Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
4
pengangguran Indonesia, nampaknya juga didukung oleh persentase jumlah angkatan kerja Indonesia yang menurun pada
bulan Agustus 2012. Pada bulan Agustus 2012 persentase angkatan kerja Indonesia adalah 67,88 menurun dari Februari 2012 yaitu
69,66.
68.020 66.790 66.740 66.160 66.600 66.990 67.330 67.180 67.600 67.230 67.830 67.720 69.960 68.340 69.660 67.880
10.260 11.240 10.450 10.280 9.750 9.110
8.460 8.390
8.140 7.870
7.410 7.140
6.800 6.560
6.320 6.140 10
20 30
40 50
60 70
80
Feb-05 Agust-05 Feb-06 Agust-06 Feb-07 Agust-07 Feb-08 Agust-08 Feb-09 Agust-09 Feb-10 Agust-10 Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran
Gambar 3: Tingkat Penggangguran Indonesia, 2005 – 2012 Tingkat pengangguran Indonesia menurun dari tahun ke tahun
Sumber: BPS dan CEIC
II. Perkembangan Moneter
A. Jumlah Uang Beredar
B.Tingkat Inflasi
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, likuiditas perekonomian juga mengalami perlambatan. Pada
Desember 2012, pertumbuhan M2 menurun menjadi 14,9 YoY dibandingkan dengan Desember 2011 yang tercatat sebesar 16,4
YoY. Sebagaimana halnya dengan pertumbuhan M2, pertumbuhan M1 juga menurun menjadi 16,4 YoY pada Desember 2012
dibandingkan dengan Desember 2011 yang mencapai 19,4 YoY. Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian M1 dan M2
tersebut disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun akibat dari perlambatan kredit yang sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan ekonomi domestik dari 6,5 pada tahun 2011 menjadi 6,23 pada tahun 2012.
Tingkat inflasi year on year Februari 2013 terhadap Februari 2012 tercatat sebesar 5,31, meningkat signifikan dibandingkan inflasi
pada bulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
6
Kenaikan inflasi pada Februari 2013 dipicu oleh tiga faktor. Pertama, berasal dari naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat khususnya
bahan pangan akibat pengaruh cuaca dan banjir di sebagian wilayah Indonesia. Cuaca yang buruk terjadi belakangan ini dan banjir di
beberapa wilayah Indonesia menyebabkan terhambatnya distribusi dan transportasi barang-barang kebutuhan di masyarakat.
Selain itu, komponen pendorong naiknya inflasi Februari 2013 juga tercatat dari kebijakan pemerintah yang menerapkan naiknya tarif
dasar listrik dan naiknya upah minimum provinsi yang mulai berlaku Januari 2013.
Faktor ketiga adalah dampak dari kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor hortikultura yang memicu kenaikan harga sayur-
mayur dan buah-buahan. Sebagaimana diketahui, pemerintah melalukan pelarangan impor terhadap beberapa produk
hortikultura yang mulai berlaku efektif Januari 2013. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No 60 Tahun 2012 tentang
Rekomendasi Impor Produk Hortikultura RIPH yang ditandatangani 24 September 2012 dan Peraturan Menteri
Perdagangan No 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang ditandatangani 21 September 2012. Adapun tiga
belas jenis hortikultura impor yang tidak diperkenankan beredar di pasar domestik dalam jangka waktu Januari – Juni 2013 adalah
kentang, kubis, wortel, cabai, nanas, durian, pisang, melon, pepaya, mangga, bunga krisan, bunga anggrek, dan bunga heliconia.
-3 -2
-1 1
2 3
4 5
6 UMUM
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR SANDANG
KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
Sumber : BPS dan CEIC
Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2009 - 2013 Menurut Kelompok Pengeluaran dalam , MoM Bahan makanan memicu inflasi Februari 2013
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
7
Sementara itu, berdasarkan perbandingan inflasi di 66 kota tercatat 60 kota mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi pada
Februari 2013. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 3,15 dan terendah terjadi di Sibolga tercatat sebesar 0,12. Sedangkan deflasi
tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29 dan terendah di Sampit sebesar 0,01.
