Depersonalisasi, 2 Tingkat Kejenuhan dan Emosional Fisik, dan 3
Tingkat Pencapaian Personal.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Teori Kepuasan Kerja