Untuk wilayah di pulau Sumatera, pada Februari 2013 dari 16 kota semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di
Lhokseumawe tercatat sebesar 1,78 dan terendah di Sibolga sebesar 0,12. Sementara itu, untuk periode yang sama di wilayah
pulau Jawa seluruh kota yang berjumlah 23 kota, semuanya mengalami inflasi. Inflasi Februari 2013 tertinggi terjadi di Cilegon
sebesar 1,23 dan terendah terjadi di Tegal sebesar 0,23. Untuk wilayah di luar pulau Jawa dan Sumatera, pada Februari 2013 dari 27
kota tercatat 21 kota mengalami inflasi dan sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura, tercatat sebesar 3,15 dan
terendah terjadi di Mamuju sebesar 0,25. Sedangkan pada Februari 2013 di wilayah ini deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29
dan terendah terjadi di sampit sebesar 0,01.
In f la s i In f la s i
In f la s i F e b -1 3
F e b - 1 3 F e b -1 3
B A N D A A C E H 0 .3 0 D K I J A K A R T A
0 .6 5 B A L IK P A P A N 0 .5 4
B A N D A R L A M P U N G 0 .7 3 D I Y O G Y A K A R T A
0 .9 3 S A M A R IN D A 0 .6 8
B A T A M 0 .5 4 J E M B E R
0 .9 5 T A R A K A N 0 .2 8
B E N G K U L U 0 .6 9 K E D IR I
0 .9 4 P A L A N G K A R A Y A -0 .1 0
D U M A I 0 .4 1 M A D IU N
0 .7 5 S A M P IT
- 0 .0 1 J A M B I
0 .5 2 M A L A N G 0 .8 8 P O N T IA N A K
1 .0 4 L H O K S E U M A W E
1 .7 8 P R O B O L IN G G O
0 .8 6 S IN G K A W A N G 0 .8 7
M E D A N 0 .8 0 S U M E N E P
1 .0 0 B A N J A R M A S IN 0 .4 3
P A D A N G 0 .6 3 S U R A B A Y A
1 .0 3 D E N P A S A R 1 .1 9
P A D A N G S ID E M P U A N 0 .3 0 P U R W O K E R T O
0 .4 0 K U P A N G 0 .5 6
P A L E M B A N G 0 .7 1 S E M A R A N G
0 .9 0 M A U M E R E -0 .9 2
P A N G K A L P IN A N G 1 .1 9 S U R A K A R T A
1 .0 3 B IM A 1 .0 0
P E K A N B A R U 0 .5 6
T E G A L 0 . 2 3
M A T A R A M 1 .0 1
P E M A T A N G S IA N T A R 1 .1 6 B A N D U N G
1 .0 3 M A M U J U
0 .2 5 S IB O L G A
0 .1 2 B E K A S I
0 .6 7 P A L U 0 .5 8
T A N J U N G P IN A N G 0 .8 2 B O G O R
0 .5 7 M A N A D O 1 .3 0
C IR E B O N 0 .5 8 P A L O P O
0 .7 0 D E P O K
0 .7 2 P A R E -P A R E 0 .6 7
S U K A B U M I 0 .9 3 U J U N G P A N D A N G
0 .7 3 T A S IK M A L A Y A
1 .0 0 W A T A M P O N E 0 .5 1
C IL E G O N 1 . 2 3
K E N D A R I -0 .1 0
S E R A N G 1 .1 0 G O R O N T A L O
-0 .0 6 T A N G E R A N G
1 .0 2 A M B O N
- 2 .2 9 T E R N A T E
0 .8 9 J A Y A P U R A
3 .1 5 M A N O K W A R I
0 .5 6 S O R O N G
1 .0 9 P U L A U J A W A
P U L A U S U M A T E R A D I L U A R P U L A U S U M A T E R A D A N JA W A
Tabel 1: Perbandingan Inflasi di 66 Kota di Indonesia, Februari 2013 dalam , MoM Berdasarkan perbandingan diantara 66 kota, laju inflasi Februari 2013 tertinggi terjadi di Jayapura
sebesar 3,15, sedangkan inflasi terendah terjadi di Sibolga, tercatat sebesar 0,12.
Sumber : BPS dan CEIC
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
8
C.Tingkat Suku Bunga
D. Cadangan Devisa
E. Nilai Tukar dan Harga Saham
Bank Indonesia BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI BI Rate pada Maret 2013 di level 5,75. Ini berarti
sudah lebih dari 12 bulan bank sentral mempertahankan BI rate sejak febuari 2012. Tingkat suku bunga tersebut dinilai BI masih konsisten
dengan tekanan inflasi yang terkendali yaitu 4,5 plus minus 1 untuk 2013 - 2014. Terakhir BI rate berubah pada 9 Febuari 2012,
tepatnya dari 6 menjadi 5,75.
Seperti halnya BI rate, Lembaga Penjamin Simpanan LPS juga mempertahankan tingkat bunga penjaminan. LPS memandang
tingkat bunga saat ini masih sejalan dengan kondisi perekonomian dan perbankan sehingga tingkat bunga penjaminan untuk simpanan
dalam mata uang rupiah di bank umum dipertahankan sebesar 5,50 pada Februari 2013. Sementara itu, BI menaikkan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia SBI untuk tenor 9 bulan pada Februari 2013 menjadi 4,86 dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 4,84.
Cadangan devisa Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup besar di awal tahun 2013. Sampai akhir Januari 2013, cadangan
devisa RI melorot USD 4 milyar menjadi USD 108,78 milyar dari USD 112 milyar di akhir Desember 2012. Penurunan cadangan devisa
pada awal tahun 2013 ini disebabkan karena kebutuhan terhadap pasokan valuta asing di dalam negeri cukup besar. Cadangan devisa
per akhir Januari 2013 setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah
.
Dilihat secara point to point, pada Februari 2013 nilai tukar rupiah sedikit menguat ke level IDR 9667 per USD dari posisi akhir bulan
sebelumnya IDR 9698 per USD. Meskipun demikian, pergerakan rupiah di bulan Februari 2013 dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya menunjukkan pelemahan. Melemahnya rupiah dipicu oleh masih tingginya permintaan valuta asing domestik di tengah
pasokan yang terbatas. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan di pasar valas domestik. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga
disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap kinerja transaksi
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
9
2 0 4 0
6 0 8 0
1 0 0 1 2 0
1 4 0 In te rn atio n al Re se rve s
USD M ilyar
Gambar 8 : Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2009 - 2013 dalam USD Milyar Cadangan devisa Indonesia melorot drastis sebesar USD 4 Miliar di awal tahun 2013
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC
Gambar 7 : Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan, Tahun 2009 - 2013 dalam
Sudah lebih dari 1 tahun BI Rate bertengger pada angka 5,75
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC
Gambar 9 : Nilai Tukar dan Harga Saham, Tahun 2009 - 2013 Pergerakan rupiah masih dibayangi sentiment negatif dari pasar global. Kekhawatiran akan belum
pulihnya ekonomi global memicu investor meninggalkan aset-aset yang dianggap berisiko dan cenderung memilih untuk memburu dolar.
4795,79 9667
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
1000 2000
3000 4000
5000 6000
IDX IDR per USD RHS
Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
10
berjalan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang masih terbatas dan impor yang masih tinggi, sejalan dengan masih kuatnya
permintaan domestik.
Pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang menciptakan sentimen negatif. Kekhawatiran terhadap dampak
pengetatan kebijakan fiskal Amerika Serikat, kelangsungan program stimulus ekonomi oleh The Fed, serta masih tingginya
ketidakpastian prospek penanganan krisis Eropa dan kondisi ekonomi makro Eropa yang masih lemah menyebabkan masih
rentannya proses pemulihan ekonomi global. Selain itu, masih rendahnya harga komoditas internasional yang menjadi basis utama
ekspor Indonesia ikut menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan rupiah.
Sementara itu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di bulan Februari 2013 menunjukkan penguatan dibandingkan
posisinya di awal tahun. Pada akhir bulan Februari 2013 IHSG bergerak di kisaran perdagangan di level 4795 meningkat dibanding
bulan sebelumnya yang hanya mencapai level 4453, atau tumbuh sebesar 7,7.
III. Perkembangan Keuangan Pemerintah